Anda di halaman 1dari 29

Mayat seorang laki-laki ditemukan pada sebuah rumah.

Oleh anggota
kepolisian, mayat tersebut dibawa ke RS untuk dilakukan otopsi.
- ASPEK HUKUM
- MEDIKOLEGAL

PRIMER
IDENTIFIKASI
KORBAN
SEKUNDER

THANATOLOGI
RUMUSAN
&
MASALAH TRAUMATOLOGI SEBAB
KEMATIAN PEMERIKSAAN

MEKANISME - LUAR
AUTOPSI
KEMATIAN - DALAM

CARA
KEMATIAN
VISUM ET
REPERTUM
Medikolegal
Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan berbagai
aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum. Secara garis
besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter
dan etika kedokteran.

• VeR

• Pemberi keterangan

• Penerbitan surat kematian


Aspek Hukum
Kewajiban dokter membantu peradilan
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan maupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayatdan atau pemeriksaan bedah
mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan cap jabatan yang dilekatkanpada ibu jari kaki atau bagian lain badan
mayat.
Pejabat yang berwenang meminta Visum et Repertum

Pasal 133 KUHAP mengatakan yang berwenang adalah penyidik, dan


menurut pasal 6 (1) kuhap, penyidik adalah

1. Pejabat polisi negara Republik Indonesia

2. Pejabat PNS tertentu yang diberikan wewenang

Tetapi, yang membutuhkan Visum et Repertum adalah kasus pidana umum,


sehingga penyidiknya adalah penyidik polisi dan penyidik pembantu. Jadi,
penyidik PNS tidak berwenang untuk meminta Visum et Repertum.
PP NO 27 TAHUN 1983

PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983

(2) Penyidik adalah:

Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat


Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur Dua)

PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983

(2) Penyidik pembantu adalah:

Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurangkurangnya berpangkat Sersan Dua polisi;

Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a)


atau yang disamakan dengan itu.
Permintaan Sebagai Saksi Ahli

Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan
sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
Sanksi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter
Pasal 216 KUHP
(1) Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa
dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan
guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut
ketentuan undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi
tugas menjalankan jabatan umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka
pidananya dapat ditambah sepertiga.
• Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
• Pasal 224 KUHP
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
juru bahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut
undang-undang ia harus melakukannnya:
Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9
bulan.
Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.
• Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa,
tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah.
Pemeriksaan Kelengkapan
administrasi
Jika pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu prosedur rutin di rumah sakit:
 Berkas rekam medis, yang dicocokkan dengan identitas jenazah
 Lembar persetujuan pemeriksaan luar jenazah oleh keluarga (disesuaikan dengan SOP rumah
sakit)

Jika pemeriksaan dilakukan berdasarkan permintaan penyidik:


 Berkas rekam medis (jika sebelumnya pasien pernah dirawat di rumah sakit)
 Surat permintaan pemeriksaan jenazah (Surat Permintaan Visum) dari penyidik
 Pemeriksaan dilakukan terhadap jenazah yang ditunjukkan oleh penyidik
 (penyidik bertanggung jawab untuk menunjukkan/mengidentifikasi jenazah yang dimaksud)
Pemeriksaan Tanatologi
Tanatologis adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan
perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan
tersebut.

Mati Somatis Mati Suri Mati Seluler Mati serebral Mati Otak

•Terhentinya •Terhentinya •Kematian organ •Kerusakan •Atau mati batang


SSP, ketiga sistem atau jaringan kedua hemisfer otak
Kardiovaskular, kehidupan yang tubuh yang otak kecuali •Kerusakan
dan respirasi ditentukan dgn timbul beberapa batang otak dan neuronal
alat kedokteran saat setelah serebelum intracranial yang
sederhana kematian ireversibel,
somatis termasuk batang
otak dan
serebelum.
Tanatologi – Tanda Tidak Pasti Mati
Tanda kematian tidak pasti:

 Pernapasan berhenti, dinilai selama > 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

 Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

 Kulit pucat (mungkin juga terjadi akibat adanya spasme agonal).

 Tonus otot menghilang dan relaksasi.

 Segmentasi pembuluh darah retina.

 Kekeruhan pada kornea.


Tanatologi – Tanda Pasti Mati
Tanda pasti kematian:

 Lebam mayat (livor mortis)

 Kaku mayat (rigor mortis)

 Keadaan yang menyerupai : cadaveric spasm, heat stiffening, dan cold stiffening

 Penurunan suhu tubuh (algor mortis)

 Pembusukan

 Adiposera

 Mumifikasi
Lebam Mayat Vs. Luka Memar

Lebam mayat Luka memar

Lokasi Bagian tubuh terendah Sembarang tempat

Bila ditekan Biasanya hilang Tidak hilang

Pembengkakan Tidak ada Ada

Bila di iris dan disiram air Hilang Tidak hilang

Tanda intravital Tidak ada Ada


Tidak
Hilang
Tekan
Perkiraan Saat Mati
 Perubahan pada mata

 Perubahan dalam lambung

 Perubahan rambut

 Perubahan kuku

 Perubahan dalam cairan serebrospinal

 Perubahan kadar komponen darah

 Reaksi supravital
Pemeriksaan Traumatologi
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka
dan cedera serta hubungannya dengan berbagai
kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksud dengan
luka adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh
akibat kekerasan.
No. Mekanik Fisika Kimiawi

1. Kekerasan oleh benda tumpul Suhu Asam kuat

2. Kekerasan oleh benda tajam Listrik Basa kuat

3. Tembakan senjata api Petir

4. Perubahan tekanan udara

5. Akustik

Radiasi
Pemeriksaan Luar
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk
kepentingan forensik, pemeriksaan harus dilakukan
dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang telihat,
tercium maupun teraba, baik terhadap benda yang
menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu dan lain-lain
juga terhadap tubuh mayat itu sendiri.
Pemeriksaan Luar – Hasil Temuan
1. Tidak terdapat tanda pengenal

2. Mayat sudah membusuk lanjut

3. Selanjutnya ditemukan satu luka terbuka dengan tepi rata pada dada kiri

4. Dua luka terbuka pada lengan bawah kanan sisi luar

5. Satu luka memar pada pipi kanan, satu luka memar pada kepala bagian
belakang

6. Luka lecet berwarna putih pada punggung jari-jari kaki kanan dan kiri
Pemeriksaan Dalam
• Pemeriksaan dalam bisa dilakukan dengan beberapa cara
seperti insisi I, insisi Y dan insisi melalui lekukan
suprasternal menuju simphisis pubis.

• Pemeriksaan organ atau alat tubuh biasanya dimulai dari


lidah, kerongkongan, batang tenggorok, paru, jantung, ginjal,
hati, limpa, lambung dan seterusnya sampai meliputi seluruh
alat tubuh. Otak biasanya diperiksa terakhir.
Pemeriksaan Dalam – Hasil Temuan
Pada kasus tersebut, pemeriksaan dalam ditemukan adanya:

1. Resapan darah pada kulit kepala bagian dalam sisi


belakang; merupakan tanda intravital menandakan bahwa
luka tersebut terjadi sebelum kematian

2. Dinding depan jantung terpotong dimana jantung


merupakan kerusakan organ paling fatal yang bisa
menyebabkan kematian.

3. Organ lain normal.


Visum et Repertum
Visum et Repertum terdiri dari 5 bagian, yaitu

1. Projustitia

2. Pendahuluan

3. Pemberitaan

4. Kesimpulan

5. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan temuan disimpulkan bahwa jasad terssebut mengalami
pembunuhan, dengan bukti berupa luka tumpul dan tajam, dalam hal ini
peranan dokter harus mengetahui kewajiban yang berladaskan hukum yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai