Anda di halaman 1dari 45

BAHAN ACUAN

(REFERENCE MATERIALS)
BAHAN ACUAN
2

Suatu bahan yang mempunyai satu atau lebih sifat


bahan yang homogen dan cukup stabil untuk
dapat digunakan dalam mengkalibrasi peralatan,
menguji metode atau sebagai standar dalam
pengukuran / analisis contoh
KLASIFIKASI BAHAN ACUAN
3

 Bahan Acuan Primer


 Bahan murni
 Bahan Acuan Tersertifikasi
 NIST : National Institute of Standards and Technology,
Gaithersburg, Maryland, USA
 BCR : Community Bureau of Reference di Belgia
 LGC : Laboratory of Government Chemist di UK
 Bahan Acuan Sekunder
 Bahan acuan dengan nilai konsensus
 Bahan acuan dengan nilai yang telah ditetapkan (assigned
value)
Penggunaan
4

 BAHAN KONTROL
◦ Kontrol Proses / Prosedur
◦ Untuk kontrol akurasi dan presisi

 REFERENCE MATERIAL
◦ Ketertelusuran
◦ Untuk validasi atau verifikasi metode

 CALIBRATOR
◦ Kalibrasi peralatan
DEFINISI IUPAC
5

 Primary Reference Material


 bahan kimia dengan kemurnian tinggi (99.98 %), yang
dapat langsung ditimbang/ukur untuk langsung
menghasilkan konsentrasi yang diketahui secara
tepat sertifikat

 Secondary Reference Material


 larutanyang konsentrasinya tidak dapat langsung
diketahui tanpa mengkalibrasi terhadap Primary
Reference Material menggunakan metode reference
DEFINISI NIST
6

 REFERENCE MATERIAL (Bahan acuan/ bahan


pembanding)
◦ Adalah bahan yang satu atau lebih sifat-sifatnya telah
diukur dan diperoleh datanya dengan akurat

 CERTIFIED REFERENCE MATERIAL (bahan acuan /


pembanding bersertifikat)
◦ Adalah bahan acuan yang satu atau lebih sifat-sifatnya
diberi sertifikat dengan prosedur teknis yang telah baku,
disertai atau dapat ditelusuri kesuatu sertifikat atau
dokumen lain yang diterbitkan oelh badan sertifikaSi
7
Bahan Acuan Bersertifikat
(KAN-BSN)
8

 Didefinisikan sebagai bahan yang homogen dengan sifat


tertentu, seperti identitas, kemurnian dan potensi yang telah
diukur dan disertifikasi oleh organisasi yang memenuhi
kualifikasi dan diakui
 Digunakan untuk memverifikasi kinerja instrumen atau sistem
pengukuran untuk menjamin kehandalan dan integritas jangka
panjang dari proses pengukuran
 Digunakan untuk memverifikasi dan atau untuk penetapan
bahan acuan sekunder atau bahan kerja
 Harus dijaga untuk menjamin bahwa bahan tersebut dikemas,
disimpan, dan ditangani untuk mencegah deteriorasi
(meminimalkan pengaruh kelembaban, udara, panas, dan
cahaya)
Bahan Acuan Kerja atau
Bahan Acuan in house
9

 Diidentifikasikan sebagai bahan selain bahan acuan


bersertifikat yang juga digunakan sebagai bahan
acuan dalam analisis harian
 Bahan yang ditentukan sendiri oleh lab dapat
diidentifikasikan sebagi bahan acuan kerja
 Bahan acuan kerja harus ditangani sebagai bahan
acuan bersertifikat
 Harus dilakukan penetapan terhadap bahan acuan
kerja secara teratur untuk menjamin integritas yang
berlanjut
PERSYARATAN BAHAN ACUAN dan
CONTROL SAMPLE
10

 Bahan mempunyai matriks yang menyerupai bahan


alamiah/ bahan yang akan dianalisis
 Bahan mudah didapat dan murah
 Bahan cukup homogen dan stabil ditinjau dari
kandungan analitnya
 Bahan mengandung sejumlah memadai analit yang
akan diperiksa
 Bahan seminimal mungkin terkontaminasi
Kontrol Kualitas
11

 Kontrol kualitas bahan kontrol dilakukan dengan melakukan


pengujian homogenitas dan stablitas.
 Penentuan Homogenitas Bahan Kontrol
 Dilakukan dengan menghitung nilai F dan
membandingkannya pada nilai F table dengan tingkat
kepercayaan 95 %.
 Penentuan Stabilitas Bahan Kontrol
 Uji ini dilakukan untuk melihat stabilitas bahan kontrol
dengan cara melakukan pengujian pada waktu proses
pengepakan, pengiriman, dan pemeriksaan oleh peserta
dan selanjutnya data diuji dengan menghitung nilai t dan
membandingkannya terhadap nilai t table dengan tingkat
kepercayaan 95 %.
Homogenitas & Stabilitas
12

 Bahan kontrol harus homogen untuk satu periode


kontrol, proses pelarutan bahan kontrol harus dijaga
agar tidak terjadi variasi antar bahan kontrol
 Bahan cair mengurangi efek variasi, tapi biasanya
lebih mahal dan mengandung pengawet
 Bahan kontrol harus stabil untuk periode kontrol yang
akan dilakukan, biasanya setahun.
13
VIAL TO VIAL VARIABILITY
14

 Berkontribusi terhadap pengendalian mutu


 Bahan kontrol komersial biasanya dalam bentuk beku kering
yang harus di larutkan (SUMBER KESALAHAN)

 Sangat penting untuk membuat SOP rekonstitusi (standardize


the reconstitution step).
 Gunakan pipet volum klas A
 Air deionisasi (Tipe 1)
 Ikuti prosedur preparasi sesuai petunjuk pabrik ( cara dan waktunya)
TRUE VALUE / TARGET VALUE
15

 Assayed:
 Lebihmahal
 Keperluan akurasi dan presisi

 Unassayed:
 memerlukan kemampuan untuk menentukan nilai sendiri
 Mudah dibuat dan murah

 Biasa digunakan untuk kontrol harian


PENENTUAN TRUE VALUE ????...
16

 PABRIKAN
 PEER GROUP
 …..
Contoh True Value
17
18
Absorban Working Range

LOQ Kontrol Normal

Kontrol Patologis H

Kontrol Patologis L

Working Range
LOD

Konsentrasi
19
LEVEL ANALITIK
20

 Kadar bahan kontrol sebaiknya dipilih pada level


medical decision atau pada batas liniaritas
metode (working range)
 Dua atau 3 konsentrasi analit biasanya digunakan
dalam pengendalian kualitas
 Pemilihan level bahan kontrol akan memungkinkan
untuk menganalisa random error atau critical
concentration selama berada dalam prosedur yang
stabil
Reference
Test Units Decision Levels
21 Interval

ELECTROLYTES 1 2 3 4 5
Calcium mg/dL 9.0-10.6 7.0 11.0 13.5
Chloride mmol/L 98-109 90 112
CO2
mmol/L 23-30 6.0 20 33
Content

Magnesium mEq/L 1.2-2.4 1.2 2.0 5.0

mmol/L 0.6-1.2 0.6 1.0 2.5

Phosphorus mg/dL 2.5-5.0 1.5 2.5 5.0

Potassium mmol/L 3.7-5.1 3.0 5.8 7.5


Sodium mmol/L 138-146 115 135 150
22 Reference
Test Units Decision Levels
Interval
METABOLITES 1 2 3 4 5
Bilirubin mg/dL 0.1-1.2 1.4 2.5 20
Cholesterol mg/dL 150-275 90 240 260 350
Creatinine mg/dL 0.7-1.5 0.6 1.6 6.0
Glucose mg/dL 60-95 45 120 180
Iron ug/dL 50-165 50 220 400
Triglycerides mg/dL 20-180 40 150 400
Urea
Nitrogen mg/dL 8-26 6 26 50
(BUN)
Uric acid mg/dL 2.5-7.0 2.0 8.0 10.7
Reference
Test Units Decision Levels
23 Interval
PROTEINS and ENZYMES 1 2 3 4 5
Alanine
U/L 5-40 20 60 300
aminotransferase
Albumin g/dL 3.5-5.0 2.0 3.5 5.2
Alkaline phosphatase U/L 35-120 50 150 400
Amylase Somogyi U 60-180 50 120 200
Aspartate
U/L 8-40 20 60 300
aminotransferase
Carcinoembryonic
ng/mL <2.5 2.5 10 20
antigen
Creatine kinase U/L 10-180 100 240 1800
Glutamyl transferase U/L 5-40 20 50 150
Lactate
U/L 60-220 150 300 500
dehydrogenase
Total protein g/dL 6.0-8.0 4.5 6.0 8.0
Reference
Test Units Decision Levels
Interval
HORMONES 1 2 3 4 5
24
Cortisol in plasma ug/dL 7-20 @8am 5 10 18 25
Cortisol (Free) in urine ug/24 hrs 20-90 50 100

Follicle-stimulating hormone mIU/mL 2-15 Adult M 1 35 60

Follicular phase, Luteal


3-15 Adult F
phase
17-Hydroxycorticosteroids mg/24 hrs 3-10 3 15 20
17-Ketosteroids in urine mg/24 hrs 8-20 Adult M 20 25 40
5-15 Adult F
Luteinizing hormone mIUL/mL 5-25 Adult M 1 50 100
Follicular phase 5-30 Adult F
Metanephrine in urine mg/24 hrs <1.3 1.3 2.5
Prolactin ng/mL 1-20 M 30 100 300
1-25 F
Thyroxine ug/dL 5.5-12.5 5 7 10 14
Vanillymandelic acid in
mg/24 hrs <6.8 6.8 13
urine
Reference
Test Units Decision Levels
Interval
HEMATOLOGY RELATED TESTS
25
1 2 3 4 5
Antithrombin-III % of normal 80-120 50 75
Bleeding Time min 2.3-9.2 10 15
Fibrinogen in plasma mg/dL 200-400 30 100 500
Folate in serum ng/mL 2-15 1.5 4.0
Hematocrit L/L 0.43-0.51 M 0.14 0.33 0.56 0.70
0.38-0.46 F
Hemoglobin g/dL 14-17.8 M 4.5 10.5 17 23
12-15.6 F
Mean corpuscular volume fL (cu u) 84-96 80 100
Partial thromboplastin time sec 30 35 45 90
Plasminogen % 80-120 50 75 135
100
Platelet count K/uL 150-400 10 50 100 600
0
Prothrombin time sec 11.5 14 16 30
Vitamin B12 pg/mL 200-900 170 250 1200
White blood cell count K/uL 4-11 0.5 3 12 30
Theraputic
Test Units Decision Levels
Range
DRUGS 1 2 3 4 5
Amikacin ug/mL 20-30 (peak) 10 20 32
26 1-8 (trough)
Carbamazepine ug/mL 4-12 4 9 14
Digoxin ug/mL 0.9-2.0 1.0 1.6 2.5
Disopyramide ug/mL 2.5-5.0 2.5 4.5 7.0
Ethosuximide ug/mL 50-100 50 120
Gentamicin ug/mL 6-10 (peak) 0.5 2 6 12
0.5-1.5 (trough)
Kanamycin ug/mL 20-30 (peak) 10 20 32
1-8 (trough)
Lidocaine ug/mL 1.5-5.0 1.5 5.0 7.0
Lithium mmol/L 0.5-1.2 0.4 0.8 1.5
Phenobarbital ug/mL 15-40 15 30 60 120
Phenytoin ug/mL 10-20 10 20 50
Primidone ug/mL 5-12 5 9 12
Procainamide ug/mL 4-10 4 12 16
Quinidine ug/mL 2-5 2 5 7
Salicylates ug/mL 150-300 150 300 500
Theophylline ug/mL 10-20 asthma 10 20 35 60
5-10 neonatal apnea
Tobramycin ug/mL 6-10 (peak) 0.5 2 6 12
0.5-1.5 (trough)
Valproic acid ug/mL 50-100 50 90 120
Pemilihan Bahan Kontrol
27

 Pemilihan bahan kontrol harus merupakan bagian


dari proses perencanaan pengendalian mutu
 Pemilihan akan semakin komplek saat menentukan
kontrol material untuk analisa multiconstituent
 Pertimbangan lain dalam memilih bahan kontrol
adalah biaya, stabilitas, kemudahan penggunaan,
pengaruh matrik dan konsentrasinya
Control sample yang bisa diperoleh
28

 Bahan Acuan Bersertifikat (CRMs)


 Mempunyai tingkat akurasi yang tinggi, sangat mahal untuk
sehari-hari
 Bahan Acuan Tak Bersertifikat
 Hanya mempunyai nilai konsensus, masih cukup mahal
 Contoh dari Laboratorium (Dari analisis sebelumnya)
 Hanya mempunyai nilai yang diperoleh dari lab tersebut;
murah, mudah
Aplikasi di Lab Klinik
29

 Bahan kontrol komersial


 Assay
 Unassay

 Bahan kontrol non komersial


 Sample pasien
 Sample harian
 Pooled serum
 Hemolisat
 Data harian pasien
Sample Harian(1)
30

Asumsi :
 Banyak analit dalam sample pasien stabil sampai

waktu tertentu. Jadi pemeriksaan ulang pada


waktu yang berbeda seharusnya dapat
memberikan nilai yang mirip
Sample Harian(2)
Perlu batas besarnya d%

Spl A Spl A
 ALE, 2CV,Konsensus ,
Hari 1
dA%
Hari 2
TEa
Plotkan pd control chart

Spl B Spl B
dB%
Hari 1 Hari 2

Spl Z Spl Z
dz%
Hari 1 Hari 2 31
Pooled Serum
(Serum Gabungan)
32

 Kumpulkan sejumlah serum yang tidak infeksius,tdk ikterik, tdk


lisis, tdk lipemik sesuai dengan kebutuhan, disimpan dalam
refrigrator (Proses beku cair jangan terlalu sering)
 Cairkan kumpulan serum yang beku pada suhu kamar
 Homogenkan serum gabungan
 Sentrifuge serum gabungan untuk memisahkan bagian yg tdk
homogen
 Tambahkan pengawet Natrium azide dengan konsentrasi akhir
0,1%
 Distribusikan serum gabungan ke sejumlah wadah (eq: 100
vial)dengan volume secukupnya
 Simpan semua serum gabungan dalam refrigrator
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara
uji F untuk memastikan bahwa bahan kontrol
yang dibuat homogen.

33
Uji Homogenitas
34

Dari sejumlah bahan PME diambil secara acak 10


wadah. Setiap wadah diperiksa secara duplo,
kemudian dihitung nilai variansi dari pengambilan
contoh (sampling) (Ss2), dan variansi dari
keberulangan analisis (Sa2). Kedua nilai tersebut
masing-masing diperoleh dari MSB (Mean Square
Between) dan MSW (Mean Square Within)
35

HOMOGENITAS (KRITERIA 1)

 ai  bi   X   ai  bi   X  
2 2
ai  bi ai  bi
MSB = MSW=
2n  1 2n

MSB
Fhitung =
MSW
F hitung kemudian dibandingkan dengan F table
F hitung < F table artinya contoh Homogen
F hitung > F table artinya contoh tidak homogen
36
37
38
39
Kriteria 2 untuk Homogenitas
40

Melalui persamaan :
Ss < 0,5 SD Horwitz
Ss adalah simpangan baku sampling yang
diperoleh dari persamaan :
Ss = √((MSB-MSW)/2)
dan SD Horwitz = KVHorwitz x Rerata
KVHorwitz = 2 1-0,5 logC
Contoh perhitungan kriteria 2 untuk
Homogenitas
41

Menggunakan contoh data glukosa :


Variasi sampling = (MSB-MSW)/2 = 0,4125
SD Sampling = 0,64226
Rerata = 94,0 mg/dl
Fraksi Konsentrasi = 0,94 mg/ml
Log C = 1,97336
0,5 Log C = 0,98668
1- 0,5 Log C = 0,01332
KVp = 2.11542
SDp = 1,98955
0,5 SDp = 0,99477
SD sampling < SDp
Jadi Contoh adalah Homogen
Uji Stabilitas
Uji ini dilakukan untuk melihat stabilitas
bahan kontrol dengan cara melakukan
pengujian pada waktu proses pengepakan,
pengiriman, dan pemeriksaan oleh peserta
dan selanjutnya data diuji dengan cara uji t

42
STABILITAS
43

 Perhitungan Stabilitas :
 Dilakukan Uji t (student), untuk melihat apakah
kedua jumputan data adalah sama atau mungkin
berbeda nyata.
 Data 1 ; nH, XH dan SH2 (Dari uji homogenitas)
 Data 2 ; ns, Xs dan Ss2 (dari analisis yang baru
dilakukan)
XH  Xs nH  nS
Rumus : thit =
S nH  nS

H  X  X 2
 S ( X  X ) 2

S=
nH  nS  2

t hitung kemudian dibandingkan dengan t table


t hitung < t table artinya contoh Stabil
t hitung > t table artinya contoh tidak Stabil

44
45

Anda mungkin juga menyukai