Anda di halaman 1dari 17

 Dasar-dasar exercise therapy:

1. Definisi
2. Tujuan exercise therapy
3. Tehnik exercise therapy
4. Posture/sikap tubuh
5. Pendekatan terhadap problem penderita
6. Pemeriksaan kondisi penderita
7. Tehnik2 pengobatan dgn terapi
latihan/exercise therapy
Definisi:
 Exercise Therapy: Adl salah satu usaha
pengobatan dalam fisioterapi yg dlm
pelaksanaanya menggunakan lat2 an gerakan
tubuh baik scr aktif / pasif.
 Atau suatu usaha u/ mempercepat penyembuhan
dari suatu injury/penyakit tertentu yg telah
merubah cara hidup nya yg normal, shg
menghambat kemampuan diri untuk hdp scr
independent/mandiri
 Gerakan tubuh, postur atau aktivitas fisik yg di lakukan
secara sistematis dan terencana guna memberikan
manfaat bagi pasien/klien untuk, (Kisner, 2007):.
1. Memperbaiki atau mencegah gangguan
2. Meningkatkan, mengembalikan/menambah fungsi
fisik
3. Mencegah/mengurangi faktor resiko terkait kesehatan
4. Mengoptimalkan kondisi kesehatan, kebugaran/rasa
sejahtera secara keseluruhan
1. Memperbaiki kelemahan otot
2. Memperbaiki LGS
3. Mencegah komplikasi
4. Memajukan kemampuan utk dapat
melakukan gerakan2 berfungsi dan
bertujuan.
5. Mengembalikan aktivitas kerja dan
rekreasi.
Dapat di golongkan sbb:
1. Active movement
Macam2 nya:
Assisted active movement
Free active movement
Assisted-resisted
Resisted active movement
2. Passive Movement
Macam2 nya:
 Relaxed passive movement
 Forced passive movement).
 Manipulative passive movement
 Posture/sikap
tubuh (aktif/pasif):
 Semua gerakan baik active/passive di
mulai & berakhir pd suatu sikap
tubuh.
 Permasalahan yg timbul setiap penderita
berbeda antara yg satu dgn yg lain shg di
perlukan perencanaan pemberian tindakan
terapi sesuai keadaan px tsb, shg
menghasilkan apa yg di butuhkan msg2
penderita.
Sebelum memberikan latihan/pengobatan kpd
pasien kita harus mengetahui hal2 sbb:
1. Apa yg di perlukan pasien (perlu kerjasama
antara terapis & pasien/keluarga utk
mengetahui aktivitas apa saja yg di perlukan
pasien serta prioritas pengobatan/terapi).
2. Apa yg dapat di lakukan pasien:
Pasien mengkompensasi thd sakitnya. Otot yg
kuat membantu otot yg lemah.
3. Apa yg tidak dapat di lakukan pasien:
 Untuk ini perlu di adakan beberapa test.
a.Test terhadap fungsi (u/ mengetahui
kemampuan penderita, misalnya aktivitas
perawatan diri dan aktivitas fungsional saat px
bed rest).
b. Test Lingkup Gerak Sendi (LGS):
Dgn Goniometer.
c.Test kekuatan otot: Dapat di lakukan dgn
electrical/alat dgn Electro-Myograph dan scr
manual dgn Manual Muscle Test (MMT).
d. Pemeriksaan koordinasi gerakan:
Kdg px dgn kondisi kekuatan otot yg normal serta
lingkup gerak sendi yg normal tetapi tidak mampu
melakukan gerakan spt menunjuk hidung,
menunjuk bibir, menunjuk sesuatu hal ini krn px
mengalami ggn koordinasi grk an.
e. Test thd perasaan sensasi:
Tes panas, dingin, tajam, tumpul, halus, kasar, dll.
f. Test mengukur kekutan bernafas:
Dgn Spirometer.
g. Mengukur panjang tungkai:
Dari SIAS/bagian atas trochantor major ke maleollus
lateralis.
h. Mengukur sudut kemiringan pelvis:
Akan di bahas di Bab Pelvic tilt.
Dgn alat Inclinometer
 Muskuloskletal
 Nueromuskuler
 Kardiovaskuler/pulmonari
 Integumen
Muskuloskletal
- Nyeri
- Kelemahan otot
- Penurunan daya tahan otot
- Keterbatasan Lingkup Gerak sendi akibat:
 keterbatasan kapsul sendi
 keterbatasan jaringan ikat periartikuler
 penurunan panjang otot
 hipermobilitas sendi
 gangguan postur
 ketidakseimbangan kekuatan otot
 Neuromuskular
- Nyeri
- Gangguan keseimbangan, stabilitas
postural/kontrol
- Tidak ada koordinasi, gangguan pengaturan
waktuv(timing)
- Keterlambatan motorik
- Tonus abnormal (hipotonia, hipertonia,
distonia)
- Strategi gerakan fungsional yg tidak
efektif/efisien
 Kardiovskuler/pulmonari:
- Penurunan kapasitas aerobik (daya tahan
kardiopulmonari)
- Gangguan sirkulasi (limfatik, vena, arterial)
- Nyeri pada aktivitas fisik terus menerus
Integumen:
- Hipomobilitas kulit (jaringan parut yg tidak
bergerak/melekat)
-Terimakasih-

Anda mungkin juga menyukai