Pemicu 2 Kelompok 3 - Blok Imunologi & Infeksi
Pemicu 2 Kelompok 3 - Blok Imunologi & Infeksi
“ DEMAM TINGGI “
KELOMPOK 03
• Tutor : dr. Shirly Gunawan, Sp. FK
• Ketua : Johansen (405180114)
• Sekretaris : Felisca Carisa (405180006)
• Penulis : Maria Stefanny S (405180161)
• Anggota :
• Andrianto H V Wongkar (405160224) • Ian Danarko (405180031)
• Rani Agis P (405170043) • Nesya Cendranita (405180097)
• Raihan Adham M (405180194)
• Rani Nisrina (405170092)
• Vini Claudya AR (405180223)
• Jodi Setiawan (405180015)
DEMAM TINGGI
RESPON IMUN
• BATUK
• DEMAM
• KESADARAN GRAM + & -
MENURUN • AEROB & ANAEROB
PENYAKIT • INTRASELULER & EKSTRASELULER
• MORFOLOGI
• SEPSIS
• BAKTEREMIA
• LEPTOSPIROSIS
LEARNING ISSUES
• Istilah bakteri berasal dari bahasa Yunani dari kata bakterion yang berarti
tongkat atau batang, bersel satu dan umumnya tidak berklorofil.
• Bakteri adalah organisme prokariota uniseluler yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop.
• Bersifat prokariota artinya memiliki inti sel tetapi tidak memiliki membran
(selaput) inti sel.
• Cabang biologi yang mempelajari bakteri disebut bakteriologi.
CIRI - CIRI BAKTERI
Kapsul Umunya kuman berkapsul lebih tahan thdp efek Adl polimer ekstrasel yg
fagositosis dr sistem imun berkondensasi dan bentuk lapisan
sekeliling sel
Endospora bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis Spora tdd : core (sitoplasma dr
bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel spora), dinding spora, korteks,
bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi coat, eksosporium
kehidupan bakteri.Dinding endospora yang
tebal tersusun atas protein dan menyebabkan
endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi
cahaya, suhu tinggi dan zat
1. INTI ATAU NUKLEUS
• Dengan pewarnaan
feulgen dapat dilihat
dengan mikroskop cahaya
biasa
• Badan inti tidak
mempunyai dinding inti /
membran inti
• Terdapat benang DNA
https://www.extramarks.id/blog/tips-pintar/mengenal-struktur-bakteri-dari-kapsul-sampai-plasmid-1668/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
2. SITOPLASMA
https://www.extramarks.id/blog/tips-pintar/mengenal-struktur-bakteri-dari-kapsul-sampai-plasmid-1668/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
3. MEMBRAN SITOPLASMA (MEMBRAN
SEL)
https://www.extramarks.id/blog/tips-pintar/mengenal-struktur-bakteri-dari-kapsul-sampai-plasmid-1668/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
• Fungsi
• Transpor makanan
• Transpor elektron dan oksidasi fosforilisasi
• Tempat ekspresi eksoenzim yang hidrolitik
• Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi dalam biosintesa
DNA, polimerasi dinding sel dan lipid membran : fungsi biosintetik
• Mengandung reseptor dan protein untuk kemotaktik
4. DINDING SEL
https://www.extramarks.id/blog/tips-pintar/mengenal-struktur-bakteri-dari-kapsul-sampai-plasmid-1668/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
6. FLAGEL
https://www.extramarks.id/blog/tips-pintar/mengenal-struktur-bakteri-dari-kapsul-
sampai-plasmid-1668/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
7. PHILI
https://www.extramarks.id/blog/tips-pintar/mengenal-struktur-bakteri-dari-kapsul-sampai-plasmid-1668/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
8. ENDOSPORA
https://www.gurupendidikan.co.id/sel-bakteri/
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
• Struktur Spora :
1. Core : Sitoplasma spora (terdapat semua unsur kehidupan : kromosom, komponen
komponen untuk sintesis protein dan sebagainya)
2. Dinding spora : Lapisan paling dalam (peptidoglikan) jadi dinding sel apabila menjadi fase
vegetatif kembali
3. Korteks : Lapisan tebaldari spora envelope, jg terdiri dari peptidoglikan tetapi dalam bentuk
yang istimewa
4. Coat : Terdiri dari semacam zat keratin dan keratin inilah yang menyebabkan spora relatif
tahan terhadap pengaruh luar
5. Eksosporium : lipoprotein membran yang terdapat paling luar
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Obligat
Anaerob
Fakultatif
Mycobacterium leprae
Aerob
Listeria monositogenes
Ekstraseluler Legionella pneumophila
Kebutuhan O2
Mycobacterium
tuberculosis
Spirochetes
• Bakteri Ekstraselular
Mycobacterium Invasif mengambil toksik lokal Reactive Oxygen Aktivasi makrofag oleh
leprae hipersensitif intermediate sel T
• Bakteri Anaerob
• Anaerob obligat: hidup tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap golongan
bakteri ini.
• Anaerob aerotoleran : tidak mati dengan adanya oksigen.
• Bakteri Aerob
• Anaerob fakultatif : mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa
oksigen.
• Aerob obligat : tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah besar.
BERDASARKAN BENTUK
Cocci Others
Bacilli
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiMp7fF--
nlAhVFfSsKHRYiC9UQjB16BAgBEAM&url=https%3A%2F%2Fbiobakteri.wordpress.com
- Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada
salah satu ujungnya. contoh: Rhodospirillum
rubrum
- Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada
kedua ujungnya. contoh: Pseudomonas aeruginosa
- Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh
permukaan tubuhnya.
contoh: salmonella typhosa
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiMp7fF--
nlAhVFfSsKHRYiC9UQjB16BAgBEAM&url=https%3A%2F%2Fbiobakteri.wordpress.com
KLASIFIKASI BAKTERI BERDASARKAN SUHU
Klasifikasi Bakteri berdasarkan suhu dimana bakteri dapat hidup dan suhu
optimum bakteri:
Tortora, Funke, Case. Microbiology: An introduction. 10th Edition. Benjamin Cummings Pearson: 2010
LI 2. RESPON IMUN TERHADAP
INFEKSI BAKTERI
MEKANISME IMUNITAS TERHADAP ANTIGEN
YANG BERBAHAYA
• Ada beberapa mekanisme pertahanan tubuh dalam mengatasi agen yang berbahaya di lingkungannya
yaitu:
1. Pertahanan fisik dan kimiawi kulit, sekresi asam lemak dan asam laktat melalui kelenjar keringat
dan sebasea, sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air liur,
urin, asam lambung serta lisosim dalam airmata.
2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat mencegah invasi
mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.
3. Innate immunity.
4. Imunitas spesifik yang didapat.
Fagosit
Komplemen
Sistem imun (aktivasi jalur
non spesifik alternatif)
Bakteri dari
luar masuk Protein Fase
tubuh Akut (APP)
(ekstraselular) Antibodi spesifik
RESPON IMUN INNATE TERHADAP
BAKTERI EKSTRASELULAR
• Innate immunity
• Complement
• Phagocytosis
• Inflammatory
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 5th Edition. Elsevier: 2016
RESPON IMUN INNATE BAKTERI EKSTRASELULER
Bakteri
ekstraseluler Adanya manosa
di permukaan
Destruksi Adanya
membran oleh peptidoglikan di Diikat
MAC permukaan lektin
Aktivasi
Produk komplemen
sampingan
Aktivasi + Fagositosis
leukosit Sitokin Opsonisasi
Panas dan
sintesis APP Ikat bakteri +
+
melalui reseptor
permukaan
RESPON IMUN ADAPTIVE
TERHADAP
BAKTERI EKSTRASELULAR
• Adaptive immunity
• Block Infection
• Eliminate microbes
• Neutralize toxins
• Immunoglobulin
IgG [Opsonisation]
IgA [Mucosal Immunity]
IgM [Complement activation]
• Complement Activation
Alternative pathway
Lectin pathway
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 5th Edition. Elsevier: 2016
• Mekanisme efektor;
• Netralisasi dimediasi IgG afinitas tinggi &
isotype IgA
• Opsonisasi subklas IgG
• Aktivasi komplemen IgM & subklas IgG
• Antigen protein bakteri ekstraselular
aktivasi CD4+ produksi sitokin produksi
antibodi induksi inflamasi lokal
meningkatkan aktivitas fagositik & mikrobisidal
dari makrofag & neutrofil
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 5th Edition. Elsevier: 2016
BAKTERI EKSTRASELULAR
Infeksi Patogenesis Mekanisme Pertahanan umum
menghindari
efektor imun
• Endotoxin
• Endotoksin Bakteri garam negatif : Lipopolysaccharide (LPS) →
aktivasi makrofag
Eksotoksin
STRATEGI PERTAHANAN BAKTERI
EKSTRASELULER
1. Sintesis kapsul antifagosit dengan bakteri yaitu kapsul luar yang mengakibatkan
adhesi yang tidak baik antara sel fagosit dengan bakteri. Kapsul itu melindungi
molekul karbohidrat pada permukaan bakteri yang seharus nya dikenali
reseptor fagosit. Dengan adanya kapsul ini menyebabkan akses fagosit dan
deposisi C3b pada dinding sel bakteri dihambat. Seperti pada infeksi
streptokokus pneumoniae dan haemophylus influenzae.
2. Organisme lain mengeluarkan eksotoksin yang menracuni leukosit.
3. Pengikatan bakteri ke permukaan sel nonfagosit menyebabkan bakteri
terlindungi dari fungsi fagosit.
4. Bakteri mengaktifkan jalur alternatif komplemen melalui stabilisasi C3bBb
konvertase pada permukaan sel bakteri.sehingga aktivasi dan stabilisasi
komplemen buruk.
5. Bakteri dapat mempercepat pemecahan komplemen melalui aksi produk
mikrobial yang mengikat dan menghambat kerja regulator aktivasi komplemen.
6. Bakteri enterik gram negati pada usus mempengaruhi aktivitas makrofag
termasuk menginduksi apoptosis,meningkatkan produksi IL-1,mencegah fusi
fagosit-lisosom dan mempengaruhi sitoskleton aktin.
BAKTERI INTRASELULER
• Innate immunity
• Phagocytosis
• NK cell
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 5th Edition. Elsevier: 2016
RESPON IMUN ADAPTIVE TERHADAP
BAKTERI INTRASELULAR
• Adaptive immunity
• T cell-Mediated immunity
• CD4 T cell
• CD8 T cell
Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and molecular immunology. 5th Edition. Elsevier: 2016
BAKTERI INTRASELULER
Infeksi Patogenesis Mekanisme Pertahanan umum
menghindari imun pejamu
Mycobacterium Invasi toksik lokal hipersensitif Mencegah Aktivasi makrofag oleh
Tuberkulosis pembentukan fagosom sel T
Mycobacterium Invasif mengambil toksik lokal Reactive Oxygen Aktivasi makrofag oleh
leprae hipersensitif intermediate sel T
• Fagosit
• Menelan mikroba tersebut
• Mikroba tetap hidup dalam fagosit tersebut
• NK
• Sel NK diaktifkan melalui bakteri intraseluler secara direk atau makrofag
mengeluarkan IL-2
• Sel NK memproduksi IFN-γ
• IFN-γ akan mengaktifkan kembali makrofag dan meningkatkan daya membunuh
bakteri
IMUNITAS SPESIFIK
Trevino S, Ross D. Bacterimia and Sepsis. In: Mahon CR, Lehman DC, Manuselis
G. Textbook Of Diagnostic Microbiology. 3rd Ed. China: Saunders
Elsevier;2007.p.996-1001
ETIOLOGI
• Kultur
• Isolasi agen infeksius dengan media khusus
• Media nonselektif (noninhibitory) memungkinkan pertumbuhan banyak mikroorganisme
• Media dg zat penghambat isolasi jenis tertentu
KOMPLIKASI
• Sepsis : sindrom klinik karena reaksi yang berlebihan dari respon imun tubuh
yang distimulasi mikroba/bakteri baik dari dalam dan luar tubuh
• Secara imunologi : reaksi hiperaktivitas
• SIRS (systemic inflammation respons syndrome) : manifestasi klinik berupa
inflamasi sistemik
• Sepsis : SIRS dengan dugaan infeksi yang diketahui tempatnya
ETIOLOGI
https://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/lecture/sepsis.htm
PATOGENESIS
https://www.atsu.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/lecture/sepsis.htm
DERAJAT SEPSIS
• Complete Blood Count dengan hitung sel, urinalisis, gamb koagulasi, glukosa, urea
darah, nitrogen, kreatinin, elektrolit, uji fungsi hati, kadar as laktat, gas darah arteri,
Elektrokardiogram, foto dada
• Biakan darah, sputum, urin, tempat lain yg terinfeksi
• Darah, CSF, Cairan articular, ruang pleura pewarnaan Gram
• Pengambilan sampel = puncak demam intermiten (bacteremia 30 mnt sebelum
puncak demam)
• Pemeriksaan radiologi
UJI LAB
• Sepsis awal :
• Leukositosis shift to the left
• Trombositopenia
• Hiperbilirubinemia
• Proteinuria
• Neutrofil mengandung granula toksik, badan dohle atau
vakuol sitoplasma
TEMUAN LAB
• Selanjutnya :
• Trobositopenia memburuk disertai perpanjangan TT dan
penurunan fibrinogen serta adanya D-Dimer yang
menunjukan DIC
• Bilirubinemia lebih dominan
• Akumulasi serum laktat di otot pernapasan yang lelah
• Asidosis metabolik
Tatalaksana:
1. Stabilisasi Pasien Langsung (ABC: airway, breathing, circulation) resusitasi,
stabilisasi mental (kesadaran), pemantauan tanda vital
2. Pemberian antibiotic yg adekuat karbenepem, seftriakson, sefepim,
glikopeptida, aminoglikosida, kuinolon (obat yg digunakan tergantung
sumber sepsis)
3. Fokus infeksi awal harus diatasi (eliminasi)
4. Pemberian nutrisi adekuat Makro: omega-3 dan glutamin; mikro: vitamin
5. Suportif = Drotrecogin alfa (protein C aktif rekombinan , Zovant
[antikoagulan]) menurunkan resiko kematian akibat sepsis dengan
disfungsi organ
6. Kortikosteroid dosis rendah
7. Kontrol glukosa sampai <150mg/dL
• Sepsis kondisi yang berpotensi mengancam jiwa yang disebabkan oleh respons tubuh terhadap
infeksi.
• Tubuh biasanya melepaskan bahan kimia ke dalam aliran darah untuk melawan infeksi. Sepsis
terjadi ketika respons tubuh terhadap bahan kimia ini tidak seimbang memicu perubahan yang
dapat merusak banyak sistem organ.
• Jika sepsis berlanjut menjadi syok septik, tekanan darah turun secara dramatis kematian.
• Sepsis disebabkan oleh infeksi dan dapat terjadi pada siapa saja. Sepsis paling umum dan paling
berbahaya di:
• Orang tua
• Wanita hamil
• Anak-anak di bawah 1 tahun
• Orang yang memiliki kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit ginjal, paru-paru, atau kanker
• Orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah
• Perawatan awal sepsis antibiotik dan sejumlah besar cairan intravena meningkatkan peluang
untuk bertahan hidup.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
GEJALA
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
GEJALA
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
PENYEBAB
• Sementara semua jenis infeksi bakteri, virus atau jamur dapat menyebabkan
sepsis, varietas yang paling mungkin termasuk:
• Pneumonia
• Infeksi pada sistem pencernaan (yang meliputi organ-organ seperti
lambung dan usus besar)
• Infeksi ginjal, kandung kemih dan bagian lain dari sistem kemih
• Infeksi aliran darah (bakteremia)
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
FAKTOR RESIKO
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
KOMPLIKASI
• Sepsis berkisar dari yang lebih ringan sampai yang lebih parah. Ketika sepsis
memburuk, aliran darah ke organ vital, seperti otak, jantung, dan ginjal
menjadi terganggu.
• Sepsis juga dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk di organ-organ
dan di lengan, kaki, jari tangan dan kaki yang mengarah ke berbagai tingkat
kegagalan organ dan kematian jaringan (gangrene).
• Kebanyakan orang pulih dari sepsis ringan, tetapi tingkat kematian rata-rata
untuk syok septik adalah sekitar 40% . Juga, episode sepsis parah dapat
menempatkan pada risiko lebih tinggi terhadap infeksi di masa depan.
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sepsis/symptoms-causes/syc-20351214
LEPTOSPIROSIS
LEPTOSPIROSIS
• Manusia dapat terinfeksi melalui air, tanah atau lumpur yg telah terkontaminasi
oleh urine binatang yg terinfeksi
• Infeksi terjadi jika terjadi luka/erosi pada kulit maupun selaput lendir.
• Air tergenang / air deras dapat berperan dalam penularan ini.
• Dapat ditularkan oleh tergigit binatang yg terinfeksi leptospira / kontak dengan
kultur leptospira di lab.
• Ekspos yang lama pada genangan air yg terkontaminasi terhadap kulit utuh juga
dapat menularkan leptospira.
• Orang yg mempunyai resiko tinggi: pekerja di sawah, pertanian, perkebunan,
peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan, orang yg
mengadakan perkenmahan di hutan, dokter hewan.
• Fase akut dicirikan oleh demam awitan mendadak, menggigil, nyeri kepala
retroorbita, anoreksia, nyeri perut, mual, dan muntah.
• Demam sering melebihi 40 derajat C dan didahului kekakuan. Terdapat mialgia
dengan karakteristik nyeri tekan betis, paha, abdomen, dan regio paraspinal
(lumbosakral), jika mengenai regio leher akan menyerupai meningitis.
• Nyeri tekan abdomen dapat menyerupai akut abdomen. Pada kasus ringan demam
akan menghilang setelah 3-9 hari.
1. Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET, editors. Hunter’s tropical
medicine and emerging infectious diseases. 9th ed. London: Saunders Elsevier; 2013. p. 597-601.
2. Day NPJ, Edwards CN. Leptospirosis. In: Cohen J, Opal SM, Powderly WG, editors. Infectious
diseases. 3rd ed. London: Mosby Elsevier; 2010. p. 1241-2.
• Injeksi konjungtiva biasanya muncul 2-3 hari setelah awitan demam dan
melibatkan konjungtiva bulbi. Tidak ada pus ataupun sekret serosa dan
tidak ada perlengketan bulu mata dan kelopak mata. Injeksi ringan sering
terlewatkan Dapat pula ditemukan injeksi faring, splenomegali,
hepatomegali, limfadenopati, dan lesi kulit, namun jarang dan tidak jelas.
1. Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET,
editors. Hunter’s tropical medicine and emerging infectious diseases.
9th ed. London: Saunders Elsevier; 2013. p. 597-601.
2. Day NPJ, Edwards CN. Leptospirosis. In: Cohen J, Opal SM, Powderly
WG, editors. Infectious diseases. 3rd ed. London: Mosby Elsevier; 2010.
p. 1241-2.
• Sebagian besar pasien menjadi asimptomatik dalam 1 minggu. Setelah beberapa hari
(2-3 hari), pada beberapa pasien gejala kembali muncul, disebut fase kedua atau fase
imun.
• Leptospira hilang dari darah, cairan serebrospinal, dan jaringan, namun muncul di
urin (leptospiruria). Muncul antibodi IgM, karena itu disebut fase imun.
• Gejala utama fase ini adalah meningitis pada 50% kasus, meskipun pleiositosis pada
cairan serebrospinal dapat ditemukan pada 80-90% pasien pada minggu kedua.
Dapat terjadi pula neuritis optik dan neuropati perifer. Uveitis biasanya merupakan
manifestasi yang muncul belakangan, 4-8 bulan setelah awitan penyakit.
1. Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET, editors. Hunter’s tropical
medicine and emerging infectious diseases. 9th ed. London: Saunders Elsevier; 2013. p. 597-601.
2. Day NPJ, Edwards CN. Leptospirosis. In: Cohen J, Opal SM, Powderly WG, editors. Infectious
diseases. 3rd ed. London: Mosby Elsevier; 2010. p. 1241-2.
LEPTOSPIROSIS IKTERIK (PENYAKIT WEIL)
• Penyakit Weil merujuk pada leptospirosis berat dan mengancam nyawa, dicirikan
oleh ikterus, disfungsi ginjal, dan perdarahan. Meskipun ikterus merupakan tanda
utama, kematian bukan disebabkan oleh gagal hati.
• Prognosis tidak ditentukan oleh derajat ikterus, namun oleh adanya ikterus
karena semua kematian pada leptospirosis terjadi pada kasus ikterik. Ikterus
tampak pertama kali antara hari kelima hingga kesembilan, intensitas maksimum
4 atau 5 hari kemudian dan terus berlanjut selama rata-rata 1 bulan. Mayoritas
pasien memiliki hepatomegali dan nyeri ketok pada perkusi hati menunjukkan
penyakit masih aktif.
Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET, editors. Hunter’s tropical
medicine and emerging infectious diseases. 9th ed. London: Saunders Elsevier; 2013. p. 597-601.
• Perdarahan kadang terjadi pada kasus anikterik tetapi paling sering pada
penyakit yang berat. Manifestasi perdarahan yang paling sering adalah purpura,
petekie, epistaksis, perdarahan gusi, dan hemoptisis minor. Kematian dapat
terjadi akibat perdarahan subaraknoid dan perdarahan masif saluran cerna.
Adanya perdarahan konjungtiva sangat berguna untuk diagnostik, dan jika
disertai sklera ikterik dan injeksi konjungtiva, merupakan temuan yang sangat
sugestif untuk leptospirosis.
• Semua bentuk leptospirosis dapat menyebabkan disfungsi ginjal.Yang sering
ditemukan adalah gagal ginjal non-oliguria dengan hipokalemia ringan (41-45%
kasus). Pada pasien penyakit Weil yang berhasil bertahan, fungsi ginjal akan
kembali normal.
Watt G. Leptospirosis. In: Magill AJ, Hill DR, Solomon T, Ryan ET, editors. Hunter’s tropical
medicine and emerging infectious diseases. 9th ed. London: Saunders Elsevier; 2013. p. 597-601.
• In its mild form, leptospirosis
may present as an influenza-
like illness
• with headache and myalgias.
• Severe leptospirosis,
characterized by jaundice,
renal dysfunction, and
hemorrhagic diathesis, is
referred to as Weil’s
syndrome
DIAGNOSIS
Leptospirosis clinical practice guidelines 2010 [Internet]. [cited 2013 Dec 20]. Available from:
http://www.psmid.org.ph/contents/Leptospirosis_GUIDELINES_ (contents).pdf.
PROFILAKSIS PASC A PAPARAN LEPTOSPIRA
Leptospirosis clinical practice guidelines 2010 [Internet]. [cited 2013 Dec 20]. Available from:
http://www.psmid.org.ph/contents/Leptospirosis_GUIDELINES_ (contents).pdf.
PENCEGAHAN
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
• Leptospira bakteri spiral kecil gram negative
• Leptospira tidak membentuk spora
• Dilihat menggunakan mikroskop medan gelap + immunofluorescence
• Leptospira bakteria motil flagel bisa bergerak
aerobic memerlukan oksigen untuk tumbuh
• Faktor virulensi menyerang dan menghancurkan sel inang
mengandung toxin
mengandung lipopolisakarida (LPS) inflamasi
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
• Penyebab :
• Luka
• Konjungtiva mata berenang air yang terkontaminasi
• Memakan makanan yang terkontaminasi (jarang)
• Factor resiko :
• Orang yang bekerja di sawah, perkebunan tebu
• Berenang air terkontaminasi dengan urin hewan
• Lingkungan banjir air terkontaminasi
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
• Jika leptospira masuk ke dalam pembuluh darah dapat menginfeksi organ lain
• 2 tahap :
• Tahap 1 respon imun terhadap bakteri demam
• Tahap 2 lebih parah bakteri menyebar hampir ke seluruh organ
• Hati sinusoid hati, hepatosit jaundice
• Paru-paru membrane kapiler alveolar
pendarahan di alveoli
• Ginjal infeksi interstitium nefritis interstitial
kerusakan tubulus ginjal nekrosis tubulus
• Blood brain barrier masuk ke cerebrospinal fluid
(CSF) meningitis
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
GEJALA
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
TREATMENT
• Penisilin G
• Doksisilin alternative
• Terapi suportif ketika banyak organ yang sudah terinfeksi
cairan IV
bantuan pernapasan
transfuse darah
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
https://www.researchgate.net/publication/312175234_Leptospirosis
http://pertanian.slemankab.go.id/leptospirosis/