0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan8 halaman
Politik etis bertujuan untuk memperbaiki nasib rakyat Hindia Belanda dengan cara mencerdaskan, memakmurkan, dan memberikan desentralisasi. Namun, pelaksanaannya tidak sepenuhnya menguntungkan rakyat karena hanya sebagian kecil yang mendapat manfaat dari irigasi, pendidikan, dan migrasi, sementara dominasi Belanda tetap kuat. Akibatnya, tujuan perbaikan kesejahteraan rakyat belum sepenuhnya tercapai.
Politik etis bertujuan untuk memperbaiki nasib rakyat Hindia Belanda dengan cara mencerdaskan, memakmurkan, dan memberikan desentralisasi. Namun, pelaksanaannya tidak sepenuhnya menguntungkan rakyat karena hanya sebagian kecil yang mendapat manfaat dari irigasi, pendidikan, dan migrasi, sementara dominasi Belanda tetap kuat. Akibatnya, tujuan perbaikan kesejahteraan rakyat belum sepenuhnya tercapai.
Politik etis bertujuan untuk memperbaiki nasib rakyat Hindia Belanda dengan cara mencerdaskan, memakmurkan, dan memberikan desentralisasi. Namun, pelaksanaannya tidak sepenuhnya menguntungkan rakyat karena hanya sebagian kecil yang mendapat manfaat dari irigasi, pendidikan, dan migrasi, sementara dominasi Belanda tetap kuat. Akibatnya, tujuan perbaikan kesejahteraan rakyat belum sepenuhnya tercapai.
• Politik etis merupakan politik yang diperjuangkan Pemerintah Belanda
kepada warga Hindia-Belanda untuk mengadakan desentralisasi, kesejahteraan rakyat, dan efisiensi. Politik etis mulai dijalankan pada tahun 1901, dicetus oleh C.Th. van Deventer. Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dengan menulis karangan dalam majalah De Gids yang berjudul Eeu Eereschuld (Hutang Budi). Van Deventer menjelaskan bahwa Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Hindia-Belanda. Hutang budi itu harus dikembalikan kepada rakyat Hindia-Belanda. • Politik etis bertujuan untuk memperbaiki nasib rakyat, mencerdaskan, dan memakmurkan. Diwujudkan dalam beberapabidang seperti: edukasi, migrasi, dan irigasi. Tokoh pendukung Latar Belakang
• Sistem tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat
Hindia-Belanda. • Sistem ekonomi Liberal tidak memperbaiki kesejahteraan rakyat. • Belanda melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat. • Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri. Aturan Pelaksanaan
• Pidato pembukaan Parlemen Belanda oleh Ratu Wilhelmina pada 17
Sptember 1901, menyatakan bahwa pemerintah Belanda memiliki panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke dalam program Trias Van Deventer yang meliputi: • Irigasi, yakni membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian. • Migrasi, yakni mengajak penduduk untuk bermigrasi (transmigrasi/emigrasi). • Edukasi, yakni memperluas bidang pengajaran dan pendidikan. Penyimpangan • Irigasi: pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri oleh irigasi. • Edukasi: pendidikan dijadikan sarana mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Terjadi diskriminasi karena pendidikan hanya diperuntukkan untuk anak-anak golongan atas/golongan mampu. • Migrasi: Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan untuk daerah yang mengembangkan perkebunan milik Belanda seperti, Deli,Suriname, dan lain-lain. Dampak • Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api yang memperlancar perpindahan barang dan manusia. • Pembangunan infrastruktur pertanian dalam hal ini bendungan yang nantinya bermanfaat bagi pengairan. • Berdirinya sekolah-sekolah seperti, HIS, MULO, AMS, Kweek School, Technical Hoges School, STOVIA. • Munculnya kaum terpelajar atau cendikiawan yang nantinya menjadi pelopor Pergerakan Nasional. • Pembangunan saluran irigasi baru. • Peningkatan pengolahan tanah perkebunan di luar jawa sehingga meningkatkan hasil produksi. • Kepadatan penduduk Jawa berkurang. Kegagalan • Sejak pelaksanaan kebijakan politik etis, sistem ekonomi liberal Belanda mendapatkan keuntungan yang besar sedangkan tingkat kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah. • Hanya sebagian kecil kaum pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan yang baik dalam masyarakat kolonial, yaitu golongan pegawai negeri. • Pegawai negeri dari golongan pribumi hanya digunakan sebagai alat saja, sehingga dominasi bangsa Belanda tetap sangat besar. Sumber • Buku SNI jilid V hal 21-28 • https://www.pelajaran.co.id/2019/14/politik-etis.html