Standar perilaku atau standard of conduct aturan
yang dijadikan dasar adalah pada integritas moral dan sosial yang tinggi bagi anggota profesi dalam menjalankan profesinya. Selain harus menguasai pengetahuan di bidangnya, anggota profesi harus pula menguasai pengetahuan lain, misal filsafat, agama, budaya masyarakat, sosiologi dsb, dengan tujuan agar dalam menjalankan profesinya tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat. Standar profesi atau standard of profession harus dibedakan dengan standar perilaku. Standar profesi perlu dibahas karena alasan bahwa standar profesi harus dilihat secara dinamik dan tidak hanya diartikan kebiasaan dalam praktek saja. Perbuatan profesional diukur dengan kriteria-kriteria yang obyektif yang dan diharap menguasai dan mempraktekkan ketrampilan dan pengetahuan profesinya dengan sebaik-baiknya serta penilaian dilakukan atas dasar standar profesi yang berlaku di lingkungan profesinya. Jadi standar profesi tidak dapat dilepaskan dari sistem nilai yang berlaku dalam suatu organisasi profesi. Nilai-nilai yang terkandung di dalam kode etik profesi merupakan pedoman yang dijadikan acuan dasar untuk menjalankan profesi bagi para anggotanya. Perumusan standar profesi adalah sebagai berikut : Melakukan pekerjaan secara teliti dan hati-hati didasarkan pada kemampuan rata-rata dengan rekan seprofesinya dengan situasi dan kondisi yang sama untuk tujuan kongkret dalam profesinya. Perumusan tersebut merupakan suatu penarikan pengertian yang lebih umum dari perumusan standar profesi medis oleh HJ Leenen, sbb : berbuat secara teliti/seksama menurut ukuran medik (zoegvuldig handelen); sesuai dengan standar medik (volgens de medische standard); sebagai seorang dokter yang memiliki kemampuan rata-rata atau average dibanding dengan dokter dengan kategori keahlian medik yang sama (gemiddelde bekwaamheid van gelijke miesche categorie); dalam situasi dan kondisi yang sama (gelijke omstandigeheden); sarana upaya (middelen) yang sebanding/ proporsional (asas proporsionalitas); dengan tujuan kongkret tindakan/perbuatan medik tersebut (met het concrete handeling doel). Ukuran-ukuran tersebut dapat dijadikan pedoman secara umum, namun masih sering timbul persoalan dengan perkembangan masyarakat modern yang mengarah pada komersialisme, mengakibatkan adanya pergeseran pemahaman, dari paham yang mengkaitkan profesi sebagai pengabdian menuju pada hubungan kontrak dengana hukum, dimana para pihak terikat kepada hak dan kewajiban masing-masing baik atas dasar a contract basis (profesional dituntut untuk mencapai hasil prestasi tertentu) maupun atas dasar a tort basis (kesalahan atau kerugian secara hukum) yang mendasarkan diri pada eksistensi adanya kewajiban hukum. Kepentingan Profesi
Dilihat dari segi kepentingan profesi terdapat
unsur tanggung jawab yang merupakan beban moral. Sehingga terdapat pertautan antara kepentingan, tanggung jawab dan kewajiban, karena di dalamnya terdapat unsur kebaikan yang dibebankan pada kehendak bersama untuk dilaksanakan. Sejumlah kepentingan di dalam profesi : kepentingan klien/pasien yang dapat bersifat individual ataupun bersifat kolektif. Kepentingan ini langsung terkait apaabila terjadi malpraktek profesional. Dalam hubungannya dengan profesional, kedudukan klien/pasien bersifat dependen dan dalam kondisi konfidential atau rahasia dalam memberikan pelayanan. kepentingan masyarakat yang terkait erat dengan sifat profesi, karena sifat profesi harus mengedepankan pelayanan altruistic (mementingkan kepentingan lain) atau kepentingan umum; kepentingan negara, masalahnya akan banyak berkaitan dengan kebijaksanaan sosial dalam bentuk program-program pembangunan nasional. kepentingan organisasi profesi. Peranan organisasi profesi tidak hanya berusaha untuk pembinaan sumberdaya manusia, namun juga peran untuk pemantapan organisasi profesi. Pembidangan Profesi
Pembidangan profesi ini tidak mutlak karena
bidang-bidang tersebut dapat dijalani oleh profesional sekaligus. Pembidangan profesi dibedakan menjadi 2 macam : Consulting Profession adalah profesi yang dalam menjalankan praktek profesinya didasarkan pada fee for service dan hubungan dengan klien/pasien bersifat personal individual. Mereka menerima imbalan jasa (honorarium) berdasarkan jasa yang diberikan, sedangkan pelayanannya pada klien/pasien bersifat perorangan atau pribadi, bahkan bersifat rahasia. Dengan demikian semakin banyak yang dilayani dan semakin sering jasa diberikan, semakin besar pula imbalan finansial yang diterima. Scholarly Profession adalah suatu profesi yang lebih banyak bekerjanya atas dasar gaji tetap, maka finansialnya tidak ditentukan oleh jumlah klien/pasien yang dilayaninya. Misalnya: dosen, peneliti ilmiah, polisi, jaksa, hakim, jurnalis dsb. Pengelompokan profesi hukum menjadi 2 (dua) : yaitu profesi hukum yang bekerja atas tanggung jawabnya sendiri, yaitu : notaris dan advokat; sedangkan yang lain adalah yang masuk ke dalam jajaran eksekutif, ada banyak profesi yang ikut memfungsikan hukum, misalnya : jaksa dan hakim, adalah 2 profesi penting yang dapat dimasukkan ke dalam pemerintahan karena mereka memang masuk dalam jajaran eksekutif. Namun keduanya adalah juga unsur yang memainkan peranan dalam peradilan. Kode Etik perlu dituangkan dalam bentuk Tertulis Untuk mencapai tujuan profesi maka perlu adanya kode etik, yang dituangkan dalam suatu anggaran dasar sebagai landasan, pedoman dan pijakan dalam menunaikan dana tanggung jawab profesinya. Asosiasi profesional baik tingkat nasional maupun yang berskala internasional selalu mempunyai Code of Etic atau Kode Etik untuk menyelenggarakan atau mengatur perilaku dari para anggotanya dalam praktek profesional. Dalam skala nasional contohnya : IDI, PGRI, INI dsb. Adalah amat beralasan adanya pengaturan mengenai pengawasan terhadap profesional yang bertujuan untuk menjamin pengamanan dari kepentingan masyarakat dari profesional yang menjalankan profesinya secara tidak bertanggung jawab dan tidak mengindahkan nilai-nilai dan ukuran etika serta melalaikan keluhuran dari martabat dan tugas profesi. Sejumlah alasan mengapa kode etik harus tertulis, adalah sbb : kode etik itu diperlukan sebagai sarana kontrol sosial. Kode etik memberikan semacam kriteria bagi para calon anggota kelompok profesi dan membantu mempertahankan pandangan para anggota terhadap prinsip profesional yang telah digariskan. kode etik profesi mencegah pengawasan atau campur tangan yang dilakukan oleh pemerintah atau oleh masyarakat melalui beberapa agen atau pelaksananya. Para penyandang profesi telah memilih untuk menyelenggarakan dan menetapkan rambu- rambu tertentu bagi kelompoknya sendiri. sementara itu kode etik digunakan untuk melindungi kelompoknya sendiri maupun masyarakat pada umumnya. kode etik penting untuk pengembangan rambu- rambu kehendak yang lebih tinggi. Kode etik ini dasarnya adalah suatu perilaku yang sudah dianggap benar serta berdasarkan metode prosedur yang benar pula. Kode etik semacam itu sudah banyak dilakukan oleh para anggota sebuah kelompok profesional, dan ini akan terlaksana lebih lancar dan lebih efektif apabila kode etik itu dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat mendatangkan rasa puas bagi pihak-pihak ybs. Kode etik adalah kristalisasi dari hal-hal yang biasanya sudah dianggap baik menurut pendapat umum serta didasarkan atas pertimbangan kepentingan profesi ybs. Jadi kode etik tersebut pada dasarnya dimaksudkan untuk sedapat mungkin mencegah kesalahpahaman dan konflik. Kode etik memudahkan kelompok untuk menekan semua hal yang dapat menurunkan posisi kelompok, atau sebaliknya dapat digunakan sebagai bahan refleksi atas nama baik kelompok. Robert D Kohn : ada 5 (lima) tahap perkembangan yang memberikan gambaran tentang kecenderungan umum profesi, yaitu : kode etik organisasi dimaksudkan untuk melindungi anggota-anggotanya dalam menghadapi persaingan yang tidak jujur dan untuk mengembangkan profesi yang sesuai dengan cita-cita masyarakat; hubungan sesama anggota profesi adalah sangat penting, sopan santun kesehariannya harus dijaga dengan baik diantara anggota yang satu dengan yang lainnya dalam profesi yang sama; dengan kode etik, semua anggota berada dalam satu ikatan yang kuat. Hal demikian agar tidak ada campur tangan dari pihak luar atau untuk melindungi profesi terhadap pemberlakuan hukum yang tidak adil; agar praktik pengembangan profesi sesuai dengan cita-cita, para anggota harus memiliki kualifikasi pendidikan yang memadai dan diketahui pula berasal dari almamater mana mendapat pendidikan; adalah tahap dimana orang memandang penting tentang adanya hubungan antara profesi dengan pelayanan yang memang dibutuhkan oleh masyarakat umum. Disini kebutuhan masyarakat umum memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan hak-hak sebuah profesi; bahkan pelayanan kepada masyarakat adalah sesuatu yang sangat diharapkan selalu terjadi. Profesi berbeda dengan Bisnis
Asosiasi yang bersifat profesional adalah
merupakan organisasi yang bukan bertujuan untuk mendapat keuntungan yang bersifat materi (laba) akan tetapi berdasarkan pada prinsip kerja sama dan kesukarelaan. Lazimnya untuk mencapai keanggotaan diperlukan kualifikasi akademis, ujian akreditasi, ujian kode etik, atau ijin serta ijazah, walaupun tidak selamanya demikian. Kegiatan bisnis memusatkan perhatiannya pada pencapaian tujuannya, yaitu kembalinya modal/uang yang seterusnya dibagikan kepada pemilik usaha atau pemegang saham; sedangkan cita-cita sebuah profesi justru menitik beratkan pada kesediaan melakukan kegiatan yang bermotif pelayanan. Cita-cita sebuah profesi pada dasarnya menuntut person/individual untuk memberikan pelayanan dan memperoleh kompensasinya atau imbalan jasa yang berusaha memajukan kepentingan umum. The Inter-Professional Conference sasaran yang hendak dituju profesi : menemukan cara untuk membebaskan bentuk- bentuk profesi dari dominasi kepentingan pribadi yang cenderung egois, baik kedalam maupun keluar; memanfaatkan cara-cara dan sarana yang ada untuk menjadikan pengetahuan tentang arti profesi dan ketrampilan profesional lebih berguna bagi keuntungan masyarakat; menciptakan diantara bentuk-bentuk profesi demi hubungan sehat terwujudnya tujuan akhir sebuah profesi.