Anda di halaman 1dari 35

GEOLOGI INDONESIA

CEKUNGAN BARITO
Oleh :

BOBBY RAHMAN PURBA (410014196)


LAODE MUHAMMAD FAHRUL (410014258)
DWI SETIAWAN (410014178)
OUTLINES :

• PENDAHULUAN

• TATANAN GEOLOGI

• SEJARAH GEOLOGI

• SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Cekungan Barito menjadi sangat menarik perhatian para


ilmu kebumian terutama karna letaknya di tepi Dataran Sunda
(Sunda Land), dengan batuan alas cekungan yang sangat
berbeda antara bagian barat dengan bagian timur.
MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan tugas ini adalah untuk menghimpun


data data mengenai fisiografi, stratigrafi, setting tektonik hingga
sumberdaya mineral dan energi.

Tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk mengetahui informasi


geologi secara terpadu yang mampu menjelaskan sejarah geologi dari
cekungan barito.
FISIOGRAFI CEKUNGAN BARITO

Cekungan Barito terletak di Pulau Kalimantan yang merupakan


cekungan berumur Tersier yang terletak di bagian tenggara Schwaner
Shield di daerah Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi Pegunungan
Meratus pada bagian timur dan pada bagian utaranya berbatasan dengan
Cekungan Kutai. Cekungan Barito pada bagian selatan dibatasi Laut Jawa
dan bagian barat dibatasi oleh Paparan Sunda (Kusuma dan Nafi, 1986).
Cekungan Barito
STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO

Secara umum sedimentasi di Cekungan Barito merupakan suatu


daur lengkap sedimentasi yang terdiri dari seri transgresi dan regresi.
Fase transgresi terjadi pada kala Eosen – Miosen Awal dan disertai
dengan pengendapan Formasi Tanjung dan Berai, sedangkan fase
regresi berlangsung pada kala Miosen Tengah hingga Pliosen
bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin dan Dahor (
Kusuma dan Nafi, 1986). Kegiatan volkanik di Cekungan Barito terjadi
sejak Paleosen Akhir sampai dengan Misen Awal (Hartono, 1999).
Stratigraphic chart of the Barito basin showing major formations, their paleofacies, and coeval tectonic
episodes.
Pola sebaran formasi pada Cekungan Barito Kalimantan Selatan
TEKTONIK REGIONAL

Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian


tenggara dari Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini
dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur dan pada bagian
Utara terpisah dengan Cekungan Kutai oleh pelenturan berupa Sesar
Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi
oleh Paparan Sunda.
CEKUNGAN BARITO

Gambar Elemen Tektonik Kalimantan (Arifullah, drr, 2004).


Gambar Penampang skematik Cekungan Barito (dimodifikasi dari Laporan Internal PERTAMINA, tidak dipublikasikan)
Gambar Perkembangan tektonik lempeng Kapur Akhir – Plio-Plistosen di Pegunungan Meratus Kalimantan
(Modifikasi dari Heryanto dan Hartono, 2003 dalam: Heryanto 2010).
Gambar Meratus Range (Kompleks Meratus) diantara Mikro Kontinen Schwaner dan Mikro kontinen
Paternoster (Satyana,2003 dalam: Satyana dan Armandita, 2008)
Gambar Penampang memotong kontinen Schwaner, Cekungan Barito, Pegunungan Meratus
dan Cekungan Pasir Asem Asem. Oregon Meratus Menindih kontinen Paternosper.
Tumbukan ini mengakibatkan terangkatnya Oregon Meratus (Satyana drr., 2007 dalam
Satyana dan Armandita, 2008).
Gambar 9. Penampang tektonik (Satyana drr., 2007 dalam Satyana dan Armandita, 2008).
SEJARAH GEOLOGI CEKUNGAN BARITO

Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki

cekungan depan (foredeep) pada bagian paling Timur dan berupa

platform pada bagian Barat. Cekungan Barito mulai terbentuk pada

Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara microcontinent

Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Metcalfe, 1996; Satyana,

1996).
Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai
dampak dari tektonik konvergen, dan menghasilkan pola rifting
Baratlaut – Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi tempat
pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan)
dari Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst
dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti oleh pengendapan
Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi.
Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan
yang diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian
Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas
secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen
Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping
masif Formasi Berai.
Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan
kompleks Meratus yang mengakibatkan terjadinya siklus
regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin
bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan
adanya gejala ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi
Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah.
Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen
Tengah yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya
ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas
dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas –
pliosen.
Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen,
seluruh wilayah terangkat, terlipat, dan terpatahkan.
Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus.
Sesar-sesar naik terbentuk dengan kemiringan ke arah
Timur, mematahkan batuan-batuan tersier, terutama
daerah-daerah Tinggian Meratus.
SUMBERDAYA ENERGI DAN MINERAL

Keterdapatan sumberdaya energi yang memberikan


indikasi di Cekungan Barito adalah, hidrokarbon, oilshale,
batubara, dan Coal Bed Methane (CBM). Sementara itu sumber
daya mineral adalah emas.
HIDROKARBON

Kemungkinan keterdapatan hidrokarbon di Cekungan


Barito dapat diindikasikan dengan keterdapatanya batuan
induk (source rock), batuan waduk (reservoir rock), batuan
penutup (seal rock) dan kondisi geologi yang membentuk
cebakan hidrokarbon.
Keterangan :

S : Seal rock / batuan tudung

R : Reservoir rock / batuan waduk

S : Source rock / batuan sumber

Gambar 11. Kolom stratigrafi Cekungan Barito yang


runtunan batuan, source rock, reservoir rock, dan seal
rock (Patra Nusa Data, 2006)
Gambar 13. Penampang geologi yang menunjukan pola tektonik dan migrasi hidrokarbon di
Cekungan Barito (PND, 2006)
Gambar 15. Kegiatan operasi pengeboran minyak dan juga perbaikan pipa aliran minyak, pada daerah
Tanjung, Tabalong oleh PT. Pertamina EP Tanjung
BATUBARA
Batubara di Cekungan Barito di jumpai dalam Formasi Tanjung,
Formasi Montalat, dan Formasi Warukin. Pada Formasi Tanjung batubara di
jumpai pada bagian tengah dengan ketebalan 50 – 200 cm. Hasil analisis
kimia enam buah percontohn batubara (Suminto, drr., 2002) di daerah bekas
Tambang Biih, Takuti, Sungai raya, Pengaron, Aranghalus dan bekas Tambang
Sungkai, menunjukan bahwa kadar kalorinya berkisar antara 5970 cal/gr dan
7725 cal/gr, sedangkan kandungan abunya antara 4,4 % sampai 22,6 %,
selain itu diketahui pula berat jenis berkisar antara 1,28 – 1.44.
Gambar 16. Kegiatan operasi penambangan batubara pada Formasi Warukin di daerah Tutupan, Tabalong,
Kalimantan Selatan oleh PT. Adaro Indonesia.
COAL BED METHANE (CBM)
CBM adalah sumber methane ekonomis yang tersimpan dalam lapisan
batubara. Methane baik tipe biogenik primer dan termogenik yang ada
dalam batubara dihasilkan dari pembatubaraan (coalification). Penelitian
pendahuluan CBM yang dilakukan PSG-Lemigas (2004) untuk batubara
Formasi Warukin di daerah Tutupan (PT. Adaro), berdasarkan grafik
kandungan zat terbang vs kandungan gas methane terbesar pada lapisan
batubara T-110 dan T-220, yaitu 1,2 m3/ton, kemudian diikuti oleh lapisan
batubara T-320 dan T-120 dengan nilai kandungan 0,9 m33/ton.
Peresmian Sumur TJ-2-CBM-P1 yang baru, milik PT. PHE METAN TANJUNG II oleh Bupati Tabalong, tahun 2015 .
EMAS

Mineralisasi emas di Cekungan Barito terjadi di sekitar


batuan volkanik tersier yang pada umumnya berkomposisi
diorit/andesit dan sedikit basalt. Mineral emas ini berasosiasi
dengan urat kuarsa yang dijumpai dalam diorit dan andesit
terubah. Tipe urat kuarsa yang banyak dijupai adalah urat
kuarsa masif dan vuggy.
Penambangan emas rakyat di Pegunungan
Meratus diantaranya adalah di daerah paramasan dan
sekitar Gunung Miing. Penambangan emas tersebut
berupa emas primer dalam urat kuarsa dan juga emas
sekunder berupa pleser dari endapan sungai.
Gambar 18. Kegiatan penambangan emas pleser, dengan metode semprot pada daerah Gunung Miing dan
Martapura Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai