Anda di halaman 1dari 8

Politik Etis

• Politik etis merupakan politik yang diperjuangkan Pemerintah Belanda


kepada warga Hindia-Belanda untuk mengadakan desentralisasi,
kesejahteraan rakyat, dan efisiensi. Politik etis mulai dijalankan pada tahun
1901, dicetus oleh C.Th. van Deventer. Van Deventer memperjuangkan
nasib bangsa Indonesia dengan menulis karangan dalam majalah De Gids
yang berjudul Eeu Eereschuld (Hutang Budi). Van Deventer menjelaskan
bahwa Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Hindia-Belanda.
Hutang budi itu harus dikembalikan kepada rakyat Hindia-Belanda.
• Politik etis bertujuan untuk memperbaiki nasib rakyat, mencerdaskan, dan
memakmurkan. Diwujudkan dalam beberapabidang seperti: edukasi,
migrasi, dan irigasi.
Tokoh pendukung
Latar Belakang

• Sistem tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat


Hindia-Belanda.
• Sistem ekonomi Liberal tidak memperbaiki
kesejahteraan rakyat.
• Belanda melakukan penekanan dan penindasan
terhadap rakyat.
• Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri.
Aturan Pelaksanaan

• Pidato pembukaan Parlemen Belanda oleh Ratu Wilhelmina pada 17


Sptember 1901, menyatakan bahwa pemerintah Belanda memiliki
panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa pribumi
di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi ke
dalam program Trias Van Deventer yang meliputi:
• Irigasi, yakni membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan
bendungan untuk keperluan pertanian.
• Migrasi, yakni mengajak penduduk untuk bermigrasi
(transmigrasi/emigrasi).
• Edukasi, yakni memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.
Penyimpangan
• Irigasi: pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang
subur untuk perkebunan swasta Belanda. Sedangkan milik
rakyat tidak dialiri oleh irigasi.
• Edukasi: pendidikan dijadikan sarana mendapatkan tenaga
administrasi yang cakap dan murah. Terjadi diskriminasi
karena pendidikan hanya diperuntukkan untuk anak-anak
golongan atas/golongan mampu.
• Migrasi: Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan untuk
daerah yang mengembangkan perkebunan milik Belanda
seperti, Deli,Suriname, dan lain-lain.
Dampak
• Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api
yang memperlancar perpindahan barang dan manusia.
• Pembangunan infrastruktur pertanian dalam hal ini bendungan
yang nantinya bermanfaat bagi pengairan.
• Berdirinya sekolah-sekolah seperti, HIS, MULO, AMS,
Kweek School, Technical Hoges School, STOVIA.
• Munculnya kaum terpelajar atau cendikiawan yang nantinya
menjadi pelopor Pergerakan Nasional.
• Pembangunan saluran irigasi baru.
• Peningkatan pengolahan tanah perkebunan di luar jawa
sehingga meningkatkan hasil produksi.
• Kepadatan penduduk Jawa berkurang.
Kegagalan
• Sejak pelaksanaan kebijakan politik etis, sistem ekonomi
liberal Belanda mendapatkan keuntungan yang besar
sedangkan tingkat kesejahteraan rakyat pribumi tetap rendah.
• Hanya sebagian kecil kaum pribumi yang memperoleh
keuntungan dan kedudukan yang baik dalam masyarakat
kolonial, yaitu golongan pegawai negeri.
• Pegawai negeri dari golongan pribumi hanya digunakan
sebagai alat saja, sehingga dominasi bangsa Belanda tetap
sangat besar.
Sumber
• Buku SNI jilid V hal 21-28
• https://www.pelajaran.co.id/2019/14/politik-etis.html

Anda mungkin juga menyukai