Anda di halaman 1dari 90

MANAJEMEN RUANG ICU – CCU

RSUP Dr.KARIADI SEMARANG


DASAR –DASAR HUKUM
A. UU KESEHATAN NO. 36 TAHUN 2009

B. UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

C. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1778/Menkes/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit

E. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 340/Menkes/PER/III/2010
tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
Sejarah
1860, Florence Nightingale, mengusulkan
perhatian ahli anestesi sampai ke masa
pasca bedah
1940, Mayo Clinic membuat Post
Anesthesia Care Unit
1950, wabah poliomyelitis di Scandinavia,
Bjorn (dokter ahli anestesia) melakukan
intubasi dan mengendalikan pernafasan
1952, Engstrom membuat ventilator
bertekanan positif
24/10/2019
Sejarah
1958, Dr. Peter Safar (anestesiologis),
membuka ICU pertama di Baltimore City, USA
1971, mulai berdiri ICU-ICU di Indonesia
Prof. Dr. Moch. Kelan dan Prof. Dr. Muhardi Muhiman
memulai ICU di RSCM, Jakarta
Prof. Dr. Karijadi Wirjoatmodjo memulai ICU di RS Dr.
Soetomo, Surabaya
Prof. Dr. Himendra Wargahadibrata memulai ICU di RS.
Hasan Sadikin, Bandung
Prof. Dr. Haditopo memulai ICU di RS. Dr. Karijadi,
Semarang
Pedoman Pelayanan ICU
Pedoman Pelayanan ICU dimulai dengan
edisi pertama Standar Pelayanan ICU tahun
2003 yang disusun secara bersama oleh
IDSAI dan PERDICI
Keputusan Menteri Kesehatan nomor:
1203/Menkes/SK/XII/2008 mengenai
Standar Pelayanan ICU
Tahun 2010 diganti nama menjadi
Pedoman Pelayanan ICU dan dibuat pula
Pedoman Pelayanan HCU
Tujuan
1. Memberikan acuan pelaksanaan pelayanan
ICU di rumah sakit
2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan
keselamatan pasien di rumah sakit
3. Menjadi acuan pengembangan pelayanan
ICU di rumah sakit
DENAH IRIN KARIADI
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
INDIKASI
Pasien yang dirawat di ICU adalah :
a. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim
intensive care.
b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem organ
tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga
dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan metode
terapi titrasi.
c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu
dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis.
STRUKTUR ORGANISASI
KEPALA IRIN
(KIC)

KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR


KEU & ADM MUTU SDM & LOGISTIK

KEPALA RUANGAN KEPALA RUANGAN KEPALA RUANGAN


ICU & CCU PICU & NICU HCU

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT


PRIMER (PPJP) PRIMER (PPJP) PRIMER (PPJP) PRIMER (PPJP) PRIMER (PPJP) PRIMER (PPJP)

PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT PERAWAT
ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE ASOSIATE
24/10/2019
KONTINUITAS PELAYANAN

1. Untuk efektivitas, keselamatan dan ekonomisnya pelayanan


ICU, maka perlu dikembangkan unit pelayanan tingkat
tinggi (High Care Unit=HCU).
2. Fungsi utama HCU adalah menjadi unit perawatan-antara
dari bangsal rawat dan ICU : pasien tidak memerlukan
perawatan ICU namun belum dapat dirawat di ruang rawat
biasa karena masih memerlukan pemantauan yang ketat.
3. HCU tidak memerlukan peralatan canggih seperti ICU
tetapi yang diperlukan adalah kewaspadaan dan
pemantauan yang lebih tinggi.
Dokter Ahli
Dokter Bedah
Saraf

?
PERAWAT
ICU

Dokter Penyakit
Dalam
Dokter Ahli Pasien
Jantung POLIFARMASI
Dokter
Anestesi
Dokter Ahli
Paru
NEUROLOGI ILMU
KEDOKTERAN
DASAR
MULTIDISIPLIN &
MANEJEMEN
ILMU
KEDOKTERAN
TUNGGAL
KARDIOLOGI
ANAK
INTENSIVIS

PASIEN
PERAWAT ICU
PULMONOLOGI PENYAKIT
DALAM

ANESTESIOLOGI
BEDAH
SUHU RUANGAN ICU
SESUAI AKREDITASI SUHU RUANGAN ICU < 25 C

24/10/2019
DOKUMENTASI

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
PENULISAN TERAPI SESUAI
AKREDITASI KARS / JCI

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
PPI DI ICU
SATU PASIEN SATU PAKET TEMPAT SAMPAH

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
lanjutan
SINAR “UV” SUDAH TIDAK DI
REKOMENDASIKAN, KARENA “UV” TIDAK
MENJANGKAU SAMPAI SELAH-SELAH BAWAH
BED.
PEMBERSIHAN DI LAKUKAN DENGAN SWAP
DISINFEKTAN YANG DI LAKUKAN OLEH
“HOUSE KEEPING” (MEJA, BED, VENTILATOR,
TEMPAT SAMPAH, AC, TEMBOK, JENDELA)

24/10/2019
LINEN

SESUAI DENGAN AKREDITASI LINEN


TIDAK BOLEH DI JEMUR, KARENA
PROSES PENJEMURAN AKAN
TERPAPAR BAKTERI MELALUI UDARA
BEBAS. JADI PROSES PENCUCIAN DI
KERINGKAN LEWAT MESIN DAN
LANGSUNG DI SETRIKA
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
HAND HYGIENE
HAND HYGIENE DI LAKUKAN BERSAMA SETELAH
KONFERENSI, 6 LANGKAH 5 MOMENT
• Sebelum kontak dengan pasien
• Sebelum prosedur aseptik
• Setelah terkena cairan tubuh pasien
• Setelah kontak dengan pasien
• Setelah berada di lingkungan pasien

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
PROSEDUR TINDAKAN
• SATU ALAT SATU PASIEN
• SATU ALAT SATU TINDAKAN

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
ALAT MEDIS
• VENTILATOR : 20

24/10/2019
TROLEY EMERGENCY

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
KETENAGAKERJAAN
• RATIO PERAWAT 1:1
• 1 PASIEN : 1 PERAWAT
• TERDAPAT DPJP DAN PPJP

24/10/2019
24/10/2019
24/10/2019
RUANG OBAT
RUANG OBAT HARUS TERPISAH TERSENDIRI
DENGAN SUHU 8 – 22 C

24/10/2019
EMERGENCY CODE

24/10/2019
Asas Prioritas

Setiap dokter dapat memasukkan pasien


ke ICU sesuai dengan indikasi masuk ke ICU
yang benar.
Karena keterbatasan jumlah tempat tidur
ICU, maka berlaku asas prioritas dan
indikasi masuk.
24/10/2019
24/10/2019
Indikasi masuk: Prioritas 1
Pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan
terapi intensif dan tertitrasi, seperti:
dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu suportif
organ/sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif
kontinyu, obat anti aritmia kontinyu, pengobatan
kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
Contoh pasien kelompok ini antara lain, pasca bedah
kardiotorasik, pasien sepsis berat, gangguan
keseimbangan asam basa & elektrolit yang
mengancam nyawa.
Institusi setempat dapat membuat kriteria spesifik
untuk masuk ICU, seperti derajat hipoksemia,
hipotensi dibawah tekanan darah tertentu.
Indikasi masuk: Prioritas 2
Memerlukan pelayanan pemantauan canggih di
ICU, sebab sangat berisiko bila tidak
mendapatkan terapi intensif segera, misalnya
pemantauan intensif menggunakan pulmonary
arterial catheter.
Contoh pasien seperti ini antara lain mereka yang
menderita penyakit dasar jantung-paru, gagal
ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami
pembedahan major.
Indikasi masuk: Prioritas 3
Pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau
penyakit akutnya, secara sendirian atau kombinasi.
Kemungkinan sembuh dan/atau manfaat terapi di
ICU pada golongan ini sangat kecil.
Contoh pasien ini antara lain pasien dengan
keganasan metastatik dengan penyulit infeksi,
tamponade jantung, sumbatan jalan napas, atau
pasien penyakit terminal disertai komplikasi penyakit
akut berat.
Pengelolaan hanya untuk mengatasi kegawatan
akutnya dengan tidak melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru
Pengecualian / Tidak indikasi
1.Memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan
hidup yang agresif, termasuk DNR (do not resusitate).
2.Dalam keadaan vegetatif permanen.
3.Dipastikan telah mengalami mati batang otak. Dapat
dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ sebagai
donor organ.
4.Secara fisiologis stabil dan secara statistik berisiko rendah
untuk memerlukan terapi ICU. Contoh pasien kelompok ini
antara lain, pasien pasca bedah vaskuler yang stabil, pasien
diabetik ketoacidosis tanpa komplikasi, keracunan obat tetapi
sadar, dan sebagainya. Pasien-pasien semacam ini lebih tepat
kalau dimasukkan ke High Care Unit (HCU) untuk terapi definitif
dan/atau observasi.
Kriteria Keluar

• Prioritas pasien dipindahkan dari ICU


berdasarkan pertimbangan medis oleh
kepala ICU dan tim.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai