1. M.Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M.Bovis
2.Patogenesis/Patologi:
TUBERKULOSIS PRIMER
Penularan TB Paru karena kuman dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Tahan selama 1 -2 jam, dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat
tahan berhari-hari. Bila terhisap oleh orang
sehat akan menempel pada jalan nafas atau
paru-paru.
.
Klasifikasi Tuberkulosis:
American Thoracic Society (1974) :
WHO (1991):
- kasus kambuh
- Tes Tuberkuline :
- Tes Mantoux
8. Diagnosis
- Bakteriologis (BTA positif)
- Klinis
- Radiologis
- Fisis diagnosis
9. Pengobatan:
* Obat :
- Aktivitas Bakterisid: Membunuh kuman yang sedang
tumbuh. Semua obat OAT mempunyai sifat bakterisid
- Aktifitas sterilisasi: Membunuh kuman yang
pertumbuhannya lambat. Rifamvisin dan Pyrazinamid
* Paduan Obat
- Untuk menghindari resistensi awal
- Jenis obat :
I. Obat Primer
- Isoniazid
- Rifampisin
- Pyrazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
II. Obat Sekunder
- Kanamisin - PAS
- Etionamid - Tiasetazon
- Protionamid - Sikloserin
- Viomisin - Kapreomisin
- Ofloksasin - Amikasin
- Sifrofloksasin - Norfloksasin
- Kloflazimin
* Terapi:
1. Tahap Intensif (Initial Phase) memberikan gabungan 4 – 5 macam obat.
Dengan tujuan:
- Konfersi sputum dengan cepat.
- Menghilangkan keluhan dan efek penyakit
- Mencegah resistensi Obat
2. Tahap lanjutan (Continuation Phase) memberikan hanya 2 macam obat
perhari atau intermiten dengan tujuan:
- Menghilangkan bakteri tersisa
- Mencegah kekambuhan
PENGOBATAN DIBAGI ATAS EMPAT KATEGORI
Kategori I
Ditujukan terhadap:
- Kasus baru dengan sputum Positif.
- Kasus Baru dengan bentuk tuberkulosis berat, seperti
meningitis, tuberkulosis diseminata, peritonitis, pleuritis,
tuberkulosis usus, tuberkulosis genitourinarius.
- Pengobatan tahap intensif dengan paduan 2 RHZE. Bila
setelah 2 bulan BTA Negatif lanjutkan dengan tahap
lanjutan. Kalau masih positif tahap intensif diperpanjang 2
– 4 minggu.
- Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH
atau 4 R3H3
Kategori II
Ditujukan terhadap:
- Kasus Kambuh
- Kasus Gagal dengan Sputum BTA positif
- Pengobatan tahap intensif dengan paduan 2 RHZSE/ 1 RHZE. Bila
setelah tahap intensif BTA menjadi Negatif dilanjutkan dengan tahap
lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap intensif BTA tetap positif maka
tahap intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan RHZE. Dilanjutkan
dengan tahap lanjutan.
Kategori III
Ditujukan terhadap:
- Kasus BTA Negatif dengan kelainan paru tidak luas
- Kasus Tuberkulosis ekstra Paru
- Pengobatan tahap intensif dengan paduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3. Bila
perlu tahap lanjutan diperpanjang dengan H saja selama 4 bulan lagi.
Kategori IV
Ditujukan terhadap:
- Kasus Tuberkulosis Kronik
- Karena adanya resistensi obat
- Pasien perlu dirawat selama beberapa
bulan.
- Bisa diberikan OAT sekunder, kadang-
kadang hanya diberi H saja seumur hidup.
10. Dosis Obat:
* INH :
- Neuropati perifer
- Hepatotoksik
* B6
* Rifampisin:
- Sindrom Flu
- Hepatotoksik
* Streptomisin :
- Nefrotoksik
- Gangguan Nervus VIII Kranial
.
* Etambutol :
- Neuritis Optika
- Nefrotoksik
- Skin Rash/ Dermatitis
* Etionamid :
- Hepatotoksik
- Gangguan Pencernaan
* PAS:
- Hepatotoksik
- Gangguan Pencernaan
12. Evaluasi Pengobatan :
a. Klinis. Dikontrol dalam 1 minggu pertama,
selanjutnya setiap dua minggu selama tahap intensif
dan sebulan sekali sampai akhir pengobatan.
b. Bakteriologis. Pemeriksaan sputum BTA sekali
sebulan. WHO (1991) Pemeriksaan sputum dilakukan
pada akhir bulan kedua, keempat dan keenam.
c. Radiologis. Thorak Foto setiap 3 bulan sekali
INDIKATOR
Angka kesakitan malaria : 25,0/1.000 pddk
LANGKAH KEBIJAKAN
1. Penyusunan Renstra
2. 7 Langkah Gerbrak Malaria
- Buat peta endemisitas & masalah malaria
- Identifikasi potensi masy & sektor terkait
- Susun rencana strategik GM
- Persetujuan Kepala Daerah Kab/Kota & DPRD
- Susun rencana kerja terpadu secara linsek/prog
- Pelaksanaan
- Pemantauan & penilaian
3. Kemitraan
MALARIA
PENYEBAB:
• Plasmodium falciparum, plasmodium malariae,
plasmodium vivax, plasmodium ovale.
• Manifestasi klinis malaria (berat) ditentukan oleh 3
faktor utama yaitu, faktor parasit, faktor penjamu
(Host) dan faktor sosial geografi.
Faktor Parasit: Faktor Penjamu (Host) Faktor sosial dan geografi :
:
Resistensi obat Imunitas Akses mendapat pengobatan
Kecepatan multiplikasi Sitokin proinflamasi Faktor-faktor budaya dan ekonomi
Cara invasi Genetik Stabilitas politik
Sitoadherens
Rosseting
Umur Intensitas transmisi nyamuk
Polimorfisme antagonik Kehamilan
Variasi antigenik (Pf-EMP1)
Toksin Malaria
Manifestasi Klinik
Asimtomatik Demam (Spesifik) Malaria berat Kematian
Diagnosis Malaria
1. Gejala dan Tanda Klinis Malaria
a. Anamnesis
* Keluhan utama (menggigil, demam, berkeringat).
* Sakit Kepala, mual/muntah dan diare, nyeri otot atau
pegal-pegal.
* Riwayat bepergian dan bermalam 1-4 minggu yang
lalu kedaerah malaria.
* Pernah menderita malaria
* Pernah transfusi darah
b. Pemeriksaan Fisik
* Suhu tubuh 37,5 – 40 0C
* Konjungtifa Palpebra anemis
* Splenomegali
* Hepatomegali
* Gangguan kesadaran, ikterik, Dll
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi (tetes tebal/hapusan tipis)
* Tetes Tebal:
(-) = SD negatif
(+) = SD Positif 1
(++) = SD Positif 2
(+++) = SD Positif 3
(++++) = SD Positif 4
Kepadatan parasit bila dihitung pada tetes tebal yaitu
menghitung jumlah parasit per200 Lekosit
* Hapusan Tipis
- Dibuat untuk melihat jenis spesies dan hitung parasit
berdasarkan jumlah eritrosit yaitu, jumlah parasit per1000 eritrosit.
Bila parasit sedikit hitung per10.000 eritrosit.
Pengobatan
Prinsip-prinsip umum dalam pengobatan malaria
1. Kemoterapi anti malaria
2. Pengobatan pendukung
3. Pengobatan terhadap komplikasi organ pada malaria berat
Pembagian Pengobatan Malaria
1. Pengobatan malaria ringan tanpa komplikasi
2. Pengobatan kombinasi
3. Pengobatan pencegahan
4. Pengobatan malaria berat:
* Pengobatan suportif
* Pengobatan spesifik
* Pengobatan terhadap komplikasi
* Pengobatan lini Kedua
H0 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3
Keterangan :
*) Dosis untuk bayi (0-11 bulan) harus berdasarkan berat badannya.
Dosis berdasarkan berat badan : Kina 30 mg/kg BB/hari (dibagi 3 dosis)
dan primakuin 0,75 mg/kg BB, dosis tunggal
Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
Pengobatan Lini I
H0 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3
Pengobatan Radikal pada Plasmodium vivax/ovale.
Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
Hari Jenis Obat
0–1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Bulan bulan tahun tahun tahun tahun
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
HO
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H1
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
H2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H3 – 13 Primkuin - - ¼ ½ ¾ 1
Pengobatan Plasmodium vivax/ovale yang gagal dengan
klorokuin
Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
Hari Jenis Obat <1 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Tahun Tahun Tahun tahun Tahun
H0-6 Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2
H0 – 13 Primakuin - ¼ ½ ¾ 1
Pengobatan Pencegahan
Diberikan 1 – 2 minggu sebelum berangkat ke daerah endemis sampai 4 – 6 minggu
setalah keluar dari daerah endemis
•Pilihan I : Klorokquin 2 tablet perminggu (5mg basa/kg BB/minggu)
•Pilihan II : Doksisikline 1 ½ mg/kg BB sehari sampai paling lama 3 bulan tidak
bisa untuk ibu hamil. Dan anak dibawah 8 tahun.
Pengobatan Malaria Berat :
Secara garis besar terdiri dari 3 komponen :
1. Pengobatan spesifik
2. Pengobatan suportif
3. Pengobatan terhadap komplikasi
GEJALA
• Sesak Nafas
• Cepat Lelah
• Odem pada tungkai
• Batuk
• Asites
Pemeriksaan
• Thorak photo
• EKG
• Laboratorium
- Urine - Ureum
- Darah - Creatine
- Kolesterol - KGD n/2 Jam PP
- Uric acid
Pengobatan:
• Istirahat Total
• Restriksi garam dan cairan
• Obat-obat
- ACE inhibitor
- Diuretik
- Digitalis
Tujuan Penatalaksanaan Gagal Jantung
1. Mengurangi beban kerja
- Istirahat : Jasmani dan Emosional
- Obesitas (diturunkan)
- Vasodilator
2. Memperbaiki daya pompa jangtung
- Digitalis
- Obat-obat simpato mimetik
- Obat inotropik
- Pacu Jantung
3. Pengendalian retensi garam dan cairan
- Diet rendah garam - Dioretik
- Pengeluaran cairan secara mekanik:
1. Torako sentesis 2. Parasentesis
3. Dialisis 4. Ultrafiltrasi
DEFINISI:
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik diatas 120
mmHg dan atau tekanan darah diastolik diatas 80 mmHg (JNC VII).
GEJALA
- Kadang-kadang tanpa gejala
- Sakit kepala
- Epistaksis
- Pusing
- Migren
Diagnosis:
Ukur tekanan darah setelah pasien istirahat berbaring paling
sedikit 5 menit.
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dalam posisi
berbaring, duduk dan berdiri. Sebanyak 2 x atau lebih dengan
interval 2 menit.
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang
pertama (Korotkoff I).
Tekanan diastolik dicatat jika bunyi tak terdengar lagi
(Korotkoff V)
Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
sfigmomanometer air raksa.
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam
ruangan yang tenang dan menyenagkan.
KLASIFISIKASI
1. Thiazide diuretics
2. Loop diuretics
3. Potassium – sparing diuretics
4. Aldosterone – receptor blockers
5. B-Blockers
6. B-Blockers With Intrinsic Sympathomimetic
activity
7. Combined alpha & beta Blockers
8. ACE inhibitors
9. Angiotensin II Antagonists
Obat Oral Anti Hipertensi
10. Calcium channel blockers-non-dihydropyridines
11. Calcium channel blockers-dihydropyridines
12. Alpha 1 Blockers
13. Central Alpha 2 Agonists dan Obat Central lainnya
14. Direct vasodilators
FILARIASIS
( Kaki Gajah )
PETA PREVALENSI FILARIASIS
Keterangan :
Endemic area
N on E ndemic Area
DIAGNOSIS
-Anamnesis yang berhubungan dengan nyamuk
-Pemeriksaan klinis
-Pemeriksaan darah waktu malam hari
-Biopsi kelenjar limfe
-Limfografi
PENGOBATAN
- Pengobatan umum :
1. Istirahat ditempat tidur, pindah kedaerah dingin.
2. Anti biotik bila ada infeksi sekunder dan abses
3. Pengikatan didaerah pembendungan akan mengurangi edema
- Pengobatan spesifik
1. Dietylcarbamazine, 2 – 3 mg/kg BB 3x Sehari selama 7-14 hari, bisa
sampai 21 hari, efek samping pusing, mual dan demam.
2. Relaps dapat terjadi 3-12 tahun kemudian, kontrol dilakukan selama
1-2 tahun.
- Pengobatan pembedahan
1. Pembedahan untuk melenyapkan elephantiasis skrotum, vulva dan
mammae mudah dilakukan dan hasil memuaskan
2. Pembedahan tungkai tidak selalu memuaskan.
PROGNOSIS
Diagnosa
• Ditegakkan berdasarkan adanya cardinal sign :
1. Lesi kulit yang khas
2. Mati rasa pada lesi
3. Pembesaran pada syaraf tepi
4. Mycobacterium leprae (+) pada pemeriksaan hapusan kulit
Klasifikasi
Diklasifikasikan kedalam tipe PB dan MB
Tanda Klinis PB1 PB 2 – 5 MB
1. Makula
a. Jumlah, 1 2–5 Banyak
b. Distribusi Unilateral Unilateral Bilateral
Bilateral
Asimetris Simetris
c. Permukaan Kering dan Kasar Halus mengkilat
d. Batas Tegas Kurang Tegas
e. Mati Rasa Jelas Tidak Jelas
2. Infiltrat Tidak ada, kalau ada terbatas pada Menyebar
makula
3. Nodulus Tidak ada Ada, kadang-
kadang tidak ada
Pengobatan
1. Regimen obat mengikuti rekomendasi WHO.
a. MDT untuk PB1
8. Keterlibatan syaraf Banyak syaraf dapat Dapat terjadi hanya pada satu
terlibat dengan nyeri tekan syarat dan gangguan motoris
dan gangguan motoris muncul pelahan-lahan.
KOMPLIKASI ASMA
1. Pneomothoraks
2. Pneomomediastinom dan Emfisema sukkutis
3. Atelektasis
4. Aspergilosis bronko pulmuner alergik
5. Gagal nafas
6. Bronkitis
7. Fraktur Iga
PENGOBATAN
1. Mencegah ikatan alergen – IgE :
a. Menghindari Alergen
b. Hiposensitisasi dengan menyuntikkan dosis kecil alergen
2. Mencegah perlepasan mediator :
- Premedikasi dengan natrium kromolin
3. Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilator :
a. Simpatomimetik,
1. Agonis beta 2 (salbutamol, terbutalin, fenoterol, rokaterol)
2. Epinefrin diberikan subkutan sebagai pengangti agonis beta 2.
b. Aminofilin
c. Kortikosteroid
d. Antikolinergik (Patropium Bromida)
Enam Komponen dalam Pengobatan Asma