Anda di halaman 1dari 55

UJI EFEKTIVITAS DAYA HAMBAT

CAMPURAN EKSTRAK BAWANG BOMBAI


(Allium cepa)
DAN HIDROGEN PEROKSIDA PADA
PERBANDINGAN KONSENTRASI 5%, 10%,
DAN 20% (W/V) BANDING 1%,
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Pseudomonas aeruginosa
SKRIPSI
MONICA ARTHA / 1502005168
• Ruang lingkup
• Rancangan
• Bakteri P. aeruginosa • Sampel
• Infeksi bakteri P. aeruginosa • Alat
• Bawang bombai • Besar pengulangan
• Flavonoid • Prosedur
• H2O2 • Variabel
• Analisis data
BAB I BAB III

BAB II BAB IV
• Latar belakang
• Rumusan Masalah
• Tujuan
• Manfaat
• Kerangka berpikir
• Kerangka konsep
BAB V BAB VII

BAB VI
• Larutan campuran
• Pengaruh larutan campuran
• Uji statistik
• Kesimpulan
• Saran
I

PENDAHULUAN
Latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
Infeksi Nosokomial

Multi-Drug Resistant P. aeruginosa

Bakteri kausa pada sebanyak


10 – 20% kasus

Bassetti M, Vena A, Croxato A, Righi E, Guery B. (2018) ‘How to manage Pseudomonas aeruginosa infections’, Drugs in Context [online]. Available at: 10.7573/dic.212527 (Accessed: 30
August 2019)
Driscoll JA, Brody SL, Kollef MH. (2007) ‘The epidemiology, pathogenesis and treatment of Pseudomonas aeruginosa infections’, Drugs, 67(3), p.351-68. 1.1 LATAR BELAKANG
Gellatly SL, Hancock REW. (2013) ‘Pseudomonas aeruginosa: new insights into pathogenesis and host defenses’, Pathogens and Disease, 67, p.159-73.
Japoni A, Farshad S, Alborzi A. (2009) ‘Pseudomonas aeruginosa: burn infection, treatment, and antibacterial resistance’, Iranian Redn Crescent Mednical Journal, 11(3), p.244-53.
Sulfur agen antimikrobial

Flavonoid atribut anti-oksidatif, anti-inflamasi, dll


dapat memodulasi fungzi enzim-enzim seluler

10.7% (w/v) 1 Imipenem


%

Hamad MO. (2016) ‘Effect of onion extract and hydrogen peroxide on Pseudomonas aeruginosa isolated from urinary tract infection’, BSSMU J, 9, p.205-07.
Panche AN, Diwan AD, Chandra SR. (2016) ‘Flavonoids: an overview’, J Nut Sci, 5(47), p.1-15.
Yousuf MN, Akter S, Haque MI, Mohammad N, Zaman MS. (2013) ‘Compositional nutrient diagnosis (CND) of onion (Allium cepa L.)’, Bangladesh J Agril Res,
1.1 LATAR BELAKANG
38(2), p.271-87.
Apakah campuran ekstrak bawang bombai
(Allium cepa) dan hidrogen peroksida pada
perbandingan konsentrasi:

5% 10% 20%
(w/v)
(w/v) (w/v)

dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa?

[No citation] 1.2 RUMUSAN MASALAH


KHUSUS

UMUM Untuk mengetahui efektivitas daya hambat


campuran ekstrak bawang bombai (Allium
cepa) dan hidrogen peroksida terhadap
Mengetahui efektivitas daya pertumbuhan bakteri Pseudomonas
hambat campuran ekstrak aeruginosa pada perbandingan
bawang bombai (Allium cepa) konsentrasi:
dan hidrogen peroksida
terhadap pertumbuhan
bakteri P. aeruginosa pada 5%
perbandingan konsentrasi (w/v) 20%
yang berbeda-beda 10% (w/v)
(w/v)

[No citation] 1.3 TUJUAN PENELITIAN


AKADEMIS PRAKTIS

Menambah pengetahuan Dapat dikembangkan oleh


bagi pendidik dan peserta masyarakat sebagai alternatif
didik, dalam mengobati infeksi P.
serta menjadi sumber data aeruginosa
dan referensi selanjutnya
terkait
kegunaan campuran bawang
bombai (Allium cepa) dan
hidrogen peroksida untuk
menghambat pertumbuhan
P. aeruginosa

[No citation] 1.4 MANFAAT PENELITIAN


II

TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri dan infeksi P. aeruginosa, bawang bombai, flavonoid
dan hidrogen peroksida
• Gram negatif berbentuk batang, berukuran sekitar
0.6 x 2 µm

• Motil, aerobik

• Ditemukan pada tanah dan permukaan air, serta


merupakan patogen oportunistik

• Terdapat pada daerah-daerah lembab rumah sakit

• Patogen penting penyebab infeksi nosokomial

• Mampu memproduksi pigmen-pigmen larut air

• Dapat berupa singular, berpasangan, atau berbentuk


rantai pendek

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. (edns.) (2007). Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Mednical Microbiology. 24th edn. New York: The McGraw-Hill
Companies, Inc. 2.1 BAKTERI P. Aeruginosa
Gellatly SL, Hancock REW. (2013) ‘Pseudomonas aeruginosa: new insights into pathogenesis and host defenses’, Pathogens and Disease, 67, p.159-73.
TAKSONOMI
Divisi : Proteobacteria
Ordo : Gamma Proteobacteria
Kelas : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas aeruginosa

Peix A, Ramirez-Bahena MH, Velazquez E. (2009) ‘Historical evolution and current status of the taxonomy of genus Pseudomonas’, 2.1 BAKTERI P. Aeruginosa
Infection, Genetics and Evolution, 9(6), p.1132-47.
Dari keseluruhan kasus
11-
13.8 Merupakan bakteri penyebab
%
infeksi nosokomial secara umum

Dari keseluruhan kasus


13.2-
22.6 Merupakan bakteri penyebab
%
infeksi nosokomial pada Unit
Perawa tan Intensif

Dari keseluruhan kultur


57.3
Ditemukan P. aeruginosa pada
%
k u l t u r pa si en c y st ic f i b rosi s

Driscoll JA, Brody SL, Kollef


Peix A, Ramirez-Bahena MH,MH.
Velazquez
(2007) ‘The
E. (2009)
epidemiology,
‘Historicalpathogenesis
evolution andand
current
treatment
statusofofPseudomonas
the taxonomy aeruginosa
of genus Pseudomonas’,
infections’, Drugs, 2.2 EPIDEMIOLOGI
2.1 BAKTERI P. Aeruginosa
Infection,
67(3), p.351-68.
Genetics and Evolution, 9(6), p.1132-47.
• Memanfaatkan kerusakan mekanisme pertahanan
inangnya untuk memulai proses infeksi

• P. aeruginosa akan menempel dan mengoloni


membran mukosa atau kulit, menginvasi secara lokal,
kemudian menginfeksi secara sistemik

• LPS berfungsi sebagai proteksi endotoksik bakteri

• Pili (fimbriae) membantu bakteri berikatan dengan sel


epitel inang

• Memproduksi berbagai enzim ekstraseluler

• Eksotoksin A dapat menyebabkan nekrosis jaringan

Driscoll GF,
Brooks JA, Brody
CarrollSL,
KC,Kollef
ButelMH.
JS, Morse
(2007) SA.
‘The(edns.)
epidemiology,
(2007). Jawetz,
pathogenesis
Melnick,
and& treatment
Adelberg’sofMednical
Pseudomonas
Microbiology.
aeruginosa
24thinfections’,
edn. New York:
Drugs, 2.2
2.3
EPIDEMIOLOGI
PATOGENESIS
67(3),
The McGraw-Hill
p.351-68. Companies, Inc.
• Tumbuh baik pada suhu 37 - 42oC

• Pertumbuhannya pada suhu 42oC membantu peneliti


membedakan spesies Pseudomonas lain dalam grup yang sama

• Oksidase-positif, tidak mengfermentasikan karbohidrat, namun


beberapa strain mengoksidasi glukosa

• Identifikasi bakteri didasarkan pada: morfologi koloni, positivitas


oksidase, keberadaan pigmen-pigmen yang khas, dan
pertumbuhan pada suhu 42oC

• Obligat aerob, terkadang mengeluarkan bau manis seperti anggur


atau taco jagung. Beberapa strain dapat menghemolisis darah

• Membentuk koloni bulat halus dengan warna hijau berpendar


karena memproduksi pigmen pyoverdin

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. (edns.) (2007). Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Mednical Microbiology. 24th edn. New York: 2.4 KARAKTERISTIK
The McGraw-Hill Companies, Inc.
• Tanda dan gejala tidak spesifik

• Dapat menyebabkan: meningitis, infeksi saluran kemih,


pneumonia nekrotikans

• Pada bayi atau pasien dengan kelemahan, dapat


menyebabkan sepsis fatal

• Pada kulit pasien yang sepsis karena infeksi P.


aeruginosa, dapat ditemukan nekrosis hemoragik serta
lesinya, ecthyma gengrenosum & dikelilingi kemerahan

• Lesi echtyma gangrenosum jarang ditemukan pada


pasien bakteremia dengan organisme kausa selain P.
aeruginosa

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. (edns.) (2007). Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Mednical Microbiology. 24th edn. 2.5 MANIFESTASI
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
KLINIS
DIAGNOSIS PENGOBATAN

Spesimen dari lesi kulit, nanah, urin, darah, cairan Tidak dianjurkan monoterapi
spinal, sputum, dll. diambil sesuai tanda dan gejala
infeksi Ticarsilin atau piperasilin sering dikombinasi
dengan aminoglikosida
Pada hapusan akan tampak bakteri gram negatif
berbentuk batang Obat-obatan lain yang aktif terhadap P.
aeruginosa: aztreonam, imipenem,
Pada tes kultur, spesimen diuji pada agar darah dan ciprofloxacin
media-media lain. P. aeruginosa tidak
mengfermentasikan laktosa Ceftazidime umum digunakan sebagai obat
terapi primer
Kultur merupakan tes yang spesifik guna
mendiagnosa infeksi P. aeruginosa Tes sensitivitas dilakukan u/ menyesuaikan
obat mana yang terbaik dalam mengobati
infeksi

Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. (edns.) (2007). Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Mednical Microbiology. 24th edn. New York: 2.6 DIAGNOSIS
The McGraw-Hill Companies, Inc. 2.7 PENGOBATAN
• Terdiri dari: dedaunan, bulbus, dan akar

• Kaya akan flavonoid, sulfur (agen antimikrobial), nitrogen, fosfor,


kalium, mikronutrien lain, dan fitonutrien

• Sub-kelas flavonol paling banyak terdapat pada bawang bombai


(280 – 400 mg/kg). Kadar flavonol pada bawang bombai ini
terbilang lebih tinggi dibandingkan jenis tumbuhan lain seperti
brokoli (100 mg/kg) atau apel (50 mg/kg).

• Fruktooligosakarida memiliki efek prebiotik

• Piruvat menghasilkan ketajaman pedas pada bawang bombai

• Rasa pada bawang bombai dihasilkan oleh reaksi spontan asam


sulfenik, yang selanjutnya akan menjadi senyawa sulfur

Budantsev AY. (2013) ‘The growth of roots and green leaves of Allium cepa L. after the removal of different parts of the bulb’, Am J Plant Sci, 4, p.972-75.
Liguori L, et al. (2017) ‘Chemical composition and antioxidant properties of five white onion (Allium cepa L.) landraces’, Journal of Food Quality [online]. Available at: 10.1155/2017/6873651
(Accessed 30 August 2019)
Panche AN, Diwan AD, Chandra SR. (2016) ‘Flavonoids: an overview’, J Nut Sci, 5(47), p.1-15.
2.8 BAWANG BOMBAI
Yousuf MN, Akter S, Haque MI, Mohammad N, Zaman MS. (2013) ‘Compositional nutrient diagnosis (CND) of onion (Allium cepa L.)’, Bangladesh J Agril Res, 38(2), p.271-87.
TAKSONOMI
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Alliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium cepa

Budantsev AY. (2013) ‘The growth of roots and green leaves of Allium cepa L. after the removal of different parts of
the bulb’, Am J Plant Sci, 4, p.972-75.
2.8 BAWANG BOMBAI
Terhadap bakteri Gram-negatif:
• Merupakan kandungan fenolik utama pada
bawang bombai
• Flavonoid akan mendenaturasi protein
• Melindungi tanaman dari berbagai stres biotik dan Denaturasi tersebut akan mengentikan aktivitas
abiotik, serta berfungsi sebagai filter UV dan agen metabolisme sel bakteri ---> kematian sel bakteri

• Memiliki potensi anti-oksidatif dan anti-inflamasi • Flavonoid menghambat metabolisme lipid


Sehingga menghambat biosintesis lipopolisakarida
• melawan radikal bebas dengan tiga mekanisme (LPS) pada dinding sel bakteri ---> kematian sel
utama, yaitu: bakteri
a. transfer atom hidrogen
b. transfer elektron
c. serta kombinasi keduanya

Lee KA, Moon SH, Kim KT, Mendonca AF, Paik HD. (2009) ‘Antimicrobial effects of various flavonoids on Eschericia coli O157:H7 cell growth and lipopolysaccharide production’, Food Sci Biotechnol, 19(1), p.257-61.
Liguori L, et al. (2017) ‘Chemical composition and antioxidant properties of five white onion (Allium cepa L.) landraces’, Journal of Food Quality [online]. Available at: 10.1155/2017/6873651 (Accessed 30 August 2019)
Panche AN, Diwan AD, Chandra SR. (2016) ‘Flavonoids: an overview’, J Nut Sci, 5(47), p.1-15. 2.8.1.1 FLAVONOID
Zhang G, Merednith TC, Kahne D. (2013) ‘On the essentiality of lipopolysaccharide to gram-negative bacteria’, Curr Opin Microbiol, 16(6), p 779–85.
TERHADAP BAKTERI
• Ditemukan pada th. 1818 & digunakan sebagai
disinfektan th. 1891 • Pada konsentrasi tinggi (3 hingga 30%) efek bakterisidalnya efektif
terhadap beberapa mikroorganisme termasuk Pseudomonas
• H2O2 kurang lebih 20 μM akan menstimulasi
kelangsungan hidup sel serta mengfasilitasi adhesi • Kematian sel bakteri disebabkan karena akumulasi kerusakan
dan penyembuhan luka oksidatif yang ireversibel pada lapisan membran, protein, enzim, serta
DNA bakteri
• Aktivitas farmakologi H2O2 bergantung pada
pelepasan oksigen yang baru dibentuk ---> • H2O2 menghalangi respon normal bakteri terhadap sinyal-sinyal
mengoksidasi ---> menghancurkan mikroorganisme proliferasi
& mengubah substansi organik secara kimiawi
• Bentuk liquid dan gas H2O2 memiliki interaksi yang berbeda dengan
• Keberadaan material organik mengurangi efisiensi makromolekul ---> perbedaan efikasi
kerja H2O2
• Efek lainnya terhadap bakteri:
• Eksotoksisitasnya rendah, tidak memiliki bau dan menyebabkan filamentasi sel
warna mengurangi volume sel
meningkatan permeabilitas membran sel bakteri
• Penggunaan terbatas pada obat topikal dan kumur merusak membran sel & menimbulkan kebocoran potasium

Al-Shehri SS. (2017) ‘The antibacterial hydrogen peroxide generation from Ziziphus Spina Christi and Acacia spp. honey’, Academia Journal of Scientific Research, 5(9), p.290-96.
Brudzynski K, Abubaker K, St-Martin L, Castle A. (2011) ‘Re-examining the role of hydrogen peroxide in bacteriostatic activities of honey’, Frontiers in Microbiology [online]. Available at:
10.3389/fmicb.2011.00213 (Accessed 2 Sept. 2019)
2.9 HIDROGEN
Linley E, Denyer SP, McDonnell G, Simons C, Maillard JY. (2012) ‘Use of hydrogen peroxide as a biocide: new consideration of its mechanisms of biocidal action’, J Antimicrob Chemother, 67, PEROKSIDA
p.1589-96.
III

KERANGKA BERPIKIR, RUMUSAN HIPOTESIS


& KONSEP PENELITIAN
Kerangka berpikir, hipotesis penelitian, dan kerangka konsep
Bawang Bombai (Allium Hidrogen Peroksida
cepa) (H2O2)

Flavonoid
Meningkatkan kerusakan
oksidatif
Meningkatkan Menurunkan
denaturasi protein metabolisme lipid
Menurunkan respon
normal terhadap sinyal-
Menurunkan metabolisme Menurunkan biosintesis sinyal proliferasi
sel bakteri lipopolisakarida (LPS)
Menurunkan
permeabilitas membran
Menurunkan integritas sel bakteri
struktur membran sel
bakteri Menimbulkan kebocoran
potasium

Hambatan pertumbuhan
Pseudomonas aeruginosa
Campuran ekstrak bawang bombai (Allium cepa)
dan hidrogen peroksida pada perbandingan
konsentrasi:

5% 10% 20%
(w/v)
(w/v) (w/v)

dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa

[No citation] 4.2 3.2


RANCANGAN
HIPOTESISPENELITIAN
PENELITIAN
IV

METODE PENELITIAN
Rancangan, ruang lingkup sampel, alat, besar pengulangan, prosedur dan
variabel penelitian, serta analisis data
True experimental post-
HASIL PERLAKUAN
test only
untuk mengetahui
pengaruh campuran
ekstrak bawang bombai diameter zona hambat
(Allium cepa) dan yang dihasilkan
hidrogen peroksida
terhadap pertumbuhan
P. aeruginosa

[No citation] 4.2 4.1


RANCANGAN
RANCANGAN
PENELITIAN
PENELITIAN
KELOMPOK KONTROL dibagi menjadi 2
(dua):

P0 O • Kontrol negatif, yaitu pelarut ekstrak


(K1)
P1 O • Kontrol positif, yaitu ciprofloxacin (K2)

P S R P2 O KELOMPOK PERLAKUAN dibagi menjadi 3


(tiga) kelompok berdasarkan
P3 O perbandingan konsentrasi ekstrak
bawang bombai (Allium cepa) dan
konsentrasi hidrogen peroksida yang
P4 O diuji:

• 10% (w/v) : 1% (P1)


• 20% (w/v) : 1% (P2)
• 5% (w/v) : 1% (P3)

[No citation] 4.1 RANCANGAN PENELITIAN


Laboratorium Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
Tempat
Laboratorium Pengolahan Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Denpasar

Juli 2019
s/d Perancangan tema Penyusunan kerangka Pelaksanaan eksperimen
Desember 2019

Analisis data Pengolahan data Pengumpulan data

Pembuatan laporan hasil


penelitian

DISIPLIN ILMU TERKAIT


[No citation] 4.2 RUANG
Penelitian ini merupakan penelitian multidisiplin yang menggabungkan aspek farmakologi dan LINGKUP PENELTIAN
mikrobiologi
Isolat bakteri P. aeruginosa ATCC
(American Type Culture Collection)
dari Laboratorium
Departemen Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana

[No citation] 4.3 SAMPEL PENELITIAN


Pembuatan Pembuatan Media Penanaman bakteri Uji Daya Hambat
ekstrak bawang Agar
bombai
• Kompor listrik • Kompor listrik • Tabung reaksi • Mikropipet dan tip
• Beaker glass • Labu Erlenmeyer
• Toples kaca
ALAT- ALAT
• Ose • Pinset

• Neraca
• Autoklaf YANG • Lampu bunsen • Jangka sorong
• Saringan teh • Petridish DIBUTUHKAN • Ose
• Kain penutup toples • Tabung reaksi
• Karet gelang
• Lampu bunsen
• Pengaduk

[No citation] 4.4 ALAT


Dengan menggunakan rumus Federer:

(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan:
(5-1) (r-1) ≥ 15 t = Jumlah perlakuan
(r-1) ≥ 3,75 r = Replikasi / pengulangan
r ≥ 4,75

Jumlah replikasi (r) ≥ 4,75 = 5

Sastroasmoro S. 1995. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara. 4.5 BESAR PENGULANGAN
Pembuatan
ekstrak bawang
bombai
Sebanyak 120 g serbuk simplisia bawang bombai dimasukkan dalam Labu Erlenmeyer

Serbuk direndam dalam larutan etanol 96% sebanyak 225 mL & ditutup aluminium foil
setelah lima (5) hari
Sampel yang direndam kemudian disaring sehingga menghasilkan filtrat 1 dan ampas 1

Ampas dimaserasi dengan etanol 96% sebanyak 75 mL & ditutup aluminium foil
setelah dua (2) hari
Sampel disaring sehingga menghasilkan filtrat 2 dan ampas2

Filtrat 1 dan 2 digabung, kemudian dievaporasi dengan rotary evaporator

Ekstrak dibiarkan pada suhu ruangan sampai seluruh etanol menguap

Ekstrak ditimbang & disimpan dalam wadah gelap

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


Pembuatan Pembuatan
larutan kontrol larutan kontrol
negatif positif

Tablet ciprofloxacin 500 mg digerus, kemudian ditimbang


Sebanyak 1 g serbuk CMC dilarutkan dalam 100 dan disetarakan dengan 50 mg ciprofloxacin murni
mL aquades steril

Serbuk ciprofloxacin sebanyak 50 mg tersebut dilarutkan


dalam 50 mL larutan CMC

Pengocokan hingga larutan homogen


Diperoleh larutan ciprofloxacin 50 μg/50 μL

diambil 1 mL dari larutan ciprofloxacin 50 μg/50 μL dan


Kontrol negatif digunakan untuk pembuatan
digenapkan hingga 10 mL dengan CMC 1%
larutan kontrol positif & larutan uji

Diperoleh larutan kontrol positif dengan konsentrasi


5 μg/50 mL

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


Pembuatan
larutan hidrogen
peroksida

P1 . V1 = P2 .V2
Berdasarkan perhitungan di samping, maka
30% . V1 = 1%. 10 mL dibutuhkan:
30 . V1 = 10 mL
0.33 mL H2O2 30% + 9.67 mL akuades
V1 = 10 mL
30 untuk membuat
10 mL larutan H2O2 1%
V1 = 0.33 mL

Keterangan:
P1 : konsentrasi hidrogen peroksida yang tersedia di laboratorium
V1 : volume hidrogen peroksida 30% yang diperlukan untuk membuat
larutan hidrogen peroksida 1%
P2 : konsentrasi larutan hidrogen peroksida yang diinginkan
V2 : total volume larutan hidrogen peroksida 1% yang diinginkan

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


Pembuatan
larutan uji

Larutan Uji 5% (w/v) : 1% Larutan Uji 10% (w/v) : 1% Larutan Uji 20% (w/v) : 1%

Hidrogen Hidrogen Hidrogen


Larutan Ekstrak Larutan Ekstrak Larutan Ekstrak
Peroksida Peroksida Peroksida
H2O2 H2O2 H2O2
Ekstrak 0.5 gr 0.33 mL Ekstrak 1 gr 0.33 mL Ekstrak 2 gr 0.33 mL
+ 30% + 30%
+ 30%
Pelarut Pelarut Pelarut
9.5 mL Aquades 9.67 mL 9 mL Aquades 9.67 mL 8 mL Aquades 9.67 mL
CMC CMC CMC
10 mL 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL 10 mL

Larutan uji kemudian diteteskan pada


disk blank masing-masing
(P1, P2, P3)

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


Sterilisasi alat

Seluruh alat dicuci dengan sabun

Sterilisasi dengan autoklaf selama 15


menit, suhu 121oC, tekanan 1.5 atm

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


Pembuatan media
Mueller-Hinton
Agar (MHA)
Sebanyak 3.8 g Mueller-Hinton Agar (38 g/L) dilarutkan
dalam 100 mL aquades

Dilarutkan hingga sempurna dengan penganas air

Media disterilisasi selama 15 menit, suhu 121oC, dengan


autoklaf

Sebanyak 20 mL media dituang ke cawan petri dan dibiarkan memadat pada


suhu ruangan

Disimpan dalam lemari pendingin

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


Bakteri dari stok gliserol dikultur pada media agar, lalu diinkubasi selama 18-24 jam
pada suhu 37oC

Uji Daya Hambat Koloni yang tumbuh diambil dan diencerkan dalam NaCl 0.9% hingga mencapai
kekeruhan sesuai dengan standar 0.5 McFarland.
Campuran Ekstrak
Bawang bombai dan
Hidrogen Peroksida Biakan bakteri diswab pada permukaan media MHA & dibiarkan selama 5 menit
terhadap P.
aeruginosa Cakram kosong yang telah berisi larutan uji (P1, P2, P3) diletakkan pada cawan petri
steril selama 5 menit hingga tidak ada cairan yang menetes
Metode Kirby-Bauer
(disk diffusion test)
Cakram diletakkan pada permukaan media MHA dengan sedikit ditekann

Pada media MHA diletakkan kontrol positif ciprofloxacin 5μg dan kontrol negatif.

Media MHA tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya (dalam mm)


menggunakan jangka sorong.

[No citation] 4.6 PROSEDUR PENELITIAN


VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Larutan campuran ekstrak bawang bombai (Allium Diameter zona hambat campuran ekstrak
cepa) dan hidrogen peroksida dengan perbandingan bawang bombai (Allium cepa) dan hidrogen
konsentrasi yaitu: peroksida dengan 3 (tiga) perbandingan
konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri
P. aeruginosa
5%
(w/v)
20%
(w/v)

10%
(w/v)

[No citation] 4.7 VARIABEL PENELITIAN


DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

a. Uji efektivitas: percobaan untuk mengetahui mutu suatu subjek / objek dalam kemampuannya
menunjukkan tingkat keberhasilan yang dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Daya hambat: kemampuan suatu zat untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

b. Ekstrak bawang bombai (Allium cepa): zat yang dihasilkan dari ekstraksi kimia bawang bombai mentah.
Bawang bombai diperoleh di Pasar Sanglah, Denpasar, Bali.

c. Hidrogen peroksida: senyawa kimia berupa likuida jernih, dan berperan sebagai oksidator serta bersifat
larut air.
Digunakan adalah larutan hidrogen peroksida 1%.

d. Bakteri Pseudomonas aeruginosa: bakteri Gram-negatif berbentuk batang penyebab infeksi


nosokomial. Digunakan bakteri P. aeruginosa ATCC (American Type Culture Collection) dari Lab.
Departemen Mikrobiologi, FK UNUD

e. Efektivitas campuran ekstrak bawang bombai (Allium cepa) dan hidrogen peroksida:kemampuan
campuran tersebut menunjukkan keberhasilan dalam pembentukan daya hambat terhadap bakteri P.
aeruginosa.

[No citation] 4.7 VARIABEL PENELITIAN


SPSS

UJI SHAPIRO - WILK LEVENE 'S TEST


Untuk mengetahui apakah data berdistribusi 01 02 Didapatkan data berdistribusi normal serta
normal / tidak homogen

ONE - WAY ANOVA UJI POST - HOC


Untuk mengetahui apakah ada perbedaan 03 04 Untuk mengetahui kelompok data manakah yang
bermakna nilai rata-rata (mean) di antara memiliki perbedaan signifikan
berbagai kelompok data

[No citation] 4.8 ANALISIS DATA


V

HASIL PENELITIAN
Larutan campuran, pengaruh larutan campuran, uji statistik
Pembuatan Pembuatan
larutan ekstrak larutan H2O2 &
bawang bombai larutan campuran

Mencampurkan larutan H2O2 30% dari laboratorium


Ekstrak bawang bombai (Allium cepa) varietas
dengan aquades
yellow-globe

Didapatkan larutan H2O2 berkonsentrasi 1%


Dicampur larutan CMC 1%
Mencampur larutan ekstrak dan larutan H2O2

Didapatkan larutan ekstrak berkonsentrasi:

5% Diperoleh larutan campuran berkonsentrasi:


10%
20% 5% (w/v) banding 1%
10% (w/v) banding 1%
20% (w/v) banding 1%

5.1 LARUTAN CAMPURAN PADA


[No citation] PERBANDINGAN KONSENTRASI
BERBEDA-BEDA
Hasil pembuatan larutan campuran ekstrak bawang bombai & hidrogen
peroksida

5.1 LARUTAN CAMPURAN PADA


[No citation] PERBANDINGAN KONSENTRASI
BERBEDA-BEDA
Membuat suspensi bakteri P. aeruginosa

Men-striking bakteri pada permukaan MHA

Mencampur larutan ekstrak dan larutan H2O2

Mengisi blank disc dengan:

a. Larutan kontrol negatif (CMC 1%),


b. Kontrol positif (ciprofloxacin 5 μg),
c. Larutan perlakuan 1 (5% (w/v) banding 1%),
d. Larutan perlakuan 2 (10% (w/v) banding 1%),
e. Larutan perlakuan 3 (20% (w/v) banding 1%)

Plate diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam

Zona hambat yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong

5.2 PENGARUH LARUTAN


[No citation] CAMPURAN TERHADAP P.
aeruginosa
Zona hambat
yang terbentuk

Plate I Plate Plate III


II

Plate IV Plate V

5.2 PENGARUH LARUTAN


[No citation] CAMPURAN TERHADAP P.
aeruginosa
Perlakuan I (5% Perlakuan II Perlakuan III
Pengulangan Kontrol Negatif Kontrol Positif
: 1%) (10% : 1%) (20% : 1%)

1 0 mm 31 mm 19 mm 17 mm 16 mm
2 0 mm 30 mm 15 mm 13 mm 14 mm
3 0 mm 32 mm 17 mm 15 mm 16 mm
4 0 mm 29 mm 16 mm 13 mm 15 mm
5 0 mm 33 mm 22 mm 19 mm 20 mm

Rata - rata 0 mm 31 mm 17.8 mm 15.4 mm 16.2 mm

5.2 PENGARUH LARUTAN


[No citation] CAMPURAN TERHADAP P.
aeruginosa
Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji One-Way
Uji Post-hoc
Shapiro-Wilk Levene's Test Anova
• p > 0.05 • p = 0.210 • p = 0.001 • Perbedaan bermakna
• Maka, data • p > 0.05 antara:
• p < 0.05
berdistribusi normal kelompok kontrol positif
• Maka, data • Maka, terdapat
ciprofloxacin (VS) kelompok
bervarians sama perbedaan rerata perlakuan I, II, dan III
yang bermakna • Tidak terdapat
perbedaan bermakna
antara kelompok
pada:
sampel
kelompok perlakuan I,
perlakuan II, dan perlakuan
III.

5.3 UJI STATISTIK


[No citation]
DENGAN BANTUAN SPSS
VI

PEMBAHASAN
Pembahasan
Mengapa?
• Campuran ekstrak bawang
bombai dan hidrogen Perbedaan hasil
peroksida pada tiga Perbandingan konsentrasi
perbandingan konsentrasi

yang semakin tinggi dengan penelitian
yang berbeda mampu
maupun semakin rendah
tidak membuat diameter
Mengapa? Hamad, 2016
menghambat zona hambat semakin besar
pertumbuhan bakteri P.
aeruginosa • Tidak ada perbedaan • Diameter zona hambat
signifikan pada hasil Mengapa? (15.4 mm vs. 23 mm)
perlakuan I, II, dan III
• Urutan diameter zona • Potensi campuran
• Menurut klasifikasi terbaru
hambat yang terbentuk Clinical and Laboratory dibanding kontrol positif
(dari yang terbesar): Standards Institute atau penelitian masing -
K+ (31 mm) CLSI, efektivitas ketiga
P1 (17.8 mm) kelompok perlakuan berada masing
dalam kategori “resisten”
P3 (16.2 mm)
P2 (15.4 mm)
K- (0 mm)

Van TT, Minejima E, Chiu CA, Butler-Wu SM. (2019) ‘Don’t get wound up: revised floroquinolones breakpoint for Enterobactericeae and Pseudomonas
aeruginosa’, J Clin Microbiol, 57(7). Available at: 10.1128/JCM.02071-18 (Accessed 05 Nov. 2019). 6. PEMBAHASAN
VII

SIMPULAN & SARAN


Kesimpulan, saran
Campuran pada perbandingan
konsentrasi: Perbandingan
konsentrasi yang
semakin tinggi
tidak membuat
diameter zona Tidak ada perbedaan
5%
20% hambatnya semakin
(w/v)
signifikan antara
(w/v) besar. diameter zona
hambat yang
10% dihasilkan oleh
Efektivitas campuran perlakuan I, II, dan
(w/v)
terbilang lemah III.
dikarenakan berada
dalam kategori
“resisten” pada
terbukti memiliki daya hambat klasifikasi terbaru
terhadap pertumbuhan bakteri CLSI.
Pseudomonas aeruginosa

[No citation] 7.1 KESIMPULAN


Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk:

1) mengetahui konsentrasi hambat minimum (MIC) campuran bawang bombai (Allium cepa) dan
hidrogen peroksida terhadap pertumbuhan P. aeruginosa

2) mengetahui apakah efektivitas daya hambat campuran lebih dipengaruhi oleh bawang bombai atau
hidrogen peroksida

3) mengetahui apakah campuran bersifat bakteriostatik atau bakterisidal terhadap P. aeruginosa

4) membandingkan efektivitas campuran menggunakan konsentrasi hidrogen peroksida yang berbeda-


beda

[No citation] 7.1 SARAN


Terima Kasih
Sept. 2019

Anda mungkin juga menyukai