TAMAN
WISATA
ALAM
(KS – 5)
Standar, kriteria dan
Indikasi dalam
Penataan Ruang
Judah Yosia Wanjoyo
(345180020)
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Repunlik Indonesia yang terdapat pada Bab II (Jenis dan Kriteria Zona atau Blok Pengelolaan)
berikut adalah standard dan Indikator mengenai Zona Taman Wisata Alam yang masuk dalam Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Kriteria blok pengelolaan TWA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), meliputi :
A. kriteria blok perlindungan/perlindungan bahari, meliputi:
1) tempat perlindungan jenis tumbuhan dan satwa;
2) tingkat ancaman manusia rendah; dan/atau
3) merupakan wilayah yang memiliki keterwakilan bentang alam, gejala alam, dan formasi geologi yang unik.
Pasal 57
Taman wisata alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) huruf b ditetapkan dengan kriteria:
a) mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang alam, gejala alam, serta formasi geologi
yang unik;
b) mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi
pariwisata dan rekreasi alam; dan
c) kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam.
Peraturan Menteri Agaria dan Tata Ruang
Berdasarkan Peraturan Menteri Agaria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota.
1. Pemerintah daerah harus menyusun dan menetapkan tata ruang kawasan wisata
alam melalui proses konsultatif dengan para pihak ( stakeholders )
2. Penataan ruang kawasan harus didasarkan pada hasil kaloborasi antara masukan para
pihak dengan perencana kawasan
3. Penataan ruang harus memperhatikan aspek lingkungan, termasuk konservasi sumber
daya alam dan sentitifitas ekosistem serta aspek sosial, budaya dan ekonomi masyarakat.
Pengambangan dan Arahan Mengenai
standar, kriteria dan Penataan Ruang di Zona
Taman Wisata Alam
Penataan ruang akan sangat mempengaruhi penyusunan rencana kawasan pariwisata yang merupakan inti dari seluruh perencanaan pengembangan pariwisata. Salah satu
aspek penting dalam perencanaan kawasan adalah penyusunan dan penetapan zonasi kawasan
Jenis-jenis zonasi yang umum digunakan dalam pengembangan wisata alam adalah:
Zona Intensif, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk dapat menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang tinggi dengan memberikan ruang yang luas untuk kegiatan dan
kenyamanan pengunjung. Dalam zona ini dapat dikembangkan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan pariwisata yang umumnya tidak melebihi 60% luas kawasan zonasi
intensif dan memperhatikan daya dukung lingkungan.
Zona Ekstensif, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk menerima kunjungan dan tingkat kegiatan terbatas, untuk menjaga kualitas karakter sumber daya alam. Dalam zona
ini kegiatan pengunjung harus dapat dikontrol dan pembangunan sarana d an prasarana terbatas hanya untuk pengunjung kegiatan, seperti jalan setapak, tempat istirahat,
menara pandang, papan penunjuk dan informasi.
Zona Perlindungan, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk tidak menerima kunjungan dan kegiatan pariwisata. Kawasan ini biasanya merupakan kawasan yang menjadi
sumber air bagi kawasan seluruh pulau, atau memiliki kerentanan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Ilustrasi
Pembagian Peruntukan Fasilitas
umum, bangunan
permanen, rekreasi, Zona
• Luas area terbangun untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata tidak melebihi 10 % (sepuluh persen) dari luas area yang diperuntukan bagi
pengembangan taman wisata alam
• Garis sempadan bangunan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
• Bangunan akomodasi menghadap ke area wisata alam dan tidak dihalangi oleh bangunan lain.
• Ketinggian bangunan disesuaikan dengan luas dan karakteritik area wisata
• Gaya arsitektur dan bahan bangunan untuk pembangunan sarana wisata disarankan mencerminkan identitas lokal dan ramah lingkungan.
• Pembuatan sistem sanitasi yang memenuhi standar kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan.
Terima Kasih