Anda di halaman 1dari 90

HANDOUTS FILSAFAT ILMU

ADE KOMALUDIN
e-mail: adekomaludin@yahoo.com
HP: 08122185679

1
Harus dimiliki semua
orang

TUJUAN HIDUP MANUSIA Tidak bisa dilepas


(MENCARI RIDHA ALLAH) sesaatpun

Mewarnai semua tujuan


lainnya

KOMUNIS
(SOSIALIS)
PRINSIP HIDUP IDEOLOGI

ISLAM

PROGRAM HIDUP
(AMAL SHALEH) KAPITALIS
STANDAR KOMPETENSI
(TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM)

Mahasiswa diharapkan mampu memahami:


pengertian Filsafat secara umum, hubungan
Filsafat dengan hikmah, hakikat filsafat ilmu,
sumber ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh ilmu pengetahuan (metoda
ilmiah) dan hukum kausalitas beserta dali-
dalilnya.

3
BAHAN AJAR

4
MATERI AJAR
No. (Balanced One-Semester Courses)
1 General Overview of Philosophy: Pengertian Filsafat

2 Ciri-ciri berpikir filsafat dan manfaat filsafat bagi mahasiswa

3 Pengertian Filsafat Ilmu

4 Hakikat Filsafat Ilmu (yang ingin dijawab Filsafat Ilmu)

5 Sumber ilmu pengetahuan dan manusia pilihan (para Imam)

6 Fungsi dan subtansi Filsafat Ilmu

7 Konsep dasar, struktur, dan pembagian ilmu

8 Ilmu, nilai serta ucapan para Shalihin (para Imam) tentang ilmu dan tauhid

9 Metoda ilmiah: (1) pengertian, (2) cara memperoleh kebenaran, (3) tahapan metoda
ilmiah, (4) deskripsi metoda ilmiah (L-H-V), dan (5) latihan
10 Teori kebenaran

11 Hukum kausalitas: (1) Pemahaman tentang takdir, (2) Prinsip-prinsip kausalitas, dan (3)
Hukum kausalitas fisikal dan spiritual
12 Derivasi (implikasi) hukum kausalitas umum

13 Dalil-dalil (nash) hukum kausalitas spiritual

14 Hukum kausalitas dan struktur path analysis


5
LITERATUR
Beerling, dkk. (terjemahan, 1986). Pengantar Filsafat Ilmu. Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta, Indonesia.
Cooper, D.R., and Emory, C.W., (1995). Business Research Methods. Richard, Irwin, Chicago, USA.
Chun, C. L., (1975). Path Anakysis--a Primer. Pacific Grove, California.
Fazlur Rahman (terjemahan, 2000). Filsafat Shadra. Penerbit Pustaka, Bandung, Indonesia.
Guven, Fatih (terjemahan, 1995). 560 Hadis dari 14 Manusia Suci. Penerbit Yayasan Islam Al-Bagir, Bangil,
Indonesia.
Herman Soewardi (1999). Roda Berputar Dunia Bergulir: Kognisi baru tentang timbul-tenggelamnya sivilisasi,
Bakti Mandiri, Bandung
Ibrahim Amini (terjemahan, 2002). Imam Mahdi: Penerus Kepemimpinan ILahi. Penerbit, Islamic Center
Jakarta, Indonesia.
Issac, S., and Michael, W.B., (1982). Handbook In Research and Evaluation, Edits Publishers, San Diego,
California, USA.
Ja'far Subhani Syaikh (1990). Memilih Takdir Allah menurut al-Quran dan Sunnah. Pustaka Hidaya, Jakarta
Muhammad Baqir As-Sahdr (terjemahan, 1991). Falsafatuna. Penerbit Mizan, Bandung, Indonesia.
Muthahari, Murtadha (1992). Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama. Mizan, Bandung
Osman Bakar (terjemahan, 1997). Hierarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu. Penerbit Mizan,
Bandung, Indonesia

6
GENERAL OVERVIEWS OF PHILOSOPHY:
PENGERTIAN FILSAFAT

7
FILSAFAT (pengertian secara
semantik/etimologis): Berasal dari
bahasa arab, falsafah; dalam
bahasa Yunani menjadi philosophia
yang terdiri dari philos = cinta dan
shophia = pengetahuan/
hikmah/kebijakan. Jadi filsafat
adalah cinta
pengetahuan/hikmah/kebijakan
8
FILSAFAT
(pengertian terminologis):
“Adalah ilmu yang mempelajari
dengan sungguh-sungguh hakikat
kebenaran segala sesuatu” (M.A.
Rosali, 1988)

9
1. Suatu sikap;
2. Metode berpikir;
ARTI FILSAFAT 3. Kelompok teori;
SECARA 4. Analisis kritis bahasa dan
TERMINOLOGIS makna;
5. Pemahaman yang
komprehensif dan
mendalam.

10
DEFINISI FILSAFAT BERDASAR WATAK DAN
FUNGSI (Titus,dkk):
• Informal: sikap dan kepercayaan yang diterima secara tidak
kritis (misal fiqih);
• Formal: sikap kritis atas kepercayaan yang dijunjung tinggi
(misal tauhid);
• Spekulatif: hasil berbagai sains dan teknologi yang ditinjau
dari pengalaman kemanusiaan (misal dunia medis);
• Logosentris: analisis kata dan konsep (exp: there is no eternal
but change, tiada tuhan kecuali Tuhan, dll;
• Aktual: merupakan problem yang berkembang di masyarakat
dan dicari jawabannya (misal: kenapa kemiskinan sulit
dihilangkan?).

11
EROS:
Cinta biologis (cinta karena bentuk fisik)

AGAVE:
CINTA Cinta orangtua pada anak; Rasul pada umatnya;
Pemimpin ke rakyatnya; Rahmat Allah ke hambanya

PHILOS:
Cinta kepada Allah; kepada Rasul; Cinta kepada
keluarga Rasul

12
1. Cahaya hati (cahaya iman);
2. Pengetahuan mendalam
tentang Agama;
3. Kesucian batin;
4. Ketinggian akhlak;
ARTI HIKMAH 5. Pelembut hati;
ATAU 6. Rasa takut pada Allah;
AL-HIKMAH 7. Pengetahuan tentang diri;
8. Sesuatu yang berharga;
9. Al-Quran;
10.Kenabian;
11.Pemahaman thd al-Quran,
dst
13
Kata hikmah salah satunya terdapat pada:
QS: 62/2:

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta


huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan hikmah, dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata,

14
CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT:
• Radikal: sampai ke akar persoalan;
• Kritis: tanggap thd persoalan yg berkembang;
• Rasional: dapat dijangkau akal/dapat dimengerti;
• Konseptual: hasil konstruksi pemikiran;
• Koheren: runtut, berurutan;
• Konsisten: berpikir lurus;
• Sistematis: saling berkaitan/teratur;
• Metodis: memiliki cara untuk memperoleh kebenaran;
• Komprehensif: menyeluruh;
• Bebas dan bertanggungjawab.

15
MANFAAT FILSAFAT BAGI MAHASISWA
• Membiasakan diri untuk berpikir kritis;
• Membiasakan diri untuk bersikap logis-
rasional, dan argumentatif;
• Bersikap toleran dalam perbedaan
pandangan/pendapat;
• Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan
tak kenal lelah;
• Tidak merasa paling benar; dst

16
PENGERTIAN FILSAFAT ILMU

17
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat
ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di
dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di
sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan
epistemologi dan ontologi.
(Wikipedia Bahasa Indonesia:2016)

18
Philosophy of science is a branch of
philosophy concerned with the foundations,
methods, and implications of science. The
central questions of this study concern what
qualifies as science, the reliability of scientific
theories, and the ultimate purpose of
science.
https://en.wikipedia.org/wiki/Philosophy_of_science (2016)

19
FILSAFAT ILMU (1):
“Ialah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah
dan cara-cara memperolehnya”
(Beerling, dkk, 1986)

FILSAFAT ILMU (2):


“Cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah
sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-
metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-
praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum
cabang-cabang pengetahuan intelektual” (A. Cornelius
Benjamin)
20
ONTOLOGI:
Obyek apa yang dikaji oleh ilmu itu?
1.Obyek materi (fakta): manusia,
alam, dst;
2.Obyek formal (bidang kajian):
kedokteran, hukum, ekonomi, dst

EPISTEMOLOGI:
Bagaimana cara mendapatkan ilmu itu?
HAKIKAT 1.Ada metodenya (biasanya digunakan
(YANG INGIN metode ilmiah), lihat uraian
selanjutnya;
DIJAWAB) 2.Pendekatan;
3.Klasifikasi;
FILSAFAT ILMU 4.Model dan alat analisis, dst.

AKSIOLOGI:
Kegunaan ilmu?
1.Menemukan kebenaran;
2.Menemukan keyakinan;
3.Menemukan ide, gagasan, dst.
21
SUMBER ILMU PENGETAHUAN

22
ALLAH

WAHYU Kpd PARA NABI dan RASUL Melalui Malaikat

MANUSIA PILIHAN Lihat bagan selanjutnya

MANUSIA AWWAM

RASIO
(OTAK/AKAL) RASA (HATI)

PENGAMATAN (PENGALAMAN)

PENGETAHUAN (KNOWLEDGE)
Proses pengembangan
ilmu
PENGULANGAN

ILMU (SCIENCES)
23
KETERANGAN:
• Awwam: manusia biasa;
• Knowledge (Pengetahuan): a proposition confirmed
by adequate evidence (H.H.Titus, 1959);
• Sciences (Ilmu): a body of systematic knowledge
built-up through experimentation and observation
(H.H. Titus, 1959);
• Proposition: keterjalinan fakta yang satu dengan
fakta yang lain.

24
SUMBER ILMU:
"Ana madinatul 'ilmi wa 'aliyun
babuha, faman arodal 'ilma fal
yatil baba"
(Mustadrak al-Hakim, III:16, 127)

25
MANUSIA PILIHAN (PARA SHALIHIN)

26
SILSILAH NABI MUHAMMAD SAW

IBRAHIM - SITI HAJAR IBRAHIM - SITI SARAH

ISMAIL
ISHAQ
HASYIM

YAKUB
ABDUL MUTHALIB YUSUF
AYUB

ABDULLAH ABU THALIB YAHYA


ISA
MUHAMMAD SAWW

FATIMAH AZ-ZACHRA ALI BIN ABI THALIB

HASAN, HUSAIN, ZAINAB, UMMU KULTSUM 27


1. ALI BIN ABI TAHLIB – FATIMAH AZ-
ZACHRA

2. HASAN BIN ALI 3. HUSAIN BIN ALI


Lahir 15 Ramadhan 3 H (625-670 M), Lahir 3 Syaban 4 H (626-681). Ia
syahid diracun oleh Juda binti syahid dibantai di Karbala 10
Ashath. Ia sejaman dengan Muharam 681 M oleh penguasa
Muawiyah bin Abi Sufyan zalim Yazid bin Muawiyah, Khalifah
bani Umayah

4. ALI ZAINAL ABIDIN


Lahir 15 Jumadil Awwal 37 H (658-713). Ia wafat
diracun oleh Walid bin Abdul Malik, Khalifah bani
Umayah

5. MUHAMMAD AL-BAQIR
Lahir 1 Rajab 57 H (677-734 M). Ia wafat diracun
oleh Hisham bi Abdul Malik, Khalifah bani Umayah
28
6. JAFAR SHADIQ
Lahir 17 Rabiul Awwal 83 H (702-765). Ia syahid diracun oleh al-Mansur, Khalifah
bani Abassiyah. Ia adalah guru Imam Abu Hanifah. Murid beliau 4000 orang,
termasuk Jabr bin Hayan At-Thusi (ahli Matematika), Sufyan Tsauri dan beberapa
ulama sunni.

7. MUSA AL-KADZIM
Lahir 17 Shafar 128 H (745-799). Ia wafat diracun
oleh Harun al-Rasyid, Khalifah bani Abassiyah

8. ALI ARRIDHO
Lahir 11 Dzulqodah 148 H (765-818 M). Ia wafat
diracun oleh al-Ma’mun, Khalifah bani Abassiyah

9. MUHAMMAD AL-JAWAD
Lahir 10 RAJAD 195 H (811-835 M). Ia wafat
diracun oleh al-Mu’tasim, Khalifah bani Abassiyah
29
10. ALI AL-HADI
Lahir 15 Zulhijjah 212 (828-686 M). Ia wafat diracun oleh
Mu’taz, Khalifah bani Abassiyah

11. HASAN AL-ASKARI


Lahir 10 Rabiutsani 232 H (847-874 M). Ia wafat diracun
oleh Mu’tamad, Khalifah Abassiyah

12. MUHAMMAD AL-MAHDI (IMAM MAHDI, AFS)


Lahir 15 Syaban 255 H (689 M – sekarang). Ia masih hidup sampai hari
ini. Ghaib kecil mulai 8 Rabiul Awwal 260 H (873 M) sd 328 H (939 M).
Ghaib Besar mulai 328 H (939 M) sampai kemunculan beliau sebelum
Hari Kiamat tiba
30
1. Sebagai alat untuk mencari kebenaran dari
fenomena yang ada;
2. Memberikan pengertian tentang cara
hidup, dan pandangan hidup;
3. Memberikan ajaran tentang moral dan etika
yang berguna bagi kehidupan;
4. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman
FUNGSI dalam kehidupan;
5. Untuk memberikan landasan filosofis
FILSAFAT dalam memahami berbagai konsep dan
ILMU teori;
6. Confirmatory function: berupaya
mendeskripsikan relasi normatif antara
hipotesis dengan evidensi (bukti);
7. Explanatory function: berupaya
menjelaskan berbagai fenomena
kecil/besar/sederhana.

31
KONSEP DASAR ILMU:
ASAL KATA:
Dari Bahasa Arab, ‘allama = mengetahui; aalim = yang
mengetahui; ulamaa = orang yang memiliki pengetahuan luas
tentang Agama (Islam)

R. HARRE (1995):
A collection of well-attested theories which explain the pattern
regularities and irregularities among carefully studied
PENGERTIAN phenomena
ILMU
(SCIENCES)

H.H.TITUS (1959)
Sciences is a body of systematic knowledge built-up through
experimentation and observation

ILMU DICIRIKAN DENGAN ENAM KOMPONEN (Archie J. Bahm):


Problem, attitude, method, activity, conclusion, and effect

32
STRUKTUR ILMU

 FAKTA: segala sesuatu yang tertangkap oleh indra


manusia;
 ISTILAH: Setiap kata yang mempunyai arti spesifik
dalam bahasa ilmu yang bersangkutan;
 ASUMSI: dugaan yang diterima sebagai dasar;
 DEFINISI: Penjelasan tentang arti sesuatu kata agar
ditafsirkan sama;
 KONSEP: Pembawa arti, atau abstraksi suatu ide
yang dinyatakan dengan suatu kata atau simbol;

33
 KONSTRUK (DIMENSI): Konsep yang lebih abstrak;
 FAKTOR (variabel): Fakta yang satu yang bisa mempengaruhi yang lain;
 PROPOSISI: keterjalinan fakta yang satu dengan fakta yang lain (embrio
teori); Proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris disebut hipotesis;
 POSTULAT/AKSIOMA: Sesuatu yang dianggap benar, tanpa perlu bukti.
Contoh 1 + 1 = 2
 TEORI: Saling hubungan antar konsep, antar definisi, antar proposisi,
yang dicanangkan untuk mengantisipasi atau meramalkan gejala-gejala.
Contoh teori permintaan, dst.
 DALIL: Premis-premis yang diterima sehingga dijadikan azas yang pasti;
 HUKUM: Teori yang sudah berulangkali terbukti tahan uji;

Premis: adalah sesuatu yang dianggap benar sebagai landasan penarikan kesimpulan

34
PEMBAGIAN ILMU

35
ILMU-ILMU DEDUKTIF
PEMBAGIAN ILMU
(Beerling, dkk:
1986)

ILMU-ILMU EMPIRIK
(INDUKTIF)

36
JENISNYA:
Ilmu Matematika

PENGERTIAN:
Proses penarikan kesimpulan (penelitian) yang dimulai dari
hal-hal umum (teori, dalil, dll) menuju ke kesimpulan khusus

ILMU-ILMU PENYELEDIKAN AZAS-AZAS MATEMATIKA:


Bisa dilakukan dengan pembuktian dalil, atau rumus-rumus
DEDUKTIF matematika

ALIRAN-ALIRAN:
Logisme, Formalisme, dan Intuisionisme (lihat uraian
selanjutnya)

37
LOGISME (Frege and Russel):
Berusaha agar Ilmu Matematika dikembalikan kepada logika

FORMALISME (Hilbert):
ALIRAN-ALIRAN
Teori Matematika dipandang sebagai kumpulan rumus-
ILMU DEDUKTIF
rumus dari dan atau menurut hukum-hukum tertentu

INTUISIONISME (L.E.J. Brouwer, 1881-1996):


Bukan tanda-tanda yang hakiki bagi Matematika,
melainkan bentukan intuitif dalam pikiran manusia

38
SIKLUS EMPIRIK:
(1) Observasi, (2) induksi, (3) deduksi (proses hipotesis), (4)
kajian (eksperimen/verirfikasi/falsifikasi/konfrmasi), dan (5)
evaluasi

PENJELASAN ILMIAH:
ILMU-ILMU Yang ingin cicapai oleh ilmu-ilmu empirik adalah
EMPIRIK menetapkan, menggambarkan dan akhirnya menjelaskan
(INDUKTIF) (menafsirkan) gejala-gejala tertentu dalam pengalaman
yang diselidikinya

JENIS-JENIS ILMU EMPIRIK:


(1) Ilmu Alam: Astronomi, Meteorologi, Hidrologi,
Geologi, Mineralogi, Ilmu Kimia, Mikrofisika, (2) Ilmu
Hayat: Biologi, dan (3) Ilmu-ilmu Manusia (Kemanusiaan):
Ilmu Budaya, Ilmu Kerohanian, Ilmu Prilaku, dan Sosial
lainnya.

39
ILMU YANG BEBAS NILAI:
Ilmu yang tidak terkait/tidak dikaitkan dengan nilai-nilai
normatif

ILMU DAN ILMU YANG TIDAK BEBAS NILAI:


NILAI Ilmu yang terkait (dikaitkan) dengan nilai-nilai normatif

NILAI ILMU:
Dilihat sampai sejauhmana ilmu itu berguna bagi
kemanusiaan dan kebahagiaan (duniawi dan ukhrowi)

40
UCAPAN PARA SHALIHIN TENTANG
ILMU DAN TAUHID

41
Ucapan Imam Jafar Shadiq:
"Kebiasaan orang yang bodoh yaitu: (1)
Menjawab sebelum mendengar, (2) berdebat
sebelum memahami permasalahan, dan (3)
menghukum sesuatu yang tidak
diketahuinya"
(Fatih Guven, 1995;247)

42
IMAM MUSA AL-KADZIM BICARA TENTANG ILMU:

“Jangan sibukkan diri dengan ilmu yang bila tak


dipelajari tak akan membahayakan, dan jangan
melalaikan ilmu yang bila ditinggalkan akan
menambah kebodohan mu”

43
UCAPAN IMAM HUSAIN:
“tanda-tanda orang yang berilmu adalah
yang menjaga tutur katanya dan mengetahui
berbagai bidang ilmu pengetahuan”;

44
KECERDASAN IMAM MUSA AL-KADZIM
TENTANG TAUHID:

Dalam usia 5 tahun beliau sudah mampu memberi


penjelasan tentang persoalan tauhid yang sangat pelik.
Perhatikan dialog Imam Musa Al-Kadzim dengan Imam
Abu Hanifah. Pertanyaan Abu Hanifah:
“Berkaitan dengan perbuatan manusia, apakah
manusia melakukan sendiri atau Allah yang
menjadikan manusia berbuat seperti itu?”. Imam Musa
menjawab: “Perbuatan-perbuatan manusia dilahirkan
atas tiga kemungkinan, yaitu:

45
Pertama, Allah sendiri yang melakukan
sementara manusia benar-benar tak
berdaya. Kedua, Allah dan manusia sama-
sama berperan atas perbuatan-perbuatan
tersebut. Ketiga, manusia sendiri yang
melakukannya.

46
Maka, jika asumsi pertama yang benar, Allah tidak
adil kalau menghukum dosa-dosa manusia, karena
manusia tidak melakukannya. Demikian juga jika
asumsi kedua yang benar, Allah tidak adil jika Dia
menghukum manusia, karena di dalamnya Allah
berbuat sebagai sekutu. Tinggal alternatif ketiga,
yakni bahwa manusia bertanggung jawab
sepenuhnya atas perbuatannya sendiri”.

47
METODA ILMIAH

48
METODA ILMIAH (pengertian):
Merupakan cara memperoleh dan
menyusun tubuh
pengetahuanyang didasari pada:
(1) pemikiran yang logis;
(2) menggunakan uji hipotesis, dan
(3) dilakukan verifikasi.

49
DUA PENDEKATAN (cara)
memperoleh kebenaran:
(1) Pendekatan non-ilmiah,
(2) Pendekatan ilmiah

50
AKAL SEHAT (Common sense):
Serangkaian konsep yang memuaskan untuk kegunaan
praktis kemanusiaan

PRASANGKA:
Kecenderungan orang kearah pembuatan generalisasi
yang terlalu cepat

INTUISI:
I. PENDEKATAN
Menentukan pendapat melalui proses yang tidak
NON-ILMIAH disadari atau tidak dipikirkan terlebih dahulu

UJI COBA:
Penemuan kebenaran yang diperoleh dengan tidak
menggunakan langkah-langkah yang sistematis

PENDAPAT OTORITAS ILMIAH DAN PIKIRAN KRITIS:


Mengikuti orang-orang yang telah menempuh jenjang
pendidikan/keilmuan tertinggi (tertentu)

51
Diperoleh dengan
menggunakan
Metoda Ilmiah melalui
II. PENDEKATAN
Penelitian Ilmiah.
ILMIAH
Kebenaran yang
diperoleh terbuka untuk
diuji oleh siapa saja

52
TAHAPAN METODA ILMIAH:
LOGICO-HYPOTETICO-VERIFICATIF

53
Premis

Premis: adalah pernyataan yang telah teruji kebenaran ilmiahnya,


Fenomena dan belum dibantah pihak lain;

2. DALIL:
3.
1. LANDASAN 4. 5.
PERUMUSAN
PERUMUSAN TEORITIS PENGUJIAN PENARIKAN
HIPOTESIS
MASALAH DAN STUDI HIPOTESIS KESIMPULAN
(Ho dan Ha)
EMPIRIS

Keterangan:

Tahap 1-2 logico; tahap 3-4 hypotetico; tahap 5 verificatif.

54
DESKRIPSI METODA ILMIAH
(L-H-V)

55
JUDUL: SYARAT-SYARAT JUDUL YANG BAIK

• Singkat, padat, dan memiliki arti yang dalam;


• Setidaknya mencerminkan hubungan antar dua variabel yang
akan diteliti;
• Menggambarkan secara umum isi penelitian;
• Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (sesuai
dengan kaidah bahasa yang formal);
• Dapat menggambarkan alat analisis yang akan dipergunakan.

Pembuatan judul dan perumusan masalah, harus melihat


fenomena yang terjadi

56
DARI MANAKAH MASALAH ITU MUNCUL?

• Secara umum dari fenomena yang berkembang di sekitar kita;


• Karena terdapat sesuatu yang harus segera diselesaikan;
terdapat tingkat kegawatan yang harus segera ditangani;
• Karena ada kesenjangan penelitian (research gap) yakni
terdapat persoalan yang belum disentuh penelitian, padahal
itu sangat membutuhkan penelitian yang mendalam;
• Karena kepentingan pengembangan ilmu dalam rangka
memberi kemudahan kepada manusia;
• Karena kepentingan pengembangan bisnis, hukum, politik,
dst.

57
DALIL: LANDASAN TEORITIS DAN STUDI EMPIRIS

Berfungsi untuk hal-hal sebagai berikut:


• Sebagai landasan dalam perumusan hipotesis;
• Untuk penguatan (justifikasi) konsep-konsep yang akan
digunakan dalam penelitian;
• Untuk melihat originalitas penelitian yang akan kita lakukan
dengan cara melihat studi yang telah dilakukan sebelumnya;
• Untuk menemukan hubungan variabel penelitian secara
teoritis dan empiris;
• Untuk melihat perkembangan mutakhir dari riset-riset yang
dilakukan pihak lain.

58
PERUMUSAN HIPOTESIS

• Sebagai jawaban sementara (tentatif) atas persoalan yang


diajukan dalam penelitian;
• Merupakan proses deduksi yang dilakukan terhadap teori-
teori yang ada dan terhadap riset terdahulu;
• Berfungsi sebagai petunjuk dalam perumusan kesimpulan,
dan kesimpulan itu sendiri bisa dipastikan, apakah sesuai
dengan rumusan hipotesis atau sebaliknya (berlawanan);
• Berfungsi sebagai embrio teori yang akan dibangun;
• Berfungsi mengarahkan pada alat analisis yang akan
digunakan dalam riset.

59
PENGUJIAN HIPOTESIS

• Merupakan tahapan pembuktikan hipotesis secara empiris


dengan menggunakan data lapangan;
• Dapat dipastikan, bahwa pada tahap ini semua alat analisis
yang direncanakan, uji statistik, dan sistem pengolahan data
akan digunakan;
• Kesimpulan dari tahap ini adalah menerima atau menolak
hipotesis (Ha) yang diajukan pada tingkat signifikasi tertentu;
• Pada tahap ini, arah kesimpulan sudah bisa dilihat dengan
jelas;

60
KESIMPULAN

Pada tahap akhir metoda ilmiah adalah pembuatan kesimpulan


penelitian. Perlu dicatat, yang paling penting dalam pembuatan
kesimpulan adalah:
1. Harus sesuai dengan masalah yang diajukan;
2. Harus dikonfirmasi dengan hipotesis yang diajukan dan
dengan temuan empiris studi pihak lain (apakah
sejalan/menguatkan atau bertentangan);
3. Harus tegas, lugas dan up to date.

61
CONTOH-CONTOH JUDUL PENELITIAN:

• Pengaruh siaran TV Lokal terhadap kecerdasan anak usia


dewasa;
• Pengaruh motivasi dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan;
• Peranan pemerintah dalam meningkatkan perluasan lapangan
kerja di Tasikmalaya
• dst.

BUAT JUDUL YANG LAIN DI BIDANG EKONOMI !!

62
LATIHAN:
PROSES PENENTUAN KESIMPULAN ILMIAH DENGAN
MENGGUNAKAN METODA ILMIAH (LOGICO-HIPOTETICO-
VERIFIKATIF = L-H-V)

Siapkan data hukum sebab akibat, paling tidak dua variabel


bebas (X1 dan X2) dan satu variabel terikat/variabel
dependent (Y). Hitung dengan menggunakan Program
EVIEWS atau SPSS.
Tahapannya:
1. LOGICO (Mencari fenomena, merumuskan masalah, judul
melakukan kajian teori),
2. HIPOTETICO (Merumuskan hipotesis),
3. VERIFIKATIF (Melakukan pengolahan dan analisis data,
dan membuat kesimpulan).
63
TEORI KOHERENSI:
Suatu pernyataan dianggap benar jika
pernyataan tersebut bersifat koheren
(konsisten) dengan pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar (deduktif). Contoh:
Semua manusia akan mati. Si Udin adalah
manusia. Maka si Udin akan mati

TEORI KORESPONDENSI:
Suatu pernyataan dianggap benar jika materi
TEORI pengetahuan yang dikandungnya
berhubungan dengan obyek yang dituju oleh
KEBENARAN pernyataan tersebut (induktif); atau didukung
oleh bukti empiris yang kuat. Contoh ibukota
RI adalah Jakarta

TEORI PRAGMATIS:
Suatu pernyataan dianggap benar, jika
pernyataan tersebut mempunyai keguanaan
praktis dalam kehidupan manusia. Contoh
ada teori tertentu (misal teori X) yg
bermanfaat dlm dunia medis, dst. Jd, teori X
itu benar, karena bermanfaat. 64
PRINSIP KAUSALITAS
(HUKUM SEBAB AKIBAT):
PENGANTAR PEMAHAMAN TENTANG
TAKDIR DAN PRINSIP DASAR
FILSAFAT ILMU

65
PEMAHAMAN TENTANG TAKDIR:
1. TAKDIR JABARIYAH (TAKDIR DETERMINISTIK)

2. TAKDIR QADARIYAH (KEBEBASAN MANUSIA SEPENUHNYA)

3. BERDASARKAN HUKUM SEBAB-AKIBAT (HUKUM KAUSALITAS)

66
SETIAP SESUATU MEMILIKI SEBAB:

Salah satu proposisi yang diketahui manusia dalam


kehidupan sehari-hari adalah prinsip kausalitas yang
menyatakan bahwa setiap sesuatu memiliki sebab.
Oleh sebab itu manusia selamanya menghadapi
pertanyaan:

MENGAPA………….?

67
PRINSIP-PRINSIP KAUSALITAS:

Teori-teori ilmiah, dalam berbagai lapangan


eksperimen dan observasi, secara umum bergantung
secara mendasar pada prinsip dan hukum-hukum
kausalitas, yaitu: (1) Bahwa setiap peristiwa
mempunyai sebab, (2) tidak mungkin akibat terpisah
dari sebabnya, dan (3) dalam alam semesta ini terjadi
keselarasan (keteraturan), tidak terjadi dengan
kebetulan atau serampangan (Dalil Nash: QS: 2/164;
QS: 36/37-40; QS: 62/1; DLL)

68
QS: 36/36-40
36. Maha Suci Tuhan yang Telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
37. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah
malam; kami tanggalkan siang dari malam itu, Maka dengan serta merta
mereka berada dalam kegelapan.
38. Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah
ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
39. Dan Telah kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga
(Setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai
bentuk tandan yang tua [1267].
40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun
tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.

[1267] Maksudnya: bulan-bulan itu pada Awal bulan, kecil berbentuk


sabit, Kemudian sesudah menempati manzilah-manzilah, dia menjadi
purnama, Kemudian pada manzilah terakhir kelihatan seperti tandan
kering yang melengkung.
69
QS: 2/164:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

70
QS: 62/1

Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di


langit dan apa yang ada di bumi. Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

71
HUKUM KAUSALITAS FISIKAL
DAN SPIRITUAL
Sekaitan dengan pernyataan di atas maka sebab pun ada dua,
yaitu sebab-sebab yang bersifat: (1) fisikal/materi, dan (2)
spiritual (ruhani/non-materi).
Dalam hubungan ini kita kenali dalam tauhid istilah al-bada.
Yaitu suatu peristiwa dimana pengaruh kekuatan spiritual
menjadi lebih besar (dahsyat) dibanding dengan pengaruh faktor
fisikal. Contoh-contoh sekaitan dengan peristiwa ini, perhatikan:
Kisah Nabi Yusuf, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad, Nabi
Sulaiman, dan Imam-Imam suci lainnya (lihat bagan
sebelumnya).

72
HUKUM KAUSALITAS DAN AL-BADA

Dalam sejarah (Islam) sering terjadi peristiwa yang


dianggap aneh (di luar kebiasaan). Misal dalam
peristiwa Nabi Ibrahim yang dibakar oleh Raja
Nambrud tetapi tidak meninggal, dia selamat tidak
luka sedikit pun. Dalam peristiwa ini kekuatan
(sebab) spiritual Nabi Ibrahim lebih hebat (dahsyat)
dibanding dengan kekuatan (sebab) fisikal yang
diciptakan oleh Raja Nambrud, sehingga terjadilah
apa yang disebut al-bada (bisa terjadi pula pada
orang-orang bersih/suci lainnya).
73
BAGAN HUKUM KAUSALITAS

SEBAB-SEBAB FISIKAL
(BISA POSITIF/NEGATIF)

TAKDIR: AKIBAT

SEBAB-SEBAB SPIRITUAL
(BISA POSITIF/NEGATIF)

74
DERIVASI (IMPLIKASI) PRINSIP-PRINSIP
KAUSALITAS UMUM
• Prinsip kausalitas menjadi asas pertama semua ilmu
pengetahuan dan teori-teori eksperimental;
• Berbagai upaya pemaparan segala bidang pemikiran
manusia bergantung pada diterimanya prinsip
kausalitas;
• Tidaklah mungkin bahwa untuk memaparkan prinsip
kausalitas didasarkan pada persepsi inderawi yang
subjektif;

75
• Walaupun eksperimen tidak mampu
mengungkapkan sebab tertentu, kepercayaan
filosofis terhadap keberadaan sebab tetap kuat,
sesuai dengan prinsip kausalitas;
• Kegagalan eksperimen mengungkapkan sebab,
disebabkan karena dua hal: (1) karena eksperimen
itu terbatas, (2) karena sebab yang tidak diketahui
itu berada di luar pikiran empirikal (berada di luar
alam dan materi);

76
DALIL-DALIL (NASH) TENTANG HUKUM
SEBAB-AKIBAT SPIRITUAL

77
QS: 17/1:
Kekuatan spiritual Nabi Muhammad SAW sungguh
sangat luar biasa

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan


hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil
Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah Kami berkahi
sekelilingnya [847] agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.

78
QS: 12/93:
Sebab Spiritual (doa dan gamis Nabi Yusuf
bisa menyembuhkan mata ayahnya yang
buta karena menangisi Nabi Yusuf)
Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini,
lalu letakkanlah dia kewajah ayahku, nanti ia akan
melihat kembali; dan bawalah keluargamu
semuanya kepadaku".

79
QS: 6/160:
Satu amal kebaikan mengakibatkan 10 kali lipat
penggantinya

Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka


baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya

80
QS: 2/261:
Disebabkan berbuat baik, maka Allah
melipatgandakan penggantinya

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)


orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang dia kehendaki dan Allah Maha luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

81
QS: 13/39:
Allah bisa menghapus apa yang sudah ditetapkan-
Nya karena pengaruh faktor spiritual kita

"Yamhullohu maa yasyaau wa yustbit wa indahu


ummul kitaab"

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan


menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-
Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).

82
POTONGAN DOA PAGI DAN SORE:

Wain kuntu indaka fie ummil kitabi syaqiyya


waj’alni saidan fainnaka tamhuu ma tasyaau
watutsbitu wa indaka ummul kitabi

83
DOA :
“………Jika aku sudah ditetapkan dalam Umm
al-Kitab sebagai orang yang celaka, jadikanlah
aku orang yang bahagia, sesungguhnya
Engkau menghapus apa yang Engkau
kehendaki dan menetapkan apa yang Engkau
kehendaki. Di sisi-Mu Umm al-Kitab
(Doa Pagi dan Sore)

84
CONTOH HUKUM KAUSALITAS FISIKAL DAN SPIRITUAL DALAM
KEGIATAN BISNIS

FAKROR FISIKAL (SEBAB X1):


 TQM
 MODAL
 PASAR
 MANAJEMEN
KEBERHASILAN
 dst BISNIS
(TAKDIR)

FAKTOR SPIRITUAL (SEBAB X2):


•NIAT
 ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH
 MENGHARGAI ORANG LAIN
 TIDAK LICIK
 SHABAR,
DOA,. DST.
85
TUGAS:
Cari contoh hukum kausalitas lainnya
di bidang manajemen, bisnis,
ekonomi, pendidikan, dll. Lebih
khusus lagi coba cari hukum
kausalitas yang terjadi di lingkungan
terdekat (misal lingkungan kerja
sendiri).
86
HUKUM KAUSALITAS DAN STRUKTUR
PATH ANALYSIS
Sebetulnya struktur Path Analysis didasarkan
pada hukum kausalitas (sebab-akibat). Dalam
struktur Path Analysis terdapat hubungan
korelasional, hubungan kausal (kausalitas),
hubungan langsung dan tidak langsung.
Persoalannya adalah Path Analysis tidak (belum)
menjelaskan secara mendalam hubungan
kausalitas yang terjadi di sisi spiritual.
Termasuk model-model lain pun demikian. Ini
wilayah riset yang masih jarang dilakukan.
Perhatikan contoh struktur Path Analysis sbb:

87
Kepemimpinan (X1)

Motivasi (X2)

Kinerja Karyawan
(Y)
Lingkungan Kerja (X3)

Budaya
Organisasi (X4)

88
PENJELASAN:

Hubungan sesama variabel bebas (X1 dengan X2, X1


dengan X3, ........dst) sering disebut hubungan
korelasional (artinya sebab bisa menjadi akibat,
akibat bisa menjadi sebab). Sedangkan hubungan
antara X1, X2, X3 dan X4 dengan Y itu disebut
hubungan sebab akibat, baik secara langsung maupun
tidak langsung.

89
LITERATUR
Beerling, dkk. (terjemahan, 1986). Pengantar Filsafat Ilmu. Penerbit Tiara Wacana, Yogyakarta, Indonesia.
Cooper, D.R., and Emory, C.W., (1995). Business Research Methods. Richard, Irwin, Chicago, USA.
Chun, C. L., (1975). Path Anakysis--a Primer. Pacific Grove, California.
Fazlur Rahman (terjemahan, 2000). Filsafat Shadra. Penerbit Pustaka, Bandung, Indonesia.
Guven, Fatih (terjemahan, 1995). 560 Hadis dari 14 Manusia Suci. Penerbit Yayasan Islam Al-Bagir, Bangil,
Indonesia.
Herman Soewardi (1999). Roda Berputar Dunia Bergulir: Kognisi baru tentang timbul-tenggelamnya sivilisasi,
Bakti Mandiri, Bandung
Ibrahim Amini (terjemahan, 2002). Imam Mahdi: Penerus Kepemimpinan ILahi. Penerbit, Islamic Center
Jakarta, Indonesia.
Issac, S., and Michael, W.B., (1982). Handbook In Research and Evaluation, Edits Publishers, San Diego,
California, USA.
Ja'far Subhani Syaikh (1990). Memilih Takdir Allah menurut al-Quran dan Sunnah. Pustaka Hidaya, Jakarta
Muhammad Baqir As-Sahdr (terjemahan, 1991). Falsafatuna. Penerbit Mizan, Bandung, Indonesia.
Muthahari, Murtadha (1992). Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama. Mizan, Bandung
Osman Bakar (terjemahan, 1997). Hierarki Ilmu: Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu. Penerbit Mizan,
Bandung, Indonesia

90

Anda mungkin juga menyukai