Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATANAsuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Musculoskeletal Karena
Trauma (Fraktur)
Disusun oleh :
Kelompok 4
Firza Noviatun Nisa 1814301001
Oktia Hani Pertiwi 1814301008
Komang Tiara Koridevani G 1814301010
Danella Amadea Murtadho 1814301033
Tri Pangestu Rahmadhani 1814301034
Definisi Fraktur

• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang


dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
(Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2002, hal. 2357).
• Fraktur adalah patah tulang biasanya
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Sylvia A., Patofisiologi, 1995).
Macam-macam fraktur:

1. Fraktur komplit
2. Fraktur incomplete
3. Fraktur tertutup
4. Fraktur terbuka
5. Fraktur tranversal
-Fraktur oblik (miring)
-Fraktur spiral
-Fraktur comminuted
6. Fraktur patologic
Proses Penyembuhan Tulang

1. Hematoma adalah pengumpulan darah setempat, umumnya menggumpal


dalam organ, rongga atau jaringan, akibat pecahnya dinding pembuluh darah.
Terjadi setelah fraktur dan bahkan bisa terjadi perdarahan. Fungsi dari
hematom tersebut untuk melindungi lokasi fraktur.
2. Proliferasi adalah reproduksi atau multifikasi bentuk serupa khususnya sel
Sel terjadi setelah injury sel-sel dan kapiler, baru secara bertahap mengganti
lokasi hematoma dan terjadi profilerasi fibrolast.
3. Pembentukan kalus terjadi 6-10 hari setelah injury dan terbentuk jaringan
granulasi.
4. Pergeseran kalus terjadi pembentulan tulang melalui deposit calsium.
5. Pemadatan dan pembentukan tulang dimana terbentuk model tulang yang
utuh.
Etiologi

Penyebab paling umum fraktur tibia biasanya


disebabkan oleh:
a. Pukulan/benturan langsung.
b. Jatuh dengan kaki dalam posisi fleksi.
c. Gerakan memutar mendadak.
d. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat
gangguan atau penyakit primer seperti
osteoporosis.
Patofisiologi

• Fraktur bawah lutut paling sering adalah fraktur tibia dan


fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan
kaki dalam posisi fleksi, atau gerakan memuntir yang keras.
Fraktur tibia dan fibula sering terjadi dalam kaitan satu
sama lain. Pasien datang dengan nyeri deformitas,
hematoma yang jelas, dan edema berat. Seringkali fraktur
ini melibatkan kerusakan jaringan lunak berat karena
jaringan subkutis di daerah ini sangat tipis.
Next..

• Fungsi saraf peroneus dikaji untuk dipakai sebagai


data dasar. Jika fungsi saraf terganggu, pasien tak
akan mampu melakukan gerakan dorsofleksi ibu
jari kaki dan mengalami gangguan sensasi pada
sela jari pertama dan kedua. Kerusakan arteri
tibialis dikaji dengan menguji respons pengisian
kapiler. Gejalanya meliputi nyeri yang tak
berkurang dengan obat dan bertambah bila
melakukan fleksi plantar, tegang dan nyeri tekan
otot di sebelah lateral krista tibia, dan parestesia.
Fraktur dekat sendi dapat mengakibatkan
komplikasi berupa hemartrosis dan keruskaan
ligamen.
Next..

• Kebanyakan fraktur tibia tertutup ditangani


dengan reduksi tertutup dan imobilisasi awal
dengan gips sepanjang tungkai. Reduksi harus
relatif akurat dalam hal angulasi dan rotasinya.
Ada saat dimana sangat sulit mempertahankan
reduksi, sehingga perlu dan dipertahankan dalam
posisinya dengan gips. Aktivitas akan mengurangi
edema dan meningkatkan peredaran darah.
Penyembuhan fraktur memerlukan waktu 6
sampai 10 minggu.
Next..

•Fraktur terbuka atau komunitif dapat ditangani


dengan traksi skelet, fiksasi interna dengan batang,
plat, atau naik atau fiksasi eksterna. Latihan kaki dan
lutut harus didorong dalam batas alat imobilisasi.
Pembebanan berat badan dimulai sesuai resep,
biasanya sekitar 4 sampai 6 minggu.

•Seperti pada fraktur ekstremitas bawah, tungkai


harus ditinggikan untuk mengontrol edema.
Diperlukan evaluasi neurovaskuler
berkesinambungan.
Tanda dan Gejala

1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai


fragmen tulang dimobilisasikan.
2. Krepitus yaitu saat ekstremitas diperiksa dengan
tangan, teraba adanya derik tulang.
3. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada
kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur.
4. Tak mampu menggerakkan kaki karena adanya
perubahan bentuk/ posisi berlebihan bila dibandingkan dengan
keadaan normal.
Pemeriksaan Diagnostik

1. Rontgen
Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
2. Darah lengkap: menunjukan tingkat kehilangan darah
(pemeriksaan Ht, Hb. Peningkatan sel darah putih sebagai
respons normal terhadap respon stress setelah trauma.
3. Masa pembekuan dan perdarahan
Persiapan pre operasi, biasanya normal jika tidak ada
gangguan perdarahan.
4. Pemeriksaan urine
Sebagai evaluasi fungsi ginjal.
5. EKG mendeteksi ada tidaknya kelainan pada jantung dan
sebagai persiapan operasi.
Komplikasi

a. Shock hipovolemik karena perdarahan (kehilangan


daerah eksternal maupun yang tidak kelihatan).
b. Emboli lemak pada saat fraktur lemak dapat masuk ke
dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi
dari tekanan kapiler.
c. Boneunion penyembuhan terlambat bila terdapat
kerusakan jaringan yang luas yang dapat terjadi karena
infeksi.
d. Infeksi karena keadaan luka atau luka post
pembedahan.
e. Kompartemen karena penurunan ukuran kompartemen
otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat.
Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1.Pola persepsi dan pemeliharaan 4.Pola aktivitas dan latihan
kesehatan. - Ada riwayat jatuh/terbentuk ketika
- Kebiasaan beraktivitas tanpa sedang beraktivitas atau kecelakaan lain.
pengamanan yang memadai.
- Adanya kegiatan yang berisiko - Tidak kuat berdiri/menahan beban.
cedera.
- Adanya riwayat penyakit yang - Ada perubahan bentuk atau
bisa menyebabkan jatuh. pemendekan pada bagian betis/tungkai
bawah.
2.Pola nutrisi
- Adanya gangguan nafsu makan 5.Pola tidur istirahat
karena nyeri. - Pola tidur berubah/terganggu
karena adanya nyeri pada daerah
3.Pola eliminasi cedera.
-Obstipasi karena imobilitas.
Next..
6.Pola persepsi kognitif
- Biasanya mengeluh nyeri hebat pada
lokasi tungkai yang terkena. 9.Pola seksual dan reproduksi
- Mengeluh kesemutan atau baal pada - Merasa khawatir tidak dapat
lokasi tungkai yang terkena. memenuhi kewajiban terhadap
- Kurang pemahaman tentang pasangan.
keadaan luka dan prosedur tindakan.
10.Pola mekanisme koping dan
7.Pola konsep diri dan persepsi diri
toleransi terhadap stres
- Adanya ungkapan ketidakberdayaan
- Ekspresi wajah sedih.
karena keadaan cedera.
- Rasa kuatir dirinya tidak mampu - Tidak bergairah.
beraktivitas seperti sebelumnya. - Merasa tersaingi di rumah sakit.

8.Pola hubungan peran 11.Pola nilai kepercayaan


- Kecemasan akan tidak mampu - Menganggap cedera adalah
menjalankan kewajiban memenuhi hukuman.
kebutuhan keluarga dan melindungi.
- Merasa tak berdaya.
Diagnosa Keperawatan

Pre Operatif:
1. Nyeri b.d patah tulang/spasme otot, edema, dan/atau
kerusakan jaringan lunak.
2. Perubahan perfusi jaringan b.d menurunnya aliran darah
akibat cedera.
3. Resiko infeksi b.d trauma tulang dan kerusakan jaringan
lunak.
4. Kecemasan b.d nyeri, ketidakmampuan dan gangguan
mobilitas.
5. Kurang pengetahuan tentang keadaan fraktur, pilihan
tindakan.
next..

Post Operatif:
1. Nyeri b.d prosedur operasi dan keadaan luka.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d perubahan status ekstremitas bawah
sesudah operasi, nyeri dan terapi modalitas fisik.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d bertambahnya
kebutuhan metabolik, penyembuhan tulang dan penyembuhan
jaringan lunak.
4. Resiko komplikasi post operasi b.d intervensi pembedahan atau
imobilitas.
5. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas jaringan/kulit.
6. Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang boleh
dilakukan dan perawatan di rumah.
Rencana Tindakan (Pre Operasi)
NO Diagnosa Noc (outcome) Nic (Intervensi)
1 Nyeri b.d patah Nyeri berkurang a. Guidance/pengkajian;
tulang/spasme dengan kriteria hasil : Ø Obsevasi TTV tiap 4 jam
otot, edema, Ø TTV dalam kertas Ø Kaji tingkat nyeri
dan/atau normal : S = 36ºִ< 37ºc Ø Kaji faktor penyebab
kerusakan 3,P = 20x / menit, Ø Obsevsi isyarat ketidaknyamanan non
jaringan lunak N=80 x/menit, TD verbal
=120 / 80 b. Support
Ø Pasien mengatakan Ø Pertahankan immobilasasi bagian
nyeri berkurang yang sakit dengan tirah
Ø Skala nyeri 0 – 3 baring
Tingkat Ø Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Ketergantungan Ø Berikan perubahan posisi
sedang c. Teaching
Ø Pertahankan imobilasasi bagian yang
sakit dengan tirah baring
Ø Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Ø Instruksikan pasien untuk
menginformasikan kepada perawat jika
pengurang nyeri tidak dicapai
d. Perbaikan Lingkungan
Ø Ciptakan lingkungan
tenang dan nyaman
Ø Libatkan keluarga dalam
setiap
tindakanmempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidak nyamanan
Ø Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidak
nyamanan

e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik
dan tindakan selanjutnya
2 Perubahan Perfusi NOC : NIC:
b.d Perfusi terpenuhi a. Guidance/pengkajian;
pembengkakan, dengan kriteria hasil : Ø Kaji TTV tiap 3-4 jam
Ø Capillary refill normal Ø Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan
alat yang mengikat
kehangatan distal pada faktur
( < 2 detik )
Ø Awasi posisi / lokasi alat penyangga
Ø Kulit hangat dan sementara
kering b. Support
Ø TTV dalam batas Ø Tinggikan anggota bdan yang terkena 20
normal deraat atau lebih tinggi dari jantung
Tingkat ketergantungan Ø Anjurkan ROM selam tirah baring jika
sedang diperlukan
c. Teaching
Ø Ajarkan pasien untuk ROM aktif
Ø Ajarkan pasien untuk melaporkan gejala
yang mungkin perlu penangan medis
d. Perbaikan lingkungan
Ø Pertahankan posisi yang nyaman
menurut klien
Ø Libatkan keluarga dalam asuhan
keperawatan
e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian cairan intravena
Ø Kolaborasi dengan petugas lab dalam
pemeriksaan darah
3 Resiko infeksi b.d Noc : Noc:
trauma tulang dan Infeksi tidak terjadi dengan a. Guidence
kerusakan jaringan kriteria hasil : Ø Kaji kulit dari adanya iritasi
lunak Ø TTV dalam batas normal, Ø Kaji TTV tiap 3-4 jam
S:36-37ºC b. Support
N=80x/mnt , P=18x/menit Ø Pertahankan teknik
TD=120/80 mmHg antiseptik dalam setiap
Ø Tidak ada tanda – tanda tindakan
infeksi c. Teaching
Ø Ajarkan klien cara menjaga
kebersihan diri dan
lingkungan
Ø Berikan penjelasan dari
tanda – tanda infeksi
d. Perbaikan Lingkkungan
Ø Libatkan keluarga dalam
pemberian asuhan
keperawatan
Ø Batasi pengunjung
e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antibiotik
4 Kecemasan b.d. NOC : NIC :
nyeri, Cemas tidak terjadi a. Guidence
ketidakmampuan dengan kriteria hasil Ø Kaji tingkat pengetahuan
dan gangguan Ø Wajah tampak rileks pasien
mobilitas Ø Pasien kooperatif dalam b. Support
pengobatan Ø Diskusikaan setiap tindakan
Ø TTV dalam batas keperawatan yang dilakukan
normal, Ø Berikan kesempatan untuk
Tingkat Ketergantungan mengekspresikan perasaannya
sedang c. Teaching
Ø Berikan kesempatan untuk
mengekspresika perasaannya
Ø Ajarkan teknik relaksasi dan
distraksi
d. Perbaikan lingkungan
Ø Ciptakan suasana yang tenang
dan nyaman
Ø Berikan terapi musik
Ø Libatkan keluarga dalam
perawatan
e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan psikiatri
apabila diperlukan
Rencana Tindakan (Post Operasi)
NO Diagnosa Noc (outcome) Nic (Intervensi)
1 Nyeri b.d. Nyeri berkurang dengan a. Guidance
tindakan operasi kriteria hasil : Ø Obsevasi TTV tiap 4 jam
dan keadaan Ø TTV dalam kertas Ø Kaji keluhan nyeri
luka normal : S = 36ºִ< 37ºc b. Support
3,P = 20x / menit, N=80 Ø Pertahankan immobilasasi bagian yang
x/menit, TD =120 / 80 sakit dengan tirah baring
Ø Pasien mengatakan Ø Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
nyeri berkurang c. Teaching
Ø Skala nyeri 0 - 3 Ø Pertahankan imobilasasi bagian yang
Tingkat Ketergantungan sakit dengan tirah baring
sedang Ø Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
d. Perbaikan Lingkungan
Ø Ciptakan lingkungan tenang dan
nyaman
Ø Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan
e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik dan tindakan
selanjutnya
2 Hambatan NOC : NIC:
mobilitas pisik Meningkatkan/mem a. Guidence
b.d perubahan pertahankan Ø Kaji derajat mobilitas yang dapat dilakukan
status mobilitas fisik pada Ø Dorong partisipasi klien dalam aktivitas
ektremitas tingkat yang paling dengan rekreasi. Misal; menonton TV
bawah sesudah tinggi dengan kriteria b. Support
operasi, nyeri hasil : Ø Bantu/ dorong untuk melakukan perawatan
dan terapi Ø Pasien mampu diri sendiri,
modalitas fisik untuk berjalan dari Ø Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki
satu tempat ke anti selip yang mendukung untuk berjalan
tempat lain c. Teaching
Ø Pasien mampu Ø Ajarkan pasien untuk bergerak aktif pada
melakukan ADL ekstremitas yang tidak sakit
Ø Meminta bantuan Ø Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan
untuk aktivitas ROM aktif dan pasif
mobilisasi jika d. Perbaikan Lingkungan
diperlukan Ø Libatkan keluarga dalam asuhan keperawatan
Ø Letakan matras/ tempat tidur terapetik
dengan benar
Ø Letakan tombol pengubah posisi tempat tidu
dan lampu pemanggil dalam jangkauan pasien
e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi denga ahli terapi fisik/ okupasi
untuk program dan latihan
3 Perubahan nutrisi Noc : Nic:
kurang dari Nutrisi terpenuhi dengan a. Guidence
kebutuhan tubuh kriteria hasil : Ø Kaji intake output
b.d bertambahnya Ø Pasien mengatakan Ø Kaji penurunan dari berat
kebutuhan badannya mengalami badan
metabolik penambahan BB Ø Kaji kemampuan pasien untuk
penyembuhan Ø Nilai laboratorium normal mentoleransi kebutuhan nutrisi
tulang dan Ø Asupan nutrisi peroral Ø Timbang BB
penyembuhan adekuat b. Support
jaringan lunak Tingkat ketergantungan Ø Bantu makan sesuai kebutuhan
sedang Ø Anjurkan pasien untuk makan
porsi kecil tapi sering
Ø Minimalkan faktor yang
menimbulkan mual dan muntah
c. Teaching
Ø Berikan penjelasan tentang
pentingnya nutrisi untuk proses
penyembuhan
Ø Berikan makan porsi sedikit
tetapi sering
Ø Intruksikan pasien untuk
menarik nafas dalam, perlahan,
danmenelan secara sadar untuk
mengurangi mual dan muntah.
d. Perbaikan Lingkungan
Ø Libatkan keluarga dalam
asuhan keperawatan
Ø Dukung keluarga untuk
membawa makanan kesukaan
pasien dari rumah selama
diperbolehkan

e. Kolaborasi
Ø Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk pemberian diet
Ø Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat anti
emetik
Ø Kolaborasi dengan
laboratorium untuk pemeriksaan
darah
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal karena
Trauma (Dislokasi)
Pengertian
Dislokasi

cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat


gerakan menjepit atau memutar / keadaan
dimana tulang-tulang yang membentuk sendi
tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang
lepas dari sendi).
Etiologi
Umur
Terjatuh atau Kecelakaan
Pukulan
Tidak melakukan pemanasan
Benturan Keras pada Sendi
Cedera Olahraga
Terjatuh
Kongenital
Jenis-jenis Dislokasi Sendi

Dislokasi kongenital

Dislokasi patologik

Dislokasi traumatic
Berdasarkan tipe kliniknya
– Dislokasi akut
– Dislokasi berulang
Berdasarkan tempat terjadinya
Dislokasi sendi rahang
Dislokasi sendi bahu
Dislokasi sendi siku
Dislokasi sendi jari
Dislokasi sendi metacarpophalangeal dan
interphalangeal
Dislokasi panggul
Dislokasi patella
Manifestasi Klinis
• Adanya bengkak / oedema
• Mengalami keterbatasan gerak
• Adanya spasme otot(kekauan otot)
• Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
• Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
• Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
• Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam
jaringan sekitarnya (tampak kemerahan).
• Perubahan kontur sendi
• Perubahan panjang ekstremitas
• Kehilangan mobilitas normal
• Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Patofisiologi
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan
suatu masalah yang disebut dengan dislokasi yang
terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami
kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan
maupun total ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh
darah akan terputus dan terjadilah edema. Sendi
mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri.
Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2
sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkak dan
pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah
yang disebut dengan dislokasi.
Pathway
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan dapat
dilakukan dengan RICE.
2. Terapi dingin
3. Latihan ROM
4. Analgetik
Komplikasi
1. Komplikasi dini
– Cedera saraf
– Cedera pembuluh darah
– Fraktur dislokasi
– Kerusakan arteri
2. Sindrome kompartemen
3. Komplikasi lanjut
4. Kekakuan sendi bahu
5. otot.
6. Dislokasi yang berulang
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal karena
Trauma (Dislokasi)
Pengkajian
a. Anamnesis
1. Identitas
Dengan fokus ,meliputi :
• Umur
pada pasien lansia terjadi pengerasan tendon tulang sehingga menyebabkan fungsi
tubuh bekerja secara kurang normal dan dislokasi cenderung terjadi pada orang
dewasa dari pada anak-anak, biasanya klien jatuh dengan keras dalam keadaan strecth
out
• Pekerjaan
Pada pasien dislokasi biasanya di akibatkan oleh kecelakaan yang mengakibatkan
trauma atau ruda paksa, biasaya terjadi pada klien yang mempunyai pekrjaan buruh
bangunan. Seperti terjatuh, atupun kecelakaan di tempat kerja, kecelakaan
industri dan atlit olahraga, seperti pemain basket , sepak bola dll
• Jenis kelamin
Dislokasi lebih sering di temukan pada anak laki – laki dari pada permpuan karna
cenderung dari segi aktivitas yang berbeda .
2. Keluhan utama
• Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan, ekstermitas, nyeri
tekan otot, dan deformitas pada daerah trauma, untuk mendapatkan
pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien dapat menggunakan
metode PQRS.
3. Riwayat penyakit sekarang
• Kaji adanya riwayat trauma akibat kecelakaan pada lalu lintas, kecelekaan
industri, dan kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan,
pengkajian yang di dapat meliputi nyeri, paralisis extermitras bawah, syok.
4. Riwayat penyakit dahulu
• Penyakit yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit, seperti
osteoporosis, dan osteoaritis yang memungkinkan terjadinya kelainan,
penyakit alinnya seperti hypertensi, riwayat cedera, diabetes milittus,
penyakit jantung, anemia, obat-obat tertentu yang sering di guanakan
klien, perlu ditanyakan pada keluarga klien .
5. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
• Kaji bagaimana pola interaksi klien terhadap orang – orang disekitarnya
seperti hubungannya dengan keluarga, teman dekat, dokter, maupun
dengan perawat.
Pemeriksaan fisik
• Setelah melakukan anamnesis yang mengarah
pada keluhan klien pemekrisaan fisik sangat
berguna untuk mendukung pengkajian
anamnesis sebaiknya dilakukan persistem B1-
B6 dengan fokus pemeriksaan B3( brain ) dan
B6 (bone)
Klasifikasi Data
Data subjektif
• Klien mengatakan nyeri apabila beraktivitas
• Klien mengatakan nyeri seperti ditekan benda berat
• Klien mengatakan terjadi kekauan pada sendi
• Klien mengatakan adanya nyeri pada sendi
• Klien mengatakan sangat lemas
• Klien bertanya-tanya tentang keadaannya
• Klien mengatakan susah bergerak
Data objektif
• Klien nampak lemas
• Wajah nampak meringis
• Keterbatasan mobilitas
• Skala nyeri 6 (0-10)
• Klien nampak cemas
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
dan nyeri saat mobilisasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau
ketidakmampuan mencerna makanan atau absorpsi
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pegetahuan
tentang penyakit.
5. Gangguan body image berhubungan dengan deformitas
dan perubahan bentuk tubuh.
Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Rasa nyeri teratasi dengan  Kaji skala nyeri  Mengetahui intensitas nyeri.
Gangguan
Kriteria Hasil :  Berikan posisi relaks pada  Posisi relaksasi pada pasien
rasa nyaman  Klien tampak tidak pasien dapat mengalihkan focus

nyeri meringis lagi.  Ajarkan teknik distraksi dan pikiran pasien pada nyeri.
 Klien tampak rileks relaksasi  Tehnik relaksasi dan distraksi
berhubungan  Berikan lingkungan yang dapat mengurangi rasa
dengan nyaman, dan aktifitas nyeri.
hiburan  Meningkatkan relaksasi
diskontinuitas
 Kolaborasi pemberian pasien
jaringan. analgesic  Analgesic Mengurangi nyeri
Gangguan Memberikan kenyamanan  Kaji tingkat mobilisasi  menunjukkan tingkat
mobilitas fisik dan melindungi sendi pasien Berikan latihan mobilisasi pasien dan
berhubungan selama masa ROM menentukan intervensi
dengan penyembuhan.  Anjurkan penggunaan selanjutnya.
deformitas dan Kriteria hasil alat bantu jika diperlukan  Memberikan latihan
nyeri saat  melaporkan  Monitor tonus otot ROM kepada klien untuk
mobilisasi peningkatan toleransi  Membantu pasien untuk mobilisasi
aktivitas (termasuk imobilisasi baik dari  Alat bantu memperingan
aktivitas sehari-hari) perawat maupun mobilisasi pasien
 menunjukkan keluarga  Agar mendapatkan data
penurunan tanda yang akurat
intolerasi fisiologis,  Dapat membantu pasien
misalnya nadi, untuk imobilisasi
pernapasan, dan
tekanan darah masih
dalam rentang normal
Kebutuhan nutrisi terpenuhi  Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan  Mengidentifikasi defisiensi,
Perubahan nutrisi
Kriteria hasil: yang disukai memudahkan intervensi
kurang dari  Menunujukkan peningkatan atau  Observasi dan catat masukkan  Mengawasi masukkan kalori atau

kebutuhan tubuh mempertahankan berat badan makanan pasien kualitas kekurangan konsumsi
dengan nilai laboratorium normal.  Timbang berat badan setiap hari. makanan
b.d kegagalan  Tidak mengalami tanda mal nutrisi.  Berikan makan sedikit dengan  Mengawasi penurunan berat badan

untuk mencerna  Menununjukkan perilaku, frekuensi sering dan atau makan atau efektivitas intervensi nutrisi
perubahan pola hidup untuk diantara waktu makan  Menurunkan kelemahan,
atau ketidak meningkatkan dan atau  Observasi dan catat kejadian mual atau meningkatkan pemasukkan dan
mampuan mempertahankan berat badan muntah, flatus dan dan gejala lain yang mencegah distensi gaster
yang sesuai berhubungan  Gejala GI dapat menunjukkan efek
mencerna
 Berikan dan Bantu hygiene mulut yang anemia (hipoksia) pada organ.
makanan /absorpsi baik : sebelum dan sesudah makan,  Meningkatkan nafsu makan dan
gunakan sikat gigi halus untuk pemasukkan oral. Menurunkan
nutrient yang
penyikatan yang lembut. Berikan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
diperlukan untuk pencuci mulut yang di encerkan bila kemungkinan infeksi. Teknik
mukosa oral luka. perawatan mulut khusus mungkin
pembentukan sel
 Kolaborasi : pantau hasil pemeriksaan diperlukan bila jaringan
darah merah laboraturium. rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
 Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi berat.
 Meningkatakan efektivitas program
pengobatan
 Kebutuhan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan atau adanya
masukkan oral yang buruk dan
defisiensi yang diidentifikasi.
Ansietas kecemasan pasien  Kaji tingkat ansietas  Mengetahui tingakat
teratasi dengan klien kecemasan pasien
berhubungan
kriteria hasil :  Bantu dan menentukan
dengan  klien tampak pasien mengungkapka intervensi

kurangnya rileks n rasa cemas atau selanjutnya.


 klien tidak takutnya  Mengali pengetahuan
pengetahuan
tampak bertanya  Kaji pengetahuan dari pasien dan
tentang – tanya Pasien tentang mengurangi

penyakit prosedur yang akan kecemasan pasien


dijalaninya.  Agar perawat tau
 Berikan informasi yang seberapa tingkat
benar tentang pengetahuan pasien
prosedur yang akan dengan penyakitnya
dijalani pasien  Agar pasien mengerti
tentang penyakitnya
dan tidak cemas lagi
Gangguan Pasien bisa  Kaji konsep diri pasien  Dapat mengetahui
mengatasi body  Kembangkan BHSP pasien
bodi image
image pasien dengan pasien  Menjalin saling
berhubunga  Bantu pasien percaya pada pasien

n dengan mengungkapkan  Menjadi tempat


masalahnya bertanya pasien
deformitas
 Bantu pasien untuk
dan mengatasi mengungkapkan

perubahan masalahnya. masalahnya


 Mengetahui masalah
bentuk
pasien dan dapat
tubuh memecahkannya
Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.

Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan berdasarkan
tujuan dan outcome.
Kesimpulan

Fraktur dapat terjadi pada siapa saja, anak-anak, orang dewasa, dan
orang tua. Fraktur dapat disebabkan karena adanya trauma, gerakan
memutar mendadak, kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat
gangguan atau penyakit seperti osteoporosis.
Peran perawat profesional sangat dibutuhkan dalam menangani
fraktur dalam memberikan support/motivasi kepada pasien dan
memberikan penyuluhan serta pengetahuan terhadap klien dan
keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai