Anda di halaman 1dari 33

PBL 5.

3 SKENARIO 1
FEBRIS PUERPERALIS

Kelompok 3
Shelin Clarissa Sethio 1523017009
Vincentius Calvin Rahul Hertanto 1523017013
Bima Adi Dharma 1523017020
Andreas Harsono 1523017026
Mohammad Roby Ervananda 1523017030
Nadhif Faridiansyah Ade 1523017034
Putu Cantika Jenise Asri Masta 1523017046
Maharani Titian Nada 1523017048
Maria Rossita Widyaningrum 1523017052
Skenario Pemicu
Seorang perempuan usia 25 tahun datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan demam tinggi. Keluhan dirasakan sejak 2 hari terakhir disertai
dengan nyeri pada payudara kanan. Pasien riwayat melahirkan 40 hari yang
lalu

Kata Kunci
• Perempuan, 25 tahun
• Demam tinggi
• Nyeri pada payudara kanan
• Sejak 2 hari terakhir
• Riwayat melahirkan 40 hari yang lalu
Rumusan Masalah
• Definisi, etiologi beserta patofisiologi Febris Puerperalis
• Anatomi dan histologi yang sesuai dengan kasus serta fisiologi laktasi
• Diagnosis banding : etiologi, patofisiologi, faktor resiko, penegakan
diagnosa
• Tatalaksana dan edukasi sesuai kasus
• Komplikasi dan prognosis
Mind Map
Perempuan 25 tahun
Febris Puerperalis

Definisi Pemeriksaan
Etiologi
Penunjang

Tatalaksana, prognosis,
Infeksi Non-infeksi edukasi dan komplikasi

Pelvis Ekstra Pelvis

Nyeri Payudara
Status Medik
Anamnesis :
Identitas pasien : Riwayat Penyakit Dahulu : Baru
1. Nama : Ny. Alisa pertama kali sakit seperti ini
2. Umur : 25 tahun Riwayat Keluarga : Tidak ada riwayat
3. Jenis kelamin : Perempuan keluarga
4. Alamat : Graha Famili No. 14 Riwayat Persalinan
5. Pendidikan : - • Riwayat persalinan normal
6. Pekerjaan : Pegawai • Anak laki-laki
7. Suku bangsa : - • Anak pertama
8. Agama :- Riwayat obat-obatan
Keluhan utama : • Sudah minum obat
• Demam 2 hari berkelanjutan demam,namun turun sebentar
• Nyeri payudara kanan, terutama bila Riwayat sosial : Tidak ada riwayat
ditekan sosial
• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien menyusui setiap 3-4 jam karena
kerja sehingga tidak teratur
Pemeriksaan Fisik Toraks
Keadaan Umum : Compos mentis • Inspeksi : tidak ada kelainan
(GCS=456) • Palpasi : gerak nafas simetris,
Berat Badan : 56 kg fremitus raba simetris
Tinggi Badan : 150 cm • Perkusi : sonor/sonor
Tanda Vital • Auskultasi : vesikuler/vesikuler,
• Suhu aksiler : 39oC tidak ada suara tambahan, suara
jantung normal
• Tekanan darah : 110/80 mmHg
• Payudara : Ukuran normal,
• Denyut nadi : 92 kali per menit
kemerahan pada mammae kanan,
• Rr : 22 kali per menit benjolan pada inferior areola
Kepala-Leher kanan, batas tidak jelas,
• Tidak didapatkan anemia, icterus, konsistensi tidak teridentifikasi,
cyanosis maupun dyspnea, mata mammae kanan dan kiri dapat
tidak cowong, tidak didapatkan mengeluarkan ASI.
pembesaran kelenjar getah bening
Abdomen Pemeriksaan Penunjang
• Flat, supel, hepar dan lien tidak Darah lengkap :
teraba, bising usus normal, tidak • Hb : 12,2 g/dl
didapatkan meteorismus, vesica
• Hct : 37%
urinaria tidak teraba adanya
pembesaran • WBC : 16.900/ul
Ekstremitas • Platelet : 258.000/ul
• Akral hangat • LED : 30 mm/jam
• Turgor normal Urinalisis :
- Warna normal, jernih
- Dalam batas normal
Diagnosis

Diagnosis Kerja : Mastitis


Diagnosis Banding :
• Mastitis
• Galaktokel
• Abses Payudara
• Fibroadenoma Payudara
• Karsinoma Payudara
Diagnosis Definitif : Mastitis
Tata Laksana
• Terapi farmakologi : Antibiotik, analgesik
• Terapi non-farmakologi
Prognosis
• - Ad Bonam (Baik apabila diaasi secara baik, cepat dan tepat)
FEBRIS PUERPERALIS

• Definisi : peradangan atau infeksi post-partum dengan meningkatnya


suhu atau temperature menjadi 38oC atau lebih tanpa
mengikutsertakan hari pertama.

• Etiologi :
- Infeksi traktus genitalis
- Infeksi dari insisi abdominal
- Breast engorgement / pembengkakan payudara
Patofisiologi
Perubahan
konsentrasi hormon Bakteri di Serviks
steroid

Jumlah dan Fungsi Cairan Amnion


limfosit

Penurunan
Pembentukan
Menurun pertahanan imun
Antibodi
host

Produksi Sitokin Infeksi


Patofisiologi febris puerpuralis ini dapat dibedakan berdasarkan letak
faktor resikonya yaitu:
• Status Sosioekonomi (ketuban pecah dini dan seksio sesarea)
• Proses persalinan (partus lama, lamanya ketuban pecah,
korioamnionitis, dan perdarahan yang terjadi.)
• Tindakan persalinan (ekstraksi forsep, tindakan episiotomy, laserasi
jalan lahir, dan pelepasan plasenta secara manual juga meningkatkan
resiko timbulnya infeksi nifas.)
ANATOMI MAMMAE

• Pada umumnya terbagi menjadi 3 bagian,


yaitu :
1. Korpus : lobus, lobulus, alveoli
2. Areola
3. Papilla mammae
• Rata – rata berat kelenjar mammae : 150-
200 gram
• Pada periode laktasi : 300-900 gram

• Vaskularisasi :
- a.v. mammaria internal
- a. thoracalis lateralis
- V. interkostalis
- V. aksilaris
HISTOLOGI MAMMAE
FISIOLOGI LAKTASI
DIAGNOSIS BANDING

1. Mastitis
2. Abses Payudara
3. Galaktokel
4. Fibroadenoma Payudara
5. Karsinoma Payudara
1. MASTITIS
• Definisi : Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu
atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau
tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI,
mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi.

• Etiologi : Terdapat 2 penyebab utama yaitu stasis ASI dan infeksi.


Stasis ASI merupakan penyebab primer berkembang menuju
infeksi sedangkan yang infeksi biasanya disebabkan yang paling
umum Staphylococcus Aureus.
• Gejala :
1. Demam dengan suhu lebih dari 38ºC.
2. Menggigil, atau benar-benar kaku, yang segera diikuti oleh demam dan
takikardia.
3. Payudara menjadi keras dan kemerahan serta nyeri berat (area payudara
kemerahan, sangat nyeri saat ditekan dan menyakitkan dengan benjolan
yang cukup besar dan keras).
4. Malaise umum dan sakit kepala.
5. Nyeri ringan pada suatu bagian payudara yang semakin memburuk saat
bayi menyusui.
6. Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak
menyusu karena ASI terasa asin.
7. Sering terjadi minggu ke 3 sampai ke 4 postpartum tapi dapat terjadi
selama masa menyusui.
PATOFISIOLOGI

STATIS ASI INFEKSI BAKTERI


1. Terjadinya mastitis diawali dengan 1. Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu
peningkatan tekanan di dalam duktus melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe
(saluran ASI) akibat stasis ASI.
sekitar duktus (periduktal) atau melalui
2. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka penyebaran hematogen (pembuluh darah).
terjadi tegangan alveoli yang berlebihan 2. Organisme yang paling sering menyebabkan
dan mengakibatkan sel epitel yang mastitis adalah bakteri dari hidung dan laring
memproduksi ASI menjadi datar dan bayi seperti Staphylococcus aureus, Escherecia
tertekan, sehingga permeabilitas jaringan coli dan Streptococcus.
ikat meningkat. 3. Kurangnya hygen dari ibu terutama tangan
3. Beberapa komponen (terutama protein memegang payudara saat menyusui bayi yang
belum cuci tangan.
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma
masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke
jaringan sekitar sel sehingga memicu
respons imun.
4. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan
terjadinya infeksi
FAKTOR RESIKO
1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
2. Puting lecet atau luka pada payudara.
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
4. Teknik menyusui yang tidak benar (pengosongan hanya terjadi pada 1 sisi)
5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik.
6. Ibu atau bayi sakit, ibu malnutrisi, ibu stres atau kelelahan.
7. Produksi ASI yang terlalu banyak.
8. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
9. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada
mobil.
10. Bentuk mulut bayi yang abnormal (cleft lip or palate) dapat menimbulkan luka pada
puting susu

Pemeriksaan Penunjang : USG, mammografi, FNA-B.


2. ABSES PAYUDARA
• Definisi : komplikasi mastitis yang • Gejala :
biasanya terjadi karena pengobatan 1. Terdapat bejolan yang membengkak,
terlambat atau tidak adekuat. nyeri tekan
2. Kemerahan, panas jika disentuh, dan
• Etiologi : edema pada kulit diatasnya.
1. Abses payudara puerperal biasanya dapat 3. Untuk kasus yang ditelantarkan
mengandung S. aureusdan spesies 4. Benjolan menjadi berfluktuasi,
Streptococcus. Methicillin-resistant S. perubahan warna kulit dan nekrosis.
Aureus (MRSA) telah menjadi semakin 5. Demam dalam waktu 48-72 jam,
umum. menggigil, atau pertumbuhan massa
2. Abses nonpuerperal biasanya yang teraba.
mengandung flora campuran (S aureus, 6. Keluar nanah/pus dari puting,
spesies streptokokus) dan anaerob. 7. Malaise, dan timbul limfadenopati
3. Masalah-masalah pada ibu primipara : pectoralis, axiller, parasternalis, dan
Puting nyeri/lecet, payudara bengkak subclavia.
saluran susu tersumbat.
Pemeriksaan Penunjang : USG,
mammografi atau biopsy (bila tidak sedang
menyusui).
• Patofisiologi :
1. Infeksi yang berulang atau bisa karena komplikasi lanjutan dari mastitis.
2. Infeksi karena bakteri yang tidak segera ditangani sehingga terjadi sumbatan di kalenjar
payudara dan berkumpulnya nanah (abses) di payudara. Terjadi karena pada ibu yang
menyusui kurang menjaga kebersihan payudaranya.
3. Luka/lesi pada organisme masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) puting produksi
susu normal terjadi penyumbatan duktus peradangan terbentuk abses.

• Faktor Resiko
1. Menderita diabetes, HIV/AIDS
2. Memiliki kebiasaan merokok (perokok berat)
3. Pernah infeksi payudara sebelumnya, atau operasi payudara sebelumnya,
4. Kelelahan
5. Anemia
6. Rendahnya sistem imun
3. GALAKTOKEL

• Definisi : kista retensi berisi air susu. • Gejala :


Dalam hal ini penyumbatan terjadi pada 1. Terdapat massa (benjolan pada
duktus laktiferus. Galaktokel dapat payudara)
terjadi pada ibu yang baru / sedang 2. Ukuran massa bervariasi
menyusui. 3. Konsistensi lunak (terdapat
kemungkinan benjolan teraba keras)
• Etiologi : 4. Berbatas jelas
1. Air susu mengental,sehingga 5. Mobile
menyumbat lumen saluran, hal ini terjadi 6. Nyeri tekan
akibat air susu jarang dikeluarkan
2. Adanya penekanan saluran air susu dari • Faktor Resiko :
luar 1. Genetik (Adanya distribusi predileksi
3. Ibu berhenti menyusui antarbangsa atau suku bangsa.)
4. Penggunaan alat kontrasepsi oral 2. Pengaruh hormon (Melahirkan anak
5. Galaktorea pertama pada usia> 35tahun, resikonya
2 kali lebih besar.)
Pemeriksaan Penunjang : USG, 3. Makanan (Terutama makanan yang
Mammografi, FNA-BIOPSY mengandung banyak lemak.)
4. Radiasi di daerah dada
4.FIBROADENOMA PAYUDARA

•Definisi : tumor jinak pada payudara (massa) • Gejala :


1. tidak nyeri rasa sakit,
mirip marmer yang terdiri dari jaringan epitel 2. unilateral,
dan stroma yang terletak di bawah kulit 3. ada benjolan padat, bukan berisi cairan,
payudara. Massa yang keras dan kenyal dengan solitary dan tidak fiksasi (mobile).
batas reguler seringkali bervariasi dalam 4. pertumbuhan cepat dengan konsistensi karet
dan batas reguler.
ukuran. Fibroadenoma sering disebut sebagai
mouse payudara karena mobilitasnya yang • Patofisiologi :
tinggi. 1. Hormonal
2. Genetika
•Etiologi : Idiopatik, diduga karena hormonal Mutasi gen yaitu gen mediator kompleks subunit 12
(estrogen) (MED12).

•Pemeriksaan Penunjang : USG, mamografi, • Faktor Resiko :


biopsy (histopatologi).
1. Wanita dengan usia sekitar 14 - 35 tahun, setelah
menopause jarang.
2. Riwayat penyakit keluarga atau genetik
(MED12).
5. KARSINOMA PAYUDARA
• Definisi : merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel
Lobulus maupun ductus payudara.

• Etiologi : Idiopatik.

• Gejala :
1. Benjolan di payudara bisa unilateral atau bilateral (tidak nyeri 66%, bisa nyeri pada saat
palpasi atau geseran, atau nyeri lokal salah satu payudara.
2. Kecepatan tumbuh dengan/tanpa rasa sakit.
3. Nipple discharge (keluarnya sekret atau cairan dari puting susu); ada radang atau ulserasi
puting susu.
4. Retraksi (tertarik masuk) puting susu, dan bisa timbul krusta (sekret kuning mulai
mengeringdi sekitar).
5. Kelainan kulit : peau d’orange karena obstruksi pembuluh limfe kulit dan jaringan subkutan
(seperti kulit jeruk yang disertai retraksi kulit), dimpling (fiksasi tumor pada kulit dengan
retraksi)
6. Benjolan ketiak dan edema lengan.
7. Keluhan tambahan: berupa nyeri tulang (vertebra, femur) dan sesak dan lain sebagainya.
Patofisiologi :
1. Perubahan genetik (10 % berhubungan dengan mutasi warisan)
2. Pengaruh hormon
3. Lingkungan

Faktor Resiko :
1. Peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun,
2. Riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53
(p53)
3. Riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas
tinggi pada mamografi),
4. Riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun),
5. Riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui),
6. Hormonal, obesitas, konsumsi alkohol,
7. Riwayat radiasi dinding dada dan faktor lingkungan.

Pemeriksaan Penunjang : Mammografi, USG, imunohistokimia, biopsy.


Tata Laksana
Pengeluaran Asi efektif
• Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara.
• Dorongan untuk sering menyusui, sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki, tanpa ada batasan.
• Bila diperlukan, peras asi dengan tangan ataupun pompa sampai menyusui
dapat dimulai kembali.

Farmakologi :
Antibiotik : Antibiotik diberikan bila dalam waktu 12-24 jam tidak ada
perbaikan setelah pengeluaran asi efektif.
• Penicillin atau eritromisin (bila terdapat alergi penicillin) 250 mg - 500 mg
setiap 6 jam
• Dikloksasilin 250 mg PO 4 kali/hari selama 10-14 hari
• Amoxicillin 250 mg - 500 mg setiap 8 jam selama 10-14 hari
• Clindamycin 300 mg selama 10-14 hari
Lalu lakukan evaluasi dalam 72 jam, bila infeksi tidak hilang maka dapat
dilakukan kultur asi.
Analgesik : Untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien dapat diberikan ibuprofen
dosis 1,6 gr/hari karena dianggap aman dan tidak terdeteksi dalam asi.

Non Farmakologi
• Menggunaan bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat.
• Perhatikan kebersihan yang cermat saat mencuci tangan dan melakukan
perawatan payudara.
• Kompres hangat pada area yang sakit.
• Pijat area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran asi (jangan melakukan
pemijatan bila dikhawatirkan dapat membuat bakteri infeksi menyebar ke
seluruh area payudara sehingga dapat menambah resiko infeksi).
• Peningkatan asupan gizi dan cairan
Edukasi :
Lakukan konseling pada ibu bahwa payudara yang sakit tidak
membahayakan bayi, dan akan lebih baik bila bayi menyusu dari
payudara yang sakit karena akan membantu pengeluaran asi secara
efektif, tetapi bila ada abses hindari bayi menyusu pada payudara yang
sakit sehingga bayi hanya menyusu pada payudara yang sehat.
Pengeluaran asi harus tetap dilakukan pada payudara yang sakit.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa payudara dapat pulih dalam bentuk semula
dan fungsi yang sama
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS

Komplikasi :
1. Abses : abses merupakan komplikasi dari mastitis, yang diakibatkan dari pengobatan
terlambat atau tidak adekuat.
2. Mastitis berulang/kronis : Mastitis berulang dapat terjadi bila kurangnya hygiene, stasis
air susu berulang, dan pengobatan yang terlambat dan tidak adekuat.

Prognosis :
Ad bonam, baik bila pasien diterapi dengan baik, cepat dan tepat.
Ringkasan
Pasien perempuan usia 25 tahun datang dengan keluhan utama demam
dan nyeri pada payudara kanan sejak 2 hari terakhir. Dari hasil anamnesis
didapatkan sudah minum obat demam namun hanya turun sebentar, pasien
menyusui setiap 3-4 jam karena kerja sehingga tidak teratur, riwayat persalinan
normal, anak pertama, laki-laki. Kemudian pada pemeriksaan fisik didapatkan
suhu tubuh 39oC serta pemeriksaan payudara didapatkan ukuran normal,
kemerahan pada mammae kanan, benjolan pada inferior areola kanan, batas tidak
jelas, konsistensi tidak teridentifikasi, mammae kanan dan kiri dapat
mengeluarkan ASI. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dicari
diagnosis banding yang sesuai berdasarkan masalah pada nyeri pada payudara
kanan yang disebabkan pasien jarang menyusui karena kerja. Didapatkan
diagnosis banding galaktokel, abses payudara, karsinoma payudara dan mastitis.
Setelah menentukan diagnosis banding ditemukan diagnosa kerja kami yaitu
mastitis karena berdasarkan dari gejala yang dialami serta faktor resiko yang
didapat. Serta dari hasil pemeriksaan darah lengkap didapatkan peningkatan
leukosit atau leukositosis menjadi 16.900 yang menunjukkan adanya suatu
infeksi atau peradangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai