Anda di halaman 1dari 5

Nama : Balgis Yulia Anggraini

NIM : 142210101031

Kelas : B (Genap)

Mata Kuliah : Farmakoterapi 1

Peptic Ulcer Disease (Ulkus Peptikum)

Ulkus peptikum adalah penyakit yang berbeda dengan gastritis dan erosi pada membran
mukosa. Namun ulkus peptikum secara umum dapat digolongkan kedalam penyakit pada
saluran gastrointestinal atas yang berhubungan dengan sekresi asam lambung bersama
gastritis dan erosi lambung. Ada 3 kategori ulkus peptikum yaitu:

a. ulkus peptikum yang berhubungan dengan infeksi bakteri Helicobacter pylori


(HP)
b. Ulkus peptikum akibat induksi dari obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (AINS)
c. ulkus peptikum akibat stres/ketegangan ulkus atau stress-related mucosa damaged
(SRMD) yaitu stres ulkus yang diakibatkan kerusakan mukosa.

1. Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara faktor-faktor agresif


(asam klorida/asam lambung dan pepsin) dengan faktor pertahanan mukosa. Mekanisme
pertahanan dan perbaikan mukosa melindungi mukosa gastroduodenum dari pengaruh bahan
eksogen maupun endogen. Mekanisme pertahanan mukosa meliputi: sekresi lendir dan
bikarbonat, pertahanan sel epitel intrinsik, dan aliran darah mukosa. Kekentalan dan PH
netral dari barier lendir-bikarbonat melindungi isi perut dari pengaruh asam dalam lumen
perut. Pemeliharaan mukosa dimediasi oleh pembentukan prostaglandin,hal ini sering disebut
dengan istilah sitoproteksi. Hiperemia lambung dan peningkatan sekresi prostaglandin
menunjukan adanya sitoproteksi adaptif, suatu bentuk adaptasi jangka pendek sel mukosa
terhadap iritasi lokal yang terjadi. Perubahan dalam pertahanan mukosa yang disebabkan oleh
HP atau NSAID merupakan kofaktor penting terbentuknya ulkus peptikum. NSAID dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan mukosa lambung melalui dua mekanisme:

a. Iritasi langsung topikal pada epitelium lambung


b. Penghambatan sintesa prostaglandin endogen.

2. Tanda dan Gejala

Presentasi klinis (tanda dan gejala) penyakit ulkus peptikum bervariasi tergantung pada
tingkat keparahan nyeri abdominal dan ada tidaknya komplikasi yang menyertainya. Namun
secara umum, ulkus peptikum akan ditandai dengan adanya rasa nyeri epigastrik.

Gejala:
a. Nyeri abdomen yang sering terasa seperti rasa terbakar, kembung, perasaan perut
penuh
b. Nyeri nokturnal atau rasa nyeri pada malam hari umumnya antara pukul 12 malam
hingga 3 pagi

c. Tingkat keparahan nyeri akibat ulkus bervariasi pada beberapa pasien, dan
mungkin bersifat musiman terutama pada penderita yang tinggal dinegara empat
musim. Episode nyeri dapat berlangsung dalam beberapa minggu yang diikuti
dengan periode bebas nyeri dalam kurun waktu mingguan hingga tahunan.

d. Adanya perubahan karakter nyeri dapat menunjukan adanya komplikasi

e. Mulas, bersendawa, dan kembung yang sering disertai rasa nyeri

f. Mual, muntah dan anoreksia lebih sering terjadi pada pasien ulkus lambung
dibanding ulkus duodenum

Tanda:
a. Penurunan berat badan sebagai konsekuensi dari gejala mual, muntah dan
anoreksia
b. Ditemukannya komplikasi seperti pendarahan, perforasi, penetrasi dan obstruksi

c. minuman kopi, teh, cola, bir, susu, dan rempah-rempah mungkin menyebabkan
dispepsia tapi tidak meningkatkan risiko ulkus peptikum. konsumsi alcohol dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan mukosa lambung dan
perdarahan GI atas.

3. Etiologi dan Faktor Resiko


Pada umumnya ulkus peptikum terjadi karena kehadiran asam, HP atau faktor-faktor lain
yang mengacaukan pertahanan mukosa dan proses penyembuhan normal. Hipersekresi asam
adalah mekanisme pathogenik utama yang menyebabkan terjadinya hipersekresi ZES. Lokasi
terjadinya ulkus (luka) sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor etiologinya. Ulkus lambung
jinak dapat terjadi dimana pun pada bagian perut, namun bagian yang paling sering adalah
kurvatura minor. Ulkus duodenum lebih sering terjadi di bagian pertama duodenum.

Infeksi Helicobacter pylori


Pada semua individu, infeksi Helicobacter pylori (HP) menyebabkan gastritis kronis yang
lebih lanjut dapat menyebabkan penyakit ulkus peptikum, kanker lambung, dan limpoma
jaringan mukosa yang berhubungan dangan limfoid (MALT).

Obat Antiinflamasi nonsteroid (NSAID)


NSAID merupakan golongan obat yang paling sering diresepkan terutama pada pasien
lanjut usia. Terdapat banyak bukti yang menunjukan penggunaan NSAID kronis berhubungan
dengan terbentuknya berbagai luka/ulkus pada saluran pencernaan. Pendarahan lambung
subepitel terjadi sekitar 15-30 menit setelah menelan obat ini. Ulkus peptikum akibat induksi
NSAID akan semakin parah dan memungkinkan terjadinya berbagai komplikasi bila terdapat
faktor-faktor resiko berikut:
a. Faktor resiko independen: usia lebih dari 60 tahun, riwayat ulkus peptikum
sebelumnya, riwayat pendarahan saluran gastrointestinal atas, sedang menjalani
terapi kortikosteroid, penggunaan beberapa NSAID dalam dosis tinggi,
penggunaan antikoagulan atau koagulopati, kerusakan organ kronis (misalnya;
gagal jantung atau gagal ginjal)
b. Faktor resiko pendukung: penggunaan NSAID yang berhubungan dengan
dispepsia, durasi penggunaan NSAID, infeksi HP, reumatoid arthritis.

c. Faktor resiko lain yang masih diragukan kebenarannya: kebiasaan merokok dan
atau konsumsi alkohol.

4. Terapi dan Diagnosa


Dalam penentuan diagnosa ulkus peptikum, maka perlu dilakukan sejumlah pemeriksaan,
diantaranya:
a. Data pengujian asam lambung
b. Pengujian konsentrasi gastrin lambung puasa, bila pasien tidak responsif terhadap
terapi yang telah diberikan, atau pada pasien yang diduga mengalami hipersekresi
gastrin

c. Pasien ulkus peptikum akan menunjukan hasil pengujian hematokrit dan


hemoglobin yang rendah bila disertai dengan pendarahan, dan hasil tes hemmocult
terhadap tinja positif

d. Uji Helicobacter pylori

e. Serat optik diatas endoskopi (eshophagogastroduodenoscopy), pemeriksaan ini


dapat mendeteksi lebih dari 90% pasien ulkus peptikum dan memungkinkan untuk
inspeksi, biopsi, visualisasi erosi superfisial, situs pendarahan aktif secara
langsung.

f. Radiografi dengan kontras barium tunggal rutin dapat mendeteksi 30% ulkus
peptikum dan dengan kontras ganda dapat mendeteksi 60-80% ulkus peptikum

Pendekatan Umum Terapi Ulkus Peptikum


Terapi penyakit ulkus peptikum pada dasarnya adalah dengan membasmi
pertumbuhan HP dan mengurangi resiko ulkus akibat AINS. Obat-obatan yang berupa
antibiotika (klaritromisin, metronidazole, amoksisilin dan garam-garam bismut) dan
antisekretori seperti pompa proton inhibitor (PPIs) dan H2 Reseptor antagonist (H2RAs)
digunakan untuk meringankan dan menyembuhkan ulkus serta membasmi bakteri HP.
PPIs dan H2RAs serta sukralfat digunakan untuk terapi ulkus akibat induksi NSAID
dan terbukti negatif infeksi HP, namun pasien dengan terapi ini beresiko tinggi mengalami
kekambuhan ulkus jika penggunaan NSAID terus berlanjut. Terapi pendukung untuk
profilaksis ulkus pada pasien pengguna AINS dapat berupa PPIs atau misoprostol. Mengganti
jenis NSAID nonselektif dengan NSAID yang selektif COX-2 juga terbukti efektif dalam
mengurangi dan mencegah ulkus akibat induksi NSAID.
Modifikasi diet bagi orang-orang yang kurang mampu mentoleransi makanan tertentu
juga perlu dilakukan disamping perlunya melakukan modifikasi gaya hidup seperti
mengurangi stres, mengurangi/menghilangkan kebiasaan merokok.
Terapi Nonfarmakologi
1. Mengurangi/menghilangkan stres psikologis, kebiasaan merokok dan penggunaan
NSAID
2. Menghindari makanan/minuman tertentu yang dapat merangsang ulkus seperti
makanan pedas, kafein dan alkohol

3. Mengganti penggunaan NSAID nonselektif dengan asetaminofen, salisilat


takterasetilasi (misal salsalat) atau NSAID selektif COX-2 untuk mengatasi timbulnya
rasa nyeri

4. Dalam kondisi tertentu, ulkus peptikum memerlukan tindakan pembedahan

Terapi Farmakologi
1. Ulkus lambung dan duodenum (aktif ataupun tak aktif), termasuk pada kondisi ulkus
yang parah dan berkomplikasi, dan sebagai tindak lanjut dari tindakan operasi ulkus
peptikum
2. Lymphoma jaringan limfoid yang berhubungan dengan mukosa (MALT)

3. Perubahan mukosa atrofik lambung (gastritis atrofik)

4. Pasca reseksi kanker lambung

5. Pasien terinfeksi atau beresiko terinfeksi HP

6. Pengguna NSAID

7. Dispepsia nonulkus

8. Pasien dengan penyakit refluks gastroeshophageal yang menerima terapi PPIs jangka
panjang

Anda mungkin juga menyukai