RIWAYAT PEKERJAAN
2008-2009 : Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum
2010 : Pelaksana Teknik PPK Perencanaan dan Program BBWSPJ
2011-2012 : Pelaksana Teknik PPK Prasarana Konservasi PJSA
2013 : Pelaksana Teknik PPK Irigasi dan Rawa PJPA
2014 : PPK Pembangunan Bendung Gerak Tempe PJSA
2015 – skrg : PPK Bendungan II SNVT Pembangunan Bendungan BBWSPJ
Pengalaman Pelatihan
2008 : Pemeriksaan Keteknikan bidang Bendungan
2010 : Perencanaan dan Pelaksanaan Bendungan Urugan
2015 : Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan Bendungan tingkat Ahli
2
ISKANDAR RAHIM, ST, MT BIODATA
Organisasi
HPJI
HATHI
KNIBB
YEF – ICOLD
NARBO
TELP/WA : 081218341112
PIN BB : 58135D6A
e-Mail : iskandarrahim@outlook.com
3
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 11 TAHUN 1974
TENTANG PENGAIRAN
Water Infrastructure A2
1100
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS
1120
1130
1180
5090
5150
4010
5160
1260
2010 2020 5170
2040
2050 2100
2080
2120
2130 2140
2090
15
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS
1010
1090
1100
1120
1130
1180
4140
4080
4030
4020 5090
1210
1240
5150 7020
1290 4010 5100
5160
1260 2010
2020 5170
2040
2050 2100
2080
2120
2130 3010
2140
2070 2090
2110
16
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS
17
Laju erosi yang tinggi terjadi karena pengelolaan lahan DAS yang salah, petani terpaksa
membuka lahan-lahan kritis pada daerah perbukitan karena kemiskinan dan
peningkatan jumlah penduduk pedesaan.
19
Permen 04 tahun 2015 tentang kriteria dan
penetapan wilayah sungai
Pasal 4
• (1) Pengelolaan sumber daya air untuk air
permukaan dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pemerintah daerah kabupaten/kota
berdasarkan wilayah sungai.
• (2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditentukan berdasarkan:
a. efektivitas pengelolaan sumber daya air
dengan kriteria:
Pasal 4
• 1) dapat memenuhi kebutuhan konservasi
sumber daya air dan pendayagunaan
sumber daya air; dan/atau
• 2) telah tersedianya prasarana sumber daya
air yang menghubungkan daerah aliran
sungai yang satu dengan daerah aliran
sungai yang lain.
• b. efisiensi pengelolaan sumber daya air
dengan kriteria rentang kendali
pengelolaan sumber daya air; dan
Pasal 4
• c. keseimbangan pengelolaan sumber daya
air pada daerah aliran sungai basah dan
daerah aliran sungai kering dengan kriteria
tercukupinya hak setiap orang untuk
mendapatkan air guna memenuhi
kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif.
Pasal 5
• a. wilayah sungai lintas negara;
• b. wilayah sungai lintas provinsi;
• c. wilayah sungai strategis nasional;
• d. wilayah sungai lintas kabupaten/kota;
dan
• e. wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota.
Pasal 7
Terkait WS Strategis Nasional :
• a. potensi sumber daya air pada wilayah
sungai yang bersangkutan lebih besar atau
sama dengan 20% (dua puluh persen) dari
potensi sumber daya air pada provinsi;
Pasal 7
b. banyaknya sektor dan jumlah penduduk
dalam wilayah sungai yang bersangkutan:
• 1) jumlah sektor yang terkait dengan
sumber daya air pada wilayah sungai paling
sedikit 16 (enam belas) sektor; dan
• 2) jumlah penduduk dalam wilayah sungai
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah penduduk pada provinsi.
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
1) sosial:
a) jumlah tenaga kerja pada lapangan kerja
yang terpengaruh oleh sumber daya air
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
seluruh tenaga kerja pada tingkat provinsi;
b) pada wilayah sungai terdapat pulau kecil
atau gugusan pulau kecil yang berbatasan
dengan wilayah negara lain;
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
2) lingkungan:
a) terancamnya keanekaragaman hayati yang
spesifik dan langka pada sumber air yang
perlu dilindungi atau yang ditetapkan dalam
konvensi internasional;
b) perbandingan antara debit air sungai
maksimum dan debit air sungai minimum
rata-rata tahunan pada sungai utama
melebihi 75 (tujuh puluh lima); atau
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
3) ekonomi:
a) terdapat paling sedikit 1 (satu) daerah
irigasi yang luasnya lebih besar atau sama
dengan 10.000 (sepuluh ribu) ha;
b) nilai produktif industri yang tergantung
pada sumber daya air pada wilayah sungai
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
nilai produktif industri pada tingkat
provinsi; atau
Pasal 7
c. besarnya dampak terhadap pembangunan
nasional:
3) ekonomi:
c) terdapat produksi listrik dari pembangkit
listrik tenaga air yang terhubung dengan
jaringan listrik lintas provinsi dan/atau
terhubung kedalam jaringan transmisi
nasional.
Pasal 7
d. dampak negatif akibat daya rusak air
terhadap pertumbuhan ekonomi
mengakibatkan kerugian ekonomi paling
sedikit 1% (satu persen) dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) tingkat provinsi.
• Permen 26 Tahun 2015
tentang Pengalihan Alur
Sungai dan/atau
Pemanfaatan Ruas Bekas
Sungai
Semua kondisi tersebut di atas menjadikan sungai-sungai di
Indonesia sangat spesifik dan rentan terhadap berbagai
masalah.
Saat ini karena pertambahan jumlah penduduk yang pesat,
kecenderungan pemanfaatan lahan di sekitar sungai semakin
didesak oleh kepentingan manusia. Khususnya di wilayah
perkotaan, banyak sungai mengalami penurunan fungsi,
penyempitan, pendangkalan dan pencemaran.
Fungsi sungai telah berubah menjadi tempat pembuang an air
limbah dan sampah sehingga tercemar, dangkal dan rawan
terhadap banjir serta masalah lingkungan lainnya. Untuk
kepentingan masa depan kecenderungan tersebut perlu
dikendalikan dan dihentikan agar dapat dicapai keadaan yang
harmonis dan lestari antara kehi dupan manusia dan fungsi
sungai.
2/26/13
… kecenderungan lahan sempadan sungai
dimanfaatkan utk kegiatan manusia ...
2/26/13
Dengan pemberian sempadan yang cukup, kepentingan manusia
dan fungsi sungai tidak saling terganggu. Jika fungsi sungai
terganggu, pada akhirnya gangguan tersebut juga akan
menimbulkan kerugian terhadap kepentingan manusia.
Sebagai sumber air, sungai juga perlu dilindungi agar tidak
tercemar. Penyebab pencemaran air sungai yang utama adalah
air limbah dan sampah. Kecenderungan perilaku masyarakat
memanfaatkan sungai sebagai tempat buangan air limbah dan
sampah harus dikendalikan dan dihentikan secara terencana dan
konsisten. Hal ini mengingat air sungai yang tercemar akan
menimbulkan kerugian dengan pengaruh ikutan yang panjang.
Salah satunya yang terpenting adalah matinya/hilangnya
kehidupan flora dan fauna perairan yang dapat mengancam
keseimbangan ekosistem.
2/26/13
Sungai yang tercemar menimbulkan ancaman dan kerugian pada
aspek-aspek kesehatan, penurunan kualitas hidup, kenyamanan,
estetika, dan masalah lingkungan lain dalam arti yang luas.
Pemberian sempadan yang cukup terhadap sungai dan
pengendalian pencemaran sungai merupakan upaya-upaya
utama untuk perlindungan dan pelestarian fungsi sungai.
III
Sejarah telah mencatat bahwa sungai adalah tempat berawalnya
peradaban. Sejak dahulu kala sungai telah dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan. Sungai memiliki berbagai fungsi bagi
kehidupan manusia dan alam.
Fungsi sungai bagi kehidupan manusia sangat banyak dan
penting, antara lain pemanfaatan sungai untuk memenuhi
2/26/13
Pasal 1
Sungai adalah alur atau wadah air alami
dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran
air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu
sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri
oleh garis sempadan.
Bekas sungai adalah ruas sungai yang tidak
berfungsi lagi sebagai alur sungai untuk
mengalirkan air sungai.
Ruas bekas sungai adalah lahan pada lokasi
bekas sungai.
Pasal 1
Pengalihan alur sungai adalah kegiatan
mengalihkan alur sungai dengan cara
membangun alur sungai baru atau meningkatkan
kapasitas alur sungai yang ada yang
mengakibatkan terbentuknya alur sungai baru
atau berpindahnya aliran sungai lama.
Kompensasi ruas sungai adalah penyerahan ruas
sungai baru sebagai penggantian ruas bekas
sungai berdasarkan rekomendasi teknis, kajian
tim penilai, tim teknis kelaikan, dan persetujuan
Menteri.
Pasal 3
Sungai merupakan sumber air yang dikuasai
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat yang pengelolaannya
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan
sumber daya air pada wilayah sungai
bersangkutan.
Pasal 5
Pengalihan alur sungai ditujukan untuk
kepentingan perlindungan fungsi sungai,
pemanfaatan dan pengaliran air sungai.
Pengalihan alur sungai hanya dapat dilakukan
setelah mendapat izin berdasarkan rekomendasi
teknis.
Pengalihan alur sungai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dapat dilakukan untuk:
pengelolaan sungai yang menyangkut
kepentingan umum yang dilakukan oleh instansi
pemerintah; atau
Pasal 5
pengelolaan sungai yang menyangkut
kepentingan strategis yang sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah, dapat dilakukan oleh
instansi pemerintah, badan hukum, dan/atau
badan sosial.
• Rekomendasi teknis paling sedikit memuat:
• a. gambar rencana trace pengalihan alur sungai,
lengkap dengan prasarana penunjang dan
gambar rencana bekas sungai lengkap dengan
prasarana yang sudah terbangun;
Pasal 5
• Rekomendasi teknis paling sedikit memuat:
• hasil pemeriksaan hitungan luas alur sungai
lama yang akan dialihkan dan luas rencana alur
sungai baru;
• hasil pemeriksaan terhadap hitungan pengaruh
pengalihan alur sungai terhadap muka air banjir
di hilir lokasi pengalihan dan penurunan dasar
sungai di hulu lokasi pengalihan terhadap
kestabilan bangunan-bangunan yang ada; dan
Pasal 5
• rekomendasi teknis terhadap pemanfaatan ruas
bekas sungai, jika bekas sungai tersebut
ditimbun khususnya terkait dengan
kemungkinan terjadi:
• 1. “burried channel phenomena” yaitu pada
musim penghujan alur bekas sungai yang
ditimbun tetap didatangi air dan terjadi
genangan; dan
• 2. penurunan tanah timbunan akibat proses
pemampatan.
•
Pasal 6
Pelaksanaan pengalihan alur sungai untuk
kepentingan dilakukan dengan syarat harus:
• memperhatikan kepentingan pemakai air
sungai yang sudah ada;
• memperhatikan fungsi pengaliran sungai
ditinjau dari aspek hidrologi, hidrolika, dan
lingkungan;
• mempertimbangkan aspek morfologi sungai
secara keseluruhan;
• mempertimbangkan perlindungan dan
pelestarian fungsi sungai;
Pasal 6
Pelaksanaan pengalihan alur sungai untuk
kepentingan dilakukan dengan syarat harus:
• mempertahankan dan melindungi fungsi
prasarana sungai yang telah dibangun; dan
• menjamin keberlanjutan fungsi pengaliran
sungai.
Pasal 10
Permohonan izin pengalihan alur sungai dan/atau
pemanfaatan ruas bekas sungai diajukan kepada
Menteri untuk sungai yang berada pada wilayah
sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas
negara, atau wilayah sungai strategis nasional.
INDONESIA
The Netherlands
12/4/2019 96
Sejak dahulu sungai telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia ...
Sejarah telah mencatat Perkembangan peradaban
bahwa sungai adalah manusia di Indonesia juga tdk
tempat berawalnya terlepas dari keberadaan di sekitar
peradaban manusia ... sungai, seperti:
Kerajaan Mesir Kuno Kerajaan Singosari
di lembah Sungai Nil Kerajaan Majapahit
Kerajaan Babilonia (di lembah Sungai Brantas)
di lembah S. Eufrat Kerajaan Sriwijaya
dan S. Tigris (di lembah Sungai Musi)
Kerajaan di lembah Kerajaan2 lain di Jawa Barat,
Sungai Brahmaputra, Kalimantan, Riau
Sungai Gangga dan
Sungai Yamuna
kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian,
industri, pariwisata, olah raga, pertahanan, perikanan,
pembangkit tenaga listrik, transportasi, dll.
Demikian pula fungsinya bagi alam sebagai pendukung utama
kehidupan flora dan fauna sangat menentukan. Kondisi ini perlu
dijaga jangan sampai menurun. Oleh karena itu sungai perlu
dipelihara agar dapat menjalankan fungsinya secara baik dan
berkelanjutan.
Pengambilan air sungai harus memperhitungkan tersedianya
aliran pemeliharaan sungai sampai ke muara. Aliran
pemeliharaan sungai adalah aliran minimum yang harus tersedia
di sungai untuk melindungi ekosistem sungai. Ini penting agar
sungai dapat menjalankan fungsi ekologinya bagi alam sama
pentingnya seperti fungsi-fungsi bagi kehidupan manusia.
2/26/13
Mengingat pentingnya aliran pemeliharaan sungai bagi
kelangsungan ekosistem sungai, alokasi air untuk aliran
pemeliharaan sungai secara proporsional harus disediakan
terlebih dahulu sebelum ketersediaan air dialokasikan bagi
berbagai kebutuhan air lainnya.
Pengambilan bahan komoditas tambang (mineral dan batubara)
di sungai harus diatur dan dikendalikan agar tidak menimbulkan
pengaruh negatif terhadap fungsi sungai dan kehidupan
manusia.
Demikian pula pemanfaatan sungai untuk keperluan prasarana
transportasi dan pembangkit tenaga, perlu memperhatikan
kelestarian fungsi sungai, keselamatan navigasi dan pengaruh
terhadap lingkungan dalam arti yang lebih luas.
2/26/13
IV
Air dan lahan mempunyai hubungan timbal balik yang sangat
erat.
Secara alami air merupakan unsur utama pembentuk lansekap
bumi. Air menentukan ruangnya sendiri yaitu terletak di posisi
paling rendah dari bentang alam. Ruang untuk air secara alami
ditentukan oleh air sendiri. Dalam hal ini air harus dipandang
sebagai faktor pengarah dalam perencanaan tata ruang dan
peruntukan lahan.
Namun secara dinamis air juga dipengaruhi oleh peruntukan
lahan. Jika peruntukan lahan diubah maka kondisi air juga akan
berubah. Dalam hal ini air merupakan cerminan dari peruntukan
lahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa keputusan tentang lahan
pada dasarnya adalah juga keputusan tentang air, demikian pula
sebaliknya.
2/26/13
Kekurangpahaman terhadap hubungan timbal balik antara air
dan lahan tersebut telah banyak mengakibatkan kerugian dalam
hal timbulnya daya rusak air.
Peruntukan lahan dataran banjir yang tanpa pengaturan dan
antisipasi terhadap resiko banjir, telah banyak menim bulkan
kerugian harta benda dan bahkan jiwa. Secara alami dataran
banjir adalah ruang untuk air sungai pada saat banjir.
Perubahan penutup lahan dari penutup alami menjadi atap
bangunan dan lapisan kedap air yang tanpa upaya antisi pasi
telah mengakibatkan semakin berkurangnya infiltrasi air hujan ke
dalam tanah dan mengakibatkan membesar nya aliran air di
permukaan tanah yang mengakibatkan banjir.
2/26/13
Secara dinamis perubahan peruntukan lahan merubah kuantitas
dan kualitas aliran air di sungai-sungai. Dua kecenderungan di
atas yaitu peruntukan dataran banjir tanpa pengaturan dan
perubahan penutup lahan tanpa antisipasi selama ini telah
mengakibatkan kerugian banjir yang melambung tinggi.
Apalagi jika ditambah dengan kecenderungan berikutnya yaitu
menurunnya kapasitas palung sungai karena pendangkalan dan
penyempitan oleh sedimentasi, sampah dan gangguan aliran lain
akibat aktifitas manusia di dekat sungai khususnya di wilayah
perkotaan.
Upaya-upaya pengendalian banjir yang telah dilakukan selama
ini seolah-olah menjadi kurang berarti dibanding dengan
peningkatan kerugian banjir yang terus membesar karena ketiga
kecenderungan di atas.
2/26/13
Penyebab Banjir
2. Kecenderungan
penggunaan dataran
banjir untuk
peruntukan yang tak
sesuai.
1. Kecenderungan 3. Kecenderungan
perubahan land- gangguan aliran di
cover tanpa alur sungai :
antisipasi, hilangnya sampah, sedimen,
tutupan lahan hutan. rumah, jembatan
rendah, gorong-
gorong kekecilan.
Peruntukan dataran banjir perlu diatur agar sesuai dengan
karakteristiknya sebagai daratan yang mempunyai resiko
tergenang banjir. Perubahan penutup lahan perlu diantisipasi
agar tidak menimbulkan peningkatan aliran permukaan.
Terjadinya penyempitan dan gangguan aliran sungai harus
dicegah.
Untuk mengatasi kecenderungan meningkatnya kerugian akibat
banjir pihak-pihak yang terlibat dengan tiga kecenderungan di
atas perlu di identifikasi dan kemudian harus saling bekerja sama
untuk melakukan perubahan cara penanganan pengendalian
banjir. Upaya pengendalian banjir harus menggunakan
pendekatan managemen resiko dalam rangka pengelolaan banjir
terpadu.
2/26/13
V
Pengelolaan banjir terpadu mempunyai ciri utama terlibatnya
seluruh unsur di dalam daerah aliran sungai dengan terus
mendorong peran masyarakat.
Banjir merupakan produk daerah aliran sungai, oleh karenanya
setiap kegiatan di daerah aliran sungai sesuai lokasi dan
potensinya harus ikut berperan mengurangi dan memperlambat
aliran banjir dengan cara mempermudah infiltrasi air hujan
meresap ke dalam tanah dan memperbanyak tampungan untuk
meredam puncak banjir.
Pengendalian banjir tidak lagi bertumpu hanya kepada upaya-
upaya di sungai dengan kegiatan secara fisik melainkan juga
bertumpu pada kegiatan non fisik yaitu pengelolaan resiko
seluruh kegiatan di daerah aliran sungai yang bersangkutan.
2/26/13
Upaya pengendalian banjir secara fisik adalah kegiatan
pengendalian banjir yang bertumpu pada pembangunan
prasarana fisik seperti: bendungan, tanggul, peningkatan
kapasitas alur ataupun pengalihan debit banjir.
Upaya secara fisik pada prinsipnya hanya mengurangi frekuensi
kejadian banjir sesuai debit banjir yang direncanakan. Upaya ini
memiliki keterbatasan yaitu selalu ada kemungkinan debit yang
direncanakan tersebut terlampaui dan pasti akan terjadi banjir.
Pengertian ini jika tidak dipahami secara benar juga mempunyai
sifat menjebak dan menjerumuskan masyarakat dengan
memberi perasaan aman yang sebenarnya semu.
Ketika terjadi banjir melebihi debit rencana dan kawasan yang
dilindungi telah berkembang pesat, karena merasa aman dari
bahaya banjir,
2/26/13
maka kerugian yang timbul jauh lebih besar daripada sebelum
ada upaya pengendalian secara fisik.
Upaya secara fisik penting dan perlu tapi tidak cukup untuk
menyelesaikan masalah banjir karena upaya secara fisik memiliki
keterbatasan. Upaya secara fisik perlu dilengkapi dengan upaya
secara non fisik.
Upaya secara non fisik pada prinsipnya adalah upaya
mengantisipasi kejadian banjir dan menangani korban. Upaya
secara non fisik berupa pengurangan kerentanan kawasan
terhadap banjir melalui pengelolaan dataran banjir dan
perencanaan antisipatif terhadap korban banjir jika terjadi banjir
yang melampaui debit banjir rencana.
Upaya secara fisik dan non fisik saling melengkapi dan harus
dilakukan secara bersama-sama pada kawasan rawan banjir.
2/26/13
VI
Untuk keperluan kegiatan pengelolaan sungai diperlukan
dukungan data dan informasi yang cukup. Masing-masing
kegiatan memerlukan jenis dan ketelitian data yang berbeda.
Data dan informasi tentang sumber daya air umumnya dikelola
tersebar di beberapa instansi. Sehingga perlu ada mekanisme
akses dan konversi format data antara instansi tersebut.
Diantara data dan informasi tersebut yang secara khusus perlu
mendapat perhatian dalam rangka pengelolaan sungai adalah
data aliran sungai, curah hujan dan perubahan peruntukan
lahan. Data ini penting untuk menganalisa dan mengetahui
kecenderungan yang sedang dan akan terjadi di daerah aliran
sungai dan di alur sungai. Jika terjadi kecenderungan ke arah
negatif maka perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian
ataupun merestorasi sungai.
2/26/13
Restorasi sungai dilandasi kesadaran tentang pentingnya fungsi
sungai bagi kehidupan manusia dan alam agar tidak terjadi
kerusakan sungai yang berlanjut. Restorasi sungai merupakan
pekerjaan mahal yang dapat dicegah jika pengelolaan sungai
dapat dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan.
Merusak lingkungan sungai adalah pekerjaan mudah, murah,
cepat, dan dapat dilakukan secara perorangan. Sebaliknya
memulihkan (restorasi) sungai adalah pekerjaan sulit, mahal,
lama, dan harus dilakukan secara bersama terintegrasi di antara
para pemilik kepentingan.
VII
Sungai berinteraksi dengan daerah aliran sungai melalui dua
hubungan yaitu secara geohidrobiologi dengan alam dan secara
sosial budaya dengan masyarakat setempat.
2/26/13
Semakin disadari bahwa keberhasilan pengelolaan sungai sangat
tergantung pada peran masyarakat. Hal ini mengingat
keseluruhan masyarakatlah yang setiap saat berinteraksi dengan
sungai, sehingga tidak ada yang lebih memahami situasi dan
kondisi suatu lokasi melainkan masyarakat lokal itu sendiri.
Masyarakat dan pihak-pihak penerima manfaat sungai perlu
diajak mengenali permasalahan, keterbatasan dan manfaat
pengelolaan sungai secara lengkap dan benar sehinggga dapat
tumbuh kesadaran untuk ikut berperan menjadi mitra
pemerintah.
Untuk itu perlu digiatkan upaya yang bersifat pendidikan
masyarakat dan dunia usaha melalui penyuluhan, diskusi dan
kunjungan lapangan menyusuri sungai. Melalui berbagai
kegiatan sosial, masyarakat dan dunia usaha perlu diberi
informasi dan diajak memahami
2/26/13
hubungan timbal balik sebab-akibat antara kegiatan yang
mereka lakukan dan pengaruh akibatnya terhadap sungai.
Misalnya pengaruh kebiasaan membuang air limbah dan sampah
ke sungai dengan pendangkalan dan pencemaran sungai.
Hanya dengan cara ini kebiasaan yang berakibat mengganggu
dan merusak sungai dapat dihentikan. Pemberdayaan
masyarakat diutamakan bagi masyarakat yang tinggal berdekatan
dengan sungai, artinya pengaruh kegiatan masyarakat tersebut
terhubung langsung dengan sungai.
Keterlibatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha yang paling
nyata adalah gerakan peduli sungai dengan program-program
perlindungan alur sungai dan pencegah an pencemaran sungai
yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha sendiri
difasilitasi oleh Pemerintah dan /atau pemerintah daerah.
2/26/13
VIII
Sungai sebagai wadah air mengalir selalu berada di posisi paling
rendah dalam lansekap bumi. Mengingat posisinya selalu
terletak paling rendah, kondisi sungai sebenarnya tidak dapat
dipisahkan dari kondisi daerah aliran sungai. Sungai memiliki
fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia dan alam.
Dalam upaya memperbaiki dan menjaga keberlanjutan fungsi
sungai banyak aspek yang terkait mencakup kegiatan yang amat
luas di daerah aliran sungai.
Pasal 19
(1) Pengelolaan sungai dilakukan oleh :
a. Menteri, untuk sungai pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah
sungai strategis nasional;
b. gubernur, untuk sungai pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota;
c. bupati/walikota, untuk sungai pada wilayah sungai
dalam satu kabupaten/kota.
Sungai adalah alur atau wadah air
alami dan/atau buatan berupa jaringan
pengaliran air beserta air di dalamnya,
mulai dari hulu sampai muara, dengan
dibatasi kanan dan kiri oleh garis
sempadan.
KONDISI NATURAL
Air membentuk lansekap bumi. Air membentuk ruangnya
sendiri. Air menentukan tata ruang.
Kasus Bale Endah Bandung Selatan dataran banjir
K.Citarum, air mengarahkan (to direct) tata ruang.
123
Fungsi sungai sebagai pemulih kualitas air perlu dijaga
dengan tidak membebani zat pencemar yang melebihi
kemampuan pemulihan alami air sungai.
H < 3 M, L > 10 M
3 M < H < 20 M, L > 15 M DPS > 500 Km2, L > 100 M
H > 20 M, L > 30 M DPS < 500 Km2, L > 50 M
L L
136
3. Tetumbuhan juga dapat menahan erosi karena system
perakarannya yang masuk ke dalam dan memperkuat
struktur tanah sehingga tidak mudah tererosi dan tergerus
aliran air.
4. Rimbunnya dedaunan dan sisa-sisa tetumbuhan yang mati
menyediakan tempat berlindung, berteduh dan sumber
makanan bagi berbagai jenis spesies binatang akuatik dan
satwa liar lainnya.
5. Kawasan tepi sungai yang sempadannya tertata asri
menjadikan properti bernilai tinggi karena terjalinnya
kehidupan yang harmonis antara manusia dan alam.
Lingkungan yang teduh dengan tetumbuhan, ada burung
berkicau didekat air jernih yang mengalir menciptakan rasa
nyaman dan tenteram tersendiri.
137
LETAK BANGUNAN PADA SEMPADAN SUNGAI DI SUMEDANG
2/26/13
2/26/13
2/26/13
…. PADAT ….
LO-RISE HI-RISE
Sebagai Jembatan penghubung 2 wilayah
M.A.B
BANTARAN GS
GS
Pasal 22:
2/26/13
Pasal 80
Dlm waktu paling lama 5 thn terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini berlaku,
Menteri, gubernur, bupati/walikota wajib menetapkan garis sempadan pada
semua sungai yg berada dlm kewenangannya.
Pasal 16
(2) Penetapan garis sempadan dilakukan berdasarkan kajian penetapan garis
sempadan.
(5) Kajian penetapan garis sempadan dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai kewenangannya.
(6) Tim kajian penetapan garis sempadan beranggotakan wakil dari instansi
teknis dan unsur masyarakat.
Masyarakat diajak melihat masalah dari sudut pandang sungai dan alirannya:
Kawasan yg terlanjur dihuni
Lahan blm dibebaskan, mengingat resiko banjir tinggi diberlakukan
kondisi ‘status quo’ (tdk boleh mengubah, menambah, atau memperbaiki bangunan),
bertahap harus ditertibkan utk mengembalikan fungsi sempadan sungai.
Lahan telah dibebaskan, segera diberlakukan pasal sempadan sungai.
Kawasan yg belum dihuni baik sdh dibebaskan maupun blm dibebaskan
diberlakukan ketentuan pasal sempadan sungai.
HASIL PEMBANGUNAN
PEKERJAAN BBWS CITARUM 2011
216
HASIL PEMBANGUAN
PEMBUATAN TALUD SUNGAI CIKAPUNDUNG
Sebelum
217
HASIL PEMBANGUNAN
TALUD SUNGAI CIKAPUNDUNG
Sebelum
218
HASIL PEMBANGUNAN
PEMBUATAN RTH PULOSARI
219
HASIL PEMBANGUNAN
PEMBUATAN RTH PULOSARI
sebelum
sebelum
220
HASIL PEMBANGUNAN
PEMBUATAN RTH PULOSARI
221
Pasal 27
1. Pencegahan pencemaran air sungai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dilakukan
melalui :
• penetapan daya tampung beban pencemaran;
• identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang
masuk ke sungai;
• penetapan persyaratan dan tata cara pembuangan
air limbah;
• pelarangan pembuangan sampah ke sungai;
• pemantauan kualitas air pada sungai; dan
• pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.
2. Pencegahan pencemaran air sungai dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sungai yang sehat adalah sungai yang di dalam dan di
sekitarnya banyak terdapat kehidupan flora dan fauna
Dirty Water: Estimated Deaths from Water-Related Diseases 2000-2020
Abstract
The failure to provide safe drinking water and adequate sanitation
services to all people is perhaps the greatest development failure of
the 20th century. The most egregious consequence of this failure is
the high rate of mortality among young children from preventable
water-related diseases. This paper examines different scenarios of
activities in the international water arena and provides three
estimates of the overall water-related mortality likely to occur over
the next two decades.
If no action is taken to address unmet basic human needs for water,
as many as 135 million people will die from these diseases by 2020.
Even if the explicit Millennium Goals announced by the United
Nations in 2000 are achieved – unlikely given current international
commitments – between 34 and 76 million people will perish from
waterrelated diseases by 2020. This problem is one of the most
serious public health crisis facing us, and deserves far more
attention and resources than it has received so far.
Table 1: Water-Related Diseases
Peresapan 25%
Pada musim kemarau
• Erosi tinggi
air sungai nyaris kering
• Longsor
Limpasan 75%
• Banjir bandang
• Pendangkalan sungai dan muara
• Daerah banjir meluas
• Peresapan air berkurang
• Muka air tanah turun,
• Mata Air kering
• Terjadi intrusi air laut
Penyebab Banjir
2. Kecenderungan
penggunaan dataran
banjir untuk
peruntukan yang tak
sesuai.
1. Kecenderungan 3. Kecenderungan
perubahan land- gangguan aliran di alur
cover tanpa sungai : sampah,
antisipasi, hilangnya sedimen, rumah,
tutupan lahan hutan. jembatan rendah,
gorong-gorong
kekecilan.
KONDISI DAERAH HULU S.CIBEET
KONDISI EXISTING TANGGUL
RENCANA ALTERNATIF PENANGANAN
Konsep Desain :
• Pembuatan tanggul pada daerah yang
terjadi limpasan air banjir
• Perkuatan Tebing Sungai
PERNYATAAN BUPATI BANDUNG 11 02
1994; ADA YANG ANEH SIAPAKAH
SEBENARNYA YANG SALAH?
(after Mitsch and Gosselink, 1993)
have a long term approach
use potential energy of the river as a natural subsidy,
suitable for existing climate and hydrological regime,
can cope with extreme events as well as average condition,
incorporate the various interest party
i.e involve an integrated approach,
minimum maintenance cost in the long term,
are design for function and not for form,
are not over-engineered but are as natural as possible
Hazard
Mengurangi hazard adalah tindakan terhadap
tingkat besaran dan frekuensi banjir
Exposure
Mengurangi exposure adalah tindakan
terhadap korban dan asetnya di dataran banjir
Vulnerability
Mengurangi vulnerability adalah tindakan
meningkatkan ketahanan masyarakat dalam
mengantisipasi, mengatasi dan memulihkan
diri dari kejadian banjir.
•
• EXISTING FLOOD RISK. Kejadian banjir Q20 pada tahun ini
misalnya, tidak menjamin bahwa banjir Q20 tersebut tidak
akan terjadi lagi pada tahun depan. Dapat saja banjir Q20 atau
lebih terjadi dua kali berturut-turut dalam 2 tahun.
Menjelaskan konsep ini bukan pekerjaan yang mudah apalagi
kepada khalayak awam selain itu juga pengertiannya kurang
memberi manfaat bagi mereka.
• Sekarang mulai dikenal cara yang lebih mudah dan lebih
bermanfaat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat
yaitu dengan probabilitas suatu debit akan terjadi dalam
waktu sekian tahun tertentu.
• Cara ini menjawab pertanyaan yang lebih bermanfaat bagi
awam, yaitu berapa % kemungkinannya debit rencana Q20 =
100 m3/det akan terjadi tahun depan, 5 tahun, 10 tahun atau
20 tahun ke depan. Jawabnya masing-masing adalah 5%,
23%, 40% dan 64% (1-(T-1)/T)N).
• FUTURE FLOOD RISK. Sebagai negara berkembang dengan
tingkat pertumbuhan penduduk yang relative tinggi Indonesia
masih terus mengalami perubahan penutup lahan yang cukup
intensif akibat keperluan perumahan, perkotaan, industry dll.
Perubahan penutup lahan dari kondisi alami menjadi semakin
kedap air ini kemudian menyebabkan lonjakan debit banjir
tahunan di sungai-sungai kita.
• Data debit banjir tahunan yang meningkat pada akhirnya
menyebabkan banjir dengan probabilitas tertentu akan
meningkat pula. Juga adanya perubahan iklim secara global
yang diperkirakan akan mengakibatkan peningkatan curah
hujan di banyak tempat.
• Contoh misalnya debit Q50 di pintu air Manggarai hasil
hitungan tahun 1973 adalah 370 m3/det, tapi pada tahun
1993 debit Q50 di lokasi yang sama telah berubah menjadi
570 m3/det.
RESIDUAL FLOOD RISK. Kegiatan pengendalian banjir
selalu didasarkan pada criteria debit banjir rencana
tertentu artinya daerah tersebut dilindungi hanya
pada tingkat debit banjir rencana tersebut. Tingkat
layanan semua sistim pengendali banjir dan
peralatan pendukungnya didesign hanya mampu
menahan debit banjir rencana tersebut.
• Selalu saja ada kemungkinan debit banjir rencana
terlampaui yang berakibat timbulnya resiko banjir di
daerah yang dilindungi tersebut. Semakin kecil debit
rencana yang dipilih maka semakin besar
kemungkinan debit tersebut terlampaui setiap
tahunnya.
EXISTING FLOOD RISK FUTURE FLOOD RISK RESIDUAL FLOOD RISK
KURANGI
RESIKO membuat tampungan
BESARAN
BENCANA source control
KURANGI
RESIKO flood proofing perencanaan tata ruang
KETERPA
PARAN tanggul
KURANGI
RESIKO pemberdayaan masyarakat
KERENTA
NAN
Takeuchi (2001) poses 3 questions as follows:
• If the benefit-cost ratio is the investment criterion, how
can it be possible to maintain fairness between the
beneficiaries and the tax payers? Do people in the flood-
free areas agree that the government should use their
taxes to protect people in the flood plains?
• As the central government now tends to be distributing
power to regional or local governments, the basic trend
is that the beneficiaries pay the cost of providing safety
in the areas which they occupy. This is similar to the
polluter pays principle (PPP) in environmental protection.
• If river structural works are the major subjects of flood
damage, is it not possible to reduce the structural works
in the first place? Weaker protection produces weaker
counteractions.
Persiapan menghadapi banjir dilakukan
melalui kegiatan:
1. penyediaan dan pengujian sistem prakiraan banjir serta
peringatan dini;
2. pemetaan kawasan beresiko banjir;
3. inspeksi berkala kondisi prasarana pengendali banjir;
4. peningkatan kesadaran masyarakat;
5. penyediaan dan sosialisasi jalur evakuasi dan tempat
pengungsian; dan
6. penyusunan dan penetapan prosedur operasi lapangan
penanggulangan banjir.
k. perikanan menggunakan karamba atau jaring apung instansi perikanan pengelola SDA
Sistem Informasi Sungai (Pasal 61 s/d 68)
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi,
atau pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya,
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis yg membidangi
pengelolaan SDA.
merupakan bagian dari sistem informasi SDA.
harus diperbarui sesuai kebutuhan.
bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap orang.
masyarakat yg utk kepentingannya sendiri
menyelenggarakan sistem informasi terkait dng sungai,
wajib menyampaikan kepada dan/atau dapat diakses oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai kewenangannya.
Pasal 64
Sistem informasi sungai meliputi :
a. data variabel sungai ( curah hujan, elevasi muka air
sungai, kandungan sedimen air sungai, pengambilan
air, data fisik banjir dan penyebab, jenis, dan jumlah
kerugian akibat banjir.
b. parameter sungai ( topografi alur sungai, prasarana
sungai, kondisi fisik daerah aliran sungai,
hidrometeorologi, hidrogeologi, kondisi penutup
lahan, rencana tata ruang, kelembagaan yang terkait
dengan sungai, kependudukan, mata pencaharian
penduduk dan kearifan lokal)
c. operasi peralatan untuk pengumpulan pengolahan
pengiriman data (mudah, murah, tidak mudah
rusak)
d. pelaksana sistem informasi (peningkatan SDM).
Data variabel adalah data yang relative cepat
berubahterhadap waktu. Jika data ini tidak tercatat pada
saat terjadi maka dengan cepat data tersebut hilang
karena telah berubah besarannya. Data variabel sungai
meliputi data mengenai ketersediaan air dan kejadian
banjir, yang paling sedikit terdiri atas :
– curah hujan;
– elevasi muka air sungai;
– kandungan zat pencemar air sungai;
– pengambilan air;
– data fisik banjir; dan
– jenis dan jumlah kerugian akibat banjir.
Data parameter adalah data yang relative tidak
berubah terhadap waktu.
Data parameter sungai meliputi data fisik sungai dan
data fisik daerah aliran sungai serta data sosial
ekonomi masyarakat di daerah aliran sungai.
Data parameter diperoleh dari beberapa instansi yang
mengelola data sesuai dengan tupoksi masing-masing
instansi.
Data parameter sungai paling sedikit terdiri atas :
• topografi alur sungai
• prasarana sungai
• kondisi fisik daerah aliran sungai
• hidrometeorologi
• hidrogeologi
• kondisi penutup lahan
• rencana tata ruang
• kelembagaan yang terkait dengan sungai
• kependudukan
• mata pencaharian penduduk
• kearifan lokal
PERAN SERTA MASYARAKAT PENGELOLAAN SUNGAI
Dalam rangka
Pemberdayaan masyarakat memberikan motivasi kepada
meliputi kegiatan: masyarakat agar peduli
a. sosialisasi; terhadap sungai,
b. konsultasi publik; dan tgl 27 Juli ditetapkan sebagai
c. partisipasi. Hari Sungai Nasional
Pasal 69
Pemberdayaan Masyarakat meliputi kegiatan :
Sosialisasi (co-knowing)
Konsultasi Publik (co-thinking)
Partisipasi Masyarakat (co-operating)
Pelurusan/sudetan
B
Pasal 77
(1) Sungai dan/atau anak sungai yg seluruh
daerah tangkapan airnya terletak dlm satu
wilayah perkotaan, dpt berfungsi sbg
drainase perkotaan.
(2) Sungai dan/atau anak sungai yg berfungsi
sbg drainase perkotaan, pengelolaannya
diselenggarakan oleh pemerintah kab/kota
dng pembinaan teknis dari Menteri.
(3) Penentuan sungai dan/atau anak sungai
yg berfungsi sbg drainase perkotaan
dilakukan berdasarkan kesepakatan antara
pemerintah kab/kota dng Menteri atau
gubernur sesuai kewenangannya.
Pasal 78
Pengelolaan sungai yang dilakukan oleh Menteri sebagaimana
dimaksud pada Pasal 19 ayat (1) huruf a dapat dilimpahkan
sebagian pengelolaannya kepada gubernur dan/atau
bupati/walikota berdasarkan asas dekonsentrasi atau tugas
pembantuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 79
Pengelolaan sungai dapat dilakukan melalui kerja sama antara
Pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan