OLEH :
Infeksi pylori
Obat : NSAID, aspirin
Jenis kelamin laki-laki
Pertambahan usia
Adanya komorbiditas : gangguan cemas
menyeluruh, schizophrenia, penyakit paru obstruktif kronis
Alkoholisme kronik
Merokok
B. Faktor Risiko Rekurensi Ulkus Peptikum
Pertambahan usia
Obat : NSAID, aspirin, antikoagulan, imunosupresan, kortikosteroid
(misal : prednison)
Infeksi pylori
Ukuran ulkus > 1 cm
Kelas Forrest I (ulkus peptikum dengan perdarahan aktif), dan II
(ulkus peptikum dengan riwayat perdarahan dalam waktu dekat)
Sindrom Zollinger-Ellison
C. Faktor Risiko Mortalitas Ulkus Peptikum
Pertambahan usia
Komorbiditas
Penggunaan steroid
Keadaan klinis : syok, kadar Hb rendah saat masuk rumah
sakit, tekanan darah rendah, keterlambatan penanganan
PATOGENESIS
Patogenesis ulkus peptikum beragam dan belum diketahui
seluruhnya. Umumnya terjadi akibat sekresi asam yang
berlebihan dan gangguan ketahanan integritas mukosa,
sehingga terjadi difusi balik ion H dari lumen usus masuk
kedalam mukosa. Mekanisme keseimbangan antara factor
agresif (perusak) dan factor defensit (ketahanan mukosa)
sangat penting untuk mempertahankan fungsi dan integritas
saluran cerna. Factor agresif yang utama adalah asam
lambung dan pepsin. Factor defensif yang berperan adalah
mucous barrier (mucus dan bikarbonat), mucosal
resistance barrier (resistensi mukosa), microcirculation
(aliran darah mukosa) dan prostaglandin
Patogenesis terjadinya ulkus peptikum oleh Helicobacter
pylori berhubungan dengan apa yang dimiliki bakteri
tersebut (urease, flagela, adhesin) dan faktor virulensi dari
bakteri itu (lipopolisakarida dan sitotoksin), yang akan
merangsang respon imun penderita sehingga menimbulkan
kerusakan epitel dan menyebabkan ulkus peptikum
Patogenesis penyakit ulkus peptikum merupakan suatu
proses kompleks dan multi-faktorial yang terjadi akibat
ketidakseimbangan antara faktor perusak (asam
hidroklorat, pepsin, etanol, asam empedu, obat-obatan,
infeksi bakteri H. pylori) dan faktor pelindung (lapisan
mukus bikarbonat, prostaglandin, aliran darah dan
perbaikan selular)
PATOFISIOLOGI
Sekitar 20-30 % dari prevalensi ulkus peptikum ini
terjadi akibat pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS) terutama yang nonselektif. OAINS digunakan
secara kronis pada penyakit-penyakit yang didasari inflamasi
kronis seperti osteoathritis. Pemakaian OAINS dalam jangka
waktu lama semakin meningkatkan risiko terjadi ulkus
peptikum. Pada lambung normal, terdapat dua mekanisme
yang bekerja dan mempengaruhi kondisi lambung, yaitu
faktor pertahanan (defense) lambung dan faktor perusak
(aggressive) lambung. Kedua faktor ini, pada lambung sehat,
bekerja secara seimbang, sehingga lambung tidak mengalami
kerusakan/luka.
1. Faktor perusak lambung meliputi lapisan :
a) pre-epitel
b) Epitel
c) post epitel
PEMERIKSAAN PATOLOGI
1. Endoskopi
2. Secara umum pasien tukak gaster mengeluh dispepsia
3. Diagnosis tukak peptik biasanya dipastikan dengan pemeriksaan
barium radiogram