Inkontinensia

Urine pada
Pasien Stroke
Akut

Sari Putri Widiarti

Seminar Keperawatan “Nursing
Management Patient with Acute
Ischemic Stroke”
Overview

Anatomi Fase Pengisian

Persarafan
Sistem dan
Berkemih
Perkemihan Pengosongan

Definisi Tipe Dampak

Inkontinensia Inkontinensia Inkontinensia
Urin Urin Urine

Stroke
Pemicu
menyebabkan Proses
Inkontinensia
Inkontinensia Keperawatan
Urine
Urine
Anatomi Sistem Perkemihan
Lanjutan..
Fase Pengisian dan Pengosongan
Persarafan Berkemih
Bagian yang terlibat dalam
proses berkemih adalah...

Otot Detrusor

Sfingter
Otot Pelvis
Eksternal

Sfingter Persarafan
Internal Berkemih
Apa yang dimaksud
Inkontinensia Urin?
 Definisi

Menurut Lewis, et al (2011),

Keluhan keluarnya urin di luar
merupakan eliminasi urine dari
kehendak sehingga
kandung kemih yang tidak
menimbulkan masalah sosial dan
terkendali dan terjadi di luar
atau kesehatan (PERKINA, 2012)
keinginan.

Prevalensi IU di Indonesia pada

tahun 2008 sebesar 13%
Geriatri (> 60 tahun) 22,2%
Dewasa (18-59 tahun) 12,0%
Tipe Inkontinensia Urin
Perubahan yang Menimbulkan
Inkontinensia Urin
1. Lemahnya otot dasar panggul
2. Kontraksi abnormal pada
kandung kemih
3. Pengosongan kandung kemih
yang tidak sempurna
(Setiati, 2000)
Dampak Inkontinensia Urine

Gangguan kenyamanan

Resiko terjadi dekubitus

Pasien merasa rendah diri

Stroke menyebabkan
Inkontinensia Urine
– Pasca kejadian stroke sering didapatkan gangguan fungsi traktus uranius
– Tidak dapat menyampaikan keinginan atau gangguan pergerakan  Terlambat
menuju kamar mandi
– Kerusakan kontrol motorik  ketidakmampuan mengendalikan kandung kemih
Pemicu Inkontinensia Urine

– D : Delirium, demensia, diabetes

– I : Infection, Inflammation
– A : Atrophy of the vaginal tissue
– P : Psychologic, pharmacology
– E : Excessive urine output
– R : Restricted mobility
– S : Stool impaction, sacral nerve root pathology
Proses Keperawatan

Pengkajian

Rencana
Diagnosa
Asuhan
Keperawatan
Keperawatan
Keluahan saat ini Pengkajian fisik

a. Pengkajian

Riwayat Hasil pemeriksaan

kesehatan diagnostik dan lab
 Fokus terkait Inkontinensia
Tingkat toleransi
Riwayat miksi
Komunikasi terhadap
sebelum dirawat
aktivitas

Status hidrasi
Fungsi kognitif Luas dan lokasi
(Balance Cairan
dan pergerakan lesi
selama 24 jam)

Kaji adanya
Riwayat Tingkat
bladder
pengobatan kesadaran
distended
 •Perubahan Eliminasi
Diagnosis
Keperawatan
Urin: Inkontinensia
 Rencana Asuhan Keperawatan

Tujuan Asuhan Keperawatan

•Tidak terpasang kateter urine

•Aktivasi aktivitas pengosongan kandung kemih
•Pola miksi kembali normal
•Mencegah komplikasi
•Edukasi pasien dan keluarga
Rencana Asuhan Keperawatan

– Monitor eliminasi urine: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna

– Monitor tanda dan gejala retensi urine
– Identifikasi faktor yang menyebabkan inkontinensia
– Kumpulkan sampel urine tengah untuk pemeriksaan urinalisis
– Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih
– Batasi cairan sesuai kebutuhan
Manajemen Eliminasi Urine

– Monitor eliminasi urine: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna

– Monitor tanda dan gejala retensi urine
– Identifikasi faktor yang menyebabkan inkontinensia
– Kumpulkan sampel urine tengah untuk pemeriksaan urinalisis
– Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih
– Batasi cairan sesuai kebutuhan
Perawatan Inkontinensia Urine

– Identifikasi multifaktor yang menyebabkan inkontinensia urine (produksi urine,

pola berkemih, fungsi kognitif, masalah berkemih yang dialami, dan
pengobatan)
– Anjurkan pasien untuk minum minimum 1500 ml per hari
– Sediakan ruangan yang tenang dan privasi untuk prosedur eliminasi
– Tetapkan interval jadwal eliminasi dengan rutinitas yang dilakukan setiap hari
– Kurangi konsumsi yang menyebabkan iritasi pada bladder (seperti minuman
bersoda, teh, kopi, dan coklat)
– Manajemen perawatan pasien dengan inkontinensia urin secara komprehensif
meliputi fisik, psikologi, dan sosial perlu diperhatikan karena akan memberikan
hasil yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien.