Anda di halaman 1dari 37

TAUFIQ AMRULLAH

 Pengawasan adalah salah satu fungsi dasar manajemen


yaitu pengamatan agar tugas-tugas yang telah
direncanakandilaksanakan dengan tepat sesuai rencana,
dan apabila terdapat penyimpangan diadakan tidakan-
tindakan perbaikan (George R Terry).
 Pemeriksaan sebagai – bagaian dari penyelenggaraan
pengawasan yang merupakan salah satu fungsi manajemen
pemerintahan (government) menunjukan kegiatan atau
proses pemerintah yang melaksanakan control atas pihak
lain (the activity or the process of governing).
 Sistem Pengendalian yang berfungsi sebagai pedoman
penyelenggaraan dan tolok ukur pengujian efektivitas
penyelenggaraan kegiatan.
 Pengembangan unsur Sistem Pengendalian Intern perlu
mempertimbangkan aspek biaya- manfaat (cost and
benefit), sumber daya manusia, kejelasan criteria
pengukuran efektivitas, dan perkembangan teknologi
informasi serta dilakukan secara komprehensif
 Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah adalah usaha, tindakan, dan kegiatan
yang ditujukan untuk menjamin
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
berjalan secara efisien dan efektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang
undangan.
 Pengawasan Intern atas pengelolaan barang daerah adalah
seluruh proses kegiatan:
1. Pemeriksaan/audit,
2. Reviu,
3. Evaluasi,
4. Pemantauan/monitoring, dan
5. kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
pengelolaan barang daerah telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan Kepala Daerah dalam mewujudkan tata
kepemerintahan yang baik.
 Pengawasan Internal dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten.
 Pemeriksaan reguler/berkala
 Pemeriksaan khusus/tujuan tertentu
 Pemeriksaan kasus (pengusutan atas
kebenaran laporan mengenai adanya indikasi
terjadinya penyimpangan)
 pengujian terhadap laporan berkala dan/atau
sewaktu waktu dari unit/satuan kerja
 Penilaian atas manfaat dan keberhasilan
kebijakan, pelaksanaan program, dan
kegiatan (pemeriksaan kinerja),
 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan
pengelolaan barang daerah
 Obyektif, profesional, independen dan tidak
mencari-cari kesalahan;
 Terus menerus untuk memperoleh hasil yang
berkesinambungan;
 Efektif untuk menjamin adanya tindakan
koreksi yang cepat dan tepat;
 Mendidik dan dinamis.
 Pelaksanaan pemutakhiran data tindak lanjut
hasil pengawasan dikoordinasikan oleh Wakil
Bupati;
 Pelaksanaan pemutakhiran data tindak lanjut
hasil pengawasan dapat dilaksanakan
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam
setahun.
 Pengawasan secara eksternal dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan melalui pemeriksaan.
(Dasar UU 15 Tahun 2004).
 Pemeriksaan didefinisikan sebagai proses
identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan,
untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara.
 Pengendalian intern Pemerintah Daerah dilaksanakan
dengan mempedomani PP 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
 Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral
pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
a. Lingkungan Pengendalian:
b. Penilaian Risiko;
c. Kegiatan Pengendalian;
d. Informasi dan Komunikasi;
e. Pemantauan.
 Penegakan integritas dan nilai etika (aturan perilaku,
keteladanan, tindakan disiplin atas penyimpangan, menghapus
perilaku yang bertentangan dengan etika) ;
 Komitmen terhadap kompetensi (identifikasi penyelesaian tugas,
standar kompetensi tugas, diklat, pimpinan yang kompeten);
 Kepemimpinan yang kondusif (pertimbangan dalam mengambil
keputusan, melindungi aset dari penyimpangan, respon positif
atas laporan staf);
 Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
(penyesuaian ukuran kegiatan, kejelasan wewenang dan
tanggungjawab, menetapkan jumlah petugas)
 Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
(pemberian tanggungjawab dan wewenang dipahami oleh
pegawai secara komprehensif);
 Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia (supervisi periodik yang
memadai terhadap pegawai);
 Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah
yang efektif (memberikan keyakinan yang memadai atas
ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan, memberikan peringatan dini, meningkatkan kualitas
tata kelola ).
 Penilaian risiko terdiri atas:
a. Identifikasi risiko (mengenali risiko dari
faktor eksternal dan faktor internal,
menilai faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko);
b. Analisis risiko (menentukan dampak dari
risiko yang telah diidentifikasi terhadap
pencapaian tujuan )
 Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
 Pembinaan sumber daya manusia;
 Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi
(pengamanan sistem informasi, pengendalian akses);
 Pengendalian fisik atas aset;
 Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 Pemisahan fungsi (seluruh kegiatan pengelolaan barang
tidak dilakukan oleh orang yang sama);
 Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
 Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas
transaksi dan kejadian (diklasifikasikan dengan tepat dan
dicatat segera);
 Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
 Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;
 Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian (wajib
memiliki, mengelola, memelihara, dan secara berkala
memutakhirkan dokumentasi intern serta transaksi dan
kejadian penting)
 Komunikasi atas informasi wajib
diselenggarakan secara efektif.
 Untuk menyelenggarakan komunikasi yang
efektif , pimpinan Instansi Pemerintah harus:
a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai
bentuk dan sarana komunikasi; dan
b. mengelola, mengembangkan, dan
memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.
 Pemantauan Sistem Pengendalian Intern
dilaksanakan melalui Pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan
tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya.
 Pemantauan berkelanjutan meliputi kegiatan
pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,
rekonsiliasi;
 Evaluasi terpisah meliputi kegiatan penilaian
sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas
Sistem Pengendalian Intern;
 Tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya harus segera diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme
penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya yang ditetapkan.
 Bupati: melakukan pengendalian pengelolaan barang
milik daerah.
 Sekretaris daerah selaku Pengelola Barang,
berwenang dan bertanggung jawab melakukan
pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan
barang milik daerah.
 Kepala SKPD yang mempunyai fungsi pengelolaan
barang milik daerah selaku Pejabat Penatausahaan
Barang bertanggung jawab membantu Pengelola
Barang dalam pengawasan dan pengendalian atas
pengelolaan barang milik daerah;
 Kepala SKPD selaku Pengguna Barang melakukan
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas
penggunaan barang milik daerah yang ada dalam
penguasaannya;
 Perencanaan kebutuhan barang
 Penganggaran
 Pengadaan
 Penerimaan dan penyimpanan
 Pemanfaatan/penggunaan
 Pemeliharaan
 Pencatatan
 Pelaporan
 Penghapusan
Perencanaan kebutuhan barang harus
memperhatikan ketersediaan barang yang ada (baik
barang inventaris
. maupun pakai habis/persediaan),
berpedoman pada standarisasi sarana dan prasarana
serta standar harga yang berlaku.
Kelemahan dalam perencanaan: Tidak berdasarkan
kebutuhan, tidak mempertimbangkan barang yang
ada, tidak mempedomani standar harga, tidak
sesuai ketentuan pendanaan.
Rencana kebutuhan barang milik daerah dan
rencana kebutuhan pemeliharaan barang milik
daerah digunakan sebagai dasar penyusunan
rencana kerja dan anggaran pada penyusunan
rencana APBD.
Kelemahan penganggaran: Penganggaran tidak
berdasarkan rencana kebutuhan, salah klasifikasi
anggaran, melanggar ketentuan pendanaan.
Pengadaan dilakukan dengan cara :
• Pengadaan/pemborongan pekerjaan.

• Membuat sendiri (swakelola).

• Penerimaan (hibah atau bantuan/sumbangan atau kewajiban


pihak ketiga).
• Tukar menukar.

Pengadaan harus mempedomani Peraturan Presiden Nomor 16


tahun 2018 dan Peraturan KDH terkait.
Kelemahan dalam pengadaan: tidak berdasarkan prosedur, kurang
bukti pertanggungjawaban, tidak sesuai spesifikasi teknis yang
ditetapkan, tidak efisien.
 Setiap barang yang akan diterima harus disertai
dokumen yang jelas yang menyatakan
macam/jenis, banyak, harganya dan spesifikasi
barang.
 Setiap barang yang diterima yang berasal dari
hibah/bantuan/sumbangan pihak ketiga harus
disertai Berita Acara Serah Terima.
 Setiap barang yang diterima, disimpan dan
dikeluarkan dari penyimpanan harus dicatat
sebagai pedoman dalam pengendalian.
 Kelemahan dalam Penerimaan Barang:
Barang yang diterima tidak sesuai kontrak,
barang tidak dihitung dan dicek
kelengkapannya, tidak diuji coba fungsinya
 Kelemahan dalam penyimpanan barang:
Barang tidak disimpan di tempat yang aman,
tempat penyimpanan tidak memadai,
disatukan dengan barang titipan.
 Pengamanan :
- fisik a.l. Penyimpanan, pemasangan
tanda kepemilikan
- Administratif a.l. Pencatatan/
inventarisasi, kelengkapan
bukti kepemilikan.
Kelemahan dalam pengamanan: tidak terdapat
tanda/kode barang, bukti kepemilikan, tidak
terdapat pencatatan administrasi yang
memadai
 Barang milik daerah digunakan untuk
menunjang tugas pokok dan fungsi satuan
kerja.
 Barang yang tidak dimanfaatkan untuk
menunjang tupoksi dilaporkan kepada
Pemkab.
 Kelemahan pemanfaatan dan penggunaan:
Barang dipindahtangankan, dikerjasamakan,
disewakan kepada pihak lain tanpa
persetujuan yang sah.
 Dalam pemeliharaan, barang yang
dirawat/dipelihara adalah barang yang
tercatat dalam buku inventaris.
 Jenis pemeliharaan dicatat pada kartu
pemeliharaan barang inventaris.
 Kelemahan dalam pemeliharaan:
Pemeliharaan tidak riil/fiktif, tidak sesuai
anggaran, berlebihan, tidak sesuai spesifikasi
pemeliharaan, tidak dicatat pada kartu
pemeliharaan.
 Pencatatan barang daerah mempedomani
Permendagri Nomor 19 Tahun 2016.
 Pencatatan barang daerah di lingkungan
Pemerintah Kabupaten/Kota mempedomani
Peraturan KDH.
 SKPD melakukan pencatatan inventaris
berupa KIB B-F.
 Pelaporan dilaksanakan setiap semester dan
Tahunan, meliputi:
 Laporan semester tentang penerimaan dan
pengeluaran barang inventaris
 Laporan semester tentang penerimaan dan
pengeluaran barang pakai habis
 Laporan Mutasi Barang
 Kelemahan pelaporan: Laporan tidak lengkap,
tidak mutakhir, tidak akurat, tidak informatif.
 Penerimaan dan pengeluaran barang inventaris;
 Penerimaan dan pengeluaran barang pakai habis;
 Daftar perbaikan/perawatan barang;
 Penerimaan barang dari pihak ketiga;
 Mutasi barang;
 Daftar perhitungan barang stock opname;
 Berita acara pemeriksaan fisik barang;
 Rekapitulasi daftar mutasi barang;
 Pemanfaatan barang;
 Barang milik daerah yang digunausahakan;
 Daftar pengadaan barang inventaris;
 Daftar pengadaan barang pakai habis;
 Buku inventaris;
 Kartu persediaan barang;
 Rekapitulasi buku inventaris.
 Laporan barang dilampiri kartu inventaris
barang.
• Penghapusan merupakan kewenangan Bupati
setelah mendapat persetujuan DPRD (tanah
dan/atau bangunan)
• Pengelola (Sekda) setelah mendapat
persetujuan Kepala Daerah (barang inventaris
selain tanah dan/atau bangunan s.d. Lima
milyar rupiah)
• Kelemahan dalam penghapusan barang: Tidak
sesuai prosedur, tidak layak dihapus, nilai
penghapusan termasuk akumulasi penyusutan
tidak akurat.
Memenuhi pertimbangan teknis, antara lain:
 secara fisik barang tidak dapat digunakan karena rusak dan
tidak ekonomis bila diperbaiki;
 secara teknis tidak dapat digunakan lagi akibat
modernisasi;
 telah melampaui batas waktu kegunaannya atau
kedaluwarsa;
 karena penggunaan mengalami perubahan dasar spesifikasi
dan sebagainya;
 selisih kurang dalam timbangan atau ukuran disebabkan
penggunaan atau susut dalam penyimpanan atau
pengangkutan.
Memenuhi pertimbangan ekonomis:
 untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau
idle;
 secara ekonomis lebih menguntungkan bagi daerah apabila
dihapus, karena biaya operasional dan pemeliharaannya
lebih besar dari manfaat yang diperoleh.
Karena hilang atau kekurangan perbendaharaan atau
kerugian, yang disebabkan:
 kesalahan atau kelalaian penyimpan dan/atau pengurus
barang:
 diluar kesalahan atau kelalaian penyimpan dan/atau
pengurus barang:
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai