Anda di halaman 1dari 54

ARGENTOMETRI

Titrasi dengan larutan standar Ag+ (ion


perak) sebagai AgNO3
Salah satu bagian dari titrasi
pengendapan
Tujuan Pembelajaran
Setelah memelajari bab ini anda diharapkan dapat

• Menjelaskan dasar titrasi argentometri

• Menjelaskan prinsip kerja indikator pada titrasi argentometri

• Menjelaskan cara dan tujuan pengaturan kondisi pada titrasi


argentometri

• Dapat melaksanakan titrasi argentometri


Dasar Teori Argentomeri
Reaksi yang menghasilkan senyawa yang sukar
larut (mengendap)

“Reaksi Pengendapan”
Prasyarat

Sebelum memulai bab ini anda diharapkan telah


memahami :

Ksp dan hasil kali kelarutan


Jenuh, tidak jenuh, lewat jenuh
Reaksi Substitusi
Pembentukan
Stalaktit dan Stalagmit
• Adanya kalsium karbonat dan mineral lain,
yang terendapkan pada larutan air bermineral.
• Batu kapur adalah batuan kalsium karbonat,
yang dilarutkan oleh air yang mengandung
karbon dioksida, sehingga membentuk larutan
kalsium bikarbonat.
• Persamaan Reaksi yang terbentuk :
CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(aq) → Ca(HCO3)2(aq)
• Larutan ini akan mengalir melalui bebatuan
sampai mencapai sebuah tepi, dan jika tepi ini
berada di atap gua maka larutan akan menetes ke
bawah.
• Ketika larutan mengalami kontak dengan udara,
terjadi reaksi kimia yang terbalik dari sebelumnya
dan partikel kalsium karbonat tersimpan sebagai
endapan.
• Reaksi kimia terbalik tersebut adalah sebagai
berikut:
Ca(HCO3)2(aq) → CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(aq)
• Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang
mengandung kalsium karbonat (CaCO3 ) yang
mengkristal, dari tiap tetes air akan menambah
tebal endapan yang membentuk kerucut
menggantung dilangit-langit gua.

• Reaksi kimia pada proses pelarutan batu


gamping:
CaCO3(s) + CO2(aq) + H2O(l) ↔ Ca2+(aq) +
2HCO3–(aq)
Reaksi Pengendapan
• Pembentukan zat padat yang
terpisah dari suatu larutan
sehingga akan terbentuk fasa
yang berbeda dengan larutan

• Terjadi dengan mengubah


yang sudah ada menjadi
bentuk yang tidak larut
(terjadi reaksi substitusi)

• Atau mengubah komposisi


pelarut untuk mengurangi
kelarutan zat terlarut di
dalamnya.
Pengendapan ≠ Kristalisasi
Perbedaan
Pengendapan dan Kristalisasi
Pengendapan Kristalisasi
Pengendapan hanya akan Kristalisasi adalah zat padat
menghasilkan material dengan struktur kristal yang
padat yang bukan berupa bentuknya teratur dan
kristal. berulang sehingga
menghasilkan material yang
indah

Endapan Pb(CrO4)2
Kristal CuSO4
Faktor yang mempengaruhi
Kelarutan
• Suhu
• Tekanan
• Polaritas
• pH larutan
• Pengaruh Ion senama
Fungsi Reakis Pengendapan
• Mengidentifikasi keberadaan kation dan anion
sebagai bagian dari garam dalam analisa
kuantitatif
• mendeteksi keberadaan logam berat dalam
limbah cair atau dalam perairan tertentu
Konstanta Solubility Product

Hasil Kali Kelarutan


Kelarutan (s)
adalah
Jumlah maksimum suatu senyawa atau zat yang
bisa larut dalam sejumlah pelarut pada kondisi
normal

Satuan kelarutan adalah mol/L


Tabel sifat Garam dalam pelarut
Klasifikasi Kondisi Kelarutan Garam
• Kondisi tidak jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi
nyata suatu garam belum melampaui kelarutannya,
sehingga masih bisa larut.
• Kondisi tepat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi
nyata suatu garam sama dengan kelarutannya,
sehingga zat tepat mengendap.
• Kondisi lewat jenuh, artinya kondisi saat konsentrasi
nyata garam melampaui kelarutannya, sehingga zat
yang mengendap lebih banyak daripada yang larut.
Konstanta Solubility Product
Ksp
• Pada kondisi tepat jenuh, garam akan
membentuk kesetimbangan.
• Terjadinya kesetimbangan dipengaruhi oleh
zat padat yang tidak larut dan ion-ion zat
terlarut.
• Reaksi :
• Berdasarkan aturan penulisan rumus
kesetimbangan, hanya zat dalam bentuk
larutan (aq) dan gas (s) yang dituliskan di
dalam rumus.
• Jadi :

• Tetapan kesetimbangan untuk garam yang


sukar larut disebut Tetapan hasil kelarutan
(Ksp).
Hubungan
Kelarutan (s) dengan Ksp
Pengaruh Ion Senama pada
Kelarutan
• Berdasarkan asas Le Chatelier, kesetimbangan
akan bergeser ke arah zat yang ditambahkan.
Dengan demikian, penambahan ion senama
akan memicu banyaknya endapan.
• penambahan ion senama tidak akan
mengubah tetapan hasil kelarutan (Ksp) selama
tidak ada perubahan suhu
Hubungan antara Ksp dan pH
Larutan

• Semakin besar nilai pH, semakin sulit larutan


basa untuk larut karena endapan yang
terbentuk semakin banyak. Dengan demikian,
semakin besar pH, semakin kecil kelarutannya
Konsep Ksp dalam Pemisahan Zat
• Pemisahan larutan yang sudah tercampur,
dapat dilakukan dengan cara menambahkan
larutan elektrolit lain yang mampu berikatan
dengan ion-ion dalam larutan yang sudah
tercampur tadi.
• Dengan menggunakan konsep hubungan
antara Qc dan Ksp
• Jika Qc < Ksp, larutan berada pada kondisi tidak
jenuh (tidak ada endapan).
• Jika Qc = Ksp, larutan berada pada kondisi tepat
jenuh (tidak ada endapan).
• Jika Qc > Ksp, larutan berada pada kondisi lewat
jenuh (ada endapan)
Titrasi Argentometri
Argentometri berdasarkan
Reaksi Substitusi
• Reaksi antara ion-ion dari asam, basa dan
garam yang menghasilkan asam, basa atau
garam lain yang lebih sukar larut (lebih mudah
mengendap) dari pada pereaksi
Contoh :
Na2SO4 + BaCl2  BaSO4 + 2 NaCl
(aq) (aq) (s) (aq)
Penetapan pada Argentometri biasanya
melibatkan :
• Ion ion halida (X- : Cl- Br-, I-)
• Sianida CN-
• Thiosianat SCN-

• Sebab dengan ion-ion tersebut ion perak


membentuk senyawa yang sukar larut.
Penentuan Titik Akhir
1. Metoda Konvensional
– Pembentukan endapan berwarna
– Pembentukan senyawa larut yang berwarna
– Perubahan warna endapan karena mengadsorpsi
indikator (menggunakan indikator adsorpsi)

2. Metoda instrumental
– Penentuan kekeruhan/turbiditas
(metode turbidimetri)
Indikator substitusi
• Garam yang bereaksi dengan AgNO3
membentuk endapan
• Warna endapan yang terbentuk berbeda dari
warna endapan utama
• Kelarutan endapan Ag-indikator > kelarutan
Ag-X (endapan utama)
• Ksp endapan cukup kecil sehingga endapan
terbentuk pada kelebihan sedikit AgNO3 dan
cepat/tiba-tiba
Metoda Mohr / The Mohr’s method
1. Indikator : ion CrO4= (kromat) sebagai larutan K2Cro4
jenuh atau 5 %
2. Kondisi : pH netral
3. Pengkondisi : serbuk MgO (bila larutan sampel
asam)
4. Reaksi :
• Saat Titrasi : Cl- + Ag+  AgCl
(aq) (aq) (s) putih

• Saat TA : CrO4= + 2Ag+  Ag2CrO4


(aq) (aq) s) merah bata
Bila konsentrasi ion pembentuk endapan
sangat kecil
• Maka “endapan” yang terbentuk hanya
berupa senyawa terlarut yang berwarna (Ksp
belum terlampaui)
• Terlihat oleh mata kita sebagai perubahan
warna suspensi endapan utama
• TA faktual = perubahan warna suspensi
endapan dari putih menjadi kekuningan
• TA teoritis = terbentuknya endapan merah
bata
Indikator adsorpsi
• Asam atau basa organik yang dapat
teradsorpsi oleh endapan pada saat TE
• Adsorpsi indikator di permukaan endapan
menyebabkan endapan berubah warna
Syarat Indikator adsorpsi
• Endapan harus berupa koloid , larutan tidak
boleh terlalu encer
• Muatan indikator harus merupakan lawan dari
muatan ion pengendap
• Indikator tidak boleh teradsorpsi sebelum
endapan utama terbentuk sempurna (ion
analit habis), tapi segera setelah TE tercapai.
Reaksi
Awal Titrasi :
• Cl- + Ag+  AgCl (s) putih
Saat Titrasi terjadi
• Adsorpsi primer :
AgCl + Ag+  (AgCl.Ag)+ (kelebihan sedikit Ag+ )
(s) putih
Saat TA, Adsorpsi sekunder

AgCl.Ag+ + Fl-  (AgCl.Ag.Fl)- (s) pink


Metoda Fajans
• Indikator Adsorpsi : Fluorescein
• Kondisi : sedikit basa pH 7 - 10
• Jika suasana terlalu asam HFl sulit terionisasi
sehingga tidak dapat terbentuk Fl-, akibatnya
tidak akan terjadi adsorpsi indikator
• Jika suasana terlalu basa, Ag+ akan
mengendap sebagai AgOH
Beberapa Indikator Adsorpsi
Warna
Indikator Analit Lar (ind End Kondisi
bebas) saat TA
Fluorescein Cl-, Br-, I-, Hijau pink Netral,
SCN- kunig sedikit basa
Diklorofluor Cl-, Br-, I-, Hijau merah pH 4,4 – 7
SCN - kunig
escein
Eosin Br-, I-, Pink Ungu- pH 1 – 2,
SCN- merah asam asetat
Metoda Volhard
• Indikator : Ion Fe3+ sebagai Fe(NO3)3 atau
Fe2(SO4)3.(NH4)2SO4 jenuh

• Kondisi : Asam

• Jika kondisi netral atau basa maka terjadi


reaksi :
– Ag+ + OH-  AgOH (s) putih
– Fe3+ + 3OH-  Fe(OH)3 (s) coklat
Reaksi
• Larutan standar yang digunakan : KSCN atau NH4SCN
• Pada penetapan [AgNO3) atau [KSCN]

Reaksi Saat titrasi :


• Ag+ + SCN-  AgSCN (S) putih

Pada Saat TA :
• Fe3+ + SCN-  FeSCN sampai Fe(SCN)63-
(jingga hingga merah darah)
Reaksi Penetapan Cl- Metode Volhard
• Cl- + Ag+ (berlebih)  AgCl (s) putih

• Ag+ (sisa) + SCN-  AgSCN

• Fe3+ + SCN-  FeSCN sampai Fe(SCN)63-


(jingga hingga merah darah)
Catatan
• Reaksi antara indikator dengan SCN- hanya
akan terjadi jika semua Ag+ telah habis.

• AgCl harus lebih mudah mengendap dari pada


AgSCN (Ksp AgCl < Ksp AgSCN) agar AgCl tidak
terdesak oleh SCN-. Jika ini terjadi bukan
hanya sisa Ag+ yang tertitrasi tetapi juga
AghCl, asumsi TE salah, perhitunganpun salah.
FAKTA
Ksp AgCl = 1,7 X 10-10 Ksp AgSCN = 1,0 X 10-12

Artinya syarat /kondisi tidak terpenuhi.

Bagaimana cara mengatasinya?


1. Topengi/kurung endapan AgCl
dengan suatu zat organik
AgCl tidak kontak dengan pelarut dan
SCN- sehingga tidak akan bereaksi
2. TAmbahkan KNO3 lalu didihkan 3
menit dan segera titrasi
K+ mendesorpsi Ag+ sehingga dapat
dititrasi
Pendidihan menggumpalkan endapan
Gumpalkan endapan dengan
pengocokan (shaking), saring, lalu
filtrat dititrasi
Endapan terpisah sehingga tidak
akan mengonsumsi SCN-
Just to Remember
• Ag+ sangat peka cahaya
• Simpan selalu dalam botol gelap
• Gunakan buret coklat
• Isi buret dan bekerja cepat setelah semua siap
• Tutup alat gelas tak berwarna dengan plastik
hitam/kertas karbon
Reaksi Ag+ dengan cahaya
menghasilkan Ag2O yang berwarna
coklat
Noda yang sukar hilang pada kulit
dan pakaian.
Selesai

Anda mungkin juga menyukai