Anda di halaman 1dari 17

425D312 KESELAMATAN MARITIM

ANALISA RESIKO-FMEA-FMECA

KOMPETENSI:
1. MAMPU MENJELASKAN TERMINOLOGI FUNGSI, KEGAGALAN FUNGSIONAL DAN MODE KEGAGALAN.
2. MAMPU MENGAPLIKASIKAN TEKNIK FMEA DAN FMECA DALAM IDENTIFIKASI KEGAGALAN FUNGSIONAL
PERALATAN.

DAFTAR PUSTAKA:
1. Adiwiyoto Anton, Saputra Lyndon (editor),1997,”Tepat Pada Waktunya (JUST IN TIME): terjemahan,”Professional
Books, Jakarta.
2. Anonim,2001,”Management Manual: Guidelines for The Naval Aviation Reliability-Centered Maintenance Process”,
Naval Air Systems Command, USA.
3. Asfahl C.Ray ,1999,”Industrial Safety and Health Management : Fourth Edition”, Prentice –Hall.Inc,New Jersey.
4. Moubray John,1997,” Reliability-Centered Maintenance,” Industrial Press Inc, 200 Madison Avenue, New York.
5. Nour-Abdul et.al.1998”A Reliability Based Maintenance Policy; A Case Study” Computer Ind.Engng, Vol. 35, pp. 591-
594.
6. Smith David J, 2005, Reliability, Maintainability and Risk Practical methods for engineers Seventh Edition, Elsevier
Butterworth-Heinemann, Linacre House, Jordan Hill, Oxford.
7. Smith Anthony M, 1993,”Reliability-Centered Maintenance”, McGraw-Hill, Singapore.
8. Skelton Bob, 1997,“Process Safety Analysis: An Introduction” Gulf Publishing Company, Book Division, Houston, USA.
9. Wahyuddin, 2004,”Pendekatan Kualitatif Perencanaan Perawatan Berbasis Keandalan; Studi Kasus 10 Ton X 38
Meter Single Girder Overhead Crane” Lembaga Penelitian Fak.Teknik UNHAS, Makassar.
10. ----------------2010,” Penelusuran Karakter Kegagalan Fungsional Mesin Jangkar Menggunakan Teknik Failure Mode
Effect Analysis (FMEA) (Studi Kasus: 800 hp; Kapal Tunda Anggada VIII), Jurnal JUPITER Vol.
PENTINGNYA K3
KEHARUSAN SEMUA ENGINEERS
UNTUK MEMASTIKAN BAHWA
PABRIK DAN ATAU K3 TIDAK TERBATAS HANYA
PENGOPERASIANNYA BERADA ARTINYA SEBAGAI TUNTUTAN TUGAS
DALAM KENDALINYA TETAPI HARUS SUDAH
MENJADI
TANGGUNGJAWAB MORAL.
PENCEGAHAN PEKERJA DARI SAKIT
DAN KEMATIAN.
PENCEGAHAN SEMUA PENGGUNA
DARI SAKIT DAN KEMATIAN.
PENCEGAHAN KERUSAKAN PABRIK. CAKUPAN TUGAS
PENCEHAGAN KERUSAKAN BARANG DAN TOPIK SBB:
PIHAK KETIGA PENCEGAHAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN.
PROSES PENGELOLAAN RESIKO
FMEA
HIRARKI FUNGSIONAL ,
PENDEKATAN SWBS
TERMINOLOGI FMEA
FMEA adalah sebuah teknik yang sistematis untuk menganalisa kegagalan
fungsional secara kualitatif (Moubray,1997).

Teknik analisa ini lebih menekankan pada bottom-up approach, dikatakan


demikian karena analisa dilakukan dimulai dari level komponen (parts) sampai
ke level sistem dari suatu peralatan (Skelton, 1997).

Menurut Alwi Rusydi dalam Wahyuddin (2005), FMEA digunakan oleh Nowlan
and Heap (1978), Anderson and Neri (1990) dan Sandtrov and Rausand (1991).

Menurut Asfahl C.Ray (1999) dikatakan bahwa FMEA penting bagi manager
keselamatan dan kesehatan kerja bila komponen dari sebuah peralatan
mengalami kegagalan yang menyebabkan luka-luka dan atau sakit pekerja
industri (industrial injury or illness)

FMEA dimulai dengan mendefenisikan fungsi utama, kegagalan fungsional,


mode kegagalan, dan yang terakhir mengidentifikasi dampak dari setiap mode
kegagalan yang terjadi serta konsekuensi yang ditimbulkan kegagalan
(Adiwiyoto Anton, 1997)
KONSTRUKSI FMEA [1]

Beberapa pertayaan dasar yang harus dijawab oleh seorang analis dalam
melakukan penelusuran karakter kegagalan fungsional menggunakan
FMEA, yaitu :

1. Apa fungsi dan strandar performa yang harus dipenuhi oleh suatu item
(peralatan) pada waktu di operasikan?.
2. Dengan cara bagaimana item tersebut gagal memenuhi fungsinya?.
3. Apa penyebab dari kegagalan fungsional tersebut?.
4. Apa yang terjadi bila masing-masing kegagalan terjadi dan apa
akibatnya?.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut disintesa dalam sebuah lembar kerja


FMEA.
KONSTRUKSI FMEA [2]

Deskripsi FUNGSI dibuat dalam bentuk kalimat terdiri dari “ sebuah kata kerja,
sebuah tujuan, dan sebuah standar performa yang diinginkan.

KEGAGALAN FUNGSIONAL didefenisikan sebagai ketidakmampuan suatu aset


untuk melakukan fungsinya sesuai dengan standar performa yang diiinginkan
pemakai/pemilik.

MODE KEGAGALAN dapat didefenisikan sebagai segala kejadian yang


menyebabkan terjadinya kegagalan fungsional.

DAMPAK KEGAGALAN adalah penggambaran, apa yang terjadi ketika suatu


mode kegagalan terjadi. Dampak kegagalan berbeda pengertiannya dengan
konsekuensi kegagalan. Suatu dampak kegagalan menjawab pertanyaan “ apa
yang terjadi ? “, sedangkan suatu konsekuensi kegagalan menjawab pertayaan “
apakah ini menjadi masalah ? ”. Deskripsi dampak kegagalan harus mencakup
semua informasi yang diperlukan untuk mendukung evaluasi suatu konsekuensi
kegagalan.
KONSTRUKSI FMEA [3]

Pengertian STANDAR PERFORMA (performance standards) aset dapat


didefenisikan melalui dua pendekatan, yaitu: Pertama; desired
performance ( apa yang pemakai ingin dari suatu aset untuk dilakukan?).
Kedua : Built-in capability (apa yang dapat dilakukan?).

Ilustrasi hubungan antara kemampuan (capability) dan capaian yang


diiginkan (desired performance) dapat dilihat pada Gambar berikut.

INHERENT CAPABILITY
(what it can do)
PERFORMANCE

Margin for deterioration

DESIRED PERFORMANCE
(what its users want it to do)
KONSTRUKSI FMEA [4]

TYPICAL DESCRIPTORS FOR FAILURE MODES


Abrasion Damaged Lack of… Ruptured
Arcing Defective Leak Scored
Backward Delaminated Loose Scratched
Out of Balance Deteriorated Lost Separated
Bent Disconnected Melted Sharttered
Binding Dirty Missing Sheared
Blown Disintegrated Nicked Shorted
Broken Ductile Notched
Buckled Embrittlement Open Sticking
Burned Eroded Overheat Torn
Chafed Exploded Overtemp Twisted
Chipped False indication Overload Unbonded
Clogged fatigue Overstress unstable
Collapsed Fluctuates Overpressure Warped
Deskripsi Tipikal dari
Cut Frayed Overspeed Worn
Mode Kegagalan
Contaminated Intermittent Pitted
(Sumber: Smith, 1993, page : 86)
Corroded Incorrect Plugged
Cracked Jammed Punctured
TUJUAN PENYUSUNAN FMEA
Secara umum tujuan penyusunan FMEA (failure mode effect analysis)
adalah sebagai berikut :
1. Membantu dalam pemilihan desain alternatif yang memiliki keandalan
dan keselamatan potensial yang tinggi selama tahap desain.
2. Untuk menjamin bahwa semua bentuk mode kegagalan yang dapat
diperkirakan berikut dampak yang ditimbulkan terhadap kesuksesan
operasional sistem telah dipertimbangkan.
3. Membuat daftar kegagalan fungsional, serta mengidentifikasi seberapa
besar dampak yang ditimbulkannya.
4. Mengembangkan sebuah Kriteria awal untuk perencananan dan
rancangan pengujian serta membuat daftar pemeriksaan suatu system.
5. Sebagai basis analisa kualitatif keandalan (reliability) dan ketersediaan
(availability).
6. Sebagai dokumentasi untuk referensi pada masa yang akan datang guna
membantu menganalisa kegagalan yang terjadi di lapangan serta
membantu bila sewaktu-waktu terjadi perubahan desain.
7. Sebagai data input untuk studi banding.
8. Sebagai basis untuk menentukan prioritas perawatan korektif.
Contoh: Aplikasi FMEA pada 10 T x 38 M
Single Girder Overhead Crane
Peralatan overhead crane, dalam lokasi tertentu,
mampu memindahkan bahan-bahan secara
vertikal, horisontal dan lateral dalam ruangan
panjang, lebar dan tinggi terbatas.

Proses pemindahan bahan dengan menggunakan


overhead crane di bengkel fabrikasi (Fabrication
Shop) di galangan kapal adalah sebagai berikut:
1. Pelat yang sudah/belum ditandai (marking)
akan di angkat oleh overhead crane, bottom
blocks akan diturunkan ke lantai kerja untuk
Battery
AC
mengambil pelat (lowering), setelah tepat hook
blocks akan memegang pelat.
Electric drve 2. Selanjutnya pelat di angkat oleh bottom blocks
safety Hoist
secara perlahan-lahan (hoisting/lifting).
3. Setelah pada ketinggian yang aman (tidak
mengganggu aktifitas lain) kemudian
Actuating
· Hoisting (Lifting & Lowerng) dilakukan gerak arah memanjang (long travel)
· Traveling (Right & Left Cross travel)
Switching equipment
· Traveling (Forward & Reverse Long Travel) atau arah menyamping (cross travel).
Electric drve Cross Travel
4. Posisi tepat di atas area pemotongan
(cutting) dan atau pengbengkokan (bending),
Electric drve Long Travel bottom blocks diturunkan, hook blocks akan
dilepas.
Hirarki Fungsional 10 T x 38 M
Single Girder Overhead Crane
Sistem 10 T x 38 M Single Girder
Overhead Crane dirinci menjadi 4
(empat) subsistem, yaitu :
FAOC01S 1. Subsistem electrical equipment
10 T x 38 M SINGLE
SISTEM
GIRDER OVERHEAD
meliputi komponen power supply,
CRANE switchgear & control, baterry, safety
lock.
2. Subsistem hoist meliputi komponen
FAOC01SS1 FAOC01SS3 FAOC01SS4 main motor hoist, brake motor hoist,
SUBSISTEM FAOC01SS2
ELETRICAL CROSS LONG gearbox motor hoist, rope drum,
HOIST
EQUIPMENT TRAVEL TRAVEL
wire rope drum, dan bottom blocks.
3. Subsistem cross travel meliputi
komponen motor cross travel, brake
motor cross travel, gearbox motor
FAOC01K2001 FAOC01K2002 FAOC01K2003 cros travel, wheel blocks cross
FAOC01K2004
KOMPONEN MAIN MOTOR BRAKE MOTOR GEARBOX MOTOR travel 1s/d 6.
ROPE DRUM
HOIST HOIST HOIST
4. Subsistem long travel meliputi
komponen motor long travel 1 & 2,
FAOC01K2005 FAOC01K2006 brake motor long travel 1 & 2,
WIRE ROPE DRUM BOTTOM BLOCKS
gearbox motor long travel 1 & 2, dan
wheel blocks long travel 1 s/d 8.
IDENTIFIKASI FUNGSI & HIRARKI
FUNGSIONAL

IDENTIFIKASI FUNGSI & HIRARKI FUNGSIONAL


KODE SISTEM : DESKRPSI SISTEM :
FAOC01S Suatu sistem yang didukung oleh beberapa unit
kerja membentuk totalitas untuk melakukan usaha
pemindahan bahan dalam area tertentu.

NAMA SISTEM : FUNGSI SISTEM :


10 T x 38 M Single Girder Overhead Untuk mengangkat menurunkan beban sebesar
Crane 10 ton SWL pada ketingian 8,5 meter dengan
rentang 38 meter.
FMEA 10 T x 38 M Single Girder Overhead Crane
ANALISA MODE & DAMPAK KEGAGALAN [FMEA]

Kode Sistem : Kode Subsistem : Kode Komponen :


FAOC01 FAOC01SS2 FAOC01K2001
Nama Komponen : Fungsi Komponen :
Main Motor Hoist Untuk memutar rope drum dengan putaran 970 rpm dan kecepatan 12,5/2,1 m/min.

Mekanisme
Kegagalan

Kegagalan
Operasi

Metode
Deteksi
Mode
Jenis
Deskripsi Kegagalan
Dampak Kegagalan
Fungsional Komponen

KK-1 M-1 Hoist bekerja tidak normal


Gagal secara Motor Visual sehingga gagal melakukan
kseluruhan Panas Inspection operasi angkat /turun. Downtime
Kontinu Temperature yang dibutuhkan untuk
memperbaiki mengganti lebih
kurang 6 jam.

KK-2 M-1 Motor hoist bekerja tersendat-


Gagal memutar rope Motor fails sendat karena transmisi daya
drum pada kecepatan karena arus listrik tidak lancar sehingga
12,5 m/min. intermittent Visual operasi angkat/turun tergangu.
Kontinu Operation
(tersendat- Inspection Downtime yang dibutuhkan untuk
sendat) memperbaiki/mengganti lebih
kurang 6 jam.
FMECA (failure mode, effect and
critically analysis)
FMECA adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mencatat fungsi,
kegagalan fungsional, mode kegagalan, dampak kegagalan dari suatu item (peralatan,sistem,
bangunan). FMECA digunakan untuk menentukan kegagalan fungsional yang berpegaruh
(konsekuensi) pada keselamatan (safety), lingkungan (environment), operasional (operations)
dan ekonomi (economics) yang dilajutkan dengan penggolongan dampak kegagalan kedalam
klasifikasi tingkat kekritisan (severity) [Navair, 2001].

Kekritisan suatu item/mesin (MC) dapat ditentukan berdasarkan empat kriteria, yaitu [Nour-abdul
et al, 1998] :
1. Dampak waktu perbaikan mesin (downtime) terhadap proses produksi (EM).
2. Utilisasi mesin (bottleneck or not) (UR)
3. Kegagalan mesin berindikasi pada keselamatan dan lingkungan (SEI).
4. Kerumitan mesin dan kebutuhan sumber daya perawatan dari luar (eksternal) (MTC).
Tiap kriteria mempuyai bobot yang memperlihatkan kepentingan relatif terhadap indikasi
kekritisan. Bobot tiap kriteria dimulai dari rentang 0 (tidak ada dampak) sampai 3 (dampak
sangat penting). Kekritisan item/mesin dapat dihitung mengunakan formula :
MC = 3*EM + 2*UR + 3*SEI + 1*MTC
Tingkat kekritisan (severity atau risk level) terbagi menjadi 3 (tiga) kategori , yaitu :
1. Kategori A (sangat kritis), nilai MC berada pada rentang 20 – 27.
2. Kategori B (kritis), nilai MC berada pada rentang 12 – 19.
3. Kategori C (cukup kritis), nilai MC berada pada rentang 0 – 11
Contoh Aplikasi FMECA
ANALISA MODE , DAMPAK DAN KEKRITISAN KEGAGALAN [FMECA]
Kode Sistem : Kode Subsistem : Kode Komponen :
FAOC01 FAOC01SS2 FAOC01K2001
Nama Komponen : Fungsi Komponen :
Main Motor Hoist Untuk memutar rope drum dengan putaran 970 rpm dan kecepatan 12,5/2,1 m/min.
Deskripsi Kegagalan
Jenis Mode Metode Mekanisme Tingkat
Fungsional Dampak Kegagalan
Operasi Kegagalan Deteksi Kegagalan Kekritisan
Komponen
KK-1 M-1 Hoist bekerja tidak normal
Gagal secara Motor Visual sehingga gagal melakukan
keseluruhan Panas Inspection operasi angkat /turun.
Kategori A
Kontinu Temperature Downtime yang dibutuhkan
Sangat Kritis
untuk memperbaiki mengganti
lebih kurang 6 jam.

KK-2 M-1 Motor hoist bekerja tersendat-


Gagal memutar rope Motor fails sendat karena transmisi daya
drum pada kecepatan karena arus listrik tidak lancar sehingga
12,5 m/min. intermittent operasi angkat/turun tergangu.
Visual Kategori B
Kontinu (tersendat- Operation Downtime yang dibutuhkan
Inspection Kritis
sendat) untuk memperbaiki/mengganti
lebih kurang 6 jam.
Contoh Perhitungan
Main Motor Hoist (FAOC01K2001) KK2:
MC = 3*EM + 2*UR + 3*SEI + 1*MTC
Dimana :
1. Dampak waktu perbaikan mesin (downtime) terhadap proses produksi
(EM) berbobot 2 (dua).
2. Utilisasi mesin (bottleneck or not) (UR) berbobot 2 (dua).
3. Kegagalan mesin berindikasi pada keselamatan dan lingkungan (SEI),
berbobot 2 (dua)
4. Kerumitan mesin dan kebutuhan sumber daya perawatan dari luar
(eksternal) (MTC), berbobot 2 (dua)
Maka:
MC = (3*2) + (2*2) + (3*2) + (1*2)
MC = 6 + 4 + 6 + 2
MC = 18

Kategori B (kritis)

Anda mungkin juga menyukai