Anda di halaman 1dari 380

PERATURAN PERUNDANGAN DAN

KEBIJAKAN TERKAIT SUNGAI

MAKASSAR, 14 MARET 2016


BIODATA
ISKANDAR RAHIM, ST, MT
PENDIDIKAN : S1 S2 - Teknik Sipil UNHAS
Mahasiswa S3 Teknik Sipil Unhas Semester VI

RIWAYAT PEKERJAAN
2008-2009 : Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
2010 : Pelaksana Teknik PPK Perencanaan dan Program BBWSPJ
2011-2012 : Pelaksana Teknik PPK Prasarana Konservasi PJSA
2013 : Pelaksana Teknik PPK Irigasi dan Rawa PJPA
2014 : PPK Pembangunan Bendung Gerak Tempe PJSA
2015 – skrg : PPK Bendungan II SNVT Pembangunan Bendungan BBWSPJ

Pengalaman Pelatihan
2008 : Pemeriksaan Keteknikan bidang Bendungan
2010 : Perencanaan dan Pelaksanaan Bendungan Urugan
2015 : Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan Bendungan tingkat Ahli

2
ISKANDAR RAHIM, ST, MT BIODATA
Organisasi
HPJI
HATHI
KNIBB
YEF – ICOLD
NARBO

TELP/WA : 081218341112
PIN BB : 58135D6A

ALAMAT RUMAH : JL. REHABILITASI CACAT No.12 RT 01 RW 02 KELURAHAN


SINRIJALA KEC. PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR 90231
ALAMAT KANTOR : JL. BENDUNGAN BILI-BILI No.2 MAKASSAR
PAJALELE KAB. WAJO

e-Mail : iskandarrahim@outlook.com

3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 1974
TENTANG PENGAIRAN
Water Infrastructure A2

Jenisnya : Natural Infrastructure


Built Infrastructure
Fungsinya : to catch (DAS - bendung)
to flow ( sungai - saluran buatan)
to store (danau, akuifer - waduk)
to regulate (dataran banjir - pintu air)
to clean (rawa—wetlands - pengolah limbah)
• Pasal 1
• "Air" adalah semua air yang terdapat di
dalam dan atau berasal dari sumber-
sumber air, baik yang terdapat di atas
maupun di bawah permukaan tanah, tidak
termasuk dalam pengertian ini air yang
terdapat di laut;
• "Sumber-sumber Air" adalah tempat-
tempat dan wadah-wadah air, baik yang
terdapat di atas, maupun di bawah
permukaan tanah;
• Pasal 1
• 5. "Pengairan" adalah suatu bidang
pembinaan atas air, sumber-sumber air,
termasuk kekayaan alam bukan hewani
yang terkandung di dalamnya baik yang
alamiah maupun yang telah diusahakan
oleh manusia;
• Unsur kata-kata sungai dalam UU ini hanya
4 terdiri dari dua di penjelasan umum dan
dua di penjelasan pasal demi pasal
WATER RESOURCES PLANNING
Integrated Water Resources Management (IWRM)
spektrumnya sangat luas dan banyak detilnya.
Harus Top Down dan Bottom Up

UU no 7/2004 UN SPM guideline


1. Kebijakan ---- Collaborative Strategic Planning
2. Pola --- Collaborative Strategic Planning
3. Rencana --- Functional Strategic Planning Matrik
Master Plan dan Feasibility Study
untuk fungsi2 sumber daya air
Water Management : Planning, Water Governance ; Policy, and
Construction and Operation Empowerment, Control
• UU 7 tahun 2004 tentang sumber daya air
• Air adalah semua air yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air
laut yang berada di darat.
• Sumber air adalah tempat atau wadah air
alami dan/atau buatan yang terdapat pada,
di atas, ataupun di bawah permukaan
tanah.
• UU 7 tahun 2004 tentang sumber daya air
• Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu
atau lebih daerah aliran sungai dan/atau
pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari
atau sama dengan 2.000 km2.
• Dalam UU ini belum diatur secara spesifik
definisi dari sungai
• PP 38 Tahun 2011 tentang sungai
• Permen 04 tahun 2015 tentang kriteria dan
penetapan wilayah sungai
• Permen 26 Tahun 2015 tentang Pengalihan
Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas
Bekas Sungai
• Permen 28 Tahun 2015 Tentang Penetapan
Garis Sempadan Sungai dan Garis
Sempadan Danau
• Permen 04 tahun 2015
tentang kriteria dan
penetapan wilayah sungai
DAERAH ALIRAN SUNGAI
1010

1100
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS
1120
1130

1180

5090

5150
4010
5160

1260
2010 2020 5170
2040
2050 2100
2080

2120
2130 2140
2090

Tahun 1984 sebanyak 22 DAS Kritis

15
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS
1010

1090
1100

1120
1130

1180
4140
4080

4030
4020 5090
1210

1240
5150 7020
1290 4010 5100
5160

1260 2010
2020 5170
2040
2050 2100
2080

2120
2130 3010
2140
2070 2090
2110

Tahun 1992 sebanyak 39 DAS Kritis

16
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS

Tahun 2005 sebanyak 62 DAS Kritis

17
Laju erosi yang tinggi terjadi karena pengelolaan lahan DAS yang salah, petani terpaksa
membuka lahan-lahan kritis pada daerah perbukitan karena kemiskinan dan
peningkatan jumlah penduduk pedesaan.
19
Permen 04 tahun 2015 tentang kriteria dan
penetapan wilayah sungai
Pasal 4
• (1) Pengelolaan sumber daya air untuk air
permukaan dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota
berdasarkan wilayah sungai.
• (2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan berdasarkan:
a. efektivitas pengelolaan sumber daya air
dengan kriteria:
Pasal 4
• 1) dapat memenuhi kebutuhan konservasi
sumber daya air dan pendayagunaan
sumber daya air; dan/atau
• 2) telah tersedianya prasarana sumber daya
air yang menghubungkan daerah aliran
sungai yang satu dengan daerah aliran
sungai yang lain.
• b. efisiensi pengelolaan sumber daya air
dengan kriteria rentang kendali
pengelolaan sumber daya air; dan
Pasal 4
• c. keseimbangan pengelolaan sumber daya
air pada daerah aliran sungai basah dan
daerah aliran sungai kering dengan kriteria
tercukupinya hak setiap orang untuk
mendapatkan air guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif.
Pasal 5
• a. wilayah sungai lintas negara;
• b. wilayah sungai lintas provinsi;
• c. wilayah sungai strategis nasional;
• d. wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
dan
• e. wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota.
Pasal 7
Terkait WS Strategis Nasional :
• a. potensi sumber daya air pada wilayah
sungai yang bersangkutan lebih besar atau
sama dengan 20% (dua puluh persen) dari
potensi sumber daya air pada provinsi;
Pasal 7
b. banyaknya sektor dan jumlah penduduk
dalam wilayah sungai yang bersangkutan:
• 1) jumlah sektor yang terkait dengan
sumber daya air pada wilayah sungai paling
sedikit 16 (enam belas) sektor; dan
• 2) jumlah penduduk dalam wilayah sungai
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah penduduk pada provinsi.
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
1) sosial:
a) jumlah tenaga kerja pada lapangan kerja
yang terpengaruh oleh sumber daya air
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tenaga kerja pada tingkat provinsi;
b) pada wilayah sungai terdapat pulau kecil
atau gugusan pulau kecil yang berbatasan
dengan wilayah negara lain;
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
2) lingkungan:
a) terancamnya keanekaragaman hayati yang
spesifik dan langka pada sumber air yang
perlu dilindungi atau yang ditetapkan dalam
konvensi internasional;
b) perbandingan antara debit air sungai
maksimum dan debit air sungai minimum
rata-rata tahunan pada sungai utama
melebihi 75 (tujuh puluh lima); atau
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
3) ekonomi:
a) terdapat paling sedikit 1 (satu) daerah
irigasi yang luasnya lebih besar atau sama
dengan 10.000 (sepuluh ribu) ha;
b) nilai produktif industri yang tergantung
pada sumber daya air pada wilayah sungai
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
nilai produktif industri pada tingkat
provinsi; atau
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
3) ekonomi:
c) terdapat produksi listrik dari pembangkit
listrik tenaga air yang terhubung dengan
jaringan listrik lintas provinsi dan/atau
terhubung kedalam jaringan transmisi
nasional.
Pasal 7
d. dampak negatif akibat daya rusak air
terhadap pertumbuhan ekonomi
mengakibatkan kerugian ekonomi paling
sedikit 1% (satu persen) dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tingkat provinsi.
• Permen 26 Tahun 2015
tentang Pengalihan Alur
Sungai dan/atau
Pemanfaatan Ruas Bekas
Sungai
Semua kondisi tersebut di atas menjadikan sungai-sungai di
Indonesia sangat spesifik dan rentan terhadap berbagai
masalah.
Saat ini karena pertambahan jumlah penduduk yang pesat,
kecenderungan pemanfaatan lahan di sekitar sungai semakin
didesak oleh kepentingan manusia. Khususnya di wilayah
perkotaan, banyak sungai mengalami penurunan fungsi,
penyempitan, pendangkalan dan pencemaran.
Fungsi sungai telah berubah menjadi tempat pembuang an air
limbah dan sampah sehingga tercemar, dangkal dan rawan
terhadap banjir serta masalah lingkungan lainnya. Untuk
kepentingan masa depan kecenderungan tersebut perlu
dikendalikan dan dihentikan agar dapat dicapai keadaan yang
harmonis dan lestari antara kehi dupan manusia dan fungsi
sungai.
2/26/13
… kecenderungan lahan sempadan sungai
dimanfaatkan utk kegiatan manusia ...

… banyak sungai mengalami


penurunan fungsi,
penyempitan, pendangkalan
dan pencemaran ...

… fungsi sungai telah berubah


menjadi tempat pembuangan air
limbah dan sampah sehingga
tercemar, dangkal dan rawan
terhadap banjir serta masalah
lingkungan lainnya.
II
Selain bersifat spesifik, sungai juga bersifat dinamis dipengaruhi
oleh perubahan debit dan karakter sungai setempat. Debit sungai
selalu berubah dipengaruhi curah hujan, kondisi lahan, dan
perubahan yang terjadi di alur sungai. Karakter setiap sungai
ditentukan oleh kondisi geohidrobiologi wilayah dan sosial budaya
masyarakat setempat.
Kecenderungan sifat dinamis sungai selama ini kurang dipahami
oleh masyarakat sehingga sering terjadi aktifitas masyarakat
terganggu oleh perubahan sungai yang dinamis tersebuti.
Melihat kecenderungan-kecenderungan di atas, zona di sekitar
sungai perlu dilindungi agar tidak didesak oleh kepentingan
peruntukan lain. Sungai perlu diberi sempadan yang cukup untuk
dapat mengakomodasi perubahan dinamis yang terjadi.

2/26/13
Dengan pemberian sempadan yang cukup, kepentingan manusia
dan fungsi sungai tidak saling terganggu. Jika fungsi sungai
terganggu, pada akhirnya gangguan tersebut juga akan
menimbulkan kerugian terhadap kepentingan manusia.
Sebagai sumber air, sungai juga perlu dilindungi agar tidak
tercemar. Penyebab pencemaran air sungai yang utama adalah
air limbah dan sampah. Kecenderungan perilaku masyarakat
memanfaatkan sungai sebagai tempat buangan air limbah dan
sampah harus dikendalikan dan dihentikan secara terencana dan
konsisten. Hal ini mengingat air sungai yang tercemar akan
menimbulkan kerugian dengan pengaruh ikutan yang panjang.
Salah satunya yang terpenting adalah matinya/hilangnya
kehidupan flora dan fauna perairan yang dapat mengancam
keseimbangan ekosistem.

2/26/13
Sungai yang tercemar menimbulkan ancaman dan kerugian pada
aspek-aspek kesehatan, penurunan kualitas hidup, kenyamanan,
estetika, dan masalah lingkungan lain dalam arti yang luas.
Pemberian sempadan yang cukup terhadap sungai dan
pengendalian pencemaran sungai merupakan upaya-upaya
utama untuk perlindungan dan pelestarian fungsi sungai.
III
Sejarah telah mencatat bahwa sungai adalah tempat berawalnya
peradaban. Sejak dahulu kala sungai telah dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan. Sungai memiliki berbagai fungsi bagi
kehidupan manusia dan alam.
Fungsi sungai bagi kehidupan manusia sangat banyak dan
penting, antara lain pemanfaatan sungai untuk memenuhi

2/26/13
Pasal 1
Sungai adalah alur atau wadah air alami
dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran
air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu
sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri
oleh garis sempadan.
Bekas sungai adalah ruas sungai yang tidak
berfungsi lagi sebagai alur sungai untuk
mengalirkan air sungai.
Ruas bekas sungai adalah lahan pada lokasi
bekas sungai.
Pasal 1
Pengalihan alur sungai adalah kegiatan
mengalihkan alur sungai dengan cara
membangun alur sungai baru atau meningkatkan
kapasitas alur sungai yang ada yang
mengakibatkan terbentuknya alur sungai baru
atau berpindahnya aliran sungai lama.
Kompensasi ruas sungai adalah penyerahan ruas
sungai baru sebagai penggantian ruas bekas
sungai berdasarkan rekomendasi teknis, kajian
tim penilai, tim teknis kelaikan, dan persetujuan
Menteri.
Pasal 3
Sungai merupakan sumber air yang dikuasai
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat yang pengelolaannya
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai
bersangkutan.
Pasal 5
Pengalihan alur sungai ditujukan untuk
kepentingan perlindungan fungsi sungai,
pemanfaatan dan pengaliran air sungai.
Pengalihan alur sungai hanya dapat dilakukan
setelah mendapat izin berdasarkan rekomendasi
teknis.
Pengalihan alur sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat dilakukan untuk:
pengelolaan sungai yang menyangkut
kepentingan umum yang dilakukan oleh instansi
pemerintah; atau
Pasal 5
pengelolaan sungai yang menyangkut
kepentingan strategis yang sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah, dapat dilakukan oleh
instansi pemerintah, badan hukum, dan/atau
badan sosial.
• Rekomendasi teknis paling sedikit memuat:
• a. gambar rencana trace pengalihan alur sungai,
lengkap dengan prasarana penunjang dan
gambar rencana bekas sungai lengkap dengan
prasarana yang sudah terbangun;
Pasal 5
• Rekomendasi teknis paling sedikit memuat:
• hasil pemeriksaan hitungan luas alur sungai
lama yang akan dialihkan dan luas rencana alur
sungai baru;
• hasil pemeriksaan terhadap hitungan pengaruh
pengalihan alur sungai terhadap muka air banjir
di hilir lokasi pengalihan dan penurunan dasar
sungai di hulu lokasi pengalihan terhadap
kestabilan bangunan-bangunan yang ada; dan
Pasal 5
• rekomendasi teknis terhadap pemanfaatan ruas
bekas sungai, jika bekas sungai tersebut
ditimbun khususnya terkait dengan
kemungkinan terjadi:
• 1. “burried channel phenomena” yaitu pada
musim penghujan alur bekas sungai yang
ditimbun tetap didatangi air dan terjadi
genangan; dan
• 2. penurunan tanah timbunan akibat proses
pemampatan.

Pasal 6
Pelaksanaan pengalihan alur sungai untuk
kepentingan dilakukan dengan syarat harus:
• memperhatikan kepentingan pemakai air
sungai yang sudah ada;
• memperhatikan fungsi pengaliran sungai
ditinjau dari aspek hidrologi, hidrolika, dan
lingkungan;
• mempertimbangkan aspek morfologi sungai
secara keseluruhan;
• mempertimbangkan perlindungan dan
pelestarian fungsi sungai;
Pasal 6
Pelaksanaan pengalihan alur sungai untuk
kepentingan dilakukan dengan syarat harus:
• mempertahankan dan melindungi fungsi
prasarana sungai yang telah dibangun; dan
• menjamin keberlanjutan fungsi pengaliran
sungai.
Pasal 10
Permohonan izin pengalihan alur sungai dan/atau
pemanfaatan ruas bekas sungai diajukan kepada
Menteri untuk sungai yang berada pada wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara, atau wilayah sungai strategis nasional.

Permohonan izin pengalihan alur sungai dan/atau


pemanfaatan ruas bekas sungai harus dilengkapi
dengan:
peta lokasi sungai yang akan dialihkan alurnya
dan usulan rencana ruas sungai baru;
Pasal 10
hitungan luas alur sungai lama yang akan dialihkan
dan luas rencana alur sungai baru;
hitungan aspek hidrologi dan hidrolika terhadap
fungsi pengaliran sungai sebelum dan sesudah
pengalihan alur sungai;
hitungan pengaruh pengalihan alur sungai terhadap
muka air banjir di hilir lokasi pengalihan dan
pengaruh penurunan dasar sungai di hulu lokasi
pengalihan terhadap kestabilan bangunan yang ada;
desain konstruksi ruas sungai baru; dan
pernyataan kesanggupan untuk memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11
• (1) Berdasarkan rekomendasi teknis Direktur
Jenderal, Sekretaris Jenderal membentuk tim
penilai.
(2) Tim penilai bertugas melakukan penilaian
atas:
• a. nilai ruas sungai yang akan dialihkan alurnya;
• b. nilai ruas sungai baru atau yang direncanakan
• c. nilai kompensasi; dan
• d. membuat berita acara penelitian dan penilaian.
Pasal 12
Berdasarkan rekomendasi teknis Direktur
Jenderal dan hasil kajian tim penilai, Menteri cq
Sekretaris Jenderal menerbitkan izin tentang
pengalihan alur sungai dan/atau pemanfaatan
ruas bekas sungai.
Izin pengalihan alur sungai dan/atau
pemanfaatan ruas bekas sungai merupakan
satu kesatuan dengan izin pelaksanaan konstruksi
atas ruas sungai baru.
Pasal 12
Izin pengalihan alur sungai dan/atau
pemanfaatan ruas bekas sungai paling sedikit
memuat:
• a. nama, pekerjaan dan alamat pemegang izin;
• b. tempat atau lokasi ruas sungai baru yang
akan dibangun;
• c. maksud tujuan pengalihan alur sungai;
• d. jenis atau tipe prasarana yang akan dibangun;
• e. gambar dan spesifikasi teknis bangunan;
• f. jadwal pelaksanaan pembangunan;dan
• g. metode pelaksanaan pembangunan.
Pasal 12
(4) Berdasarkan izin pemohon
menandatangani surat pernyataan untuk
melakukan kewajiban:
a. menyerahkan ruas sungai baru dengan
kapasitas/daya tampung sekurang-kurangnya
sebesar kapasitas/daya tampung sungai lama
serta dengan status yang jelas dan bebas dari
segala jenis pembebanan;
b. membayar kompensasi ruas bekas sungai
kepada kas negara;
c. menyelesaikan permasalahan sosial akibat
penggantian alur sungai;
Pasal 12
(4) Berdasarkan izin pemohon
menandatangani surat pernyataan untuk
melakukan kewajiban:
• d. penghapusan hak atas tanah pengganti milik
pemohon pada buku tanah di instansi yang
berwenang; dan
• e. menandatangani berita acara kompensasi.
• Apabila pelaksanaan konstruksi ruas sungai baru
dan pengalihan aliran air sungai ke ruas sungai
baru telah selesai, dilakukan uji coba aliran air
sungai pada ruas sungai baru yang dilakukan
oleh tim teknis kelaikan.
Pasal 13
Dalam hal pelaksanaan uji coba dinyatakan
berfungsi dengan baik, Menteri cq Direktur
Jenderal menerbitkan Keputusan Menteri
tentang Kompensasi Atas Ruas Sungai Baru.
Berdasarkan Keputusan Menteri tersebut,
dilakukan serah terima ruas sungai baru
dengan ruas bekas sungai antara Sekretaris
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dengan
pemohon.
Pasal 14
Pengalihan alur sungai pemerintah,
pembiayaannya dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja negara atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pengalihan alur sungai swasta,
pembiayaannya dibebankan kepada
pemohon.
• Pasal 15
• Dalam pemanfaatan ruas sungai baru pada
setiap wilayah sungai dilaksanakan pengawasan
oleh:
• a. unit yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab di bidang pembinaan sungai di tingkat
pusat;
• b. dinas provinsi yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab di bidang sumber daya air; atau
• c. dinas kabupaten yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab di bidang sumber daya air.
• Pasal 15
• Pengawasan meliputi kegiatan:
• a. pemantauan dan evaluasi aliran sungai
baru dan pemanfaatan ruas sungai baru;
• b. pencatatan atau inventarisasi atas
pemanfaatan ruas sungai baru; dan
• c. pelaporan dan/atau pengaduan kepada
pihak yang berwenang.
• Pasal 18
• Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
• a. pengaturan mengenai bekas sungai yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai,
Daerah Penguasaan Sungai Dan Bekas Sungai; dan
• b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 18/PRT/M/2009 tentangPedoman
Pengalihan Alur Sungai Dan/Atau Pemanfaatan Ruas
Bekas Sungai. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
• Permen 28 Tahun 2015
PENETAPAN GARIS
SEMPADAN SUNGAI DAN
GARIS SEMPADAN DANAU
SUNGAI
• Pasal 1
• Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau
buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air
di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara,
dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan.
• Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung
sungai dan kaki tanggul sebelah dalam yang terletak
di kiri dan/atau kanan palung sungai.
• Pasal 1
• Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan
kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas
perlindungan sungai.
• Sempadan danau adalah luasan lahan yang
mengelilingi dan berjarak tertentu dari tepi badan
danau yang berfungsi sebagai kawasan pelindung
danau.
• Pasal 2
• a. penetapan garis sempadan sungai, garis
sempadan danau, termasuk mata air;
• b. pemanfaatan daerah sempadan; dan
• c. pengawasan pemanfaatan daerah sempadan.
• Pasal 3
• Penetapan garis sempadan sungai dan garis
sempadan danau dimaksudkan sebagai upaya agar
kegiatan perlindungan, penggunaan, dan
pengendalian atas sumber daya yang ada pada
sungai dan danau dapat dilaksanakan sesuai
dengan tujuannya.
• Pasal 3
• Penetapan garis sempadan sungai dan garis
sempadan danau bertujuan agar:
• a. fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh
aktifitas yang berkembang di sekitarnya;
• b. kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan
nilai manfaat sumber daya yang ada di sungai dan
danau dapat memberikan hasil secara optimal
sekaligus menjaga kelestarian fungsi sungai dan
danau; dan
• c. daya rusak air sungai dan danau terhadap
lingkungannya dapat dibatasi.
• Pasal 4
• Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan
palung sungai di antara garis sempadan dan tepi
palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di
antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul
untuk sungai bertanggul.
Pasal 4
2) Garis sempadan ditentukan pada:
a. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan;
b. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan;
c. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan;
d. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan;
e. sungai yang terpengaruh pasang air laut; dan
f. mata air.
DANAU
Dataran Banjir S.Citarum di Kab.Bandung
DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN)
Nonstructural floodplain management is not new. For instance, Empress Maria Theresia
(1740-1780) of the Austro-Hungarian Empire decreed that the a wide flood plain be left
undeveloped adjacent to Vienna for the Danube river. Current public works engineers
for Vienna are grateful for her foresight. Great floodplain are left undeveloped and
undiked for 50 km upstream from Vienna to temporarily store flood peaks, thus further
protecting Vienna even to day by providing floodplain storage. ( John R Sheaffer :
Urban Storm Drainage Management 1982)
WETLANDS
 Keberadaan Natural Water Infrastructure belum
disadari sehingga kurang diperhatikan.
 Telah banyak kerugian yang timbul karena rusaknya
natural water infrastructure tersebut.
 Perlu peningkatan kompetensi sehingga mampu
memelihara natural water infrastucture.
 Ke depan perlu melakukan : Membangun tanpa
Merusak, Environmentally Sensitive, Green
Economy.
Definisi Ketahanan air (water security) :

Perlindungan yang memadai dari bencana/penyakit yang


terkait air, serta akses tersedianya air dengan kuantitas
dan kualitas yang cukup untuk kebutuhan kehidupan yang
sehat dan produktif, tanpa mengorbankan keberlanjutan
ekosistem yang vital (Jansky et al 2008).

Ketersediaan air yang handal secara kuantitas dan kualitas


untuk mendukung kehidupan yang sehat dan produktif
serta kecilnya tingkat resiko bencana yang terkait dengan
air. (Grey dan Sadoff 2005, Wouters 2005 dan Kemitraan
Air Global 2000).
Komponen ketahanan air meliputi 3A (Wouters
2010) :
Availability
Tersedianya air secara kuantitas (legacy of
nature) dan kualitas yang memadai.
Access
Terpenuhinya akses bagi masyarakat untuk
memperoleh air.
Addressing conflicts
Tersedianya mekanisme untuk menghindari
dan/atau menyelesaikan konflik penggunaan
air.
Ketersediaan air ditentukan oleh supply(legacy of
nature), demand dan usability. Variabilitas hujan
bulanan, geologi dan topografi (supply), sosial budaya
(demand) dan kondisi ekosistem (usability) setempat

Akses terhadap air memerlukan infrastruktur yang


ditentukan oleh kemampuan mobilisasi dana
pemerintah, swasta dan masyarakat.

Penyelesaian konflik memerlukan mekanisme


penanganan melalui pengelolaan institusi, peningkatan
kapasitas, peraturan perundang-undangan,
pemberdayaan masyarakat.
PENJELASAN PP 38/2011 tentang SUNGAI.
I
Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya air yang
cukup melimpah. Hal tersebut tampak dari jumlah sungai yang
sangat banyak di negara kita.
Mengingat distribusi hujan berpola musiman dan wilayahnya yang
sangat luas dengan kondisi geologi yang berbeda-beda,
menjadikan aliran sungai-sungai di Indonesia sangat bervariasi.
Selain itu, karena kondisi geologi yang relatif muda dan iklim tropis
dengan matahari bersinar sepanjang tahun, mengakibatkan tingkat
pelapukan yang tinggi dan demikian pula aktifitas erosi dan
sedimentasi di sungai.
Selanjutnya karena topografinya yang berbentuk kepulauan
dengan pegunungan di bagian tengahnya, kecuali beberapa
sungai-sungai di pulau Kalimantan dan Papua, sungai-sungai
kepulauan tersebut umumnya pendek dengan kemiringan yang
curam.
2/26/13
PETA DISTRIBUSI HUJAN BULANAN DI A1

INDONESIA

The Netherlands

12/4/2019 96
Sejak dahulu sungai telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia ...
Sejarah telah mencatat Perkembangan peradaban
bahwa sungai adalah manusia di Indonesia juga tdk
tempat berawalnya terlepas dari keberadaan di sekitar
peradaban manusia ... sungai, seperti:
 Kerajaan Mesir Kuno  Kerajaan Singosari
di lembah Sungai Nil  Kerajaan Majapahit
 Kerajaan Babilonia (di lembah Sungai Brantas)
di lembah S. Eufrat  Kerajaan Sriwijaya
dan S. Tigris (di lembah Sungai Musi)
 Kerajaan di lembah  Kerajaan2 lain di Jawa Barat,
Sungai Brahmaputra, Kalimantan, Riau
Sungai Gangga dan
Sungai Yamuna
kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian,
industri, pariwisata, olah raga, pertahanan, perikanan,
pembangkit tenaga listrik, transportasi, dll.
Demikian pula fungsinya bagi alam sebagai pendukung utama
kehidupan flora dan fauna sangat menentukan. Kondisi ini perlu
dijaga jangan sampai menurun. Oleh karena itu sungai perlu
dipelihara agar dapat menjalankan fungsinya secara baik dan
berkelanjutan.
Pengambilan air sungai harus memperhitungkan tersedianya
aliran pemeliharaan sungai sampai ke muara. Aliran
pemeliharaan sungai adalah aliran minimum yang harus tersedia
di sungai untuk melindungi ekosistem sungai. Ini penting agar
sungai dapat menjalankan fungsi ekologinya bagi alam sama
pentingnya seperti fungsi-fungsi bagi kehidupan manusia.

2/26/13
Mengingat pentingnya aliran pemeliharaan sungai bagi
kelangsungan ekosistem sungai, alokasi air untuk aliran
pemeliharaan sungai secara proporsional harus disediakan
terlebih dahulu sebelum ketersediaan air dialokasikan bagi
berbagai kebutuhan air lainnya.
Pengambilan bahan komoditas tambang (mineral dan batubara)
di sungai harus diatur dan dikendalikan agar tidak menimbulkan
pengaruh negatif terhadap fungsi sungai dan kehidupan
manusia.
Demikian pula pemanfaatan sungai untuk keperluan prasarana
transportasi dan pembangkit tenaga, perlu memperhatikan
kelestarian fungsi sungai, keselamatan navigasi dan pengaruh
terhadap lingkungan dalam arti yang lebih luas.

2/26/13
IV
Air dan lahan mempunyai hubungan timbal balik yang sangat
erat.
Secara alami air merupakan unsur utama pembentuk lansekap
bumi. Air menentukan ruangnya sendiri yaitu terletak di posisi
paling rendah dari bentang alam. Ruang untuk air secara alami
ditentukan oleh air sendiri. Dalam hal ini air harus dipandang
sebagai faktor pengarah dalam perencanaan tata ruang dan
peruntukan lahan.
Namun secara dinamis air juga dipengaruhi oleh peruntukan
lahan. Jika peruntukan lahan diubah maka kondisi air juga akan
berubah. Dalam hal ini air merupakan cerminan dari peruntukan
lahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan tentang lahan
pada dasarnya adalah juga keputusan tentang air, demikian pula
sebaliknya.
2/26/13
Kekurangpahaman terhadap hubungan timbal balik antara air
dan lahan tersebut telah banyak mengakibatkan kerugian dalam
hal timbulnya daya rusak air.
Peruntukan lahan dataran banjir yang tanpa pengaturan dan
antisipasi terhadap resiko banjir, telah banyak menim bulkan
kerugian harta benda dan bahkan jiwa. Secara alami dataran
banjir adalah ruang untuk air sungai pada saat banjir.
Perubahan penutup lahan dari penutup alami menjadi atap
bangunan dan lapisan kedap air yang tanpa upaya antisi pasi
telah mengakibatkan semakin berkurangnya infiltrasi air hujan ke
dalam tanah dan mengakibatkan membesar nya aliran air di
permukaan tanah yang mengakibatkan banjir.

2/26/13
Secara dinamis perubahan peruntukan lahan merubah kuantitas
dan kualitas aliran air di sungai-sungai. Dua kecenderungan di
atas yaitu peruntukan dataran banjir tanpa pengaturan dan
perubahan penutup lahan tanpa antisipasi selama ini telah
mengakibatkan kerugian banjir yang melambung tinggi.
Apalagi jika ditambah dengan kecenderungan berikutnya yaitu
menurunnya kapasitas palung sungai karena pendangkalan dan
penyempitan oleh sedimentasi, sampah dan gangguan aliran lain
akibat aktifitas manusia di dekat sungai khususnya di wilayah
perkotaan.
Upaya-upaya pengendalian banjir yang telah dilakukan selama
ini seolah-olah menjadi kurang berarti dibanding dengan
peningkatan kerugian banjir yang terus membesar karena ketiga
kecenderungan di atas.

2/26/13
Penyebab Banjir

2. Kecenderungan
penggunaan dataran
banjir untuk
peruntukan yang tak
sesuai.
1. Kecenderungan 3. Kecenderungan
perubahan land- gangguan aliran di
cover tanpa alur sungai :
antisipasi, hilangnya sampah, sedimen,
tutupan lahan hutan. rumah, jembatan
rendah, gorong-
gorong kekecilan.
Peruntukan dataran banjir perlu diatur agar sesuai dengan
karakteristiknya sebagai daratan yang mempunyai resiko
tergenang banjir. Perubahan penutup lahan perlu diantisipasi
agar tidak menimbulkan peningkatan aliran permukaan.
Terjadinya penyempitan dan gangguan aliran sungai harus
dicegah.
Untuk mengatasi kecenderungan meningkatnya kerugian akibat
banjir pihak-pihak yang terlibat dengan tiga kecenderungan di
atas perlu di identifikasi dan kemudian harus saling bekerja sama
untuk melakukan perubahan cara penanganan pengendalian
banjir. Upaya pengendalian banjir harus menggunakan
pendekatan managemen resiko dalam rangka pengelolaan banjir
terpadu.

2/26/13
V
Pengelolaan banjir terpadu mempunyai ciri utama terlibatnya
seluruh unsur di dalam daerah aliran sungai dengan terus
mendorong peran masyarakat.
Banjir merupakan produk daerah aliran sungai, oleh karenanya
setiap kegiatan di daerah aliran sungai sesuai lokasi dan
potensinya harus ikut berperan mengurangi dan memperlambat
aliran banjir dengan cara mempermudah infiltrasi air hujan
meresap ke dalam tanah dan memperbanyak tampungan untuk
meredam puncak banjir.
Pengendalian banjir tidak lagi bertumpu hanya kepada upaya-
upaya di sungai dengan kegiatan secara fisik melainkan juga
bertumpu pada kegiatan non fisik yaitu pengelolaan resiko
seluruh kegiatan di daerah aliran sungai yang bersangkutan.

2/26/13
Upaya pengendalian banjir secara fisik adalah kegiatan
pengendalian banjir yang bertumpu pada pembangunan
prasarana fisik seperti: bendungan, tanggul, peningkatan
kapasitas alur ataupun pengalihan debit banjir.
Upaya secara fisik pada prinsipnya hanya mengurangi frekuensi
kejadian banjir sesuai debit banjir yang direncanakan. Upaya ini
memiliki keterbatasan yaitu selalu ada kemungkinan debit yang
direncanakan tersebut terlampaui dan pasti akan terjadi banjir.
Pengertian ini jika tidak dipahami secara benar juga mempunyai
sifat menjebak dan menjerumuskan masyarakat dengan
memberi perasaan aman yang sebenarnya semu.
Ketika terjadi banjir melebihi debit rencana dan kawasan yang
dilindungi telah berkembang pesat, karena merasa aman dari
bahaya banjir,

2/26/13
maka kerugian yang timbul jauh lebih besar daripada sebelum
ada upaya pengendalian secara fisik.
Upaya secara fisik penting dan perlu tapi tidak cukup untuk
menyelesaikan masalah banjir karena upaya secara fisik memiliki
keterbatasan. Upaya secara fisik perlu dilengkapi dengan upaya
secara non fisik.
Upaya secara non fisik pada prinsipnya adalah upaya
mengantisipasi kejadian banjir dan menangani korban. Upaya
secara non fisik berupa pengurangan kerentanan kawasan
terhadap banjir melalui pengelolaan dataran banjir dan
perencanaan antisipatif terhadap korban banjir jika terjadi banjir
yang melampaui debit banjir rencana.
Upaya secara fisik dan non fisik saling melengkapi dan harus
dilakukan secara bersama-sama pada kawasan rawan banjir.

2/26/13
VI
Untuk keperluan kegiatan pengelolaan sungai diperlukan
dukungan data dan informasi yang cukup. Masing-masing
kegiatan memerlukan jenis dan ketelitian data yang berbeda.
Data dan informasi tentang sumber daya air umumnya dikelola
tersebar di beberapa instansi. Sehingga perlu ada mekanisme
akses dan konversi format data antara instansi tersebut.
Diantara data dan informasi tersebut yang secara khusus perlu
mendapat perhatian dalam rangka pengelolaan sungai adalah
data aliran sungai, curah hujan dan perubahan peruntukan
lahan. Data ini penting untuk menganalisa dan mengetahui
kecenderungan yang sedang dan akan terjadi di daerah aliran
sungai dan di alur sungai. Jika terjadi kecenderungan ke arah
negatif maka perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian
ataupun merestorasi sungai.

2/26/13
Restorasi sungai dilandasi kesadaran tentang pentingnya fungsi
sungai bagi kehidupan manusia dan alam agar tidak terjadi
kerusakan sungai yang berlanjut. Restorasi sungai merupakan
pekerjaan mahal yang dapat dicegah jika pengelolaan sungai
dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.
Merusak lingkungan sungai adalah pekerjaan mudah, murah,
cepat, dan dapat dilakukan secara perorangan. Sebaliknya
memulihkan (restorasi) sungai adalah pekerjaan sulit, mahal,
lama, dan harus dilakukan secara bersama terintegrasi di antara
para pemilik kepentingan.

VII
Sungai berinteraksi dengan daerah aliran sungai melalui dua
hubungan yaitu secara geohidrobiologi dengan alam dan secara
sosial budaya dengan masyarakat setempat.
2/26/13
Semakin disadari bahwa keberhasilan pengelolaan sungai sangat
tergantung pada peran masyarakat. Hal ini mengingat
keseluruhan masyarakatlah yang setiap saat berinteraksi dengan
sungai, sehingga tidak ada yang lebih memahami situasi dan
kondisi suatu lokasi melainkan masyarakat lokal itu sendiri.
Masyarakat dan pihak-pihak penerima manfaat sungai perlu
diajak mengenali permasalahan, keterbatasan dan manfaat
pengelolaan sungai secara lengkap dan benar sehinggga dapat
tumbuh kesadaran untuk ikut berperan menjadi mitra
pemerintah.
Untuk itu perlu digiatkan upaya yang bersifat pendidikan
masyarakat dan dunia usaha melalui penyuluhan, diskusi dan
kunjungan lapangan menyusuri sungai. Melalui berbagai
kegiatan sosial, masyarakat dan dunia usaha perlu diberi
informasi dan diajak memahami

2/26/13
hubungan timbal balik sebab-akibat antara kegiatan yang
mereka lakukan dan pengaruh akibatnya terhadap sungai.
Misalnya pengaruh kebiasaan membuang air limbah dan sampah
ke sungai dengan pendangkalan dan pencemaran sungai.
Hanya dengan cara ini kebiasaan yang berakibat mengganggu
dan merusak sungai dapat dihentikan. Pemberdayaan
masyarakat diutamakan bagi masyarakat yang tinggal berdekatan
dengan sungai, artinya pengaruh kegiatan masyarakat tersebut
terhubung langsung dengan sungai.
Keterlibatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha yang paling
nyata adalah gerakan peduli sungai dengan program-program
perlindungan alur sungai dan pencegah an pencemaran sungai
yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha sendiri
difasilitasi oleh Pemerintah dan /atau pemerintah daerah.

2/26/13
VIII
Sungai sebagai wadah air mengalir selalu berada di posisi paling
rendah dalam lansekap bumi. Mengingat posisinya selalu
terletak paling rendah, kondisi sungai sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dari kondisi daerah aliran sungai. Sungai memiliki
fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia dan alam.
Dalam upaya memperbaiki dan menjaga keberlanjutan fungsi
sungai banyak aspek yang terkait mencakup kegiatan yang amat
luas di daerah aliran sungai.

Lingkup peraturan pemerintah ini hanya mengatur hal-hal yang


terkait sungai dan danau paparan banjir yang merupakan bagian
tak terpisahkan dari sungai. Pengaturan untuk hal-hal lain
dilakukan melalui beberapa peraturan perundangan yang
merupakan turunan dan/atau terkait dengan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
2/26/13
Yang baru di PP 38 / 2011 tentang Sungai a.l :
1. Fungsi sungai
2. Sempadan sungai ( semula ada di Permen PU 63/1993)
3. Aliran pemeliharaan sungai (Q95%)
4. Konservasi meliputi :
- Perlindungan sungai
- Pencegahan pencemaran air sungai
5. Pengembangan sungai (lebih rinci)
6. Pengelolaan resiko banjir
7. Kriteria perencanaan sungai
8. Operasi dan Pemeliharaan Sungai
9. Sistim Informasi dan Perizinan
10. Pemberdayaan Masyarakat ( Hari Sungai 27 Juli )
Pasal 3
(1) Sungai dikuasai oleh negara dan merupakan kekayaan
negara.
(2) Pengelolaan sungai dilakukan secara menyeluruh,
terpadu, dan berwawasan lingkungan dengan tujuan utk
mewujudkan kemanfaatan fungsi sungai yg
berkelanjutan.

Pasal 19
(1) Pengelolaan sungai dilakukan oleh :
a. Menteri, untuk sungai pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah
sungai strategis nasional;
b. gubernur, untuk sungai pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
c. bupati/walikota, untuk sungai pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota.
Sungai adalah alur atau wadah air
alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya,
mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan.
KONDISI NATURAL
Air membentuk lansekap bumi. Air membentuk ruangnya
sendiri. Air menentukan tata ruang.
Kasus Bale Endah Bandung Selatan dataran banjir
K.Citarum, air mengarahkan (to direct) tata ruang.

KONDISI ARTIFICIAL / DINAMIS


Perubahan tata ruang mempengaruhi air. Tata ruang
menentukan air.
Kasus Cengkareng Drain Jakarta Barat, air cerminan
(reflection of) tata ruang
Peruntukan lahan (land-use) terkait hubungan antara ’land
and water’ :
1 ‘Water-dependent land use’, yaitu peruntukan lahan yg
sangat tergantung pada air. Contoh : Kasus Bandung
Selatan utk pemukiman, padahal sejak dahulu kala daerah
ini merupakan kawasan dataran banjir Sungai Citarum.
2 Water-impacting land use’, yaitu peruntukan lahan yg
mempengaruhi air. Contoh: Kasus Cengkareng Drain;
pengembangan Parung, Ciputat, Cinere, Pondok Cabe,
Pamulang, Sawangan, Serpong, Bintaro, Cipulir, Ciledug dll
yg memicu terjadinya lonjakan debit banjir Kali Angke dan
Kali Pesanggrahan.
• Seharusm

Seharusnya : Air mengarahkan Tata Ruang

Air cerminan Tata Ruang


Fungsi sungai adalah manfaat keberadaan sungai bagi
kehidupan manusia dan alam, terdiri atas:

Fungsi yang tampak (berupa goods) :


sebagai penyedia air dan wadah air untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian,
industri, pariwisata, olah raga, pertahanan, perikanan,
pembangkit tenaga listrik, transportasi, dll.

Fungsi yang tersembunyi (berupa services):


sebagai pemulih kualitas air, penyalur banjir dan pembangkit
utama ekosistem flora dan fauna.

123
Fungsi sungai sebagai pemulih kualitas air perlu dijaga
dengan tidak membebani zat pencemar yang melebihi
kemampuan pemulihan alami air sungai.

Fungsi sungai sebagai penyalur banjir perlu diantisipasi


agar tidak menimbulkan kerugian bagi aktifitas masyarakat.

Fungsi sungai sebagai pembangkit utama ekosistem flora


dan fauna perlu dijaga agar tidak menurun. Ekosistem flora
dan fauna meliputi berbagai jenis tetumbuhan tepian sungai
dan berbagai jenis spesies binatang a.l : cacing (invertebrata),
siput (mollusca), kepiting (crustacea), katak (amphibia), kadal
(reptilia), serangga (insect), ikan (fish) dan burung (avian).
124
The significant problems we face cannot be solved at the same
level of thinking we were at when we created them. (Albert
Einstein).
Floods are ‘acts’ of God, but flood losses are largely acts of man
(Gilbert F.White).
Konservasi Sungai untuk menjaga dan memelihara
Fungsi Sungai :
1. Pemberian ruang yang cukup -- perlindungan sungai
(palung, sempadan, danau paparan banjir, dataran
banjir, galian C, restorasi sungai)
2. Pencegahan pencemaran air sungai (air limbah dan
sampah, aliran pemeliharaan)
3. Pengendalian pemanfaatan sungai (tidak mengakibatkan
banjir dan kekeringan, terjadi gangguan aliran,
keruntuhan tebing, pencemaran, mengutamakan
pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanan
rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada)
H
L L
Di Dalam Kawasan Perkotaan: Di Luar Kawasan Perkotaan:

 H < 3 M, L > 10 M
 3 M < H < 20 M, L > 15 M  DPS > 500 Km2, L > 100 M
 H > 20 M, L > 30 M  DPS < 500 Km2, L > 50 M

L L

Di Dalam Kawasan Perkotaan L > 3 M


Di Luar Kawasan Perkotaan L > 5 M
Pasal 9 s/d 12
Sempadan sungai mempunyai beberapa fungsi antara lain :

1. Karena dekat dengan air tempat ini sangat kaya dengan


keaneka-ragaman hayati flora dan fauna. Keaneka-
ragaman hayati adalah asset lingkungan yang sangat
berharga bagi kehidupan manusia dan alam.

2. Semak dan rerumputan yang tumbuh di sempadan sungai


berfungsi sebagai filter yang sangat effektif terhadap
polutan seperti pupuk, obat anti hama, pathogen dan logam
berat sehingga kualitas air sungai terjaga dari pencemaran.

136
3. Tetumbuhan juga dapat menahan erosi karena system
perakarannya yang masuk ke dalam dan memperkuat
struktur tanah sehingga tidak mudah tererosi dan tergerus
aliran air.
4. Rimbunnya dedaunan dan sisa-sisa tetumbuhan yang mati
menyediakan tempat berlindung, berteduh dan sumber
makanan bagi berbagai jenis spesies binatang akuatik dan
satwa liar lainnya.
5. Kawasan tepi sungai yang sempadannya tertata asri
menjadikan properti bernilai tinggi karena terjalinnya
kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam.
Lingkungan yang teduh dengan tetumbuhan, ada burung
berkicau didekat air jernih yang mengalir menciptakan rasa
nyaman dan tenteram tersendiri.
137
LETAK BANGUNAN PADA SEMPADAN SUNGAI DI SUMEDANG
2/26/13
2/26/13
2/26/13
…. PADAT ….

Tidak tersisa lahan


kosong
Sehingga sulit
untuk dilakukan
upaya penataan
VERTIKAL

LO-RISE HI-RISE
Sebagai Jembatan penghubung 2 wilayah

Pada saat air surut, bantaran berfungsi sebagai


Ruang Publik, sebagai tempat interaksi sosial

Akses Mitigasi Bencana


MELANGGAR Pasal 21
DAN Pasal 22 PP 38/2011

M.A.B

DATARAN BANJIR PALUNG SUNGAI DATARAN BANJIR

BANTARAN GS
GS
Pasal 22:

(2) Dalam hal di dalam sempadan sungai


terdapat tanggul utk kepentingan
pengendali banjir, perlindungan badan
tanggul dilakukan dng larangan:
a. menanam tanaman selain rumput;
b. mendirikan bangunan; dan
c. mengurangi dimensi tanggul.
(3) Pemanfaatan bantaran dan sempadan
sungai hanya dpt dilakukan utk
keperluan tertentu meliputi:
a. bangunan prasarana SDA;
b. fasilitas jembatan dan dermaga;
c. jalur pipa gas dan air minum;
d. rentangan kabel listrik dan telekomunikasi; dan
e. kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai,
misalnya tanaman sayur-mayur.
2/26/13
from : City and it’s rivers to River and it’s cities

2/26/13
Pasal 80
Dlm waktu paling lama 5 thn terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku,
Menteri, gubernur, bupati/walikota wajib menetapkan garis sempadan pada
semua sungai yg berada dlm kewenangannya.

Pasal 16
(2) Penetapan garis sempadan dilakukan berdasarkan kajian penetapan garis
sempadan.
(5) Kajian penetapan garis sempadan dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
(6) Tim kajian penetapan garis sempadan beranggotakan wakil dari instansi
teknis dan unsur masyarakat.

Masyarakat diajak melihat masalah dari sudut pandang sungai dan alirannya:
Kawasan yg terlanjur dihuni
Lahan blm dibebaskan, mengingat resiko banjir tinggi diberlakukan
kondisi ‘status quo’ (tdk boleh mengubah, menambah, atau memperbaiki bangunan),
bertahap harus ditertibkan utk mengembalikan fungsi sempadan sungai.
Lahan telah dibebaskan, segera diberlakukan pasal sempadan sungai.
Kawasan yg belum dihuni baik sdh dibebaskan maupun blm dibebaskan
diberlakukan ketentuan pasal sempadan sungai.
HASIL PEMBANGUNAN
PEKERJAAN BBWS CITARUM 2011

PEKERJAAN BRONJONG 32 meter

PEKERJAAN TALUD SUNGAI 200 meter

PEKERJAAN PENGERUKAN CIKAPUNDUNG KOLOT 300 meter


215
HASIL PEMBANGUAN
PEMBUATAN TALUD SUNGAI CIKAPUNDUNG

216
HASIL PEMBANGUAN
PEMBUATAN TALUD SUNGAI CIKAPUNDUNG

Sebelum

Hasil pembangunan pembuatan Talud Sungai Cikapundung


telah mencapai progres 100%

217
HASIL PEMBANGUNAN
TALUD SUNGAI CIKAPUNDUNG
Sebelum

Realisasi pembuatan talud sungai


telah mencapai progres
100%

PEKERJAAN TALUD SUNGAI Sebelum

218
HASIL PEMBANGUNAN
PEMBUATAN RTH PULOSARI

219
HASIL PEMBANGUNAN
PEMBUATAN RTH PULOSARI
sebelum

Hasil pembangunan pembuatan RTH PULOSARI


telah mencapai progres 100%

sebelum
220
HASIL PEMBANGUNAN
PEMBUATAN RTH PULOSARI

Hasil pembangunan pembuatan RTH PULOSARI


telah mencapai progres 100%

221
Pasal 27
1. Pencegahan pencemaran air sungai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dilakukan
melalui :
• penetapan daya tampung beban pencemaran;
• identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang
masuk ke sungai;
• penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan
air limbah;
• pelarangan pembuangan sampah ke sungai;
• pemantauan kualitas air pada sungai; dan
• pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.
2. Pencegahan pencemaran air sungai dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sungai yang sehat adalah sungai yang di dalam dan di
sekitarnya banyak terdapat kehidupan flora dan fauna
Dirty Water: Estimated Deaths from Water-Related Diseases 2000-2020
Abstract
The failure to provide safe drinking water and adequate sanitation
services to all people is perhaps the greatest development failure of
the 20th century. The most egregious consequence of this failure is
the high rate of mortality among young children from preventable
water-related diseases. This paper examines different scenarios of
activities in the international water arena and provides three
estimates of the overall water-related mortality likely to occur over
the next two decades.
If no action is taken to address unmet basic human needs for water,
as many as 135 million people will die from these diseases by 2020.
Even if the explicit Millennium Goals announced by the United
Nations in 2000 are achieved – unlikely given current international
commitments – between 34 and 76 million people will perish from
waterrelated diseases by 2020. This problem is one of the most
serious public health crisis facing us, and deserves far more
attention and resources than it has received so far.
Table 1: Water-Related Diseases

• Waterborne diseases: caused by the ingestion of water


contaminated by human or animal faeces or urine containing
pathogenic bacteria or viruses; include cholera, typhoid,
amoebic and bacillary dysentery and other diarrheal
diseases.

• Water-washed diseases: caused by poor personal hygiene


and skin or eye contact with contaminated water; include
scabies, trachoma and flea, lice and tick-borne diseases.

• Water-based diseases: caused by parasites found in


intermediate organisms living in contaminated water; include
dracunculiasis, schistosomiasis, and other helminths.

• Water-related diseases: caused by insect vectors, especially


mosquitoes, that breed in water; include dengue, filariasis,
malaria, onchocerciasis, trypanosomiasis and yellow fever.
(Pasal 18 s/d 56)

• Integrated Pola dan Rencana Pengelolaan SDA (PP


1. 42/2008)

2. • Pengelolaan Sungai meliputi:


1. KONSERVASI SUNGAI
2. PENGEMBANGAN SUNGAI
3. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR SUNGAI

• Pengelolaan Sungai dilakukan melalui tahapan:


1. Penyusunan Program dan Kegiatan
3. 2. Pelaksanaan Kegiatan
3. Pemantauan dan Evaluasi
II. PENGEMBANGAN SUNGAI (Pasal 29 s/d 33)
dilakukan melalui PEMANFAATAN SUNGAI:
 rumah tangga
 pertanian LARANGAN:
 sanitasi lingkungan  Mengakibatkan terjadinya
 industri pencemaran
 pariwisata  Mengakibatkan terganggu-
 olahraga nya aliran sungai dan/atau
 pertahanan keruntuhan tebing sungai.
 perikanan
 pembangkit tenaga KETENTUAN PERIKANAN
listrik HARUS mempertimbangkan:
 transportasi  daya tampung
 daya dukung
lingkungan sungai.
KETENTUAN:
 Mengutamakan pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari dan pertanian rakyat
dlm sistem irigasi yg sudah ada. KETENTUAN
 Mengalokasikan kebutuhan air utk aliran PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK:
pemeliharaan sungai. dilarang menimbulkan banjir dan
kekeringan pada daerah hilir.
Pasal 30

(1) Pengembangan sungai sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 29 dilakukan melalui pemanfaatan sungai.
(2) Pemanfaatan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi pemanfaatan untuk:
rumah tangga, pertanian, pertanian, sanitasi
lingkungan, industri, pariwisata, olah raga, perta -
hanan, perikanan, pembangkit tenaga listrik dan
transportasi.
(3) Pengembangan sungai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tidak merusak ekosistem
sungai, mempertimbangkan karakteristik sungai,
kelestarian keanekaragaman hayati, serta kekhasan
dan aspirasi daerah/masyarakat setempat.
Pasal 31
(1) Pemanfaatan sungai sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari dan pertanian rakyat dalam sistem
irigasi yang sudah ada; dan mengalokasikan
kebutuhan air untuk aliran pemeliharaan sungai.
(2) Dalam melakukan pemanfaatan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilarang:
mengakibatkan terjadinya pencemaran; dan
mengakibatkan terganggunya aliran sungai dan
/atau keruntuhan tebing sungai.
III. PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR SUNGAI (Pasal 34 s/d 48)
dilakukan melalui PENGELOLAAN RESIKO BANJIR:
1. Pengurangan Resiko Besaran Banjir:
A. Pembangunan Prasarana Pengendali Banjir
a. Peningkatan Kapasitas Sungai
b. Tanggul
c. Pelimpah Banjir dan/atau Pompa
d. Bendungan
e. Perbaikan Drainase Perkotaan
B. Pembangunan Prasarana Pengendali Aliran
Permukaan
a. Resapan air, berupa saluran, pipa
berlubang, sumur, kolam resapan,
bidang resapan.
b. Penampung banjir.
2. Pengurangan Resiko Kerentanan Banjir
A. Pengelolaan dataran banjir
B. Antisipasi terhadap korban.
PENGELOLAAN BANJIR

Ada 6 jenis kegiatan pengelolaan banjir :


1. Menghindari pembesaran debit sejak dari DAS (land use
management)
2. Mengurangi debit dan/atau menurunkan elevasi air di
alur sungai (bendungan, tanggul, pelimpah / relief
channel, peningkatan kapasitas alur)
3. Mengurangi kerugian akibat banjir (flood zoning,
building code, awareness raising)
4. Persiapan menghadapi banjir (flood forecasting,
emergency plans)
5. Penanggulangan saat terjadi banjir (crisis manage ment,
evacuation)
6. Pemulihan setelah banjir (aftercare, insurance,
compensation, rehabilitations)
PENGEMBANGAN DAS
(TIDAK TERKENDALI)

Peresapan 25%
Pada musim kemarau
• Erosi tinggi
air sungai nyaris kering
• Longsor

Limpasan 75%

• Banjir bandang
• Pendangkalan sungai dan muara
• Daerah banjir meluas
• Peresapan air berkurang
• Muka air tanah turun,
• Mata Air kering
• Terjadi intrusi air laut
Penyebab Banjir

2. Kecenderungan
penggunaan dataran
banjir untuk
peruntukan yang tak
sesuai.
1. Kecenderungan 3. Kecenderungan
perubahan land- gangguan aliran di alur
cover tanpa sungai : sampah,
antisipasi, hilangnya sedimen, rumah,
tutupan lahan hutan. jembatan rendah,
gorong-gorong
kekecilan.
KONDISI DAERAH HULU S.CIBEET
KONDISI EXISTING TANGGUL
RENCANA ALTERNATIF PENANGANAN

Tanggul Pasangan Batu

Bronjong kawat isi batu

Concrete Sheet pile

Konsep Desain :
• Pembuatan tanggul pada daerah yang
terjadi limpasan air banjir
• Perkuatan Tebing Sungai
PERNYATAAN BUPATI BANDUNG 11 02
1994; ADA YANG ANEH SIAPAKAH
SEBENARNYA YANG SALAH?
(after Mitsch and Gosselink, 1993)
 have a long term approach
 use potential energy of the river as a natural subsidy,
 suitable for existing climate and hydrological regime,
 can cope with extreme events as well as average condition,
 incorporate the various interest party
i.e involve an integrated approach,
 minimum maintenance cost in the long term,
 are design for function and not for form,
 are not over-engineered but are as natural as possible
Hazard
Mengurangi hazard adalah tindakan terhadap
tingkat besaran dan frekuensi banjir
Exposure
Mengurangi exposure adalah tindakan
terhadap korban dan asetnya di dataran banjir
Vulnerability
Mengurangi vulnerability adalah tindakan
meningkatkan ketahanan masyarakat dalam
mengantisipasi, mengatasi dan memulihkan
diri dari kejadian banjir.

• EXISTING FLOOD RISK. Kejadian banjir Q20 pada tahun ini
misalnya, tidak menjamin bahwa banjir Q20 tersebut tidak
akan terjadi lagi pada tahun depan. Dapat saja banjir Q20 atau
lebih terjadi dua kali berturut-turut dalam 2 tahun.
Menjelaskan konsep ini bukan pekerjaan yang mudah apalagi
kepada khalayak awam selain itu juga pengertiannya kurang
memberi manfaat bagi mereka.
• Sekarang mulai dikenal cara yang lebih mudah dan lebih
bermanfaat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat
yaitu dengan probabilitas suatu debit akan terjadi dalam
waktu sekian tahun tertentu.
• Cara ini menjawab pertanyaan yang lebih bermanfaat bagi
awam, yaitu berapa % kemungkinannya debit rencana Q20 =
100 m3/det akan terjadi tahun depan, 5 tahun, 10 tahun atau
20 tahun ke depan. Jawabnya masing-masing adalah 5%,
23%, 40% dan 64% (1-(T-1)/T)N).
• FUTURE FLOOD RISK. Sebagai negara berkembang dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang relative tinggi Indonesia
masih terus mengalami perubahan penutup lahan yang cukup
intensif akibat keperluan perumahan, perkotaan, industry dll.
Perubahan penutup lahan dari kondisi alami menjadi semakin
kedap air ini kemudian menyebabkan lonjakan debit banjir
tahunan di sungai-sungai kita.
• Data debit banjir tahunan yang meningkat pada akhirnya
menyebabkan banjir dengan probabilitas tertentu akan
meningkat pula. Juga adanya perubahan iklim secara global
yang diperkirakan akan mengakibatkan peningkatan curah
hujan di banyak tempat.
• Contoh misalnya debit Q50 di pintu air Manggarai hasil
hitungan tahun 1973 adalah 370 m3/det, tapi pada tahun
1993 debit Q50 di lokasi yang sama telah berubah menjadi
570 m3/det.
RESIDUAL FLOOD RISK. Kegiatan pengendalian banjir
selalu didasarkan pada criteria debit banjir rencana
tertentu artinya daerah tersebut dilindungi hanya
pada tingkat debit banjir rencana tersebut. Tingkat
layanan semua sistim pengendali banjir dan
peralatan pendukungnya didesign hanya mampu
menahan debit banjir rencana tersebut.
• Selalu saja ada kemungkinan debit banjir rencana
terlampaui yang berakibat timbulnya resiko banjir di
daerah yang dilindungi tersebut. Semakin kecil debit
rencana yang dipilih maka semakin besar
kemungkinan debit tersebut terlampaui setiap
tahunnya.
EXISTING FLOOD RISK FUTURE FLOOD RISK RESIDUAL FLOOD RISK

KURANGI
RESIKO membuat tampungan
BESARAN
BENCANA source control

KURANGI
RESIKO flood proofing perencanaan tata ruang
KETERPA
PARAN tanggul

KURANGI
RESIKO pemberdayaan masyarakat
KERENTA
NAN
Takeuchi (2001) poses 3 questions as follows:
• If the benefit-cost ratio is the investment criterion, how
can it be possible to maintain fairness between the
beneficiaries and the tax payers? Do people in the flood-
free areas agree that the government should use their
taxes to protect people in the flood plains?
• As the central government now tends to be distributing
power to regional or local governments, the basic trend
is that the beneficiaries pay the cost of providing safety
in the areas which they occupy. This is similar to the
polluter pays principle (PPP) in environmental protection.
• If river structural works are the major subjects of flood
damage, is it not possible to reduce the structural works
in the first place? Weaker protection produces weaker
counteractions.
Persiapan menghadapi banjir dilakukan
melalui kegiatan:
1. penyediaan dan pengujian sistem prakiraan banjir serta
peringatan dini;
2. pemetaan kawasan beresiko banjir;
3. inspeksi berkala kondisi prasarana pengendali banjir;
4. peningkatan kesadaran masyarakat;
5. penyediaan dan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat
pengungsian; dan
6. penyusunan dan penetapan prosedur operasi lapangan
penanggulangan banjir.

Kegiatan di atas dilakukan oleh Menteri, gubernur, bupati


dan/atau walikota sesuai kewenangannya.

• Penanggulangan banjir dikoordinasikan oleh badan
penanggulangan bencana nasional, provinsi, atau
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• Pemulihan setelah banjir dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya melalui kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi.
• Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan untuk
memulihkan kondisi lingkungan, fasillitas umum, fasilitas
sosial, serta prasarana sungai.
• Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pengelolaan
dataran banjir diatur dengan peraturan Menteri.
a. peningkatan kapasitas sungai;
b. tanggul;
Pembangunan c. pelimpah banjir dan/atau pompa;
Pengendali d. bendungan; dan
Banjir e. perbaikan drainase kota.
Pengurangan Resiko
Besaran Banjir
Pembangunan
a. resapan air; dan
Pengendali
b. penampung banjir.
Aliran
Pengelolaan Permukaan
Banjir Terpadu
a. penentuan batas dataran banjir;
b. penentuan zona peruntukan
lahan sesuai resiko banjir; dan
Pengurangan Resiko Pengelolaan c. pengawasan dan pengendalian
Kerentanan Kawasan Dataran Banjir peruntukan lahan di dataran
Terhadap Banjir banjir.

Perencanaan a. persiapan menghadapi banjir;


Antisipatif b. penanggulangan pada saat banjir;
Terhadap Korban dan
Banjir c. pemulihan setelah banjir.
Source: Hunt and Collins, 2008
Figure 1: A Permeable Pavement
System Can Be Designed With or
Without an Underdrain
Saluran Main Drain di dua sisi Jl Margonda Depok Des 2013
AIR DIPERSILAHKAN SEGERA MENGALIR CEPAT KE HILIR
Dayeuh Kolot Bandung
Gold Coast
Australia
RIVER RESTORATION
Pasal 52

(1) Penyusunan program dan rencana kegiatan tahunan


harus memperhitungkan:
a. manfaat dan dampak jangka panjang;
b. penggunaan teknologi yang ramah lingkungan;
c. biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang
minimum; dan
d. ketahanan terhadap perubahan kondisi alam
setempat.

(2) Penyusunan program dan rencana kegiatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 55

(1) Pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan prasarana sungai


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 huruf b dilakukan
melalui kegiatan:
• pengaturan dan pengalokasian air sungai; dan
• pemeliharaan untuk pencegahan kerusakan dan/atau
penurunan fungsi prasarana sungai
• perbaikan terhadap kerusakan prasarana sungai.

(2) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan sungai sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 53 huruf b dilakukan melalui
penyelenggaraan kegiatan konservasi sungai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 28, dan
pengembangan sungai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
sampai dengan Pasal 33.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara operasi dan
pemeliharaan prasarana sungai serta pemeliharaan sungai diatur
dengan peraturan Menteri.
Pasal 53 huruf b
Yang dimaksud dengan “prasarana sungai” adalah
prasarana fisik yang dibangun untuk keperluan
pengelolaan sungai termasuk fasilitas pendukungnya,
antara lain berupa:
• bangunan pengambilan air;
• bangunan pengendali banjir;
• bangunan pengendali sedimen;
• bangunan pelindung dan perkuatan tebing sungai;
• bangunan pengarah alur sungai; dan
• bangunan/peralatan pemantau data hidroklimatologi.
The Hydrologic Cycle –
what is missing?
No. JENIS KEGIATAN PEMBERI IZIN REKOMTEK

a. pelaksanaan konstruksi pada ruang sungai

b. pelaks. konstruksi yg mengubah aliran dan/atau alur


sungai
c. pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai
Menteri, gubernur, atau -
d. pemanfaatan bekas sungai bupati/walikota sesuai
kewenangannya.
e. pemanfaatan air sungai selain utk kebutuhan pokok
sehari-hari dan pertanian rakyat dlm sistem irigasi yg
sudah ada
f. pemanfaatan sungai sebagai penyedia tenaga air

g. pemanfaatan sungai sebagai prasarana transportasi instansi transportasi pengelola SDA

h. pemanfaatan sungai di kawasan hutan Menteri, gubernur, atau bupati/ instansi


walikota sesuai kewenangannya kehutanan
yaitu Izin Usaha Pemanfaatan
Jasa Lingkungan pemanfaatan
aliran air dan pemanfaatan air
i. pembuangan air limbah ke sungai pengelola SDA
bupati/walikota
j. pengambilan komoditas tambang di sungai

k. perikanan menggunakan karamba atau jaring apung instansi perikanan pengelola SDA
Sistem Informasi Sungai (Pasal 61 s/d 68)
 diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi,
atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya,
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis yg membidangi
pengelolaan SDA.
 merupakan bagian dari sistem informasi SDA.
 harus diperbarui sesuai kebutuhan.
 bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap orang.
 masyarakat yg utk kepentingannya sendiri
menyelenggarakan sistem informasi terkait dng sungai,
wajib menyampaikan kepada dan/atau dapat diakses oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai kewenangannya.
Pasal 64
Sistem informasi sungai meliputi :
a. data variabel sungai ( curah hujan, elevasi muka air
sungai, kandungan sedimen air sungai, pengambilan
air, data fisik banjir dan penyebab, jenis, dan jumlah
kerugian akibat banjir.
b. parameter sungai ( topografi alur sungai, prasarana
sungai, kondisi fisik daerah aliran sungai,
hidrometeorologi, hidrogeologi, kondisi penutup
lahan, rencana tata ruang, kelembagaan yang terkait
dengan sungai, kependudukan, mata pencaharian
penduduk dan kearifan lokal)
c. operasi peralatan untuk pengumpulan pengolahan
pengiriman data (mudah, murah, tidak mudah
rusak)
d. pelaksana sistem informasi (peningkatan SDM).
Data variabel adalah data yang relative cepat
berubahterhadap waktu. Jika data ini tidak tercatat pada
saat terjadi maka dengan cepat data tersebut hilang
karena telah berubah besarannya. Data variabel sungai
meliputi data mengenai ketersediaan air dan kejadian
banjir, yang paling sedikit terdiri atas :
– curah hujan;
– elevasi muka air sungai;
– kandungan zat pencemar air sungai;
– pengambilan air;
– data fisik banjir; dan
– jenis dan jumlah kerugian akibat banjir.
Data parameter adalah data yang relative tidak
berubah terhadap waktu.
Data parameter sungai meliputi data fisik sungai dan
data fisik daerah aliran sungai serta data sosial
ekonomi masyarakat di daerah aliran sungai.
Data parameter diperoleh dari beberapa instansi yang
mengelola data sesuai dengan tupoksi masing-masing
instansi.
Data parameter sungai paling sedikit terdiri atas :
• topografi alur sungai
• prasarana sungai
• kondisi fisik daerah aliran sungai
• hidrometeorologi
• hidrogeologi
• kondisi penutup lahan
• rencana tata ruang
• kelembagaan yang terkait dengan sungai
• kependudukan
• mata pencaharian penduduk
• kearifan lokal
PERAN SERTA MASYARAKAT PENGELOLAAN SUNGAI

Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat


dalam menentukan hasil sebuah rencana termasuk
prosesnya. Karena menyadari bahwa semua rencana pada
dasarnya adalah untuk kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat, sehingga masyarakat perlu terlibat/ikut serta.
Dasar dari peran serta masyarakat adalah penyampaian
informasi ( sosialisasi) dan konsultasi secara lengkap dan
benar, sehingga masyarakat mengerti untuk apa rencana
kegiatan tersebut dilasanakan.
Peran serta masyarakat sangat penting untuk keberhasilan
pengelolaan sumber daya air.
Keberhasilan Pengelolaan Sungai
sangat tergantung pada PARTISIPASI MASYARAKAT ...

Dalam rangka
Pemberdayaan masyarakat memberikan motivasi kepada
meliputi kegiatan: masyarakat agar peduli
a. sosialisasi; terhadap sungai,
b. konsultasi publik; dan tgl 27 Juli ditetapkan sebagai
c. partisipasi. Hari Sungai Nasional
Pasal 69
Pemberdayaan Masyarakat meliputi kegiatan :
Sosialisasi (co-knowing)
Konsultasi Publik (co-thinking)
Partisipasi Masyarakat (co-operating)

Sosialisasi : pengenalan lingkungan, kunjungan lapangan,


identifikasi masalah, pendampingan dan
pelatihan.
Konsultasi : survey pendapat umum, diskusi, dengar
pendapat, loka karya
Partisipasi : pembentukan kelompok kerja, kerja
sama pengelolaan.
Mengapa perlu peran serta masyarakat ?
• Setelah penyampaian informasi., tahap berikutnya adalah
konsultasi. Pemerintah perlu berkonsultasi dengan anggota
masyarakat pemilik kepentingan, untuk menangkap
pemahaman, persepsi , kehendak dan harapan pemilik
kepentingan.
• Kemudian disusunlah laporan untuk disampaikan dalam
konsultasi public dan masyarakat diminta tanggapan dan saran
tentang rencana tersebut.
• Peran serta membantu memperjelas bagaimana proses
pengambilan keputusan dan menumbuhkan rasa memiliki
masyarakat atas kesepakatan yang telah diputuskan.
Tujuan utama peran serta masyarakat adalah
memperbaiki pengambilan keputusan dengan
menjamin :
 bahwa keputusan didasarkan pada pemahaman dan
pengalaman bersama serta kenyataan yang hidup di
masyarakat ,
 bahwa keputusan dipengaruhi oleh pandangan dan
pengalaman mereka yang akan terpengaruh oleh
keputusan tersebut,
 bahwa pilihan-pilihan alternatif yang berkembang dalam
masyarakat telah dipertimbangkan ,
 bahwa keputusan tersebut dapat dilaksanakan dan
diterima oleh masyarakat.
.
Peran serta masyarakat bukan berarti :

• Semua orang harus terlibat, melainkan secara perwakilan


dengan melakukan analisis stakeholders
• Semua orang harus ikut menentukan, melainkan harus jelas
tanggung jawab masing-masing yang terlibat
• Lepas kendali, peran serta masyarakat tidak akan berjalan jika
pengambilan keputusan dilakukan terburu-buru.
• Mencapai kesepakatan untuk semua aspek, perlu diperjelas
bahwa tidak mungkin memuaskan semua pihak 100 %.

Dengan peran serta masyarakat yang menerus dapat dihindari


konflik dan masalah management antar sektor dengan biaya yang
lebih murah dalam jangka panjang
Siapa saja yang perlu ikut serta / terlibat ?

• Yang perlu terlibat adalah para pemilik kepentingan


(stakeholders – stake = interest). Pemilik kepentingan adalah
setiap orang, kelompok atau organisasi yang memiliki
kepentingan dengan suatu rencana tertentu, karena mereka
akan terpengaruh (’affected’) oleh dan/ atau memiliki
pengaruh (‘influence’) pada hasil pelaksanaan rencana
tersebut.
• Terpengaruh (sebagai korban atau yang memperoleh
manfaat) dan memiliki pengaruh ( karena pengetahuan,
pengalaman atau tugas/tanggung jawabnya).
• Termasuk dalam pengertian stakeholders adalah mereka yang
belum menyadari bahwa akan terpengaruh oleh kegiatan
tersebut.
• Perlu dilakukan analisis stakeholder oleh komite (antara 7-10
orang) membuat plotting posisi setiap stakeholders. Yang
memiliki posisi tinggi diambil sebagai wakil stakeholders.
• Analisis stakeholder dimulai dengan pertanyaan : siapa yang ?
Misalnya ingin membangun gedung; siapa yang tahu
bagaimana cara membangun gedung dst.
• Analisis stakeholder terdiri atas beberapa tahap proses, dalam
setiap tahapnya perlu ditentukan peran keterlibatan setiap
stakeholders yang dapat berbeda dalam tiap tahap.
• Peran keterlibatan dapat dibagi menjadi :
yang aktif terlibat dalam pelaksanaan (co-working),
yang diharap memberi masukan (co-thinking) dan
yang perlu diberi informasi (co-knowing) meski tidak terlibat
secara langsung dalam pelaksanaan.
• Analisis dapat didetilkan lagi dengan mengidentifikasi peran
sbb : pengambil keputusan (decision maker), pengguna
pemanfaat maupun koban (user), pelaksana kegiatan
(implementer), pendukung informasi atau masukan (expert).
• Selain melakukan analisis stakeholders perlu pula dilakukan
pemetaan lingkungan sekitar untuk mengidentifikasi
pengaruh-pengaruh eksternal. Pemetaan ini dapat
menunjukkan keinginan, niat dan hubungan antara berbagai
komponen yang terlibat dan resiko-resikonya.

• Misalnya mana yang memberi pengaruh posistif dan negatif


terhadap rencana kegiatan, siapa yang memiliki pengaruh
menentukan (power), siapa yang memiliki kepentingan
terbesar secara ekonomi dll.

• Pemetaan serupa dapat dilakukan terhadap faktor-faktor yang


mempengaruhi proses seringkali dinyatakan dalam bentuk
ancaman atau gangguan (iklim, ekonomi, fisik dll)
Perwakilan stakeholders

• Profesional : organisasi profesi (sosial, ekonomi, lingkungan,


teknik), akademisi, dunia bisnis dan industri.
• Instansi : instansi pemerintah pusat, instansi dinas daerah
(SKPD), anggota DPR.
• Non profesional , terdiri atas :
– Yang berorientasi pada lokasi : RT, RW, Dusun, Kelurahan.
– Yang berorientasi pada kepentingan : kelompok petani,
pecinta ikan, pecinta burung, pecinta bunga
Sungai yang direkayasa Sungai yang kembali alami

Sungai yang seperti apa yang akan kita wariskan kepada


generasi mendatang ?
Yang kiri (pakai tanggul, ada ancaman banjir, biaya op tinggi,
seluruh kota stress berkepanjangan) atau yang kanan ?
Keberhasilan Pengelolaan Sungai
sangat tergantung pada PARTISIPASI MASYARAKAT ...
27 Juli
(Pasal 69 s/d 74) ditetapkan sebagai
Hari Sungai Nasional
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat:
 Di masa lalu, pemerintah tdk menginformasikan
secara terbuka ttg Peta Rawan Banjir terkait dng
menurunnya nilai investasi, namun ke depan
sdh harus disampaikan secara terbuka.
 Membuat simbol peringatan elevasi banjir yg
pernah terjadi.
 Penyampaian informasi tentang resiko banjir
dan meminta agar dpt mengadaptasikan
bangunan mereka utk menghadapi banjir. PROGRAM GERAKAN
 Mengajak masyarakat utk membuat resapan air PEDULI SUNGAI:
berupa saluran, pipa berlubang, sumur, kolam  perlindungan alur sungai
resapan, dan bidang resapan.  pencegahan pencemaran
sungai
Pasal 74

Dalam rangka memberikan motivasi kepada


masyarakat agar peduli terhadap sungai, tanggal
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini ditetapkan
sebagai Hari Sungai Nasional. (27 Juli tiap tahun)
Kegiatan yang dilakukan misalnya:
a.pembersihan sampah dan gangguan aliran di
sungai;
b.mengidentifikasi sumber pencemaran sungai;
c. penanaman tumbuh-tumbuhan yang sesuai di
sempadan sungai (riparian zone);
d. sosialisasi langsung di lapangan;
e. penyelenggaraan workshop peduli sungai;
f. kesepakatan tindak lanjut bersama.
Akhirnya ada saudara-saudara kita yang seperti ini
Pasal 75
(1) Bekas sungai dikuasai negara.
(2) Lokasi bekas sungai dpt digunakan utk
membangun prasarana SDA, sbg lahan
pengganti bagi pemilik tanah yg tanahnya
terkena alur sungai baru, kawasan budidaya
dan/atau kawasan lindung sesuai dng
ketentuan peraturan perUUan.
(3) Dalam hal sungai tercatat sbg BMN/BMD,
penggunaan bekas sungai dilakukan sesuai
dng ketentuan peraturan perUUan di
bidang pengelolaan BMN/BMD.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan
bekas sungai diatur dng peraturan Menteri.
Pengalihan Alur Sungai
APBN
Pasal 76
(1) Dalam hal terjadi pengalihan APBD
alur pada sungai sehingga
terbentuk alur sungai baru yg Pasal 76
pelaksanaannya dibiayai APBN (2) Dalam hal terjadi pengalihan
dan/atau perolehan lainnya sesuai alur pada sungai sehingga
dng ketentuan peraturan perUUan, terbentuk alur sungai baru yg
maka alur sungai baru dicatat pelaksanaannya dibiayai APBD
sbg BMN sesuai dng ketentuan dan/atau perolehan lainnya sesuai
peraturan perUUan. dng ketentuan peraturan perUUan,
maka alur sungai baru dicatat
sbg BMD sesuaidng ketentuan
peraturan perUUan.
I
A

Pelurusan/sudetan

B
Pasal 77
(1) Sungai dan/atau anak sungai yg seluruh
daerah tangkapan airnya terletak dlm satu
wilayah perkotaan, dpt berfungsi sbg
drainase perkotaan.
(2) Sungai dan/atau anak sungai yg berfungsi
sbg drainase perkotaan, pengelolaannya
diselenggarakan oleh pemerintah kab/kota
dng pembinaan teknis dari Menteri.
(3) Penentuan sungai dan/atau anak sungai
yg berfungsi sbg drainase perkotaan
dilakukan berdasarkan kesepakatan antara
pemerintah kab/kota dng Menteri atau
gubernur sesuai kewenangannya.
Pasal 78
Pengelolaan sungai yang dilakukan oleh Menteri sebagaimana
dimaksud pada Pasal 19 ayat (1) huruf a dapat dilimpahkan
sebagian pengelolaannya kepada gubernur dan/atau
bupati/walikota berdasarkan asas dekonsentrasi atau tugas
pembantuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 79
Pengelolaan sungai dapat dilakukan melalui kerja sama antara
Pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai