Anda di halaman 1dari 91

OLEH :

ANTASARI IDRIS, SKM, MNSc

AKADEMI KEPERAWATAN JABAL GHAFUR SIGLI


DIPLOMA OF NURSING SCHOOL
OF JABAL GHAFUR SIGLI
TUBERKULOSIS PARU
1. PENYEBAB
Mycobacterium tuberculosae, kuman berbentuk batang,
panjang 1 – 4 µm dan tebal o,3 – o,6 µm.

Ada beberapa jenis :

1. M.Tuberculosae

2. Varian Asian

3. Varian African I

4. Varian African II

5. M.Bovis
2.Patogenesis/Patologi:
 TUBERKULOSIS PRIMER
Penularan TB Paru karena kuman dibatukkan
atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Tahan selama 1 -2 jam, dalam
suasana lembab dan gelap kuman dapat
tahan berhari-hari. Bila terhisap oleh orang
sehat akan menempel pada jalan nafas atau
paru-paru.
.

 Bila menetap dijaringan paru maka akan


berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Dapat terbawa ke organ tubuh lainnya. Kalau
masuk ke jaringan linve dan masuk ke dalam
vena bisa menjalar ke paru, otak, ginjal dan
tulang. Kalau masuk kedalam arteri menjalar
keseluruh bagian paru, terjadi TB Milier.
Tuberkulosis Post Primer (Tuberkulosis Sekunder)

Terjadi karena kuman TB yang dormant pada TB


Primer akan muncul bertahun – tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis
dewasa (TB Post Primer = TB Sekunder).

Reinfeksi mencapai 90%. Ini karena imunitas


menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit
keganasan, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal. .
.

Klasifikasi Tuberkulosis:
American Thoracic Society (1974) :

1. Kategori 0 : Tidak pernah terinfeksi, riwayat


kontak negatif, tes tuberkulin negatif.

2. Kategori I : Terpajan tuberkulosis, tapi tidak


terbukti ada infeksi. Riwayat kontak positif, tes
tuberkulin negatif.
3

3. Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit.


Ter tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif.

4. Kategori III : Terinfeksi tuber kulosis dan sakit.

WHO (1991):

* Kategori I, ditujukan terhadap:

- Kasus baru dengan sputum positif

- Kasus baru dengan bentuk TB Berat

* Kategori II, ditujukan terhadap :


.

- kasus kambuh

- Kasus gagal dengan sputum BTA positif

* Kategori III, ditujukan terhadap :

- Kasus BTA negatif dengan kelainan Paru yang tidak


luas

- Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam


kategori I

* Kategori IV, ditujukan terhadap : - TB kronik


4. Gejala – gejala klinis:
- Demam
- Batuk/ Batuk darah
- Sesak Nafas
- Nyeri dada
- Malaise
5. Pemeriksaan Fisis
- Konjungtifa mata atau kulit pucat
- Suhu badan demam (subfebris)
.

- Badan kurus (BB menurun)


- Perkusi Redup
- Auskultasi suara nafas bronkial atau vesikular melemah
- Auskultasi bisa suara amforik (kalau ada kavitasi)
- Suara nafas tambahan ronki basah, kasar dan nyaring.
- Perkusi Hipersonor (kalau ada kavitasi) atau timpani
6. Pemeriksaan Radiologis
7. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah : Leukosit sedikit meninggi, LED meningkat, anemi
ringan.
- Sputum : BTA Positif (3 batang kuman BTA dalam 1
sediaan)
Cara pemeriksaan sediaan sputum :

- Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroscope biasa

- Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroscope fluoresens

- Pemeriksaan dengan biakan (kultur)

- Pemeriksaan terhadap resistensi obat

- Tes Tuberkuline :

- Tes Mantoux
8. Diagnosis
- Bakteriologis (BTA positif)
- Klinis
- Radiologis
- Fisis diagnosis
9. Pengobatan:
* Obat :
- Aktivitas Bakterisid: Membunuh kuman yang sedang
tumbuh. Semua obat OAT mempunyai sifat bakterisid
- Aktifitas sterilisasi: Membunuh kuman yang
pertumbuhannya lambat. Rifamvisin dan Pyrazinamid
* Paduan Obat
- Untuk menghindari resistensi awal
- Jenis obat :
I. Obat Primer
- Isoniazid
- Rifampisin
- Pyrazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
II. Obat Sekunder
- Kanamisin - PAS
- Etionamid - Tiasetazon
- Protionamid - Sikloserin
- Viomisin - Kapreomisin
- Ofloksasin - Amikasin
- Sifrofloksasin - Norfloksasin
- Kloflazimin
* Terapi:
1. Tahap Intensif (Initial Phase) memberikan gabungan 4 – 5 macam obat.
Dengan tujuan:
- Konfersi sputum dengan cepat.
- Menghilangkan keluhan dan efek penyakit
- Mencegah resistensi Obat
2. Tahap lanjutan (Continuation Phase) memberikan hanya 2 macam obat
perhari atau intermiten dengan tujuan:
- Menghilangkan bakteri tersisa
- Mencegah kekambuhan
PENGOBATAN DIBAGI ATAS EMPAT KATEGORI

Kategori I
Ditujukan terhadap:
- Kasus baru dengan sputum Positif.
- Kasus Baru dengan bentuk tuberkulosis berat, seperti
meningitis, tuberkulosis diseminata, peritonitis, pleuritis,
tuberkulosis usus, tuberkulosis genitourinarius.
- Pengobatan tahap intensif dengan paduan 2 RHZE. Bila
setelah 2 bulan BTA Negatif lanjutkan dengan tahap
lanjutan. Kalau masih positif tahap intensif diperpanjang 2
– 4 minggu.
- Pengobatan tahap lanjutan adalah dengan paduan 4 RH
atau 4 R3H3
Kategori II
Ditujukan terhadap:
- Kasus Kambuh
- Kasus Gagal dengan Sputum BTA positif
- Pengobatan tahap intensif dengan paduan 2 RHZSE/ 1 RHZE. Bila
setelah tahap intensif BTA menjadi Negatif dilanjutkan dengan tahap
lanjutan. Bila setelah 3 bulan tahap intensif BTA tetap positif maka
tahap intensif diperpanjang 1 bulan lagi dengan RHZE. Dilanjutkan
dengan tahap lanjutan.
Kategori III
Ditujukan terhadap:
- Kasus BTA Negatif dengan kelainan paru tidak luas
- Kasus Tuberkulosis ekstra Paru
- Pengobatan tahap intensif dengan paduan 2 RHZ atau 2 R3H3Z3. Bila
perlu tahap lanjutan diperpanjang dengan H saja selama 4 bulan lagi.
Kategori IV
Ditujukan terhadap:
- Kasus Tuberkulosis Kronik
- Karena adanya resistensi obat
- Pasien perlu dirawat selama beberapa
bulan.
- Bisa diberikan OAT sekunder, kadang-
kadang hanya diberi H saja seumur hidup.
10. Dosis Obat:

Dosis Harian Dosis berkala


Nama Obat 3 x seminggu
BB<50 Kg BB>50 Kg
Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
Pirazinamid 1.500 mg 2.000 mg 2–3g
Streptomisin 750 mg 1.000 mg 1.000 mg
Etambutol 750 mg 1.000 mg 1 – 1,5 g
Etionamid 500 mg 750 mg -
PAS 9g 10 g -
11. Efek Samping Obat:

* INH :
- Neuropati perifer
- Hepatotoksik
* B6
* Rifampisin:
- Sindrom Flu
- Hepatotoksik
* Streptomisin :
- Nefrotoksik
- Gangguan Nervus VIII Kranial
.

* Etambutol :
- Neuritis Optika
- Nefrotoksik
- Skin Rash/ Dermatitis
* Etionamid :
- Hepatotoksik
- Gangguan Pencernaan
* PAS:
- Hepatotoksik
- Gangguan Pencernaan
12. Evaluasi Pengobatan :
a. Klinis. Dikontrol dalam 1 minggu pertama,
selanjutnya setiap dua minggu selama tahap intensif
dan sebulan sekali sampai akhir pengobatan.
b. Bakteriologis. Pemeriksaan sputum BTA sekali
sebulan. WHO (1991) Pemeriksaan sputum dilakukan
pada akhir bulan kedua, keempat dan keenam.
c. Radiologis. Thorak Foto setiap 3 bulan sekali

13. Kegagalan Pengobatan:


a. Obat.
- Paduan obat tidak adekuat
- Dosis obat tidak cukup
- Minum obat tidak teratur
- Lama pengobatan kurang
- Resistensi obat
b. Drop out.
- Kekurangan biaya pengobatan
- Merasa sudah sembuh
- Malas berobat/ kurang motivasi
c. Penyakit.
- Lesi paru terlalu luas/ sakit berat
- Ada penyakit lain seperti, DM, Alkohol, Dll
- Adanya gangguan immunologis
GEBRAK
MALARIA

INDIKATOR
Angka kesakitan malaria : 25,0/1.000 pddk

LANGKAH KEBIJAKAN
1. Penyusunan Renstra
2. 7 Langkah Gerbrak Malaria
- Buat peta endemisitas & masalah malaria
- Identifikasi potensi masy & sektor terkait
- Susun rencana strategik GM
- Persetujuan Kepala Daerah Kab/Kota & DPRD
- Susun rencana kerja terpadu secara linsek/prog
- Pelaksanaan
- Pemantauan & penilaian
3. Kemitraan
MALARIA
PENYEBAB:
• Plasmodium falciparum, plasmodium malariae,
plasmodium vivax, plasmodium ovale.
• Manifestasi klinis malaria (berat) ditentukan oleh 3
faktor utama yaitu, faktor parasit, faktor penjamu
(Host) dan faktor sosial geografi.
Faktor Parasit: Faktor Penjamu (Host) Faktor sosial dan geografi :
:
 Resistensi obat  Imunitas  Akses mendapat pengobatan
 Kecepatan multiplikasi  Sitokin proinflamasi  Faktor-faktor budaya dan ekonomi
 Cara invasi  Genetik  Stabilitas politik
 Sitoadherens
 Rosseting
 Umur  Intensitas transmisi nyamuk
 Polimorfisme antagonik  Kehamilan
 Variasi antigenik (Pf-EMP1)
 Toksin Malaria

Manifestasi Klinik
Asimtomatik Demam (Spesifik) Malaria berat Kematian
Diagnosis Malaria
1. Gejala dan Tanda Klinis Malaria
a. Anamnesis
* Keluhan utama (menggigil, demam, berkeringat).
* Sakit Kepala, mual/muntah dan diare, nyeri otot atau
pegal-pegal.
* Riwayat bepergian dan bermalam 1-4 minggu yang
lalu kedaerah malaria.
* Pernah menderita malaria
* Pernah transfusi darah
b. Pemeriksaan Fisik
* Suhu tubuh 37,5 – 40 0C
* Konjungtifa Palpebra anemis
* Splenomegali
* Hepatomegali
* Gangguan kesadaran, ikterik, Dll
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi (tetes tebal/hapusan tipis)
* Tetes Tebal:
(-) = SD negatif
(+) = SD Positif 1
(++) = SD Positif 2
(+++) = SD Positif 3
(++++) = SD Positif 4
Kepadatan parasit bila dihitung pada tetes tebal yaitu
menghitung jumlah parasit per200 Lekosit

* Hapusan Tipis
- Dibuat untuk melihat jenis spesies dan hitung parasit
berdasarkan jumlah eritrosit yaitu, jumlah parasit per1000 eritrosit.
Bila parasit sedikit hitung per10.000 eritrosit.

Bisa juga dilakukan diteksi dengan metoda immunokromatografi.


Pembagian Diagnosis Malaria
a. Malaria Klinis, tersangka malaria tanpa pemeriksaan
Laboratorium.
b. Malaria Falsiparum, ditemukan parasit plasmodium
Falsiparum.
Malaria vivax/ ovale, ditemukan parasit plasmodium
vivax/ovale.
Malaria campuran (mixed), ditemukan plasmodium
falsiparum dan plasmodium vivax.
c. Malaria Ringan (malaria tanpa komplikasi).
d. Malaria berat (malaria dengan komplikasi).
Diagnosa Banding
a. Demam tifoid.
b. Demam dengue
c. Infeksi saluran pernafasan akut
d. Leptospirosis ringan/ anikterik

Pengobatan
Prinsip-prinsip umum dalam pengobatan malaria
1. Kemoterapi anti malaria
2. Pengobatan pendukung
3. Pengobatan terhadap komplikasi organ pada malaria berat
Pembagian Pengobatan Malaria
1. Pengobatan malaria ringan tanpa komplikasi
2. Pengobatan kombinasi
3. Pengobatan pencegahan
4. Pengobatan malaria berat:
* Pengobatan suportif
* Pengobatan spesifik
* Pengobatan terhadap komplikasi
* Pengobatan lini Kedua

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)


Hari Jenis Obat
<1 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Tahun Tahun Tahun tahun Tahun

H0-6 Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2

H0 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

Keterangan :
*) Dosis untuk bayi (0-11 bulan) harus berdasarkan berat badannya.
Dosis berdasarkan berat badan : Kina 30 mg/kg BB/hari (dibagi 3 dosis)
dan primakuin 0,75 mg/kg BB, dosis tunggal
Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

Hari Jenis Obat


0–1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Bulan bulan tahun tahun tahun tahun
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
HO
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H2 Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2

* Dosis berdasarkan berat badan


Hari 1 Hari 2 Hari 3

Klorokuin 10 mg/ kg BB 10 mg/ kg BB 5 mg/ kg BB


Primakuin 0,75 mg/ kg BB - -
Pengobatan Radikal (dengan pemeriksaan mikroscopis
A. Monoterapi, hanya menggunakan 1 (satu) macam
obat anti malaria yaitu: Klorokuin, Sulfadoksin-
pirimetamin (SP) atau Kina
B. Terapi kombinasi menggunakan lebih dari 1 macam
obat anti malaria.
Contoh : Klorokuin + SP
SP + Kina
Klorokuin + Tetrasiklin/ Doksisiklin
Kina + Tetrasiklin/Doksisiklin
Pengobatan Radikal pada Plasmodium falsiparum

Pengobatan Lini I

Jumlah tablet menurut kelompok umur


Hari Jenis Obat 0–1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Bulan bulan tahun tahun tahun tahun
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3-4
HO
Primakuin - - ¾ 1½ 2 2–3
H1 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H2 Klorokuin
1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
Pengobatan Lini II

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)


Hari Jenis Obat <1 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Tahun Tahun Tahun tahun Tahun
H0 SP - ¾ 1½ 2 3
Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3

Pengobatan Lini III

Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)

Hari Jenis Obat


<1 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Tahun Tahun Tahun tahun Tahun

H0-6 Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2

H0 Primakuin - ¾ 1½ 2 2-3
Pengobatan Radikal pada Plasmodium vivax/ovale.
Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
Hari Jenis Obat
0–1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Bulan bulan tahun tahun tahun tahun
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
HO
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
H1
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
Klorokuin 1/8 ¼ ½ 1 1½ 2
H2
Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1
H3 – 13 Primkuin - - ¼ ½ ¾ 1
Pengobatan Plasmodium vivax/ovale yang gagal dengan
klorokuin
Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
Hari Jenis Obat <1 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Tahun Tahun Tahun tahun Tahun
H0-6 Kina *) 3x½ 3x1 3x1½ 3x2
H0 – 13 Primakuin - ¼ ½ ¾ 1

Pengobatan Plasmodium vivax/ovale yang relaps


Jumlah tablet menurut kelompok umur (dosis tunggal)
Minggu Jenis Obat 0–1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15
Bulan Bulan Tahun Tahun Tahun Tahun
1 s/d 8-12 Klorokuin ¼ ½ 1 2 3 3–4
1 s/d 8-12 Primakuin - - ¾ 1½ 2¼ 3
Pengobatan Kombinasi Malaria tanpa komplikasi
Tujuan :
1. Menghambat dan menurunkan insiden resistensi
2. Melindungi potensi obat malaria
a. Pengobatan kombinasi terhadap P. falsiparum
1). CQ3 + SP1 + PQ1
2). SP1 + QN7 + PQ1 atau
SP1 + Tetrasiklin/doksisiklin 7 hari + PQ1
3). CQ3 + T7/D7 + PQ1 atau
CQ3 + QN7 + PQ1
4). QN7 + T7/ D7 + PQ1
b. Pengobatan kombinasi terhadap P. Vivax
1). CQ3 + T7/D7 + PQ14
2). QN7 + T7/D7 + PQ14

Pengobatan kombinasi dengan obat-obat baru.


Contoh obat-obat baru ialah:
Golongan Artemisinin, Halofantrine, mefloquin, piperaquin,
amodiaquin. Yang sering dikombinasi ialah golongan artemisinine
dan mefloquin.
Contoh Artemisinin:
- Artemeter - Artesunate - Arteether
- Artemisin - Dihidro artemisinine
Kombinasi dipakai untuk semua jenis plasmodium
1. Artesunate + Ammodiaquine
2. Artesunate + Lumefantrine
3. Artesunate + Piperaquine
4. Dihidroartemisinine + Piperaquin
Dosis :
-Artesunate : 5 mg/kg BB – hari I, dan 2,5 mg/kg BB hari ke II & III
-Artemether: 3,2 mg/kg BB, kemudian 1,6 mg/kg hari II s/d V
-Dihidroartemisinine : 2 mg/kg BB, 2 x pada hari I, 1 x hari ke II-V
-Mefloquine : 750 mg-1250 mg Single Dose
-Amodiaquin : 600 mg basa hari I, 400 mg hari ke II dan III
-Piperaquiun : 600 mg hari I + 300 mg 6 jam kemudian, 600 mg 24 jam
selanjutnya

Pengobatan Pencegahan
Diberikan 1 – 2 minggu sebelum berangkat ke daerah endemis sampai 4 – 6 minggu
setalah keluar dari daerah endemis
•Pilihan I : Klorokquin 2 tablet perminggu (5mg basa/kg BB/minggu)
•Pilihan II : Doksisikline 1 ½ mg/kg BB sehari sampai paling lama 3 bulan tidak
bisa untuk ibu hamil. Dan anak dibawah 8 tahun.
Pengobatan Malaria Berat :
Secara garis besar terdiri dari 3 komponen :
1. Pengobatan spesifik
2. Pengobatan suportif
3. Pengobatan terhadap komplikasi

Tindakan yang perlu dilakukan


1. Tindakan Umum
2. Pengobatan simptomatik
3. Pemberian obat anti malaria
4. Pengobatan komplikasi
GAGAL JANTUNG
DEFINISI:
Keadaan patofisiologis kelainan fungsi jangtung dengan akibat
jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan ventrikel kiri.

GEJALA
• Sesak Nafas
• Cepat Lelah
• Odem pada tungkai
• Batuk
• Asites
Pemeriksaan
• Thorak photo
• EKG
• Laboratorium
- Urine - Ureum
- Darah - Creatine
- Kolesterol - KGD n/2 Jam PP
- Uric acid
Pengobatan:
• Istirahat Total
• Restriksi garam dan cairan
• Obat-obat
- ACE inhibitor
- Diuretik
- Digitalis
Tujuan Penatalaksanaan Gagal Jantung
1. Mengurangi beban kerja
- Istirahat : Jasmani dan Emosional
- Obesitas (diturunkan)
- Vasodilator
2. Memperbaiki daya pompa jangtung
- Digitalis
- Obat-obat simpato mimetik
- Obat inotropik
- Pacu Jantung
3. Pengendalian retensi garam dan cairan
- Diet rendah garam - Dioretik
- Pengeluaran cairan secara mekanik:
1. Torako sentesis 2. Parasentesis
3. Dialisis 4. Ultrafiltrasi
DEFINISI:
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik diatas 120
mmHg dan atau tekanan darah diastolik diatas 80 mmHg (JNC VII).

GEJALA
- Kadang-kadang tanpa gejala
- Sakit kepala
- Epistaksis
- Pusing
- Migren
Diagnosis:
 Ukur tekanan darah setelah pasien istirahat berbaring paling
sedikit 5 menit.
 Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dalam posisi
berbaring, duduk dan berdiri. Sebanyak 2 x atau lebih dengan
interval 2 menit.
 Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang
pertama (Korotkoff I).
 Tekanan diastolik dicatat jika bunyi tak terdengar lagi
(Korotkoff V)
 Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
sfigmomanometer air raksa.
 Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan dalam
ruangan yang tenang dan menyenagkan.
KLASIFISIKASI

Dipakai untuk dewasa umur 18


tahun keatas (JNC VII)
1. Normal, sistolik dibawah 120 mmHg dan
diastolik dibawah 80 mmHg.
2. Prehipertensi, sistolik 120 – 139 mmHg atau
diastolik 80 – 89 mmHg.
3. Stage 1 Hipertension, sistolik 140 – 159 atau
diastolik 90 – 99 mmHg.
4. Stage 2 Hipertension, sistolik diatas atau sama
160 mmHh atau diastolik diatas atau sama 100
mmHg
Penatalaksanaan
1. Normotensi (tidak ada pengobatan)
2. Prehipertensi
- Modifikasi gaya hidup
- Kalau tidak ada faktor pemberat tidak perlu obat anti hipertensi
- Kalau ada faktor pemberat beri obat untuk mengatasi faktor pemberat
3. Stage 1 hipertensi
- Modifikasi gaya hidup
- Kalau tidak ada faktor pemberat beri obat thiazide diuretics, ACE inhibitor, ARB, Beta blocker,
CCB, atau Kombinasi.
- kalau ada faktor pemberat beri obat untuk mengatasi faktor pemberat dan obat anti hepertensi
4. Stage 2 Hipertensi
- Modifikasi gaya hidup
- Kalau tidak ada faktor pemberat beri 2 macam obat anti hipertensi (Kombinasi).
- Kalau ada faktor pemberat beri obat untuk mengatasi faktor pemberat dan obat anti hipertensi.
Keuntungan dalam menurunkan
Tekanan darah pada Penderita
Hipertensi

1. Menurunkan Insiden Stroke sampai 35 – 40%


2. Menurunkan Insiden Miokard Infark sampai 20 –
25 %
3. Menurunkan Insiden gagal jantung sampai lebih
dari 50 %
Obat Oral Anti Hipertensi

1. Thiazide diuretics
2. Loop diuretics
3. Potassium – sparing diuretics
4. Aldosterone – receptor blockers
5. B-Blockers
6. B-Blockers With Intrinsic Sympathomimetic
activity
7. Combined alpha & beta Blockers
8. ACE inhibitors
9. Angiotensin II Antagonists
Obat Oral Anti Hipertensi
10. Calcium channel blockers-non-dihydropyridines
11. Calcium channel blockers-dihydropyridines
12. Alpha 1 Blockers
13. Central Alpha 2 Agonists dan Obat Central lainnya
14. Direct vasodilators
FILARIASIS
( Kaki Gajah )
PETA PREVALENSI FILARIASIS

Keterangan :
Endemic area

N on E ndemic Area

Belum dilakukan survai darah jari / mapping


PENYEBAB
-Cacing jenis filaria termasuk famili Filaridae
-Ada 2 Jenis :
1. WUCHERERIA BANCROFTI
2. BRUGIA MALAYI

-Masa inkubasi 1 tahun


-Vektor nyamuk (Hospes perantara)

-Manusia, Kera dan Anjing (Hospes definitif)


ELEPHANTIASIS, FILARIASIS BANCROFTI,
WUCHERERIASIS

- Penyebab cacing filaria jenis W. Bancrofti


- Hospes definitif hanya manusia
- Vektor nyamuk : Culek quinquefasciatus, Aedes,
Anopheles atau Mansonia
- Cacing dewasa tinggal dipembuluh limfe, sedangkan
mikrofilaria ada dalam darah dan limfe.
- Tersebar luas didaerah tropik dan sub tropik
GEJALA KLINIS
1. Tanpa gejala, umumnya didaerah endemik Pemeriksaan
fisis ditemukan pembesaran kelenjar limfe (Inguinal).
Pemeriksaan darah dijumpai mikrofilaria dan adanya
eosinofilia.

2. Dengan Peradangan. Didapati adanya demam, menggigil,


sakit kepala, muntah dan kelemahan bisa berlangsung 1
bulan atau lebih. Pemeriksaan darah didapati Leukositosis
dengan eosinofilia 6-26%.

3. Dengan penyumbatan. Dalam stadium kronis terjadi


jaringan granulasi yang proliferatif serta terbentuk varises
saluran limfe yang luas. Kadar protein yang tinggi dalam
limfe merangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen.
Sedikit demi sedikit dan bertahun-tahun kemudian
membesar elephantiasis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Darah tepi ditemukan leokositosis dengan eosinofilia 10
– 30%
- Cacing filaria ditemukan dengan darah tebal atau tipis
pada waktu malam hari dengan pewarnaan Giemsa
atau Wright

DIAGNOSIS
-Anamnesis yang berhubungan dengan nyamuk
-Pemeriksaan klinis
-Pemeriksaan darah waktu malam hari
-Biopsi kelenjar limfe
-Limfografi
PENGOBATAN
- Pengobatan umum :
1. Istirahat ditempat tidur, pindah kedaerah dingin.
2. Anti biotik bila ada infeksi sekunder dan abses
3. Pengikatan didaerah pembendungan akan mengurangi edema
- Pengobatan spesifik
1. Dietylcarbamazine, 2 – 3 mg/kg BB 3x Sehari selama 7-14 hari, bisa
sampai 21 hari, efek samping pusing, mual dan demam.
2. Relaps dapat terjadi 3-12 tahun kemudian, kontrol dilakukan selama
1-2 tahun.
- Pengobatan pembedahan
1. Pembedahan untuk melenyapkan elephantiasis skrotum, vulva dan
mammae mudah dilakukan dan hasil memuaskan
2. Pembedahan tungkai tidak selalu memuaskan.
PROGNOSIS

- Pada kasus-kasus dini dan sedang prognosa baik.


- Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema pada
tungkat prognosa lebih buruk
KUSTA
Kasus Kusta
• Seseorang yang mempunyai lesi 1 atau lebih dan belum
pernah berobat atau dalam pengobatan tapi belum cukup
dosisnya.

Diagnosa
• Ditegakkan berdasarkan adanya cardinal sign :
1. Lesi kulit yang khas
2. Mati rasa pada lesi
3. Pembesaran pada syaraf tepi
4. Mycobacterium leprae (+) pada pemeriksaan hapusan kulit
Klasifikasi
Diklasifikasikan kedalam tipe PB dan MB
Tanda Klinis PB1 PB 2 – 5 MB
1. Makula
a. Jumlah, 1 2–5 Banyak
b. Distribusi Unilateral Unilateral Bilateral
Bilateral
Asimetris Simetris
c. Permukaan Kering dan Kasar Halus mengkilat
d. Batas Tegas Kurang Tegas
e. Mati Rasa Jelas Tidak Jelas
2. Infiltrat Tidak ada, kalau ada terbatas pada Menyebar
makula
3. Nodulus Tidak ada Ada, kadang-
kadang tidak ada
Pengobatan
1. Regimen obat mengikuti rekomendasi WHO.
a. MDT untuk PB1

Rifampicin Ofloxacin Minocyclin


Dewasa 50 – 70 Kg 600 mg 400 mg 100 mg

Anak 5 – 14 Tahun 300 mg 200 mg 50 mg

Anak-anak dibawah 5 tahun dan ibu hamil tidak diberikan ROM

-Pengobatan sekali saja dan langsung RFT


-Kalau obat diatas tidak ada obati dengan regimen PB 2-5 selama 6 bulan
b. MDT untuk PB2-5 terdiri dari 2 macam obat :
- Rifampisin dan Dapson (DDS)
- Hari ke 1: 2 Kapsul Rifampisin @ 300 mg, 1tablet DDS @ 100 mg
-Hari ke 2 sampai hari ke 28: 1 Tablet DDS @100 mg

c. MDT untuk MB terdiri dari 3 macam obat :


- Rifampisin, Lamprene (klofazimin), Dapson (DDS)
- Hari ke 1: 2 Kapsul Rifampisin @ 300 mg, 3 kapsul lamprene
@.100 mg. 1tablet DDS @ 100 mg
-Hari ke 2 sampai hari ke 28: 1 Tablet DDS @100 mg dan 1 Kapsul
Lamprene @ 50 mg
2. Lama Pengobatan (Pengobatan cukup)
- PB : 6 Dosis dalam kurun waktu 6 – 9 bulan
- MB : 12 Dosis dalam kurun waktu 12 sampai 18 bulan
3. RFT (Selesai masa pengobatan)
- Penderita memeriksakan dirinya minimal 1 x setahun
selama 2 tahun untuk PB dan 5 tahun untuk MB.
4. Angka kesembuhan
- Dengan menggunakan analisa Kohort.
5. Penanganan Reaksi dan Pencegahan cacat
a. Tugas petugas lapangan
b. Reaksi reversal, ENL dan Drug Eropsion
6. Relaps
Apabila pasien menampakkan tanda-tanda lebih aktif dari
tanda-tanda sewaktu dinyatakan RFT
GEJALA & TANDA REAKSI TIPE I RELAPS
(REVERSAL)
1. Interval waktu - Biasanya pada 6 bulan Setelah RFT
pertama pengobatan
- Dapat terjadi sebelum
pengobatan
- Dapat terjadi setelah RFT
- Dapat terjadi setelah RFC

2. Timbul Gejala Mendadak Pelan-pelan

3. Gangguan Sistem Dapat disertai dengan Tidak pernah disertai dengan


demam dan perasaan demam dan perasaan kurang
kurang enak enak
4. Lesi lama Beberapa lesi atau Hanya pinggiran dari sebagian
seluruhnya bertambah lesi menunjukkan merah dan
merah mengkilap dan infiltrat.
bengkak
GEJALA & TANDA REAKSI TIPE I RELAPS
(REVERSAL)
5. Lesi Baru -Pemunculan Lesi baru Beberapa lesi baru muncul
sangat sedikit

6. Ulcerasi Lesi sering pecah dan Jarang terjadi ulcerasi


terjadi ulcerasi

7. Peredaan/ Disertai dengan Tidak ada desquamasi


penyembuhan desquamasi

8. Keterlibatan syaraf Banyak syaraf dapat Dapat terjadi hanya pada satu
terlibat dengan nyeri tekan syarat dan gangguan motoris
dan gangguan motoris muncul pelahan-lahan.

9. Respon terhadap Sangat baik Tidak jelas


steroid (prednison)
ASMA BRONKIAL
DEFINISI :

Adalah penyakit paru dengan karakteristik :


1. Obstruksi saluran nafas yang reversible baik secara
spontan maupun dengan pengobatan.
2. Inflamasi saluran nafas
3. Peningkatan respons saluran nafas terhadap berbagai
rangsangan
KLASIFIKASI :

1. Asma ekstrinsik atopik


2. Asma ekstrinsik non atopik
3. Asma kriptogenik
4. Asma karena kegiatan jasmani
5. Asma yang berkaitan dengan penyakit bronkopulmoner
6. Lain-lain.
GAMBARAN KLINIS :

Asma klasik memberikan gambaran :


- Serangan batuk, mengi dan sesak nafas
- Awal serangan gejala tidak jelas hanya berupa rasa
berat didada disertai pilek dan bersin, mulanya
memang tanpa sekret tapi selanjutnya mengeluarkan
sekret yang mukoid, putih kadang-kadang purulen.
- Ada sebagian gejalanya hanya batuk tanpa disertai
mengi
- Asma alergik seering dihubungkan dengan pemarjanan
alergen.
- Asma akibat kerja memburuk pada awal minggu dan
membaik menjelang akhir minggu.
DIAGNOSIS :
Didasarkan kepada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
- Pemeriksaan fisik: * Ekspirasi memanjang
* Mengi
* Hiperinflasi dada
* Pernafasan cepat
* Sianosis
- Pemeriksaan penunjang
* Spiro metri
* Uji Provokasi brunkus
* Pemeriksaan sputum
* Pemeriksaan eosinofiltotal
* Uji kulit
* Pemeriksaan kadar IgE total IgE spesifik
* Photo Dada
* Analisis gas darah
DIAGNOSIS BANDING :
1. Bronkitis Kronik
2. Emfisima Paru
3. Gagal jantung kiri akut
4. Emboli paru
5. Penyakit lain yang jarang seperti, stenosis trakea karsinoma brongkus,
poli arteritis nodosa

KOMPLIKASI ASMA
1. Pneomothoraks
2. Pneomomediastinom dan Emfisema sukkutis
3. Atelektasis
4. Aspergilosis bronko pulmuner alergik
5. Gagal nafas
6. Bronkitis
7. Fraktur Iga
PENGOBATAN
1. Mencegah ikatan alergen – IgE :
a. Menghindari Alergen
b. Hiposensitisasi dengan menyuntikkan dosis kecil alergen
2. Mencegah perlepasan mediator :
- Premedikasi dengan natrium kromolin
3. Melebarkan saluran nafas dengan bronkodilator :
a. Simpatomimetik,
1. Agonis beta 2 (salbutamol, terbutalin, fenoterol, rokaterol)
2. Epinefrin diberikan subkutan sebagai pengangti agonis beta 2.
b. Aminofilin
c. Kortikosteroid
d. Antikolinergik (Patropium Bromida)
Enam Komponen dalam Pengobatan Asma

1. Penyuluhan kepada Pasien


2. Penilaian derajat beratnya Asma
3. Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus serangan
4. Perencanaan obat – obat jangka panjang
5. Merencanakan pengobatan asma akut
6. Berobat secara teratur
INFEKSI SALURAN KEMIH
ISK :Istilah umum yang dipakai
untuk menyatakan adanya invasi
mikro organisme pada saluran
kemih.
 Dapat mengenai laki-lai maupun perempuan pada
semua usia
 Wanita lebih sering menderita ISK dari Pria
 Populasi kurang lebih 5 – 15 %
 Bakteri paling sering adalah jenis bakteri AEROB
 Penyebab lain bisa juga oleh karena virus, ragi, dan
jamur.
PENYEBAB :
Persentase biakan
Mikroorganisme (dengan > 105 cfu/ml)
Escherichia coli 50-90%
Klebsiella atau Enterobacter 10-40
Proteus morganella atau 5-10
providencia
Pseudomonas aeruginosa 2-10
Staphylococcus epidermidis 2-10
Enterococci 2-10
Candida albicans 1-2
Staphylococcus aureus 1-2
FAKTOR – FAKTOR PREDISPOSISI YANG
MEMPERMUDAH TERJADINYA ISK

1. Bendungan aliran urine


* Anomali kongenital
* Batu Saluran kemih
* Oklusi Ureter
2. Refluks vesiko ureter
3. Urine sisa dalam buli-buli karena.
• Neurogenic Bladder
• Striktur ureta
• Hipertropi Prostat
4. Gangguan metabolik
* Hiperkalsemia
* Hipokalemia
* Agamaglobulinemia
5. Instrumentasi
* Chateter
* Dilatasi uretra
* Sistoscopi
6. Kehamilan
* Faktor stasis dan bendungan
* PH uriner yang tinggi, kuman mudah tumbuh.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Urinalisis
a. Leukosuria
b. Hematuria
2. Bakteriologis
a. Mikroscopis
b. Biakan Bakteri
3. Tes kimiawi
4. Tes Plat – Celup (Dip – Slide)
5. Pemeriksaan Radiologis
PENGOBATAN
 Pengobatan Dosis tunggal
 Pengobatan Jangka pendek (10 – 14 hari)
 Pengobatan Jangka Panjang (4 – 6 minggu)
 Pengobatan profilaksis dosis rendah
 Pengobatan supresif
PENGOBATAN DOSIS TUNGGAL
 Amoksisilin 3 gram
 Trimetoprin – Sulfametoksazol 320 mg –
1600 mg
 Sulfisoksazol 2 gram
 Trimetoprim 400 mg
 Kanamisin 500 mg IM
 Gentamisin 120 mg IM
PENGOBATAN JANGKA PENDEK –
JANGKA PANJANG

 Trimetoprin – Sulfametoksazol 160 mg – 800


mg 2 x Sehari
 Sefaleksin 500 mg 4 x sehari
 Amoksisilin 500 mg 4 x sehari
 Asamnalidiksik 1 gram 4 x sehari
 Asam pipemidik 400 mg 2 x sehari

Anda mungkin juga menyukai