Anda di halaman 1dari 220

BAHASA INDONESIA

PERTEMUAN 1-16 SEMESTER GANJIL


Disusun Oleh
Ahmad Saifi Athoillah, S.Hum, MM

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


POLITEKNIK NEGERI MALANG PSDKU KEDIRI 2019

www.themegallery.com
LOGO
OUTLINE PERTEMUAN
 Pertemuan ke :
 1. Kalimat dan Unsur-unsurnya
 2. Kategori dan fungsi kalimat
 3. Jenis-jenis kalimat
 4. Ciri ciri kalimat efektif
 5. Kelogisan struktur dan kegramatikalan kalimat
 6. Memilih kata atau diksi
 7. Kaidah-kaidah diksi
 9. Kata umum dan kata khusus
 10. Ciri-ciri paragraf dan syarat penyusunannya

www.themegallery.com LOGO
OUTLINE PERTEMUAN
 11. Macam-macam paragraf dan
pengembangannya
 12. Pengertian, tujuan dan jenis-jenis laporan
 13. Laporan kegiatan dan laporan administratif
 14. Pengertian karya ilmiah dan wujudnya
 15. Urutan penyampaian masalah dalam karya
ilmiah
 16. Teori penulisan proposal dan karya ilmiah
 17. Tata penulisan kutipan dan merujuk daftar
pustaka dalam artikel ilmiah (Tambahan)

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 1

KALIMAT DAN UNSUR-


UNSURNYA

www.themegallery.com LOGO
Ilmu Tata Kalimat (Sintaksis)
 Syntax = sintaksis
 Suntassein (Bahasa Yunani)
sun : dengan atau bersama
tassein : menyusun atau mengatur
bersama
Arti : menyusun atau mengatur bersama
secara tertib
Sintaksi adalah ilmu tentang pengaturan dan
hubungan antara kata dengan kata, atau dengan
satuan-satuan yang lebih besar, atau antara
satuan-satuan yang lebih besar itu dalam
bahasa.

www.themegallery.com LOGO
Konsep Hierarki Satuan Bahasa
 Fonem - fonologi

 Morfem - morfologi Struktur internal kata


 Kata - morfologi

 Frasa
 Klausa Sintaksis struktur antar kata
 Kalimat dan tata kalimat

 Paragraf Wacana
 wacana

www.themegallery.com LOGO
KALIMAT
 Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang
utuh (Alwi, 2003: 311).

 Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara


naik turun dan keras lembut,disela jeda, dan diakhiri
dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan
yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi
bunyi ataupun proses fonologislainnya.

 Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai


dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di
dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti
koma (,), titik dua (:), tanda pidah (-), dan spasi.

LOGO
Unsur-unsur kalimat
Terdapat 4 unsur dalam kalimat yaitu:
1. Unsur segmental/utama, meliputi: kata,
frasa, dan klausa.
2. Unsur suprasegmental/prosodi berupa
intonasi.
3. Makna/arti
3. Situasi

www.themegallery.com LOGO
Kata
 Kata adalah satuan gramatik bebas terkecil yang bermakna.
 Menurut jenisnya kata ada 2 yaitu:
1. Kata penuh, yaitu kata yang secara leksikal memiliki
makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses
morfologis, dapat berdiri sendiri sebagai sebuah tuturan.
Yang termasuk kata penuh: nomina (kt. benda), verba (kt.
Kerja), adjektiva (kt. sifat), numeralia (kt. Bilangan),
pronomina (kt. Ganti). Contoh: apel (kt benda).

2. Kata tugas, yaitu kata yang secara leksikal tidak memiliki


makna, tidak mengalami proses morfologis dan tidak dapat
berdiri sendiri sebagai sebuah tuturan.Yang termasuk kata
tugas: preposisi (kt depan), adverbia (kt keterangan),
konjungsi (kt. penghubung). Contoh: akan, antara (kt
depan), sangat, amat (kt. adverbia).

www.themegallery.com LOGO
Frasa
 Frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas
dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas
fungsi (Ramelan, 1986: 142).
Perhatikan contoh-contoh berikut.
 bayi sehat
 pisang goreng
 baru datang
 sedang membaca

www.themegallery.com LOGO
Jenis Frase (Lanjutan)
(Berdasarkan distribusi unsurnya)

Frase Frase eksosentrik


endosentrik

FE atributif

FE koordinatif

FE apositif

www.themegallery.com LOGO
lanjutan
Frasa Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua
unsurnya maupun salah satu dari unsurnya.

dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan


dua orang mahasiswa / sedang membaca / buku baru ----------------------
F. ENDOSENTRIK F.ENDOSENTRIK F. ENDOSENTRIK

FE Koordinatif : ayah dan ibu, bekerja atau belajar, suami istri


FE Atrbutif : buku baru, sedang membaca, malam ini,
sangat bangga
FE Apositif : Yogya kota pelajar.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Frase Eksosentrik

Frase eksosentrik adalah frase


yang tidak mempunyai unsur yang
sama dengan unsurnya.

Contoh: di perpustakaan,
ke sekolah,
dari rumah

www.themegallery.com LOGO
lanjutan
Jenis Frase
(Berdasarkan kategori inti frase)

 Frasa Nomina (F N) : mahasiswa baru, dosen muda

 Frasa Verba (FV) : sedang makan, tidak belajar

 Frasa Adjektiva (F Adv.) : kemarin pagi, amat cantik

 Frasa Numeralia (F Num.) : lima botol, hanya satu, sebelas saja

 Frasa Preposisi (F Prep.) : di kampus, dari desa, ke kota

www.themegallery.com LOGO
Klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri atas S P baik


disertai O, PEL, dan KET ataupun tidak (Ramlan,1987: 89)

Klausa S P (O) (PEL) (KET)

Setiap konstruksi sintaksis yang terdiri atas S dan P (tanpa


memperhatikan intonasi atau tanda baca akhir).

www.themegallery.com LOGO
Perbedaan Klausa dan Kalimat
 Klausa berpotensi menjadi kalimat.
 Yang membedakan klausa dan kalimat adalah
intonasi final di akhir satuan bahasa itu.

 Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan


klausa tidak diakhiri intonasi final.

 Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita,


tanya, perintah, dan kagum.

www.themegallery.com LOGO
Penggolongan Klausa
 Berdasarkan unsur internnya:
a. Klausa lengkap (terdiri atas S+P atau P+S)
b. Klausa tak lengkap (P disertai O. PEL, KET)

 Berdasarkan ada-tidaknya kata negatif


yang secara gramatik menegatifkan P:
b. Klausa positif (tidak memiliki kata negatif yang
secara gramatik menegatifkan P)
c. Klausa negatif (memiliki kata negatif yang secara
gramatik menegatifkan P): belum, tidak, tak, tiada,
bukan,jangan

 Berdasarkan kategori kata atau frasa


yang menduduki fungsi P:
Klausa nominal, klausa preposisi,
klausa verbal, klausa adjektif
klausa numeralia
www.themegallery.com LOGO
Contoh

 Klausa Lengkap, contoh:


- anak itu sangat cerdas
 Klausa tak lengkap, contoh:
- membantah dirinya terlibat
 Klausa positif, contoh:
- mereka diliputi oleh perasaan senang
 Klausa negatif, contoh:
- mereka tidak malas

www.themegallery.com LOGO
Contoh

 Klausa nominal, contoh:


- dia karyawan suatu perusahaan
 Klausa verbal, contoh:
- Ahmad sedang membaca novel
 Klausa adjektival, contoh:
- ia benar-benar anak yang jenius
 Klausa preposisi, contoh:
- orang tuanya di rumah

www.themegallery.com LOGO
Struktur Kalimat Dasar
 Kalimat dasar adalah kalimat yang terdiri atas (i)
satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii)
susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling
umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau
pengingkaran.

 Pola kalimat dasar:


1. Berdasarkan kategori katanya
FN + FN, FN + FV, FN + FA, FN + Fnum, FN + FPrep
2. Berdasarkan kategori struktur fungsinya
S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-Ket, S-P-O-Pel, S-P-O-Ket.

www.themegallery.com LOGO
CONTOH KALIMAT DASAR
1. FN + FN: Adik saya seorang dokter
2. FN + FV: Ikan itu sedang menari.
3. FN + FA: Boneka itu sangat lucu.
4. FN + F Num : Mainannya sangat banyak.
5. FN + F Prep : Anak kecil itu ke sekolah.

www.themegallery.com LOGO
CONTOH KALIMAT DASAR
a) Subjek-predikat (S-P)
Contoh:
Obat ini / sangat mujarab.
Komputer itu / sudah kuno.
Kakinya / terkilir.

b) Subjek-predikat-objek (S-P-O)
Contoh:
Ia / sedang memprogram / komputer.
Orang itu / sedang memikirkan / nasib anak anaknya.
Peristiwa itu / mengilhami / imajinasinya.

LOGO
STRUKTUR KALIMAT DASAR (2)
c) Subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel)
Contoh:
Sukarno / dikenal / sebagai penyambung lidah bangsa Indonesia.
Ia / termasuk / tokoh yang luas pemikirannya.
Janji-janji Jepang / hanya merupakan / isapan jempol.

d) Subjek-predikat-keterangan (S-P-K)
Contoh:
Kebakaran itu / terjadi / setiap tahun.
Keluarganya / pindah / ke Bandung.
Perjanjian itu / dibuat / secara sepihak.

LOGO
STRUKTUR KALIMAT DASAR (3)
e) Subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel)
Contoh:
Dia / mencarikan / adiknya / komputer.
Adik saya / sedang membuatkan / temannya / sebuah puisi.

f) Subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K)
Contoh:
Orang itu / mengobati / pasiennya / dengan air putih.
Pak Joni / selalu melibatkan / siswanya / dalam setiap kegiatan
kemasyarakatan.

LOGO
PERTEMUAN 2

KATEGORI DAN FUNGSI


KALIMAT

www.themegallery.com LOGO
ANALISIS KATEGORI
Kategori merupakan analisis terhadap
unsur/kata yang mengisi suatu kalimat.
Menurut Verhaar (1996) mengatakan
bahawa kategori sintaksis adalah apa
yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti
nomina, verba, adjektiva, adverbia,
advosisi (artinya, preposisi, atau
posposisi). Pronomina (kata ganti)

www.themegallery.com LOGO
Alwi (1998) membagi kelas kata ke dalam
5 kelas Yaitu:
1. Kata benda (Nomina)/N
2. Kata kerja (Verba) / V
3. Kata sifat (Adjektiva) / A
4. Kata keterangan (Adverbia) / Adv
5. Kata tugas

www.themegallery.com LOGO
1. Kata benda (Nomina) / N
 Kata benda adalah kategori yang secara sintaksis, yaitu:
1) Tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan
partikal ’tidak’.
2) Mempunyai potensi untuk didahului oleh
partikel ’dari’ (Kridalaksana, (1994).
 Kata benda dapat dilihat dari tiga sisi, yakni segi
semantik, segi sintaksis, dan segi bentuk.
 Dari segi semantik, kata benda adalah kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau
pengertian. seperti guru, kucing , meja, dan
kebangsaan adalah benda (nomina).

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan …
 Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri :
 1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina
cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap
dapat diikuti oleh kata ’itu’,dapat didahului oleh kata
bilangan (Kridalaksana, 1994) contoh:
 2) Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata
pengingkarnya adalah bukan.
 3) Umumnya, nomina dapat diikuti oleh adjektiva, baik
secara langsung maupun diantarai oleh kata ‘yang’. Contoh:
 buku dan rumah adalah nomina karena dapat bergabung
menjadi buku baru dan rumah mewah atau buku yang baru
dan rumah yang mewah.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan …
 Dari segi bentuknya, terdiri atas dua macam, yakni:
 1. Nomina yang terbentuk dari kata dasar, dan
 2. Nomina turunan.
 Penurunan nomina ini dilakukan dengan:
 1. afiks,
 2. perulangan,
 3. pemejemukan.
 Contoh nomina dasar adalah gambar, meja, rumah, pisau,
tongkat, hukum, dan lain-lian. Dan contoh nomina turunan
adalah daratan, pendaratan, kekosongan, persatuan, meja-
meja, rumah makna, dan lain-lain.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan …
 Nomina mencakup pronomina dan numeralia.
 Ada tiga pronomina dalam bahasa indonesia, yakni
 1. Pronomina persona
 Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk
mengacu pada orang. Ada 3 macam pronomina persona :
a. Pronomina persona pertama
(tunggal): saya, aku, ku,-ku,
(jamak) : kami, kita
b. Pronomina persona kedua
(tunggal) : engkau, kamu, anda
(Jamak) : kalian
c. Pronomina persona ketiga
(tunggal) : dia, beliau
(jamak) : mereka

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan …
 2. Pronomina penunjuk, ada tiga macam, yaitu pronomina
penunjuk umum, pronomina penunjuk tempat, dan
pronomina ihwal.
 a. Pronomina penunjuk umum (ini, itu, anu).
 b. Pronomina penunjuk tempat (sini, situ, sana).
 c. Pronomina penunjuk ihwal (begini, begitu)

www.themegallery.com LOGO
2. Kata kerja (Verba) / v
 Yaitu kata yang menyatakan tindakan (Ramlan, 1991). Ciri-ciri:
1) perilaku semantis; 2) perilaku sintaksis; 3) morfologisnya.
 1) Dari segi semantisnya, verba memiliki makna inheren yang
terkandung di dalamnya. Perhatikan contoh berikut!
 a. Pencuri itu lari.
 2) Dari sintaksisnya, ketransitifanya verba ditentukan oleh dua
faktor, yaitu:
 a. Adanya nomina yang berdiri di belakang verba yang berfungsi
sebagai objek dalam kalimat aktif. Perhatikan contoh berikut!
 - Rakyat pasti mencintai pemimpin yang jujur.
 b. Kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam
kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut!
 - Pemimpin yang jujur pasti dicintai oleh rakyatnya.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Bedasarkan bentuk verba secara morfologis
verba dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
verba asal dan verba turunan. Verba asal adalah
verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks
dalam kon teks sintaktis, sedangkan verba
turunan adalah verba yang harus atau dapat
memakai afiks, bergantung pada keformalan
bahasa dan/atau pada posisi sintaktisnya. Secara
skematis pembagian verba dapat digambarkan
sebagai berikut:

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan.. Verba berdasarkan morfologi

www.themegallery.com LOGO
3. Kata sifat (Adjektiva) / A
 Kata sifat atau adjektifa ialah kata yang
dipakai untuk mengungkapkan sifat atau
keadaan orang, benda, atau binatang.
 Kata sifat bisa menjelaskan, mengubah atau
menambah arti suatu kata benda yang
diikutinya sehingga menjadi lebih spesifik.
 Kata sifat atau advjektifa juga bisa
menerangkan kuantitas, kecukupan, urutan,
kualitas, maupun penekanan pada suatu
kata.

www.themegallery.com LOGO
Ciri-ciri Kata Sifat
 Kata sifat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kata sifat atau adjektiva dapat diberi keterangan pembanding dengan
menggunakan kata-kata berikut :
- lebih (contoh : lebih mahal)
- kurang (contoh : kurang mahal)
- paling (contoh : paling mahal)
2. Kata sifat atau adjektiva dapat diberi keterangan penguat dengan kata-
kata berikut :
- sangat (contoh : sangat indah)
- amat (contoh : amat indah)
- benar (contoh : indah benar)
- sekali (contoh : indah sekali)
- terlalu (contoh : terlalu indah)
3. Kata sifat atau Adjektiva dapat diingkari dengan kata "tidak"
Contoh :
- tidak bodoh
- tidak bagus
- tidak salah

www.themegallery.com LOGO
Ciri-ciri Kata Sifat
4. Kata sifat atau adjektiva dapat diulang dengan awalan (se-) dan
akhiran (–nya)
Contoh :
- sebaik-baiknya
- seburuk-buruknya
- sejelek-jeleknya
- sejahat-jahatnya
5. Kata sifaat atau adjektiva pada kata tertentu menggunakan
akhiran :
- ( - er ) (contoh : honorer)
- ( -(wi ) (contoh : duniawi)
- ( -iah ) (contoh : alamiah)
- ( -if ) (contoh : positif)
- ( -al ) (contoh : formal)
- ( –ik ) (contoh : elektronik)

www.themegallery.com LOGO
4. Kata keterangan (adverbia) / adv
 Yaitu kelas kata yang yang memberikan
keterangan kepada kata lain, seperti verba
(kata kerja) dan adjektiva (kata sifat), yang
bukan nomina (kata benda). Contoh: sangat,
amat, tidak.

www.themegallery.com LOGO
Penggolongan kata keterangan
 Kata keterangan alat. Misalnya: dengan
 Kata keterangan cara. Misalnya:dengan
 Kata keterangan kesertaan. Misalnya: bersama
 Kata keterangan perlawanan. Misalnya: meskipun
 Kata keterangan tujuan. Misalnya: untuk
 Kata keterangan sebab. Misalnya: karena
 Kata keterangan akibat. Misalnya: maka.
 Kata keterangan waktu. Misalnya: kemarin, besok
 Kata keterangan tempat. Misalnya: sana, sini
 Kata keterangan syarat. Misalnya: jika
 Kata keterangan derajat dan keterangan kuantitatif.
Misalnya: sedikit, banyak
 Kata keterangan keadaan. Misalnya: sungguh-sungguh
 Kata keterangan kepastian. Misalnya: mungkin
 Kata keterangan atributif. Misalnya:yang
 Kata keterangan perbandingan. Misalnya:sebagaimana

www.themegallery.com LOGO
4. Kata tugas
 Kata tugas adalah segala macam kata yang tidak termasuk
salah satu kelas kata yang sudah di bicarakan.
 kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak
mengalami proses morfologi, merupakan kata tertutup, dan
tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan.
 Kata tugas dapat menjadi 5 kelompok, yaitu;
1). Preposisi (di, ke, dari, pada, kepada, untuk)
2). Konjugtor (dan, atau, jika, walaupun)
3). Interjeksi (kata tugas yang mengungkapkan rasa hati
pembicaraan, seperti : kagum, sedih, heran dan jijik
4). Artikula/kata sandang (Yang, sang, kaum, pasa, si)
5). Partikel penegas (-lah, -kah, -tah, -pun)

www.themegallery.com LOGO
ANALISIS FUNGSI
 Fungsi Subjek: merupakan fungsi sintaksis terpenting setelah
predikat yang pada umumnya berupa nomina, frasa nominal,
atau klausa.
 Fungsi Predikat: merupakan konstituen pokok yang disertai
konstituen subjek di sebelah kiri dan, jika ada, konstituen
objek,pelengkap, dan/atau keterangan wajib di sebelah kanan.
 Fungsi Objek: merupakan konstituen kalimat yang
kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif
(kt kerja yg memerlukan objek/pelengkap) pada kalimat aktif.
 Fungsi Pelengkap: sering dikacaukan dengan objek karena
keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni di
belakang verba.
 Fungsi Keterangan: merupakan fungsi sintaksis yang paling
beragam dan paling mudah berpindah letaknya, kehadirannya
bersifat manasuka, biasanya berupa frasa nominal, frasa
adverbial.

LOGO
CIRI SUBJEK
 Subjek adalah unsur pokok kalimat yang dapat
berupa kata benda (nomina), kelompok kata
benda (frasa nomina), dan klausa.
 Subjek dapat disertai kata itu.
 Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata
tanya siapa atau apa.
 Subjek dalam bahasa Indonesia biasanya berupa
nomina atau frasa nomina.
 Subjek tidak dapat didahului kata depan atau
preposisi.
Contoh: Di dalam pertemuan itu membahas
berbagai masalah yang dihadapi siswa.

LOGO
CIRI PREDIKAT
 Predikat adalah unsur utama di dalam kalimat
yang berupa kata kerja (verba) atau kelompok
kata kerja (frasa verbal), kata sifat (adjektiva)
atau kelompok kata sifat (frasa adjektival), dan
kata benda (nomina) atau kelompok kata benda
(frasa nominal).

 Dapat diingkarkan atau dapat dinegasikan.


Jika berupa kata kerja atau kata sifat, predikat
dapat diingkarkan dengan menggunakan kata
tidak. Jika berupa kata benda, predikat dapat
diingkarkan dengan menggunakan kata bukan.

LOGO
CIRI OBJEK
 Objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya
bergantung kepada unsur predikat. Objek hanya
muncul di sebelah kanan predikat yang berupa
kata kerja transitif (verba transitif).

 Berupa kata benda atau kelompok kata benda.

 Dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif.

 Tidak dapat didahului kata depan atau preposisi.

LOGO
CIRI PELENGKAP
 Pelengkap seperti halnya objek adalah unsur
kalimat yang kehadirannya juga bergantung
kepada predikat.

 Jika predikat berupa kata kerja transitif,


pelengkap terletak di sebelah kanan (sesudah)
objek.

 jika predikat bukan berupa kata kerja transitif,


pelengkap terletak di sebelah kanan predikat.

LOGO
CIRI KETERANGAN
 Fungsi keterangan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu keterangan wajib dan keterangan manasuka.
 Keterangan wajib merupakan bagian dari predikat.
 Keterangan manasuka bukan bagian dari predikat.
Keterangan manasuka merupakan keterangan yang
sejajar dengan subjek dan predikat.
 Contoh:
 Cincin itu terbuat dari emas. (ket.Wajib)
 Dari komputer pesawat itu dapat dipantau dari
bumi. (ket manasuka)

LOGO
Macam-macam Keterangan
 a. Keterangan tempat : di, ke, dari, di/ke dalam
 b. Keterangan waktu : pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang.
 c. Keterangan alat : dengan
 d. Keterangan tujuan : agar, supaya, untuk, bagi, demi, kepada
 e. Keterangan cara : dengan, secara, dengan cara, dengan jalan.
 f. Keterangan penyerta : dengan, bersama, beserta.
 g. Keterangan perbandingan : seperti, bagaikan, laksana, bak.
 h. Keterangan sebab : karena, sebab, lantaran.
 i. Keterangan kesalingan : saling.
 j. Keterangan akibat : sehingga, sampai, akibatnya, akhirnya, maka
 k. Keterangan alasan : berdasar hal itu, sehubungan dengan hal itu
 l. Keterangan asal : dari.
 m. Keterangan kualitas : dengan.
 n. Keterangan kuantitas : banyak, sedikit, cukup.
 o. Keterangan modalitas : mustahil, barangkali, moga-moga, seyogyanya, mungkin,
sering, sepatutnya.
 p. Keterangan perlawanan : meskipun, walaupun.
 q. Keterangan perwatasan : selain, kecuali.
 r. Keterangan objek
 s. Keterangan subjek : dan
 t. Keterangan syarat : jika, kalau.

www.themegallery.com LOGO
CONTOH
Mahasiswa itu membunuh harimau di pinggir jalan.
Bentuk Mahasiswa itu membunuh harimau di pinggir jalan

Kategori Kata N Prono V N Preposi N N


mina si

Frasa FN FPrep

Fungsi Subjek Predikat Objek Keterangan

www.themegallery.com LOGO
Soal
 Analisislah kalimat berikut ini berdasarkan fungsi
dan kategorinya:
 1. Rudi belajar bahasa Indonesia kemarin sore.
 2. Riana tidur dikamar belakang.
 3. Orang itu membeli baju di jalan dhoho.
 4. Andi membeli roti di toko Pak Yono.
 5. Pak Sunarya membeli perabotan rumah tangga
pada senin sore.

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 3

JENIS-JENIS KALIMAT

www.themegallery.com LOGO
Bagan Jenis Kalimat
K. Tunggal
Jumlah klausa

K. Majemuk K. Majemuk setara


K. Majemuk bertingkat
Fungsi isinya K. Deklaratif (berita) K. Majemuk campuran
/Bentuk K. Imperatif (perintah)
K. interogatif (tanya)
K. Ekslamatif (seru)
K. Lengkap (Mayor)
Kelengkapan Unsur
K. Tidak lengkap (Minor)

Susunan Subjek Predikat K. Biasa


K. Inversi

Peran fungsi Sintaksis (S) K. Aktif


K. Pasif

Cara Pengungkapan K. Langsung


K. Tidak Langsung

www.themegallery.com LOGO
Jenis-jenis Kalimat
 Berdasarkan jumlah klausa ada 2 jenis kalimat:
1. Kalimat tunggal
2. Kalimat majemuk
 Berdasarkan bentuk sintaksisnya:
1. Kalimat deklaratif (kalimat berita)
2. Kalimat imperatif (kalimat perintah)
3. Kalimat interogatif (kalimat tanya)
4. Kalimat eksklamatif (kalimat seruan)
 Berdasarkan kelengkapan unsurnya:
1. Kalimat lengkap
2. Kalimat tak lengkap

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan …
 Berdasarkan susunan subjek dan predikat:
1. Kalimat biasa
2. Kalimat inversi
 Berdasarkan peran fungsi sintaksis (terutama S):
1. Kalimat aktif
2. Kalimat pasif
 Berdasarkan cara pengungkapan:
1. Kalimat langsung
2. Kalimat tak langsung

www.themegallery.com LOGO
BERDASARKAN JUMLAH KLAUSA

1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri


atas satu klausa (S-P) (Wijaya, et al. 2017).
Berikut adalah struktur dan contohnya:
Struktur Contoh
S-P Ronaldo sedang bertanding.
S-P-O Bambang menendang bola.
S-P-Pel Indonesia merupakan negera berkembang.
S-P-K Rina tinggal di Pasar Kliwon.
S-P-O-K Budi akan memimpin perusaahaan ini bulan
depan.
S-P-O-Pel Kakak mengambil bola adik.
S-P-O-Pel-K Saya mengirimi ibu uang setiap bulan.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan…
 Kalimat tunggal dapat diperluas dengan kata
‘yang’.
 Kata ‘yang’ tidak boleh mendahului predikat,
tetapi dapat mendahului subjek.
Contoh:
1. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
negara. (tidak berterima)
2. Bahasa Indonesia merupakan bahasa
negara. (berterima)
3. Yang berbaju hitam itu teman saya.
(berterima).

www.themegallery.com LOGO
Bagan Kalimat Majemuk (Alwi, et al. 1998)

Majemuk •Majemuk setara sejalan


Setara/ •Setara berlawanan
Sederajad •Setara sebab-akibat

Majemuk
Kalimat Bertingkat
Majemuk

Majemuk
campuran

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 2. Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua
klausa atau lebih.
 Kalimat majemuk dapat dibedakan atas:
1. Kalimat majemuk setara/sederat (KMSS)
Kalimat yang terdiri atas 2 klausa atau lebih yang bebas.
Kalimat ini dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, yaitu
dan, serta, lalu, atau, tetapi, padahal, sedangkan.
Kalimat majemuk setara dibagi menjadi beberapa yaitu:
a. Kalimat majemuk setara sejalan (kalimat yang sifatnya
setara kedudukannya). Contoh:
Kakak belajar dan adik bermain.
S / P // S / P

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan…
b. Kalimat majemuk setara berlawanan (kalimat yang terdiri
dari beberapa kalimat yang isinya menyatakan situasi atau
kondisi yang berlawanan). Contoh:

Siti adalah anak yang berani, tetapi dia tidak suka bertengkar.

c. Kalimat majemuk setara sebab akibat (kalimat yang terdiri dari


beberapa kalimat tunggal yang bagian satunya berisi sebab
akibat dari bagian yang lainnya). Contoh:

Kemarau yang terjadi di musim ini sangat panjang, akibatnya


sungai-sungai ikut mengering.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan…
2. Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB)
 Yaitu kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat tunggal
yang kedudukannya tidak setara yang dihubungkan dengan
konjungsi subordinatif.
 Konjungsi subordinatif dapat dinyatakan dengan berbagai
makna, yaitu:
a. Hubungan waktu (sebelum, sejak, sewaktu, ketika)
b. Hubungan syarat (asalkan, jika, kalau)
c. Hubungan pengandaian (jangan-jangan, seandainya)
d. Hubungan tujuan (agar, biar, supaya)
e. Hubungan konsesif (walaupun, sekalipun, sungguhpun)
f. Hubungan pembandingan (alih-alih, daripada, ibarat,
sebagaimana)
g. Hubungan sebab/alasan (karena, sebab)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan…
i. Hubungan hasil/akibat (sampai-sampai, maka, sehingga)
j. Hubungan cara (dengan, tanpa)
k. Hubungan alat (dengan, tanpa)
l. Hubungan komplementasi (bahwa)
m. Hubungan restriksi (yang)
n. Hubungan perbandingan (sama)
o. Hubungan optatif (semoga)

Contoh:
 Ketika kakak belajar, adik bermain.
S / P // S / P
K K

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan…
3. Kalimat Majemuk Campuran (KMC)
Kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa bebas dan satu
atau lebih klausa terikat. Klausa ini merupakan campuran
antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
bertingkat. Contoh:

Ketika kakak belajar, adik bermain, dan ketika ibu memasak, adik tidur.
S / P // S / P /// S / P // S / P
K K K K

www.themegallery.com LOGO
BERDASARKAN FUNGSI ISINYA
 1. Kalimat deklaratif adalah kalimat yang isinya berupa
suatu pernyataan atau pemberitaan dan tidak memerlukan
reaksi orang lain, baik fisik maupun verbal.
 Dalam bahasa tulisan, kalimat deklaratif diakhiri dengan tanda
titik (.) sedangkan dalam bahasa lisan, kalimat deklaratif
diakhiri dengan nada turun.
 Kalimat deklaratif dapat berwujud:
a. kalimat aktif atau pasif (dilihat dari peran S-nya);
b. kalimat verbal, kalimat nominal, kalimat adjektival, kalimat
numerelia (dilihat dari jenis kata pada P-nya);
c. kalimat versi dan inversi (dilihat dari susunan S dan P-nya).

 Kalimat deklaratif memiliki bentuk pengingkaran yaitu:


a. ‘tidak’ pada P verba, adjektiva, dan numeralia.
b. ‘bukan’ pada P nomina dan numeralia.
c. ‘belum’ pada P verba dan adjektiva.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Contoh:
 Berita itu disiarkan oleh TVRI kemarin. (K Pasif)
 Dia makan. (K Verba)
 Adiknya dua. (K Numerelia)
 Gadis itu cantik. (K Adjektiva)
 Bapakku guru. (K Nomina)
 Sudah pergi dia. (K Inversi)
 Dia tidak mencuri. (pengingkaran)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 2. Kalimat imperatif adalah kalimat yang
menyatakan ujaran yang memerlukan reaksi orang
lain (pembaca atau pendengar) yang umumnya
berupa tindakan secara fisik untuk melakukan
sesuatu.
 Dalam bahasa tulisan, kalimat ini sering sekali
diakhiri dengan tanda seru (!) (untuk kadar
suruhan yang tinggi) atau tanda titik (untuk kadar
suruhan yang biasa atau rendah).
 Dalam bahasa lisan, kalimat imperatif diakhiri
dengan nada turun (untuk kadar suruhan yang
tinggi) atau nada turun kemudian sedikit naik pada
akhir kalimat (untuk kadar suruhan yang biasa atau
rendah).

www.themegallery.com LOGO
Contoh

Mari, kita pergi sekarang !


Coba, jangan pergi sekarang!
Pergilah sekarang!
Janganlah pergi sekarang!
Pergi kamu!

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 3. Kalimat interogatif adalah kalimat yang
menyatakan ujaran yang memerlukan reaksi orang
lain dalam bentuk jawaban verbal.
 Kalimat interogatif biasanya menggunakan kata
tanya apa, siapa, bagaimana, kapan, berapa, atau
mengapa; dan dapat menggunakan partikel
penghalus –kah.
 Kalimat interogatif juga memiliki bentuk ingkar
tidak, bukan, dan belum seperti kalimat deklaratif.
 Dalam bahasa tulisan, kalimat interogatif diakhiri
dengan tanda tanya (?).
 Dalam bahasa lisan kalimat interogatif diakhiri
dengan nada naik (terutama apabila tidak ada kata
tanya) atau turun (bila ada kata tanya bukan pada
posisi akhir kalimat).

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

 4. Kalimat ekslamatif adalah kalimat yang


digunakan untuk menyatakan perasaan kagum
dan tidak memerlukan reaksi orang lain, baik
fisik maupun verbal.
 Kalimat eksklamatif biasanya ditandai dengan
kata-kata alangkah, betapa, bukan main,
amboi, dll.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Contoh:

 Pemerintah menaikan harga BBM. (deklaratif)


 Apa yang kamu kerjakan sekarang? (interogatif)
 Buang semua pikiran negatifmu! (imperatif)
 Amboi, cantik sekali gadis itu! (ekslamatif)

www.themegallery.com LOGO
BERDASARKAN KELENGKAPAN UNSURNYA

 1. Kalimat Mayor : kalimat yang sekurang-


kurangnya mengandung dua unsur pusat
(inti) S-P.
 2. Kalimat Minor : kalimat yang hanya
mengandung satu unsur pusat (inti) S atau P.
Contoh kalimat mayor :
Kakak membaca.
Ia mengambil buku itu.
Contoh Kalimat minor:
Pulang !
Pergi !

www.themegallery.com LOGO
BERDASARKAN SUSUNAN SUBJEK-
PREDIKAT
1. Kalimat biasa (versi) adalah kalimat yang
unsur subjeknya mendahului predikat. Contoh:
S+P Televisi itu dimatikan
S+P Kemarin, temanku menangis karena sedih.
Ket S P Ket

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

2. Kalimat inversi adalah kalimat yang unsur


predikatnya mendahului subjek
Contoh
Matikan televisi itu!
P S
Menangis temanku kemarin karena sedihnya.
P S K K

www.themegallery.com LOGO
BERDASARKAN PERAN FUNGSI SUBJEK
 1. Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan
pekerjaan yang dinyatakan dalam predikat.
 Kalimat aktif ditandai dengan verba aktif yang berawalan
meN-, ber- atau tidak berawalan, seperti pergi, datang,
kembali, bangkit (Sugono 2009) Contoh:
 Kami belajar di dalam kelas.
 2. Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya tidak
berperan sebagai pelaku, tetapi menjadi sasaran perbuatan
yang dinyatakan oleh predikat.
 Kalimat pasif ditandai dengan awalan di-, ter-, ke-an dan
bentuk pasif persona (aspek+agen+verba). Contoh:
a. Seminar hari ini dibuka oleh ketua panitia. (awalan di-)
b. Jamilah tertipu Andi. (awalan ter-)
c. Anak ayam kehilangan induknya. (awalan ke-an)
d. Produk pameran produk Indonesia telah kami tutup. (pasif
persona)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Ada 2 hal yang diperhatikan pada kalimat aktif yang tidak dapat
dipasifkan:
1. Kalimat aktif tidak dapat dipasifkan jika kalimat aktif itu
berbentuk ungkapan/ contoh:
Setiap hati ayah membanting tulang.
2. Kalimat aktif tidak dapat dipasifkan jika kalimat aktif itu
mengandung kata ‘ingin/mau, suka, gemar, senang’. Contoh: (tanda
* menandai bentuk tidak berterima).
a. Revano ingin menulis surat untuk Fahrani.
Surat ingin ditulis Revano untuk Fahrani.*
b. Azila suka mengoleksi perangko.
Perangko suka dikoleksi Azila. *
c. Ridani gemar memainkan alat musik tiup.
Alat musik tiup gemar dimainkan Ridani. *
d. Kami senang mempelajari ilmu bahasa.
Ilmu bahasa senang kami pelajari. *

www.themegallery.com LOGO
BERDASARKAN CARA PENGUNGKAPANNYA
 1. Kalimat langsung adalah ujaran yang dituturkan.
 2. Kalimat tidak langsung adalah ujaran yag
dilaporkan.
 Perbedaan keduanya terletak pada pemakaian tanda
petik (“…”) pada kalimat langsung dan tidak ada pada
kalimat tidak langsung (Wijayanti et al. 2017). Contoh:
1. “Coba kurangi waktu bermainmu, Andi!” (Kalimat
langsung)
2. Pembimbing akademik menyarankan agar Andi
mencoba mengulangi waktu bermain. (kalimat tidak
langsung)

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 4

CIRI-CIRI KALIMAT
EFEKTIF

www.themegallery.com LOGO
Pengertian Kalimat Efektif
 Kalimat Efektif adalah kalimat yang dengan sadar dan
sengaja disusun secara efektif. Artinya kalimat-
kalimatnya singkat, padat, jelas, lengkap dan dapat
menyampaikan informasi secara tepat.
 Singkat artinya penulis hanya menggunakan unsur-
unsur yang penting.
 Padat artinya kalimatnya sarat dengan informasi, tidak
banyak pengulangan gagasan.
 Jelas artinya kalimatnya mengandung gagasan pokok
yang jelas/koheren.
 Lengkap artinya mengandung makna kelengkapan
struktur kalimat dan gagasan.
 Informatif artinya kalimatnya mengandung muatan
informasi yang sesuai dengan isi.
www.themegallery.com LOGO
Ciri-ciri Kalimat Efektif
 Ciri-ciri kalimat efektif yaitu:
1. Kesatuan gagasan
2. Kesepadanan struktur kata
3. Keparalelan (kesejajaran)
4. Kehematan kata
5. Kelogisan bahasa
6. Kecermatan penalaran
7. Kebervariasian
8. Ketegasan makna
9. Ketepatan diksi
10.Kebenaran struktur kalimat
11.Keringkasan kata

www.themegallery.com LOGO
1. Kesatuan Gagasan
 Kalimat efektif hanya mengandung satu gagasan pokok. (Wijayanti, et
al. 2017)
 Gagasan pokok adalah pernyataan yang menjadi inti dari pembahasan.
 Contoh:
 Melihat perkembangan penduduk RW 02 Kampung Kedunggede yang
semakin padat namun tidak didukung dengan kemampuan perekonomian
yang cukup yang tanpa kita sadari bahwa peningkatan tersebut
memerlukan sarana prasarana yang memadai.
 Kalimat tersebut mempunyai 3 gagasan, yaitu:
1. Perkembangan penduduk RW 02 Kampung Kedunggede semakin padat.
2. Perkembangan itu tidak didukung perekonomian yang cukup.
3. Kita tidak menyadari bahwa perkembangan itu memerlukan sarana
prasarana yang memadai.
Saran perbaikan:
Perkembangan penduduk RW 02 Kampung Kedunggede semakain padat,
tetapi tidak didikung oleh perekonomian yang cukup dan sarana prasarana
yang memadai.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan (Kalimat Utama, Kalimat Penjelas
dan Gagasan Pokok dalam paragraf)

 Dari dahulu hingga sekarang, boneka tetap menjadi


mainan kesukaan anak perempuan. Mainan ini
disukai anak perempuan karena bentuknya yang
feminin. Karena bentuknya yang unik, boneka juga
disukai anak perempuan karena naluri alamiahnya
sebagai seorang perempuan yaitu, suka mengasuh
dan menyayangi.

 Dari contoh paragraf di atas, bisa kita temukan


pengertian dari Kalimat Utama, Kalimat
Penjelas dan Gagasan Pokok.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Kalimat utama yaitu kalimat yang menjadi inti dari
sebuah paragraf. Kalimat utama merupakan unsur
penting dalam paragraf karena di sinilah inti dari
sebuah paragraf, bisa juga diartikan sebagai kalimat
yang mengandung gagasan utama.
 Pada contoh paragraf di atas kalimat utamanya
terdapat pada kalimat nomor 1 yaitu, Dari dahulu
hingga sekarang, boneka tetap menjadi mainan
kesukaan anak perempuan.
 Kalimat ini disebut sebagai kalimat utama karena
kalimat ini bersifat umum, artinya masih bisa
diuraikan lagi secara lebih detail.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berfungsi
menjelaskan pernyataan yang disebutkan pada kalimat
utama. Penjelasannya bisa berupa rincian, contoh, maupun
hal lain yang bersifat memperjelas kalimat utama.
 Pada contoh paragraf di atas, kalimat penjelasnya terdapat
pada kalimat kedua dan ketiga, yaitu :
 Kalimat 2, "Mainan ini disukai anak perempuan karena
bentuknya yang feminin."
 Kalimat 3, "Selain bentuknya karena bentuknya yang unik,
boneka juga disukai anak perempuan karena naluri
alamiahnya sebagai seorang perempuan yaitu, suka
mengasuh dan menyayangi."
 Kalimat nomor 2, dan 3, menjelas kan alasan kenapa anak
perempuan menyukai boneka.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Gagasan pokok atau disebut juga ide pokok adalah
pikiran yang menjadi dasar pengembangan sebuah
paragraf. Kita dapat menemukan ide pokok dalam kalimat
utama.
 Pada contoh di atas dengan kalimat utama yaitu :
Dari dahulu hingga sekarang, boneka tetap menjadi mainan
kesukaan anak perempuan.
 Kita bisa mengetahui bahwa gagasan pokok adalah, Boneka
mainan kesukaan anak perempuan.

www.themegallery.com LOGO
2. Kesepadanan Struktur kata
Kesepadanan kata ialah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
1. Kalimat mempunyai subjek dan predikat yang
jelas
Ketidakjelasan subjek dalam suatu kalimat terjadi
apabila sebelum subjek kalimat tersebut terdapat
kata depan (di, dalam, dari, bagi, untuk, pada,
sebagai, tentang, mengenai, antara, atas, terhadap,
dsb).
Contoh:
- Bagi semua mahasiswa perguruan ini harus
membayar uang kuliah. (salah)
- Semua mahasiswa perguruan ini harus
membayar uang kuliah. (benar)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

2. Dalam kalimat itu tidak terdapat subjek yang


ganda
Contoh:
- Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para
dosen. (salah)
- Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh
para dosen. (benar)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
3. Kata konjungsi intrakalimat tidak dipakai pada
kalimat tunggal. Kata konjungsi intrakalimat
terdiri atas penghubung koordinatif dan
subordinastif (pembahasan bab sebelumnya)
Contoh:
 Kami datang agak terlambat. Sehingga kami
tidak dapat mengikuti acara pertama. (salah-
kata sehingga di awal kalimat)
 Kami datang agak terlambat sehingga kami
tidak dapat mengikuti acara pertama. (benar)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata


“yang”
- Suporter timnas Indonesia yang
mengenakan baju merah putih. (salah-yang
didepan predikat)
- Suporter timnas Indonesia mengenakan
baju merah putih. (benar)

www.themegallery.com LOGO
3. Keparalelan (kesejajaran)

 Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata


yang digunakan dalam kalimat itu.
 Artinya kalau bentuk pertama menggunakan
nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga
harus menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua
menggunakan verba, dan sebagainya.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Contoh:
1. Atma Jaya terpercaya dan dijamin kualitasnya. (tidak paralel
bentuk karena perbedaan awalan predikat)
2. Atma Jaya terpercaya dan terjamin kualitasnya. (paralel)
3. Atika memetiki setangkai bunga. (tidak palel makna karena
kata ‘memetiki’ menunjukkan kata berulang, tidak dapat
disandingkan dengan setangkai)
4. Atika memetik setangkai bunga. (paralel)
5. Langkah-langkah wawancara adalah
a. Pertemuan degan orang yang diwawancarai,
b. Ungkapkan maksud wawancara,
Tidak paralel
c. Mengatur wawancara.
6. Langkah-langkah wawancara adalah
a. Pertemuan dengan orang yang akan diwawancarai,
b. Pengungkapan maksud wawancara, dan Paralel
c. Pengaturan waktu wawancara.

www.themegallery.com LOGO
4. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif adalah


hemat mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu.
1. Menghilangkan pengulangan kata
Contoh:
- Karena dia tidak diundang, dia tidak
datang ke tempat itu. (tidak efektif)
- Karena tidak diundang, dia tidak datang
ke tempat itu. (efektif)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
2. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimim kata

hipernimim dan hiponimim


 hipernimim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata
hipernimim dapat menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata
lainnya. Sedangkan hiponimim adalah kata-kata yang terwakili artinya
oleh kata hipernimim. Umumnya kata-kata hipernimim adalah suatu
kategori dan hiponimim merupakan anggota dari kata hipernimim.
Contoh:
 hipernimim : warna. hiponimim: merah, jingga, hijau, biru, dll.
 hipernimim : Hantu. hiponimim: Pocong, sundel bolong, kuntilanak, dll.
 hipernimim : Ikan. hiponimim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, dll.
 hipernimim : Odol. hiponimim : Pepsodent, ciptadent, siwak, kodomo,
smile up, close up, maxam, formula, sensodyne, dll.
 hipernimim : Kue. hiponimim : Bolu, apem, nastar nenas, biskuit, bika
ambon, serabi, apem, cucur,bolu kukus, bronis, sus, dll.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Contoh:
- Ia memakai baju warna merah. (Tidak efektif)
- Ia memakai baju merah. (efektif)
3. Menghindarkan kesinoniman kata
Contoh:
- Dia hanya membawa barangnya saja. (Tidak efektif)
- Dia hanya membawa barangnya. (efektif)
4. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak
Contoh:
- para tamu-tamu → para tamu
- beberapa orang-orang → beberapa orang
- para hadirin → hadirin

www.themegallery.com LOGO
5. Kelogisan
Kelogisan adalah bahwa ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Contoh;
1. Waktu dan tempat kami persilakan. (tidak logis)
2. Bapak Sudirman, selaku ketua panitia, kami
persilakan maju ke mimbar. (logis).
3. Setelah lulus kuliah, Bella mengajar bahasa
Indonesia. (tidak logis)
4. Setelah lulus kuliah, Bella mengajar siswa SMA
bahasa Indonesia. (logis)
5. Salon Anton menerima sulam alis. (tidak logis)
6. Salon Anton melayani penyulaman alis mata alis.
(logis)

www.themegallery.com LOGO
6. Kecermatan
Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda, dan tepat dalam pilihan kata. Contoh:
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menjadi putri Indonesia tahun ini. (ambigu)
2. Mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi yang
terkenal itu menjadi putri Indonesia tahun ini.
(cermat)
3. Selama tiga bulan di PT ABC saya bekerja magang,
yang terletak di jalan Cokroaminoto No.5 Jakarta
Pusat. (tidak cermat)
4. Selama tiga bulan, saya bekerja magang di PT ABC,
jalan Cokroaminoto No.5 Jakarta Pusat. (cermat)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Kecermatan juga diperihatkan dengan tidak
mengulang kata-kata yang sama yang bukan
bertujuan penekanan. (Kaswanti, 2004)
 Contoh:
 Pengumuman pemenang tender akan
diumumkan kepada umum hanya melalui
harian kompas. (kurang cermat)
 Pengumuman pemenang tender akan
disebarkan kepada publik hanya melalui
harian kompas. (cermat)

www.themegallery.com LOGO
7. Kebervariasian
 Yaitu kalimat yang memanfaatkan jenis-jenis
kalimat dalam bahasa indonesia.
 Variasi dalam panjang-pendek kaimat dan
penggantian posisi unsur di awal kalimat juga
dapat menghasilkan kalimat yang efektif. Contoh:
 1. Anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang
orangtua.
 2. Dibutuhkan perhatian dan kasih sayang dari
orangtua kepada anak.
 3. Perhatian dan kasih sayang orangtua
dibutuhkan anak.

www.themegallery.com LOGO
8. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan adalah suatu


perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat.
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di
depan kalimat
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat
membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.
(penekakan pada ‘Presiden mengharapkan’)

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

2. Membuat urutan kata yang bertahap


Contoh:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar.
3. Melakukan pengulangan kata yang penting
Contoh:
Sudah merupakan kewajiban bagi
mahasiswa untuk belajar, belajar dan
belajar.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang


ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin
dan jujur.
5. Mempergunakan partikel penekanan (-lah, -
pun, -kah)
Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

www.themegallery.com LOGO
9. Ketepatan diksi (pilihan kata)
 Kata-kata yang dipilih harus tepat dan cermat
sehingga dapat mewakili tujuan, maksud, atau pesan
penulis.
 Seorang penulis dituntut mampu membedakan kata
bersinonim, struktur idiomatik (salah satu unsurnya
tidak dapat dihilangkan atau diganti), dan kata
berantonim. Contoh:
 Bisnis online menguntungkan konsumen dan penjual.
(tidak tepat).
 Bisnis online menguntungkan pelanggan dan
pengelola. (tidak tepat).

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Pasangan idiomatik (kata yang selalu muncung bersamaan,
tidak dipisahkan satu dengan yang lain:
 - terdiri atas
 - sesuai dengan
 - terbuat/terbentuk dari
 - terjadi dari
 - sehubungan dengan
 - berbicara tentang
 - disebabkan oleh
 - bergantung pada
 - berbeda dengan/dari
 - berharap akan
 - bertemu dengan
 - sejalan dengan
 - berkenan dengan
www.themegallery.com LOGO
10. Kebenaran Struktur
 Artinya unsur-unsur yang digunakan di dalam
kalimat tidak memakai unsur asing atau daerah.
 Sebagai contoh pemakaian unsur bahasa Inggris
which, where tidak benar jika disepadankan
dengan konjungsi dimana, di mana, atau yang
mana dalam bahasa Indonesia. Contoh:
 Pemerintah akan membangun sebuah jembatan
yang mana jembatan itu dapat menghubungkan
kedua daerah itu. (salah)
 Pemerintah akan membangun sebuah jembatan
yang dapat menghubungkan kedua daerah itu.
(benar)

www.themegallery.com LOGO
11. Keringkasan
Kalimat efektif menggunakan kata yang ringkas. Contoh:
a. Kami mengadakan penelitian anak jalanan di Jakarta.
(bentuk panjang)
b. Kami meneliti anak jalanan di Jakarta. (bentuk
ringkas)
Akan tetapi, tidak semua bentuk ringkas tepat
menggantikan bentuk panjang. (perhatikan tanda *
bentuk tidak berterima).
a. Setiap mahasiswa perlu mengadakan penelitian
untuk menyelesaikan studinya di jenjang D-3.
b. Setiap mahasiswa perlu meneliti untuk
menyelesaikan studinya di jenjang D-3. *
c. Setiap mahasiswa perlu meneliti suatu topik untuk
menyelesaikan studinya di jenjang D-3.
www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 5

KELOGISAN STRUKTUR
DAN KEGRAMATIKALAN

www.themegallery.com LOGO
KELOGISAN STRUKTUR KALIMAT
 Kelogisan berhubungan dengan bernalar atau
tidaknya sebuah kalimat.
 Ketidaklogisan bisa terjadi karena isi kalimat atau
struktur kalimat yang dibangun tidak tepat dan
penggunaan kata penghubung yang tidak logis.
 Ada 2 kata penghubung dalam bahasa Indonesia,
yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata
penghubung antarkalimat, yaitu:
1. Kata penghubung intrakalimat (karena, sehingga,
walaupun, jika, sedangkan, melainkan, dan, atau,
seperti, dll)
2. Kata penghubung antarkalimat (jadi, oleh karena itu,
namun, kemudian, pertama, kedua, kesimpulannya,
selanjutnya, dll).

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan (Contoh)
1. Ini adalah daerah bebas parkir.
2. Di sini tempat pendaftaran buta huruf.

Yang tepat:
1. Ini adalah daerah boleh parkir bebas atau parkir gratis.
2. Di sini tempat pendaftaran kursus paket A bagi yang
buta huruf.

www.themegallery.com LOGO
KALIMAT YANG GRAMATIKAL

 Kalimat yang memenuhi kaidah atau aturan-


aturan gramatika atau tata bahasa.
 Kaidah gramatika menyangkut masalah
kata, pembentukan kata (berimbuhan, kata
ulang, kata gabung) dan penggunaannya,
serta masalah struktur dan penyusunan
kalimat.

www.themegallery.com LOGO
KALIMAT YANG GRAMATIKAL

1. Subjek dan Predikat pada Kalimat Mayor (Kalimat


Lengkap)
2. Predikat dan Objek Harus Erat
3. Tempat Keterangan Tambahan
4. Pelaku Verba Pasif
5. Tanpa Kalimat Inversi
6. Konstruksi Sintesis
7. Konjungsi pada Kalimat Majemuk
8. Kata dan lain-lain atau dan sebagainya
9. Bukan Konjungsi Korelatif
10.Tanpa Anteseden Kosong
11.Kata Kerja Bantu (Kopula)

www.themegallery.com LOGO
1. SUBJEK DAN PREDIKAT PADA KALIMAT MAYOR
(KALIMAT LENGKAP)

Sebuah kalimat jika tidak lengkap unsur-


unsurnya apalagi unsur tersebut
seharusnya ada menjadi tidak berarti.

Di dalam kalimat, terdapat minimal dua


unsur, yaitu subjek dan predikat.

www.themegallery.com LOGO
Contoh
Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi buku
remaja menjadikan bertambahnya para
pengunjung perpustakaan sekolah.

 (Kalimat ini tidak menjelaskan siapa yang


melengkapi perpustakaan. Artinya, kalimat ini
tidak menyertakan siapa pelakunya atau subjek
kalimatnya. Perbaikannya:

 Dilengkapinya perpustakaan dengan koleksi


buku remaja oleh kepala sekolah menjadikan
bertambahnya para pengunjung perpustakaan
sekolah.
www.themegallery.com LOGO
2. PREDIKAT DAN OBJEK HARUS ERAT

Contoh:
 Para anggota DPR sibuk membicarakan
tentang bahayanya narkoba pada masyarakat
luas.

Pada kalimat tersebut predikatnya adalah sibuk


membicarakan dan objeknya adalah bahayanya
narkoba. Kita lihat antara predikat dan objek
terdapat kata tentang yang harusnya ditanggalkan
sehingga kalimatnya menjadi

 Para anggota DPR sibuk membicarakan


bahaya narkoba pada masyarakat luas.

www.themegallery.com LOGO
3. TEMPAT KETERANGAN TAMBAHAN

 Keterangan tambahan harus terletak langsung di sebelah kanan


unsur yang diterangkan. Perhatikan contoh berikut”

Kenakalan remaja banyak menjadi bahan pembicaraan dalam


masyarakat terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang.

Subjek kalimat adalah kenakalan remaja, predikatnya banyak


menjadi dan objeknya bahan pembicaraan dalam masyarakat.
Bagian terutama mengenai penyalahgunaan obat terlarang itu
sebenarnya adalah keterangan tambahan pada unsur subjek
sehingga seharusnya bagian tersebut diletakkan langsung di sebelah
subjek. Kalimatnya menjadi

 Kenakalan remaja, terutama mengenai penyalahgunaan obat


terlarang banyak menjadi bahan pembicaraan dalam masyarakat.

www.themegallery.com LOGO
4. PELAKU VERBA PASIF

 Frasa verba pada kalimat pasif yang


pelakunya kata ganti orang (seperti saya,
kami, dan mereka) harus mengikuti pola
aspek + pelaku + verba.

Contoh:
 Surat Saudara kami sudah terima.

Kalimat yang benar adalah


 Surat Saudara sudah kami terima.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan

Apabila pada kalimat pasif tersebut pelakunya adalah nama


diri (seperti Hasan), nama perkerabatan (seperti ayah), nama
jabatan (seperti lurah), atau nama pangkat (seperti letnan)
maka polanya adalah verba berawalan di + (oleh) + pelaku

Contoh:
 Pohon duren itu ditanam oleh Hasan.

Akan tetapi, kalau pelakunya berupa kata ganti orang ketiga


dia, polanya adalah verba berawalan di diikuti oleh kata ganti
nya.

Contoh:
 Pakaian itu dijemurnya sampai kering.

www.themegallery.com LOGO
5. TANPA KALIMAT INVERSI
Jangan menggunakan bentuk kalimat inversi. Maksudnya,
predikat tidak boleh berada di sebelah kiri subjek.

Contoh:
 Menjelang penyelenggaraan muktamar satu abad
Muhammadiyah kini meniup kencang isu intervensi ke salah
satu ormas terbesar di Indonesia tersebut.

Pada kalimat tersebut subjeknya adalah isu intervensi dan


predikatnya adalah meniup kencang terletak di sebelah kiri
subjeknya. Oleh karena itu, agar berpola subjek-predikat
kalimatnya menjadi

 Menjelang penyelenggaraan muktamar satu abad


Muhammadiyah kini, isu intervensi meniup kencang ke salah
satu ormas terbesar di Indonesia tersebut.

www.themegallery.com LOGO
6. KONSTRUKSI SINTESIS

 Harus menggunakan konstruksi sintesis,


bukan konstruksi analitis, karena konstruksi
analitis menggunakan bahasa Melayu
(Indonesia) pasar yang bukan merupakan
bahasa baku.
Contoh:
Konstruksi Analitis Konstruksi Sintesis
anaknya
dia punya anak
mereka
dia orang
menderita
mengalami penderitaan

www.themegallery.com LOGO
7. KONJUNGSI PADA KALIMAT MAJEMUK

Kalimat majemuk, baik kalimat majemuk subordinatif maupun


kalimat majemuk koordinatif harus memiliki konjungsi. Fungsi
konjungsi adalah untuk menghindari penafsiran yang ambigu.
Perhatikan contoh berikut!

 Raja sakit, permaisuri meninggal.

Kalimat tersebut tidak memiliki konjungsi sehingga maknanya dapat


ditafsirkan (1) hubungan penjumlahan, (2) hubungan sebab akibat,
(3) hubungan waktu atau hubungan lain.

Perhatikan perbaikan kalimat tersebut!

 Raja sakit dan permaisuri meninggal.


 Raja sakit karena permaisuri meninggal.
 Raja sakit ketika (sebelum, sesudah) permaisuri meninggal.

www.themegallery.com LOGO
Ubahlah kalimat berikut menjadi kalimat efektif

1. saya akan menyerahkan uang ini kepada yang


memerlukannya.
2. Setiap hari kita memilih dengan cara apa kita
menyampaikan sesuatu kepada orang lain.
3. Di dalam setiap upacara keagamaan mengandung
unsur keagamaan.
4. Pembahasan ini dimulai dengan membahas
tentang pengertian gambar teknik.
5. Manusia membutuhkan makanan yang mana
makanan itu harus cukup zat-zat yang diperlukan
oleh tubuh agar mereka tetap sehat.

www.themegallery.com LOGO
8. KATA “DAN LAIN-LAIN ATAU
DAN SEBAGAINYA”

Jangan menggunakan kata dan lain-lain atau


dan sebagainya dalam perincian.

Contoh:
 Dulu di Pasar Minggu banyak buah-buahan
seperti papaya, pisang, jambu, mangga, dan
sebagainya.

Kalimat perbaikan
 Dulu di daerah Pasar Minggu banyak buah-
buahan seperti papaya, pisang, mangga, dan
duku.

www.themegallery.com LOGO
9. BUKAN KONJUNGSI KORELATIF

Pada kalimat majemuk subordinatif hanya ada satu konjungsi. Simak


kalimat berikut!

 Meskipun sudah berkali-kali diperingatkan, tetapi mereka masih saja


berdagang di trotoar jalan.

Pada kalimat tersebut terdapat dua buah konjungsi, yakni meskipun


yang menyatakan ‘kesungguhan’ dan konjungsi tetapi yang
menyatakan ‘kebalikan’. Makna klausa kedua mereka masih saja
berdagang di trotoar sebenarnya sudah menyatakan kebalikan atau
pertentangan dari klausa pertama. Oleh karena itu, konjungsi tetapi
yang terdapat dalam klausa kedua itu harus ditanggalkan sehingga
kalimatnya menjadi

 Meskipun sudah berkali-kali diperingatkan, mereka masih saja


berdagang di trotoar jalan

www.themegallery.com LOGO
10. TANPA ANTESEDEN KOSONG

Jangan membuat kalimat dengan kata-kata


anteseden kosong seperti kata-kata di mana,
dari mana, yang mana, hal mana, kepada
siapa, dari siapa, dan apa yang.

Contoh:
 Rumah di mana para tersangka teroris
bersembunyi digerebek Densus 88.

Kalimat tersebut dapat menjadi :


 Rumah tempat para tersangka teroris
bersembunyi digerebek Densus 88.

www.themegallery.com LOGO
11. KATA KERJA BANTU (KOPULA)

Kata kerja bantu (kopula) “adalah” hanya digunakan


pada kalimat yang subjek atau predikatnya berupa
frasa yang relatif panjang.

Penggunaan yang salah


 Ibu saya adalah guru SMP di Jakarta.

Penggunaan yang benar


 Mereka yang berhak memilih dalam pemilu bulan
depan adalah yang telah berusia 17 tahun ke atas
atau sudah menikah dan memiliki KTP DKI.

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 6

PILIHAN KATA ATAU DIKSI

www.themegallery.com LOGO
Pengertian Diksi
 Pilihan kata atau diksi adalah kegiatan memilih
kata untuk menentukan kata yang paling tepat
dan sesuai dengan makna dan konteks
pemakaiannya. (Keraf 2008)
 Setiap kata terdiri atas dua aspek yaitu bentuk
dan makna.
 Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diindrai,
dilihat, atau didengar.
 Makna merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena
rangsangan bentuk.

www.themegallery.com LOGO
Ciri-ciri Diksi yang Baik
1. Ketepatan
2. Kecermatan
3. Keserasian

www.themegallery.com LOGO
Ketepatan
Ketepatan adalah kemampuan seseorang
menentukan kata mewakili gagasan yang
akan disampaikan dirangkai dalam satu
kalimat atau kata yang tidak menimbulkan
kerancuan / kekaburan makna.
Ketepatan pilihan kata diperleh jika
penulis memahami makna setiap kata
dengan tepat dan memahami perbedaan
antara makna dasar (denotatif) dan
makna tambahan (konotatif) dari
setapkata yang digunakan

www.themegallery.com LOGO
Kecermatan
Kecermatan adlh kemampuan memilih kata yang
diperlukan untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, dan
perasaan. Sehingga terhindar dari kata – kata yang
mubazir.
Hindari hal-hal berikut.
1. Penggunaan kata yang bermakna jamak secara
berganda. Contoh : para hadirin dimohon berdiri.
2. Penggunaan kata yang mempunyai kemiripan makna /
fungsi secara berganda. Contoh : Universitas Trunojoyo
adalah merupakan satu-satunya perguruan tinggi nenggri
di Madura.
3. Penggunaan kata yang tidak diperlukan. Contoh : Rapat
diadakan untuk membicarakan tentang pemilihan ketua.

www.themegallery.com LOGO
Keserasian
Keserasian adlh kemampuan menggunakan kata
sesuai dengan knteks atau situasi pemakaiannya.
Konteks ilah kelaziman penggunaan kata teertntu
dalam kelompok kata. Situasi ialah kelaziman
penggunaan kata tertentu dalam penulisan /
pembicaraa sesuai dengan suasana dan status
sosial pembaca atau pendengar.
Contoh : -Saya minta Bapak bersdia memberi izin
kepada kami. – Saya mohon Bapak bersedia
memberi izin kepada kami.
Untuk memenuhi syarat ketepatan, kecermatan,
dan keserasian dalam pilihan kata, ada kaidah –
kaidah yang perlu diperhatikan.

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 7

KAIDAH-KAIDAH DIKSI

www.themegallery.com LOGO
Kaidah-Kaidah Diksi
Diksi dalam kaidah makna
Diksi dalam kaidah sintaksis
Diksi dalam kaidah sosial

www.themegallery.com LOGO
Diksi dalam kaidah makna
Kaidah makna mengacu kepada persyaratan
ketepatan pilihan kata sebagai lambang objek,
pengertian, atau consep. Kata adl bunyi bahsa
yg dapat didengar atau diucapkan, jika
seseorang membaca atau mendengar sebuah
kata maka akan timbul gambaran tentang kata
tersebut.
Kaidah makna berkaitan dengan sinonim,
homofon, homograf, makna denotasi dan
konotasi, kata abstrak dan konkret, umum
dankhusus, luas dan sempit, kata populer dan
ilmiah, jargon, serta kata serapan dan kata
asing.
www.themegallery.com LOGO
SINONIM, HOMOFON, HOMOGRAF
 Sinonim ialah kata-kata yang mempunyai
makna yang sama atau mirip. Misalnya, muka,
paras, wajah, dan tampang.
 Homofon ialah kelompok kata yang mempunyai
kesamaan huruf sekaligus kesamaan bunyi.
Misalnya, buku (kitab), dan buku (bagian dari
ruas), tampang (muka) dan tampang (bibit).
 Homograf ialah kelompok kata yang
mempunyai kesamaan huruf tapi
pengucapannya berbeda. Teras (inti, [e]
diucapkan keras) dan teras (berbeda,
[e]diucapkan lemah), sedan (tangis) dan sedan
(mobil)
www.themegallery.com LOGO
MAKNA DENOTATIF dan MAKNA KONOTATIF
 Makna Denotatif ialah makna objektif, konseptual da
sebenarnya, bahasa indonesia keilmuan
menggunakan makna denotatif karena secara eksplisit
makna denotatif dapat diukur, dapat dibatasi, dan
merupakan hasil observasi.
 Makna Konotatif ialah makna tambaha, sikap sosial,
dan pribadi. Misalnya kata wanita dan perempuan.
Secara etimologi, kata perempuan berasal dari kata
empu dengan mendapat prefiks per- dan sufiks –an.
Empu memiliki arti gelar kehormatan yang
berarti”tuan”. Sementara kata wanita berasal dari
kata belanda wan-ito, yang artinya pemuas nafsu
birahi laki-laki. Ksimpulannya kedua kata memiliki
konotasi yang berbeda.

www.themegallery.com LOGO
Kata Abstrak dan Konkret
Kaidah-kaidah tersebut adalah kaidah
makna, kaidah kalimat,kaidah sosial dan
kaidah karang-mengarang.
Kaidah makna mengacu kepada
persyaratan ketepatan pilian kata sebagai
lambang objek, pengertian, atau konsep.
Dengan demikian kaidah makna berkaitan
dengan sinonim, makna denotasi dan
konotasi, kata abstrak dan konkret, kata
umum dan khusus, kata populer dan
ilmiah dll.

www.themegallery.com LOGO
Diksi Dalam Kaidah Sintatis
 Kaidah kalimat mengacu pada makna dan
pemakaian kata-kata dalam konteks tertentu.
Artinya kata-kata itu digunakan dalam hubungan
yang lebih luas, misalnya hubungan dalam
onteks kalimat, paragraf, dan wacana. Kata yang
sama dapat mempunyai makna berbeda apabila
kondisinya berbeda. Kata raya, agung, besar
digunakan dalam konteks yang berbeda,
misalnya hari raya idul fitri bukan hari besar idul
fitri, jaksa agung bukan jaksa raya. Contoh :
mereka mengikuti perlombaan jalan cepat.
Kursus cepat lebih disukai orang dewasa. Mereka
berangkat dengan kereta cepat.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Kaidah sintaktsis juga berkaitan dengan frase, dalam hal ini
pilihan kata mensyaratkan kebertetimaan secara logis.
Contoh : terdiri atas nukan terdiri dari
antara.... dan..... bukan antara....
dengan....
disebabkan oleh bukan disebabkan
karena

www.themegallery.com LOGO
Diksi Dalam Kaidah Sosial
Kaidah sosial berhubungan erat dengan
persyaratan kesesuaian pilihan kata. Kata-
kata yang dipilih harus disesuaikan
dengan lingkungan pemakai, terutama
yang terkait dengan kesantunan
berbahasa dalm kehidupan
bermasyarakat.
contoh :
aku (tidak boleh digunakan kepada orang
yang lebih tua).

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 8

KATA UMUM DAN KATA


KHUSUS

www.themegallery.com LOGO
Kata Umum dan Kata Khusus
1. Kata umum dibedakan dari kata khusus
berdasarkan ruang lingkupnya.
2. Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka
makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata,
maka terbuka kemungkinan salah paham dalam
pemaknaan.
3. Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus
sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan
terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan
makin mendekatkan penulis pada pilihan kata
secara tepat.
Contoh : kata berjalan perlahan-lahan lebih umum
dibanding dengan tertatih-tatih.
www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 10

CIRI-CIRI PARAGRAF DAN


SYARAT PENYUSUNANNYA

www.themegallery.com LOGO
Definisi Paragraf atau Alinea
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membahas satu topik atau hanya mengacu
pada satu gagasan pokok.

Topik dituangkan ke dalam suatu kalimat


yang disebut dengan kalimat topik atau
kalimat utama, sedangkan kalimat yang
menjelaskan kalimat topik disebut kalimat
penjelas.

www.themegallery.com LOGO
Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Syarat Paragraf yang Baik dan Benar
1. Kesatuan
2. Koherensi
3. Kelengkapan
4. Keberurutan
5. Konsistensi sudut pandang

www.themegallery.com LOGO
1. Kesatuan
Yaitu semua kalimat dalam paragraf itu secara
bersama-sama mendukung satu ide atau gagasan
pokok.
Jadi, tidak boleh ada kalimat sumbang atau
menyimpang dari pikiran utamanya.
Contoh paragraf berkalimat sumbang
Hari akan hujan. Angin bertiup kencang. Debu-
debu beterbangan. Awan hitam bergerak dengan
cepat. Burung-burung berkicau riang. Para
pedagang kaki lima sibuk mengemas dagangannya.

www.themegallery.com LOGO
2. Koherensi (Kesinambungan)
kepaduan atau kekompakan hubungan antara
kalimat satu dengan kalimat lain dalam
paragraf tersebut.
Kepaduan kalimat dalam suatu paragraf dapat
dijalin dengan penanda hubungan, baik
penanda hubungan eksplisit maupun implisit.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
a. Penanda Hubungan secara Eksplisit
1) pengulangan kata
Contoh:
Semua isi alam ini adalah makhluk,
artinya ciptaan Tuhan. Ciptaan Tuhan yang
paling sempurna dan paling mulia adalah
manusia. Manusia diizinkan oleh Tuhan
memanfaatkan semua isi alam ini untuk keperluan
hidupnya. Akan tetapi, tidak diizinkan menyakiti,
menyiksa, dan menyia-nyiakan.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
2) kata ganti
Contoh
Maya anak Pak Karto. Sekarang ia
kelas III SMP. Setiap pagi teman-temannya
selalu menghampirinya. Mereka berangkat dan
pulang bersama-sama.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
3) kata-kata penghubung
Contoh :
Semalam suntuk Darto menonton
pertandingan sepakbola di televisi. Oleh karena
itu, ia bangun kesiangan. Akibatnya, ia
terlambat masuk ke sekolah.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
b. Penanda Hubungan secara Implisit
Contoh:
Matahari belum tinggi benar, baru
sepenggalan. Sinarnya yang keemasan
membuat suasana sangat cerah. Angin segar
bertiup sepoi-sepoi bisa menggerak-gerakkan
daun pepohonan. Burung-burung pun berkicau
riang. Tampak segalanya indah.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
c. Pengembangan
Pengembangan ide atau gagasan dengan
menggunakan kalimat-kalimat pendukung.
d. Efektif
Disusun dengan menggunakan kalimat efektif
sehingga ide bisa tersampaikan dengan tepat.

www.themegallery.com LOGO
3. Kelangkapan
Gagasan pokok atau kalimat topik
dikembangkan dengan kalimat penjelas,
yang dikembangkan atau diperluas hanya
dengan pengulangan-pengulangan
gagasan pokok dari kalimat sebelumnya.
(Wijayanti, et al. 2017)
Oleh karena itu penulis harus
menyampaikan informasi secara memadai
dan lengkap.

www.themegallery.com LOGO
4. Keberurutan
 Keberurutan terkait dengan pola penulisan yang
dipakai untuk menyampaikan informasi agar
tidak terkesan terpotong-potong. (Wijayanti, et
al. 2017)
 Pola umum keberurutan adalah
 1. urutan waktu
 2. urutan tempat
 3. urutan umum ke khusus
 4. urutan khusus ke umum
 5. pertanyaan ke jawaban
 6. akibat ke sebab atau sebab ke akibat

www.themegallery.com LOGO
5. Konsistensi Sudut Pandang
Sudut pandang/point of view perlu lebih
awal ditetapkan oleh penulis.
Penulis harus konsisten, tidak boleh
berganti-ganti dalam menggunakan
sudut pandang. (Widjono, 2005)
Penulis dapat mengacu diri sendiri dengan
sebutan penulis (ini), saya, kami, atau
tidak menyebutkan acuan sama sekali.

www.themegallery.com LOGO
Unsur-unsur Pembentuk Paragraf
 Unsur-unsur wajib pembentuk paragraf yaitu:
 1. Gagasan pokok (utama)
 2. Kalimat Topik
 3. Kalimat pendukung/penjelas/pengembang

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 11

MACAM-MACAM PARAGRAF
DAN PENGEMBANGANNYA

www.themegallery.com LOGO
Macam-macam Paragraf
Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan

Paragraf pembuka berisi persoalan dasar


Paragraf Pembuka yang berkaitan dengan masalah yang akan
kita tulis.

Paragraf Isi
Paragraf yang berisi kelanjutan gagasan.
(Pengembangan)

Paragraf yang terdapat pada akhir karangan


atau pada akhir dari suatu kesatuan yang
Paragraf Penutup
lebih kecil di dalam karangan itu.

www.themegallery.com LOGO
Macam-macam Paragraf

3. Paragraf
Ekspositoris
2. Paragraf 4. Pragraf
Argumentatif Deskriptif

Menurut
1. Paragraf 5. Paragraf
Persuatif
Sifat Naratif
Isinya

www.themegallery.com LOGO
1. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah suatu bentuk
karangan yang bertujuan membujuk
pembaca agar mau berbuat sesuatu
sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar
tujuannya dapat tercapai, penulis harus
mampu mengemukakan pembuktian
dengan data dan fakta.

www.themegallery.com LOGO
2. Paragraf Argumentatif
 Paragraf Argumentasi adalah paragraf atau karangan yang
membuktikan kebenaran tentang sesuatu.
 Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis wacana
argumetasi menyertakan data-data pendukung.
Tujuannya, pembaca menjadi yakin atas kebenaran yang
disampaikan penulis.
 Paragraf argumentasi, biasanya ditemukan beberapa ciri
yang mudah dikenali. Ciri- ciri tersebut adalah:
 (1) ada pernyataan, ide, atau pendapat yang dikemukakan
penulisnya;
 (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung;
 (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang
disampaikan.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Data dan fakta yang digunakan untuk
menyusun wacana atau paragraf
argumentasi dapat diperoleh melalui
wawancara, angket, observasi, penelitian
lapangan, dan penelitian kepustakaan.
 Pada akhir paragraf atau karangan, perlu
disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini
yang membedakan argumentasi dari
eksposisi.

www.themegallery.com LOGO
3. Pragraf Ekspositoris
Pargraf Ekspositotis/Eksposisi adalah
karangan yang menyajikan sejumlah
pengetahuan atau informasi. Tujuannya,
pembaca mendapat pengetahuan atau
informasi yang sejelas–jelasnya.
Contoh paragraf eksposisi adalah semua
jenis laporan

www.themegallery.com LOGO
4. Paragraf Deskriptif
 Paragraf deskripsi adalah paragraf yang
menggambarkan sesuatu dengan jelas dan
terperinci.
 Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau
memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan
sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah
dapat melihat, mendengar, membaca, atau
merasakan hal yang dideskripsikan.
Contoh : keadaan banjir, suasana di pasar

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
Paragraf deskripsi mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu bertujuan untuk
melukiskan suatu objek.

Paragraf deskripsi, hal-hal yang menyentuh pancaindera (penglihatan,


pendengaran, penciuman, pengecapan, atau perabaan) dijelaskan secara
terperinci.

 · Ciri yang kedua adalah penyajian urutan ruang. Penggambaran atau


pelukisan berupa perincian disusun secara berurutan; mungkin dari
kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari depan ke belakang, dan
sebagainya, seperti dalam kutipan 2.
 · Ciri deskripsi dalam penggambaran benda atau manusia didapat dengan
mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek secara detil/terperinci
menurut penangkapan si penulis.
….seorang gadis berpakaian hitam…..
….tiga lelaki tanpa alas kaki….
 · Paragraf deskripsi, unsur perasaan lebih tajam daripada pikiran.
….bersama terpaan angin yang lembut…..

www.themegallery.com LOGO
5. Paragraf Naratif
Paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian.
Paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan
konflik. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama.

Perhatikan contoh berikut!


Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta
tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke
leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan
suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah
menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit.
Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba
menyambut kedatangan Nyonya Marta.

www.themegallery.com LOGO
Lanjutan
 Paragraf naratif disusun dengan merangkaikan peristiwa-
peristiwa yang berurutan atau secara kronologis. Tujuannya,
pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa
yang diceritakan. Contoh : novel, cerpen, drama

 Paragraf narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi


ekspositoris dan narasi sugestif. Paragraf narasi ekspositoris
berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara
informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut
secara tepat.

 Siang itu, Sabtu pekan lalu, Ramin bermain bagus. Mula-mula ia


menyodorkan sebuah kontramelodi yang hebat, lalu bergantian
dengan klarinet, meniupkan garis melodi utamanya. Ramin dan
tujuh kawannya berbaris seperti serdadu masuk ke tangsi,
mengiringi Ahmad, mempelai pria yang akan menyunting
Mulyati, gadis yang rumahnya di Perumahan Kampung
Meruyung. Mereka membawakan lagu “Mars Jalan” yang dirasa
tepat untuk mengantar Ahmad, sang pengantin….
www.themegallery.com LOGO
POLA-POLA PENGEMBANGAN
PARAGRAF

www.themegallery.com LOGO
Pola-pola Pengembangan Paragraf

Deduktif (Umum-khusus)

Induktif (Khusus-Umum)

Sebab-Akibat

Perbandingan

Contoh

www.themegallery.com LOGO
1. Pengembangan Deduktif (Umum-Khusus)

 Paragraf yang dimulai dengan pikiran pokok kemudian


diikuti oleh pikiran-pikiran penjelas.
 Ciri-ciri paragraf deduktif adalah
a. Definisi
b. Pernyataan
c. Pendapat
Contoh:
Pada waktu menulis surat kita harus tenang. Kalau
sedang sedih, bingung, kesal, atau marah kita jangan
menulis surat. Kesedihan, kebingungan, kekesalan, dan
kemarahan itu akan tergambar dalam surat kita.
Mungkin akan tertulis kata-kata yang kurang terpikir,
terburu nafsu, dan dapat merusak suasana.
www.themegallery.com LOGO
2. Pengembangan Induktif (Khusus-Umum)
 Paragraf yang dimulai dengan pikiran-pikiran penjelas kemudian
diikuti oleh pikiran pokok atau kesimpulan.
 Ciri-ciri paragraf induktif
1. Definisi
2. Pernyataan
3. Pendapat
4. Kesimpulan
Contoh :
Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan bermacam-
macam pikiran dan perasaan kepada sesama manusia. Dengan
bahasa pula, manusia dapat mewarisi dan mewariskan semua
pengalaman dan pengetahuannya. Seandainya manusia tidak
berbahasa, alangkah sunyinya dunia ini. Jadi bahasa memegang
peranan penting dalam kehidupan manusia.

www.themegallery.com LOGO
3. Pengembangan Sebab-Akibat
 Pada paragraf ini didahului dengan sebab terjadinya
sesuatu dan diikuti rincian-rincian sebagai akibatnya
atau sebaliknya.
 Sebab sebagai pikiran utama dan akibat sebagai pikiran-
pikiran penjelas.
Contoh :
(1) Itik Indonesia baik sekali untuk diternakkan.(2)
Pemeliharaannya sederhana sekali. (3) Telurnya banyak.
(4) Tahan terhadap berbagai penyakit. (5) Ia kuat sekali
berjalan jauh.
Kalimat (1) sebagai sebab dan
kalimat (2), (3), (4), (5) sebagai akibat

www.themegallery.com LOGO
4. Pengembangan Perbandingan
 Pengembangan paragraf jenis ini mengungkapkan
persamaan dan perbedaan dua objek atau lebih.
Contoh :
(1) Kota Jakarta dan Bandung mempunyai
persamaan dan perbedaan. (2) Keduanya termasuk
kota besar bahkan sebagai ibukota provinsi. (3)
Ditinjau dari suasana, Jakarta bersuhu panas
sedangkan Bandung sejuk. (4) Di samping itu, Kota
Jakarta memiliki peran lain, yaitu sebagai ibukota
negara.
Persamaan ditunjukkan oleh kalimat (2) dan
perbedaan oleh kalimat (3) dan (4).

www.themegallery.com LOGO
5. Pengembangan Contoh
 Pengembangan jenis ini dikemukakan suatu
pernyataan yang diikuti rincian berupa contoh-contoh.
 Contoh:
Sejalan dengan perkembangan sejarahnya,
perbendaharaan kata Indonesia diperkaya oleh
berbagai bahasa. Ada yang berasal dari bahasa
daerah, ada pula yang berasal dari bahasa asing.
Yang berasal dari bahasa daerah, misalnya nyeri,
babak, beres, dan sewenang-wenang. Adapun yang
berasal dari bahasa asing lampu, motor, ahli, akhlak,
dan lain-lain.

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 12

PENGERTIAN, TUJUAN DAN


JENIS-JENIS LAPORAN

www.themegallery.com LOGO
Pengertian Laporan

www.themegallery.com LOGO
www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 13

LAPORAN KEGIATAN DAN


LAPORAN ADMINISTRASI

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 14

PENGERTIAN KARYA
ILMIAH DAN WUJUDNYA

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 15

URUTAN PENYAMPAIAN
MASALAH DALAM KARYA ILMIAH

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 16

TEORI PENULISAN PROPOSAL


DAN KARYA ILMIAH

www.themegallery.com LOGO
www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 18 (MATERI TAMBAHAN)

TATA PENULISAN KUTIPAN


DAN MERUJUK DAFTAR PUSTAKA
DALAM ARTIKEL ILMIAH

www.themegallery.com LOGO
MENGAPA PERLU ?

Kejujuran Ilmiah
Menghindari Plagiatisme
Kekuatan Kajian Teoretis

www.themegallery.com LOGO
WARNING!
1. memanfaatkan referensi terkini dari jurnal
penelitian terkemuka (kecuali penelitian sejarah
dan naskah kuno);
2. panjang rujukan maksimal 1/3 panjang artikel;
3. pengutipan literatur dalam diskusi jangan terlalu
panjang;
4. sedapat mungkin memanfaatkan kutipan tak
langsung;
5. kutipan harus ditempatkan dalam artikel yang
tepat/ sesuai;
6. kumpulan penelitian sejenis bisa dirujuk secara
berkelompok.

www.themegallery.com LOGO
Penyebutan Rujukan dalam Naskah
Nama akhir dan tahun di antara tanda
kurung, atau hanya tahunnya saja yang
ditulis dalam tanda kurung;
Mengikuti salah satu style yang ada, dan
konsisten.

Misal:
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran
dan tindakan (Salovey dan Mayer, 1990:189)

www.themegallery.com LOGO
Beberapa Model Penulisan Rujukan

 (Salovey dan Mayer, 1990:189)


 (Salovey dan Mayer 1990, p. 189)
 (Salovey dan John D. Mayer, 1990:189)
 Salovey dan Mayer (1990:189)
 Salovey dan John D. Mayer (1990:189)

 (Saukah dkk. 1986:1)


 (Saukah dkk., 1986:1)
 Saukah dkk. (1986:1)

www.themegallery.com LOGO
REFERENCES STYLES

 Number
 Alphabet
 Vancouver
 Chicago/ Turabian/Harvard
 AMA (American Medical Association)
 APA (American Psychological Association)
 APSA (American Political Association)
 MLA (Modern Language Association)
 CBA (Council of Biology Editors)

www.themegallery.com LOGO
Contoh Sederhana Perbandingan Style
Vancouver vs Harvard

 Vancouver:
Santoso, Listiyono. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Gama Press. 2005.

Hartono, Farida, Suhartono, dan Rully Amanda. Kecerdasan Emosional.


Jakarta: Gramedia. 2004.

 Harvard:
Santoso, Listiyono. 2005. Epistemologi Kiri. Yogyakarta: Ar-Ruz.

Hartono, dkk. 2004. Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia.

www.themegallery.com LOGO
Beberapa contoh gaya penulisan
merujuk
NAMA PENGARANG MUNCUL DALAM KALIMAT
 ... Dalam salah satu studi yang cukup popular, Wignjosoebroto
(2003) menegaskan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia telah
mengalami…

 ... Dalam salah satu studi yang cukup popular, Wignjosoebroto¹


menegaskan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia telah
mengalami…

NAMA PENGARANG TIDAK MUNCUL DALAM TULISAN


Pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) merupakan wujud konkret
penerapan sistem demokrasi….²

www.themegallery.com LOGO
 PENGARANG DIACU DUA KALI DENGAN TAHUN YANG
SAMA
Johnson. 1994a. Discussed the Subject…
Johnson. 1994b. Emotional...

 PENGARANG LEBIH DARI DUA ORANG


 Jones and Hull (2004) have argued that…
 Kurtubi dan kawan-kawan (1998) mengajukan argumentasi,
’Turunnya produksi saat ini adalah akibat rendahnya tingkat
investasi dalam enam tahun terakhir… Selain itu, terjadi…’
 Office cost amount to 20% of total costs in most business (Wilson
et al, 1997)

www.themegallery.com LOGO
 NAMA PENGARANG TIDAK DIKETAHUI
Pemerintahan di Indonesia saat ini punya rekor bagus… (Anonim 2005: 6)

 ARTIKEL KORAN TANPA PENGARANG


Sidang kabiner yang berlangsung dua hari diharapkan… (Kompas,
2005: 6)

 RUJUKAN YANG DIPEROLEH DARI SUMBER LAIN


Menurut Jauss (dalam Teeuw, 1988;183) estetika resepsi adalah…

www.themegallery.com LOGO
MODEL PENULISAN RUJUKAN

Author-Date Systems;
Numerical Systems.

www.themegallery.com LOGO
AUTHOR-DATE SYSTEMS

Model penulisan runningnote atau


in-text auhtor-date citations, biasa
disebut sebagai kutipan punggung;

Umumnya dianut oleh Harvard systems,


APA systems, dan Chicago/Turobian

www.themegallery.com LOGO
NUMERICAL SYSTEMS

Menggunakan pola penulisan footnote


(catatan kaki) dan endnote (catatan
akhir)

Biasanya digunakan oleh Oxford systems

www.themegallery.com LOGO
JENIS KUTIPAN

Kutipan Langsung:
Kutipan yang proses pengutipannya dikutip secara langsung,
tanpa melalui pengubahan, sesuai dengan apa yang tertulis
dalam teks acuan.

Kutipan Tak Langsung


Kutipan yang dikutip dari acuan tertentu, dan dikemukakan
bahasa penulis/ pengutip.

www.themegallery.com LOGO
TEKNIK PENULISAN KUTIPAN
LANGSUNG
 Kutipan kurang dari 40 kata (4 baris)

Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata (4 baris) ditulis di antara


tanda kutip (”...”) sebagai bagian yang terpadu dalam teks, dan
diikuti nama penulis, tahun, dan nomor halaman. Nama penulis
dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan
tahun dan nomor halaman di dalam tanda kurung.

Suharno (1995:124) menyimpulkan ”ada hubungan yang erat antara


faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar".

Simpulan penelitian tersebut adalah ”ada hubungan yang erat antara


faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar (Suharno, 1995:124).

www.themegallery.com LOGO
 Kutipan 40 kata (4 baris) atau lebih
Kutipan yang berisi 40 kata (4 baris) atau lebih ditulis
secara terpisah dari teks yang mendahuluinya (tanpa tanda
kutip), ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan,
dan diketik dengan jarak spasi tunggal. Nomor halaman
juga ditulis.
Contoh:
Bodhi tercenung. Sebuah surat rupanya. Surat janggal yang
tak ia mengerti. Orang aneh mana yang menuliskannya,
lalu kenapa bisa tersimpan dalam harddisk komputer di
warnet kecil ini? Rangkaian itu terus berlanjut. Kucing
menyeberang, jalur pulang pergi yang dipilih si kembar, dan
seterusnya. Tanpa pula bisa ia jelaskan, Bodhi merasa surat
itu mengarah padanya (Dee, 2002: 209).

www.themegallery.com LOGO
 Kutipan yang Sebagian Dihilangkan
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam
kalimat yang dibuang, kata-kata yang dibuang diganti
dengan tiga titik.
”Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah... diharapkan sudah melaksanakan kurikulum baru”
(Manan, 1995:278).

Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang


dibuang diganti dengan empat titik.
.…”ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan
dasarnya untuk bertahan hidup, maka ia pun dimungkinkan
untuk mengejar pencarian yang lebih tinggi;aktualisasi
diri, pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang paling
dalam. Dia adalah orang di level itu.” (Dee, 2001:42-43).

www.themegallery.com LOGO
TEKNIK PENULISAN KUTIPAN TIDAK
LANGSUNG
 Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau
dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis dengan
bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu
dalam teks. Nama penulis bahan kutipan dapat disebut
terpadu dalam teks atau disebut dalam kurung bersama
tahun penerbitannya. Jika memungkinkan nomor halaman
disebutkan.

Contoh:
Sastra memang berbeda dengan laporan jurnalisme yang berbicara
fakta. Fakta dapat ditutupi atau dilenyapkan, tetapi kebenaran
yang ada dalam sastra menyatu dalam udara (Ajidarma, 1997: 1).

Ajidarma (1997:1) mengemukakan bahwa sastra memang berbeda


dengan laporan jurnalisme yang berbicara fakta. Fakta dapat
ditutupi atau dilenyapkan, tetapi kebenaran yang ada dalam sastra
menyatu dalam udara.
www.themegallery.com LOGO
TEKNIK PENULISAN CATATAN KAKI
(FOOTNOTES)

 Catatan kaki atau footnotes berguna untuk


menyatakan sumber suatu kutipan, pendapat,
buah pikiran, fakta-fakta atau ikhtiar. Juga
termasuk komentar mengenai suatu hal yang
dikemukakan dalam teks.
 Nomor footnotes disesuaikan dengan nomor
kutipan. Setiap bab dimulai dengan nomor 1.
 Menempatkan footnotes pada halaman
berikutnya tidak diperbolehkan.
 Footnotes harus pada halaman yang sama
dengan kutipannya.

www.themegallery.com LOGO
Selanjutnya dikatakan bahwa apabila
seseorang telah ditangkap dan ditahan,
tetapi ternyata tidak cukup bukti bahwa
yang bersangkutan melanggar hukum,
maka praperadilan¹ Harus memeriksa
dan memutuskan nasib tersangka.

[1] Praperadilan adalah lembaga yang akan memeriksa atau menuntut sah atau tidak sahnya suatu
penangkapan dan penahanan terhadap seseorang.

www.themegallery.com LOGO
BEBERAPA UNSUR YANG DITULIS
DALAM DAFTAR PUSTAKA
1. Nama penulis, dengan urutan: nama
akhir, nama awal, dan nama tengah,
tanpa gelar akademik;
2. tahun penerbitan;
3. Judul, termasuk subjudul;
4. Kota tempat penerbitan;
5. Nama penerbit.

www.themegallery.com LOGO
BEBERAPA CONTOH PENULISAN
DAFTAR PUSTAKA
 Rujukan dari Buku:

Tahun penerbitan ditulis setelah nama penulis, diakhiri


dengan titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring (italic),
dengan huruf kapital pada setiap awal kata, kecuali kata
hubung atau kata tugas. Tempat penerbitan dan nama
penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh:

Admiranto, A. Gunawan. 2004. Tata Surya dan Alam Semesta. Yogyakarta:


Kanisius.

Hasibuan, M.S.P. 1996. Organisasi dan Motivasi. Cet. Pertama.


Jakarta: Bumi Aksara.

www.themegallery.com LOGO
 Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber
ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan
dalam tahun yang sama pula, data tahun
penerbitan diikuti dengan lambang huruf a, b, c,
dan seterusnya, urutannya secara kronologis atau
berdasarkan abjad judul buku-bukunya.

Contoh:

Cornet, L. dan K.Weeks. 1985a. Career Ladder Plans: Trends


and Emerging Issues-1985. Atlanta, GA: Career Ladder
Clearinghouse.

Cornet, L. dan K.Weeks. 1985b. Planning Career Ladders:


Lesons from the States. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan
Artikel atau Karya (Ada Editornya)
Penulisannya seperti menulis rujukan buku ditambah
dengan tulisan (Ed.) baik untuk satu maupun lebih editor, di
antara nama penulis dan tahun penerbitan.
Contoh:
Cornfeld, Gaalyahu (Ed.). 1964. Pictorial Biblical Encyclopedia: A
Visual Guide to The Old and New Testament. New York: The
MacMillan Company.

Jabrohim (Ed.). 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta:


Hanindita.

Worton, Michael dan Judith Still (Ed.). 1993. Intertextuality:


Theories and Practices. Manchester/New York: Manchester
University Press.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel
(Ada Editornya)
Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun
penerbitan. Judul artikel diapit tanda kutip (“…”) tanpa
cetak miring (italic). Nama editor seperti menulis nama
biasa, diberi keterangan (Ed.) baik untuk datu editor
maupun lebih. Judul buku kumpulannya ditulis dengan
huruf miring (italic), dan nomor halamannya disebutkan
dalam kurung.

Contoh:
Indriani, Ratna. 2000. “Pendekatan Semiotis Sastra: Suatu Studi terhadap
Sebuah Cerita Pendek”. Dalam E. K. M. Masinambow dan Rahayu S.
Hidayat (Ed.), Semiotik: Kumpulan Makalah Seminar. Depok: Pusat
Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas
Indonesia.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Artikel dalam Jurnal
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan
tahun dan judul artikel diapit tanda kutip, dan
huruf kapiltal pada setiap awal kata. Nama jurnal
ditulis dengan cetak miring, dan huruf awal dari
setiap katanya dengan huruf kapital kecuali kata
tugas. Bagian akhir bertutrut-turut ditulis jurnal
tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung),
dan nomor halaman dari artikel tersebut.

Contoh:
Dwiloka, B. 1999. “Kontroversi Isu Minyak Tropis”. SAINTEKS,
6(2): 49-60.

Hanafi, A. 1989. “Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan


Pengabdosian Inovasi”. Forum Penelitian, 1(1):33-47.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-
ROM
Penulisannya dalam daftar rujukan sama dengan
rujukan dari artikel dalam jurnal cetak, ditambah
dengan penyebutan CD-ROMnya dalam kurung.
Contoh:
Krashen, S., M. Long, dan R. Scarcella. 1997. “Age, Rate, and
Attaintment in Second Language Acquisition”
TESOL Quarterly, 13:578-82 (CD-Rom: TESOL
Quarterly Digital, 1997).

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau
Koran
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh
tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Judul
artikel diapit tanda kutip, dan huruf kapital pada
setiap huruf awal kata, kecuali kata tugas atau
kata hubung. Nama majalah ditulis dengan huruf
kecil kecuali huruf pertama setiap kata, dan
dicetak miring. Nomor halaman disebut pada
bagian akhir.

Contoh:
Awuy, Tommy F. 2001. “Supernova: Tantangan Baru bagi Kritik
Sastra.” Kompas, 18 Maret, hlm 12.
Putra, Masri Sareb. 1998. “Saman yang Mencekam dan Tonggak
Baru Sastra Indonesia.” Suara Pembaharuan. 27 Mei, hlm 8.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Koran tanpa Penulis

Nama koran ditulis pada bagian awal dicetak


miring. Tanggal, bulan, dan tahun ditulis
setelah nama Koran, kemudian judul ditulis
dengan huruf besar-kecil diapit tanda kutip
dan diikuti dengan nomor halaman.

Contoh:
Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis
Sumber Daya Lokal.” Hlm. 41…

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Dokumen Resmi
Pemerintah yang Diterbitkan tanpa
menyebutkan Nama Penulis atau
Lembaga

Judul atau nama dokumen ditulis di bagian


awal dengan cetak miring, diikuti oleh tahun
penerbitan, kota penerbit, dan nama penerbit.

Contoh:
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama
Lembaga Tersebut

Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis


paling depan, diikuti dengan tahun, judul karangan
yang dicetak miring, nama penerbitan, dan nama
lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan
karangan tersebut.

Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2003.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah. Bandung: Yrama Widya.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun
penerbitan karya asli, judul terjemahan,nama
penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan,
dan nama penerbit terjemahan. Jika tahun penerbitan
buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata Tanpa
tahun.

Contoh:
Ary, D., J.C. Jacobs. Tanpa tahun. Pengantar Penelitian
Pendidikan. Terjemahan oleh Arif Furhan. 1982.
Surabaya: Usaha Nasional.

Segers, Rien T. 1980. Evaluasi Teks Sastra. Terjemahan


oleh Suminto A. Sayuti 2000. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Skripsi, Tesis, Disertasi
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan tahun
yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis, atau
disertasi tidak diterbitkan, nama kota perguruan tinggi, dan
nama fakultas, serta nama perguruan tinggi.

Contoh:
Chotimah, Husnul. 2002. “Trauma dan Kecemasan Tokoh-Tokoh
Utama Novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh
Karya Dee: Semiotik.” Skripsi. Surabaya: Fakultas Sastra.
Universitas Airlangga.

Retnani, Rachmi Dewi. 1998. “Aspek Seksualitas dan Makna dalam


Novel Karya Ayu Utami.”. Skripsi. Surabaya: Fakultas
Sastra. Universitas Airlangga.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Makalah Seminar, Penataran,
atau Lokakarya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan
dengan tahun, judul makalah diapit tanda kutip,
kemudian diikuti dengan pernyataan “Makalah
disajikan dalam…”, nama pertemuan, lembaga
penyelenggara, dan tempat penyelenggaraaan,
tanggal serta bulannya.

Contoh:
Chasanah, Ida Nurul. 2004. “Representasi Zen Budhisme dalam
Novel Musashi Episode Tanah dan Supernova Episode Akar:
Kajian Intertekstualitas”. Makalah dipresentasikan dalam
Konferensi Internasional Kesusastraan Indonesia HISKI 2004
di Hotel Santika Manado, 25-27 Agustus 2004.

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Internet Berupa Karya Individu

Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak,


diikuti secara berturut-turut tahun, judul karya tersebutu
(diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam
kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat sumber
rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan
diakses, di anatara tanda kurung.

Contoh:
Abadi, C.J. 2002. “Kumis Kucing”, (Online),
(http://www.chang.jaya-abadi.com.jamu-jawa 04htm/,
diakses 12 Desember 2003).

www.themegallery.com LOGO
 Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari
Jurnal
Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak,
diikuti secara berturut-turut tahun, judul artikel, nama
jurnal (diapit tanda kutip) dengan diberi keterangan dalam
kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan
alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan
kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:

Griffith, A.I. 1995. “Coordinating Fammily and School: Mothering


for Schoolinng”. Education Policy Analysis Archive, (Online),
Vol. 3, No. 1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 12
Februari 1997).

www.themegallery.com LOGO
PERTEMUAN 17

UJIAN AKHIR SEMESTER

www.themegallery.com LOGO
Daftar Pustaka
 Alek, Achmad. HP. 2011. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Penerbit Kencana.
 Alwi, Hasan. 2003. Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia. Ed. Ke 3.
Jakarta: Balai Pustaka.
 Alwi H, Dardjowidjojo S, Lapoliwa H, Moeliono AM. 1998. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
 Chae A, 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:
Rineka Cipta.
 Keraf G. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka.
 Kridalaksana H. 2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori
Sintaksis. Jakarta: Unika Atma Jaya.
 Kaswanti PB. 2004. “Peningkatan Kecermatan Menulis”. Atma nan jaya.
Juli-desember. Jakarta: Unika Atma Jaya.
 Ramlan M. 1987. Morfologi Satuan Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.
Karyono.
 Ramlan M. 1990. Sintaksis. Yogyakarya: UP Karyono.
 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta.

www.themegallery.com LOGO
Daftar Pustaka (Lanjutan)
 Sugono D. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta:
Gramedia Pusataka Utama.
 Verhaar JWM. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
 Wijaya SH, Candrayani A, Hendarwat IES, Agustinus JW. 2017. Bahasa
Indonesia: Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Depok: Raja Garfindo.

www.themegallery.com LOGO
www.themegallery.com
LOGO

Anda mungkin juga menyukai