Anda di halaman 1dari 26

Pengaruh Herbisida Terhadap

Kelainan Perkembangan Telur Katak


dan Regenerasi Pada Berudu
Kelompok 6B

Alshela Hadista Dhiya


Dewi Nurul Arafah
Elizabeth Widia Yulianti S
Hilda Novia Sabila
Rusydina Alifa Gunawan

Pendidikan Biologi B 2017


Latar Belakang
• Telur merupakan fase awal dalam kehidupan. Pada fase telur, memerlukan nutrisi
yang cukup dan kondisi lingkungan yang mendukung.

• Setelah mengalami pertumbuhan dan perkembangan, telur akan mengalami


regenerasi menjadi berudu.

• Kekurangan nutrisi atau adanya faktor teratogen tertentu dapat menyebabkan


kelainan pertumbuhan telur dan berudu katak selama masa pra implantasi atau
pasca implantasi.
Latar Belakang
• Salah satu faktor teratogen yang mungkin adalah herbisida.

• Herbisida adalah senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh


tumbuhan penganggu. Penggunaan herbisida yang berulang dapat menimbulkan
pengaruh bagi organisme sasaran dan bukan sasaran.

• Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh
herbisida terhadap perkembangan telur dan berudu pada katak.
Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh herbisida terhadap perkembangan telur dan regenerasi ekor


berudu?
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana berpengaruh herbisida dalam berbagai konsentrasi terhadap
perkembangan telur katak dan ekor berudu?

2. Apakah jenis kelainan yang disebabkan oleh herbisida terhadap perkembangan


telur katak?

3. Pada tahap pembelahan apakah mulai terjadi kelainan perkembangan telur


katak?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi pengaruh herbisida terhadap perkembangan telur dan
regenerasi berudu

2. Menganalisis dosis teratogenik herbisida terhadap perkembangan telur dan


regenerasi berudu

3. Mengidentifikasi jenis kelainan pada pembelahan telur katak

4. Mengidentifikasi pada tahap pembelahan apakah mulai terjadi kelainan


perkembangan telur katak.
Hipotesis

Adanya pengaruh herbisida terhadap proses pembelahan telur dan pekembangan


ekor berudu.
Tinjauan Pustaka
(Perkembangan Embrio Pada Katak)
Cleavage dan Blastulasi

Setelah telur katak difertilisasi, maka terbentuklah daerah yang berwarna lebih
muda atau kelabu dan berbentuk seperti bulan sabit. Hal ini disebabkan karena
ada pigmen yang terbawa masuk dengan masuknya sperma sehingga lapisan
pigmen yang berada bertentangan dengan tempat masuknya sperma akan
bergeser ke atas (Machmudin et al, 2019).
Tipe telur katak adalah telolesital, sehingga pembelahannya adalah total dan tidak
equal (Machmudin et al, 2019).
Setelah pembelahan kelima, pembelahan mikromer selalu lebih cepat dari
makromer dan akhirnya akan terbentuk suatu bola berongga yang disebut
dengan blastula (hasil pemebelahannya yaitu coleoblastula lapis banyak). Atap
rongga blastula tipis dan terdiri dari mikromer sedangkan dasarnya terdiri dari
makromer yang berisi dengan yolk (Machmudin et al, 2019).
Tinjauan Pustaka
(Perkembangan Embrio Pada Katak)
Gastrulasi

Katak memiliki tipe telur telolesital. Tipe pembelahannya adalah unequal, yaitu
pembelahan terjadi secara menyeluruh dari kutub anima menuju kutub vegetatif,
namun blastomer yang dihasilkan tidak sama besar (Machmudin et al, 2019).
Gastrulasi ditandai dengan terbentuknya suatu celah di bawah bidang equator. Di
tempat tersebut terjadi proses invaginasi yang mengakibatkan migrasinya lapisan
sel ke bagian dalam yang dimulai dengan dari endoderm kemudian diikuti dengan
mesoderm, disaat yang bersamaan arkenteron akan bertambah besar
(Machmudin et al, 2019).
Tinjauan Pustaka
(Perkembangan Embrio Pada Katak)
Gastrulasi

Pada permukaan blastula terjadi proses epiboli. Ketika telah mencapai celah
blastophorus, akan berinvolusi berputar ke arah dalam, sehingga menambah
lanjut invaginasi. Hasil dari invaginasi adalah terbentuknya archenteron. Semakin
lama archenteron akan berukuran besar sehingga mendesak blastocoel menjadi
ukuran yang lebih kecil dan berada di pinggir (Campbell et al, 2008).
Menurut Campbell et al (2008), hasil akhir gastrulasi yaitu berupa tiga lapisan sel
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Selain itu blastocoel mereduksi dan
digantikan oleh archenteron.
Tinjauan Pustaka
(Perkembangan Embrio Pada Katak)
Neurulasi

Neurulasi diawali dengan proses induksi notokord terhadap ektoderm di atasnya


sehingga terbentuk neural plate atau keping neural. Sel – sel penyusun keping
neural menjadi panjang dan menjadi lebih tebal dibandingkan daerah sekitarnya
(Lestari dkk, 2013).

Menurut Campbell et al (2008), notokord terbentuk dari mesoderm dorsal yang


berkondensasi ketika ketika sel – sel berasosiasi erat sebagai satu kelompok tepat di
atas arkenteron. Ektoderm di atas notokord menjadi neural plate. Perubahan dalam
bentuk sel kemudian menyebabkan neural plate melekuk ke dalam, menggulung
dirinya menjadi neural tube yang membentang di sepanjang sumbu anterior –
posterior embrio.
Tinjauan Pustaka
(Perkembangan Embrio Pada Katak)
Neurulasi

Pada tahap neurulasi akhir dibentuk bumbung neural, somit yang berjumlah 2
disamping bumbung neural juga notokord yang berwarna putih. Menurut
Bhatnagar & Bansal (2008) pada tahap ini setelah terbentuk keping neural (neural
plate) setelah ada induksi dari bakal notochord, selanjutnya pada tepi kiri kananya
akan membentuk lipatan neural (neural fold) sedangkan bagian tengahnya melekuk
disebut parit neural (neural groove) yang nantinya akan membagi embrio menjadi
belahan kanan dan kiri. Bersamaan dengan itu juga terjadi pertemuan antara
lipatan neural kanan dan lipatan neural kiri yang akan membentuk bumbung
neural (neural tube).
Tinjauan Pustaka
(Regenerasi Pada Katak)

Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang
satu dengan yang lainnya. Salah satunya adalah regenerasi organ. Regenerasi
organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk
menggantikan bagian tubuh yang rusak dengan bagian tubuh baru dengan bentuk
yang sama persis dengan sebelumnya (Rustanto, 2003).
Kemampuan regenerasi setiap organisme berbeda-beda. Contohnya adalah
planaria yang memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Penggantian bagian
tubuh yang hilang dapat terjadi dengan cara: 1) Transformasi dan reorganisasi
bagian tubuh baru. 2) pertumbuhan jaringan baru dari permukaan jaringan yang
luka atau hilang dengan bentuk tunas regenerasi atau ‘blastema’ (Lukman, 2013).
Tinjauan Pustaka
(Regenerasi Pada Katak)

Regenerasi berlangsung melalui: 1)epimorfis, apabila perbaikan disebabkan oleh


proliferasi jaringan baru yang disebut blastema di atas jaringan lama. 2)
morfalaksis, apabila perbaikan disebabkan oleh reorganisasi jaringan lama
(Lukman, 2013).
Selain planaria, kecebong merupakan salah satu hewan yang memiliki daya
regenerasi yang tinggi. Ekor kecebong yang diputuskan dapat tergantikan kembali
seperti semula dengan proses regenerasi yang memerlukan waktu tertentu dalam
proses pembentukannya.
Tinjauan Pustaka
(Regenerasi Pada Katak)

Pada tahap neurulasi akhir dibentuk bumbung neural, somit yang berjumlah 2
disamping bumbung neural juga notokord yang berwarna putih. Menurut
Bhatnagar & Bansal (2008) pada tahap ini setelah terbentuk keping neural (neural
plate) setelah ada induksi dari bakal notochord, selanjutnya pada tepi kiri kananya
akan membentuk lipatan neural (neural fold) sedangkan bagian tengahnya melekuk
disebut parit neural (neural groove) yang nantinya akan membagi embrio menjadi
belahan kanan dan kiri. Bersamaan dengan itu juga terjadi pertemuan antara
lipatan neural kanan dan lipatan neural kiri yang akan membentuk bumbung
neural (neural tube).
Tinjauan Pustaka
(Herbisida)

Herbisida merupakan suatu bahan atau senyawa kimia yang digunakan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan (Riadi, 2011).

Dampak herbisida terhadap katak:


1. Kecebong bermetamorfosis dalam bentuk yang lebih kecil.
2. Menurunkan kemampuan menangkap mangsa dan menghindar dari predator.
3. Bahan aktif Endosulfan: terdapat keanehan pada pertumbuhan kecebong
4. Bahan aktif Atrazin: perubahan kodok jantan menjadi hermaphrodit
5. Menurunkan kemampuan bereproduksi (Khairiyah, 2014)
Rancangan Penelitian
• Jenis Penelitian : Deskriptif

• Metode Penelitian : Eksperimen

• Waktu dan Tempat : 28 November – 12 Desember 2019

Laboratorium Struktur Hewan FPMIPA UPI

• Parameter Pengukuran : Jumlah abnormalitas telur (kuantitatif)

Tahapan perkembangan telur yang mengalami abnormalitas

Morfologi telur (kualitatif)

Panjang pertumbuhan ekor berudu (kuantitatif)


Desain Penelitian
(Kelainan Perkembangan Telur)
Telur katak (Rana sp.) dimasukkan ke dalam masing-masing botol dengan jumlah yang sama.
Bahan Aktif : Linuron
Dosis menurut Soares et al, 2017

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm

Gambar 1. Desain Penelitian Kelainan Perkembangan Telur


Desain Penelitian
(Regenerasi)
Berudu katak (Rana sp.) dimasukkan ke dalam masing-masing botol dengan jumlah 10-20 individu.
A B

Gambar 2. Potongan Ekor berudu


Desain Penelitian
(Regenerasi)
Berudu katak (Rana sp.) dimasukkan ke dalam masing-masing botol dengan jumlah 10-20 individu.
Bahan Aktif : Linuron
Dosis menurut Soares et al, 2017

Konsentrasi Konsntrasi Konsntrasi Konsntrasi


10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm

Gambar 3. Desain Penelitian Regenerasi


Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan dalam Percobaan
N
Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah
o.
1. Kamera 13 megapixel 1 Unit
2. Alat Tulis Buku catatan dan pulpen 1 Set
3. Herbisida Linuron Secukupnya
4 Wadah Gelas cup plastik 7-10 Unit
Mikroskop binokuler merek
5. Mikroskop 2 Unit
Olympus CX23
Merek Sailbrand, ukuran 20 mm x
6. Kaca Preparat 10 Unit
20 mm
Merek Sailbrand, ukuran 25,4 mm
7. Kaca Objek 10 Unit
x 76,2 mm
8 Milimeter Block Merek Star, ukuran 880 mm x 10 m 1 Unit
Langkah Kerja
(Kelainan Perkembangan Telur)

Telur katak
yang telah Beri wadah
difertilisasi label
dimasukan dengan 4 Diamati
Setiap Data
ke dalam 5 konsentrasi setiap jam
wadah dicatat dan
wadah herbisida dan di
diberi laporan
gelas berbeda dokumenta
perlakuan disusun
plastik dan 1 sikan
dengan sebagai
jumlah kontrol
yang sama

Bagan 1. Cara Kerja Percobaan Kelainan Perkembangan Telur


Langkah Kerja
(Regenerasi)
Berudu yang
ekornya
telah
Amati
dipotong
Wadah perubahan
dimasukan
diberi label yang terjadi
ke dalam Hasil
antara selama 7
Ekor berudu wadah yang penelitian di
wadah yang hari setiap
diukur dan diberi catat dan
diberi jam yang
dipotong. herbisida laporan
herbisida sama dan di
sebanyak 10 disusun
dan tidak ukur panjang
ekor dan 10
(kontrol) setiap hari
ekor ke
nya
dalam
wadah
kontrol

Bagan 2. Cara Kerja Percobaan Regenerasi


Teknik Analisis Data

Untuk mengukur persentase telur yang berkembang dengan abnormal,


digunakan rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟 𝐴𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙


%Abnormalitas = × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑇𝑒𝑙𝑢𝑟
Teknik Analisis Data
Jumlah Telur pada Perlakuan
Waktu
Kontrol D1 D2 D3 D4

1 jam

2 jam

3 jam

dst
Teknik Analisis Data
Rata-rata Panjang ekor pada Perlakuan (mm)

Hari ke- Kontrol D1 D2 D3 D4

A B A B A B A B A B

dst.

Anda mungkin juga menyukai