Anda di halaman 1dari 79

SINTAKSIS

Dra. Sri Murti Ratnani, M.Pd


Uraian Materi Per Pertemuan
(SILABUS)
1. Pendahuluan
a. Tujuan dan manfaat mempelajari sintaksis
b. Konsep dasar sintaksis
c. Rencana Perkuliahan
2. Frasa
3. Klasifikasi Frasa
4. Klausa
5. Klasifikasi Klausa
6. Analisis Klausa
6. Hubungan Antar Klausa
7. Kalimat
8. UTS
9. Ciri-ciri Unsur Kalimat
10. Klasifikasi Kalimat
11. Lanjutan Klasifikasi Kalimat
12. Pola Kalimat
13. Analisis Kalimat
14. Kalimat Efektif
15. Review Materi
16. UAS
MANFAAT

1. Mengetahui dan memahami ilmu kalimat


mulai dari kata, frasa, klausa, dan kalimat
2. Mengetahui keberterimaan sebuah kalimat
L Bukan
semantik gramatika
I
N
G sintaksis
U Tata bahasa
I (gramatika)
S morfologi
T
I Bukan
fonologi gramatika
K
TATARAN
LINGUISTIK
KALIMAT
WACANA
KLAUSA

FRASA
SINTAKSIS
KATA
MAKNA
MORFEM MORFOLOGI

FONEM

FONOLOGI SEMANTIK
FON
Bidang Kajian Sintaksis

Kata Frasa Klausa Kalimat


Pengertian Sintaksis
 Secara etimologi sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun
yang berarti “dengan” dan tattein yang berarti “menempatkan”.
Jadi, secara etimologi istilah sintaksis yaitu: menempatkan
bersama-sama pada kata-kata menjadi kelompok kata (kalimat).

 Ramlan (1976:57) menyebutkan bahawa sintaksis adalah bagian


dari tata bahasa yang membicarakan struktur frasa dan kalimat.

 Verhaar (1999:161) mendefinisikan bahwa sintaksis adalah tata


bahasa yang membahas hubungan antar kalimat dalam tuturan.
 Arifin dan Junaiyah (2008:1) bahwa sintaksis
membicarakan hubungan antarkata dalam
tuturan.

 Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa


sintaksis adalah cabang linguistik yang
mempelajari pengaturan dan hubungan antara
kata dan kata, atau antara kata dan satuan –
satuan yang lebih besar, atau antar satuan yang
lebih besar itu dalam bahasa.
Pertemuan 2
FRASA

 Penertian Frasa

 Sifat Frasa

 Ciri-ciri Frasa

 Perbedaan Frasa dengan Kata Majemuk

 Klasifikasi Frasa
Pengertian Frasa
 Menurut Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas
fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139).

Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi


jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap,
atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

 Menurut Abdul Chaer (2009:39) frasa dibentuk dari dua


buah kata atau lebih; dan mengisi salah satu fungsi
sintaksis.
 Menurut Zaenal Arifin (2008:18) Frasa adalah
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif

 Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan


bahwa frasa merupakan satu kontruksi
ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang sifatnya nonpredikatif tetapi dapat
menduduki unsur S, P, O, Pel, atau Ket
Sifat Frasa
1. Merupakan satuan gramatik yang terdiri atas
dua kata atau lebih.
2. Merupakan satuan yang tidak melebihi batas
fungsi unsur klausa. Frasa selalu terdapat
dalam satu unsur klausa, yaitu bisa terletak di
S, P, O, Pel, atau Ket.
Pengertian Satuan Gramatik
 Satuan yang mengandung arti baik arti leksikal
maupun gramatikal

 Arti leksikal adalah makna yang terkandung


dalam kata

 Arti gramatikal adalah makna yang timbul


sebagai akibat peristiwa gramatik
CIRI-CIRI FRASA
1. Terdiri dari dua kata atau lebih
2. Belum melampaui batas fungsi (S,P,O, Pel,K)
3. Belum memenuhi syarat sebagai klausa
4. Lebih kecil daripada klausa
5. Dapat dipertukarkan letaknya sejauh tidak
mengubah arti kalimat semula
6. Dapat disisipi kata “yang”
KONSTRUKSI FRASA
1. kata + kata (sedang + mandi)
2. kata + frasa (yang + akan datang)
3. frasa + frasa (baju baru + anak itu)
4. kata + klitika (buku + nya)
PERBEDAAN FRASA DENGAN KATA
MAJEMUK
KATA
FRASA MAJEMU
K
Tidak membentuk Membentuk makna
makna baru baru

Dapat disisipi unsur Tidak dapat disisipi


lain unsur lain

Gabungan kata itu


tidak dapat
dipisahkan, diganti,
dipertukarkan,
diimbuhkan kecuali
sekaligus
Klasifikasi Frasa
1. Berdasarkan persamaan distribusi unsur-
unsurnya
2. Berdasarkan inti kata
3. Berdasarkan distribusi kelas kata
Klasifikasi Frasa
Ditinjau dari Persamaan Distribusi
1. Frasa Endosentris
Frasa yang mempunyai distribusi sama dengan
unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu dari
unsurnya.

2. Frasa Eksosentris
Frasa yang semua unsurnya tidak berdistribusi sama
dengan frasanya.
Frasa Endosentris

Koordinatif Apositif

Atributif
Frasa endosentris
koordnatif

Frasa yang unsur-unsurnya setara, dapat


dihubungkan dengan kata “dan, atau”

suami istri, kakek nenek, adik


kakak, dsb.
Frasa endosentris
atributif

Frasa yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga


tak dapat disisipkan oleh kata penghubung “dan,
atau”.

Buku baru, sedang belajar,


belum bekerja
Frasa Endosentris
Apositif

Frasa yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam


kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata “dan,atau”.

1. Amin, anak Pak Darto sedang belajar.


2. Anak Pak Darto sedang membaca.
3. Amin sedang membaca.
direktif

Frasa
Eksosentris

nondirektif
Umumnya berfungsi sebagai keterangan.

1. Tempat, seperti : di pasar, di rumah, pada


dinding
2. Asal arah, seperti : dari kampung, dari sekolah
3. Asal bahan, seperti : (cincin) dari emas, (kue)
dari tepung beras
Frasa Eksosentris 4. Tujuan arah, seperti : ke Lampung
Direktif 5. Menunjukan peralihan, seperti : kepada saya,
(Frasa Preposisional) (percaya) kepada Tuhan
6. Perihal, seperti : tentang ekonomi, (terkenang)
akan kebaikannya
7. Tujuan, seperti : untukmu, buatku
8. Sebab, seperti : karena, lantaran, sebab, gara-
gara kamu
9. Penjadian, seperti : oleh karena, untuk itu
Frasa Eksosentris Nondirektif
(Frasa Articula/Kata Sandang)

1. Aku bertanya kepada (si) terdakwa.

2. (Sang) kekasih rupanya sudah pergi.


Klasifikasi Frasa Berdasarkan Kelas Kata

1. Frasa Nominal (Frasa Benda)


2. Frasa Verbal (Frasa Kerja)
3. Frasa Ajektival (Frasa Sifat)
4. Frasa Pronominal (Frasa Ganti)
5. Frasa Numeral (Frasa Bilangan)
6. Frasa Preposisional/Adverbial (Frasa Depan)
• Baju baru
• Gadis cantik
• Ayah ibu
• Gedung sekolah
Frasa Nominal • Kapal laut
• Cincin emas
• Perusahaan batik
• Dua orang petani
• Koran kemarin pagi
• Beras dari cianjur
• Telur tiga butir
• Si Ahmad
• Sang Pangeran
 sedang mandi Frasa Verbal
 akan datang
 tidak berangkat
 tertawa keras
 belajar berjalan
Frasa Preposisional

 ke depan
 dari pasar
 untuk mama
 kepada bawahan
 di sekolah
 Cantik sekali
 Sungguh elok
 Amat pandai
 Terlalu besar
 Masih malu-malu

Frasa Adjektival
Klasifikasi Frasa Berdasarkan Inti Kata
 Pengelompokan frasa berdasarkan unsur inti kata
sama dengan pengelompokan atas kelas katanya.

 Perbedaannya hanya dilihat dari ada tidak unsur


inti di dalam frasa tersebut.

 Frasa yang memiliki inti, dikelompokkan ke


dalam endosentrik, sementara yang tidak memiliki
inti dikelompokkan ke dalam eksosentrik.
FRASA IDIOMATIK
 Frasa Idiomatik
Frasa yang berbentuk ungkapan

Contoh :
Bergaul dengannya cukup makan hati.
Amir tangan kanan direktur perusahaan.
KLAUSA
 Pengertian Klausa

 Ciri-Ciri Klausa

 Jenis-Jenis Klausa

 Hubungan antar Klausa Koordinatif dan


Subordinatif
Pengertian Klausa
 Kridalaksana, klausa merupakan satuan gramatikal
yang berupa gabungan kata, minimal terdiri dari
subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.

 Ramlan, klausa merupakan satuan gramatik yang


terdiri atas SP (O) (Pel) (K).

 Hasan Alwi, klausa merupakan satuan sintaksis yang


terdiri atas dua kata atau lebih dan mengandung
unsur predikasi.
 Zaenal Arifin, klausa adalah satuan gramatikal yang
berupa gabungan kata yang sekurang-kurangnya
terdiri atas subjek dan predikat.

 Satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih


yang mengandung unsur predikasi atau tersusun atas
predikator dan argumen, belum disertai oleh intonasi
akhir pada ragam lisan atau tanda baca (tanda titik,
tanda seru, tanda tanya) pada ragam tulisan
(Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan).
Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa klausa adalah satuan gramatik yang
terdiri atas predikat baik diikuti oleh subjek,
objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan
merupakan bagian dari penanda klausa. Penanda
klausa adalah P.
Ciri-Ciri Klausa
a. Merupakan kelompok kata
b. Memiliki unsur predikat
c. Satu klausa memiliki satu predikat
d. Di dalam klausa mungkin terdapat frasa,
tetapi di dalam frasa tidak mengandung
klausa
e. Berpotensi menjadi sebuah kalimat
f. Sekurang-kurangnya mengandung satu
subjek
Unsur-Unsur Klausa
1. Unsur Fungsional Klausa (S, P, O, Pel, K)

2. Unsur Kategorial Klausa


Unsur kategorial adalah jenis/kelas kata yang menjadi inti
frasa. Kategori frasa menduduki masing-masing unsur
fungsional klausa.

3. Unsur Peran Klausa


Unsur peran merupakan salah satu pengisi unsur
fungsional.Unsur peran ini berkaitan dengan makna
gramatikal/sintaksis.
(pelaku, perbuatan, sasaran, tujuan/tempat)
klausa lengkap
berdasarkan
struktur intern
klausa tidak lengkap

klausa positif
berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi klausa negatif

klausa nominal

klausa verbal

Klasifikasi berdasarkan kategori


yang menduduki
klausa adjektival

Klausa fungsi P klausa numeral

klausa preposisional

klausa pronominal

berdasarkan potensinya klausa bebas


untuk menjadi kalimat
klausa terikat

berdasarkan kriteria klausa atasan


tatarannya dalam
kalimat klausa bawahan
Jenis-Jenis Klausa
1. Klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya

a. Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir
klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P.

b. Klausa tidak lengkap


Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur
intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S
saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
2. Klasifikasi klausa berdasarkan ada
tidaknya unsur negasi

a. Klausa positif
Klausa positif ialah klausa yang ditandai dengan tidak adanya
unsur negasi yang menegatifkan P.
contoh :
Paman berlibur ke Bali

b. Klausa negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi
yang menegatifkan P.
contoh:
Paman tidak berlibur ke Bali

Unsur Negasi (tidak, bukan, tak)


3. klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P

a. Klausa Nominal
Klausa nominal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
Nomina.
Contoh:
Dia seorang dokter

b. Klausa verbal
Klausa verbal ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
verbal.
Contoh:
Dia sedang membantu para korban banjir

c. Klausa adjektival
Klausa adjektiva ialah klausa yang p-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa
adjektival.
Contoh:
1) Adiknya sangat gemuk
2) Hotel itu sudah tua
d. Klausa Numeral
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk kategori numeralia. Contoh; mahasiswanya sembilan
orang

e. Klausa preposisional
Klausa preposisional ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk preposisional. Contoh; sepatu itu di bawah meja

f. Klausa Pronominal
Klausa pronomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang
termasuk pronomina. Contoh:
1) hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah
2) sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya
4. Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk
menjadi kalimat

a. Klausa bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi
untuk menjadi kalimat mayor

b. Klausa terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki
potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya
berpotensi untuk menjadi kalimat minor
5. Klasifikasi Klausa Berdasarkan Kriteria
Tatarannya dalam Kalimat
a. Kalusa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak memiliki fungsi sintaksis dari klausa yang
lain

Contoh:
Ketika paman datang, kami sedang belajar.

Pada contoh di atas, yang merupakan klausa atasan yaitu:


“Kami sedang belajar”

b. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur
dari klausa

Contoh :
Pada kalimat poin a, klausa bawahan yaitu: “ketika paman datang.”
Analisis Klausa berdasarkan makna unsur-
unsur dan struktur intern

a. Makna Unsur Pengisi P

1) Menyatakan makna “Perbuatan/tindakan”


2) Menyatakan makna “Keadaan”
3) Menyatakan makna “Keberadaan”
4) Menyatakan makna “pengenal/identitas”
5) Menyatakan makna “jumlah”
6) Menyatakan makna “perolehan”
7) Menyatakan makna “Proses”
8) Menyatakan makna “Kejadian”
9) Menyatakan makna “Pemilikan”
10) Menyatakan makna “Kuantitas”
b. Makna Unsur Pengisi S

1. Menyatakan makna "pelaku"


2. Menyatakan makna "alat"
3. Menyatakan makna "sebab"
4. Menyatakan makna "penderita"
5. Menyatakan makna "hasil"
6. Menyatakan makna "tempat"
7. Menyatakan makna "penerima”
8. Menyatakan makna "pengalaman"
9. Menyatakan makna "dikenal"
10. Menyatakan makna "terjumlah“
11. Menyatakan makna “Sasaran”
12. Menyatakan makna “Penanggap”
13. Menyatakan makna “Pengguna”
14. Menyatakan makna “Penyerta”
15. Menyatakan makna “Sumber”
16. Menyatakan makna “Jangkauan”
17. Menyatakan makna “Ukuran”
c. Makna Unsur Pengisi O

1. Menyatakan makna "penderita"


2. Menyatakan makna "penerima"
3. Menyatakan makna “tempat”
4. Menyatakan makna "alat"
5. Menyatakan makna "hasil"
e. Makna Unsur Pengisi PEL
1. Menyatakan makna "penderita".
2. Menyatakan makna "alat".

f. Makna Unsur Pengisi KET


1. Menyatakan makna "tempat"
2. Menyatakan makna "waktu"
3. Menyatakan makna "cara”
4. Menyatakan makna "peserta/penyerta"
5. Menyatakan makna "alat (dengan)"
6. Menyatakan makna "sebab"
7. Menyatakan makna "pelaku"
8. Menyatakan makna "keseringan/kuantitas"
9. Menyatakan makna "perbandingan"
10. Menyatakan makna "perkecualian“
11. Menyatakan makna “tujuan/penerima (ke)”
12. Menyatakan makna “kesalingan”
13. Menyatakan makna “syarat (jika, seandainya)”
14. Menyatakan makna “perwatasan (tentang)”
15. Menyatakan makna “perlawanan”
16. Menyatakan makna “kualitas (bagus, jelek, baik,
terang, redup, dsb)”
18. Menyatakan makana “modalitas”
HUBUNGAN ANTARKLAUSA
1. Hubungan Koordinatif (Kalimat majemuk setara)

Contoh:
Diana membaca komik dan adik menggambar pemandangan.

2. Hubungan Subordinatif (Kalimat majemuk bertingkat)

Contoh:
Martini membelikan adik mainan baru ketika adik berulang tahun.
S P O Pel S P

Catatan:
untuk mengetahui hubungan antarklausa, lihat konjungsi yang digunakan pada klausa
tersebut, jika yang digunakan konjungsi kalimat majemuk setara maka hubungan klausa
tersebut bersifat koordinatif. Apabila konjungsi yang digunakan yaitu konjungsi kalimat
majemuk bertingkat, maka hubungan antarklausa bersifat subordinatif.
KALIMAT
 Pengertian Kalimat

 Ciri-ciri Kalimat

 Jabatan Fungsi Kalimat (Unsur-Unsur Kalimat)

 Ciri-ciri Unsur Kalimat

 Klasifikasi Kalimat

 Pola Kalimat

 Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran

 Kalimat Efektif
Pengertian Kalimat

 Menurut Abdul Chaer (2009:44) kalimat


adalah satuan sintaksis yang disusun dari
konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa,
dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan,
serta disertai dengan intonasi final.
 Satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya
jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau
turun (Ida Bagus Putrayasa, 2010:20).

 Satuan kumpulan kata-kata yang terkecil dan


mengandung pikiran lengkap (Sutan Takdir
Alisyahbana (1993:72).
 Menurut Zaenal Arifin (2008:54) kalimat
adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat
lisan), dan secara aktual ataupun potensial
terdiri atas klausa.
CIRI - CIRI KALIMAT
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri
kalimat sebagai berikut.

1) Dalam bahasa lisan diawali dengan


kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan.
2) Dalam bahasa tulis diawali dengan hurup
kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda
tanya, atau tanda seru.
3) Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan
predikat.
 Kesenyapan awal berupa huruf kapital

 Kesenyapan tengah berupa tanda koma (,),


tanda titik koma ( ;), tanda titik dua (:)

 Kesenyapan akhir yang berupa intonasi final,


yaitu intonasi berita (.), tanya (?), intonasi
perintah (!), dan intonasi kagum.
JABATAN FUNGSI KALIMAT/SINTAKSIS
(UNSUR-UNSUR KALIMAT)

1. Subjek (S)

2. Predikat (P)

3. Objek (O)

4. Pelengkap (Pel)

5. Keterangan (K)
Ciri-Ciri Unsur Kalimat
1. Subjek
a. S selalu mendahului P
b. Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
c. Berupa kata benda, frase bendaan, kata ganti
d. Disertai kata itu, ini, dan tersebut
e. Didahului kata bahwa
f. Tidak didahului preposisi
g. Mempunyai keterangan pewatas yang
h. Batas antara S dan P dapat diberi kata pemisah
adalah, jadi, menjadi, atau merupakan.
2. Predikat

a. Predikat merupakan jawaban atas


pertanyaan mengapa atau bagaimana.
b. Secara morfologis P sering ditandai
prefiks me-, di-, dan ber-.
c. Predikat disertai kata adalah, menjadi,
jadi, atau merupakan
d. Predikat dapat diingkari
e. Predikat dapat disertai kata keterangan
aspek
f. Predikat dapat disertai kata keterangan modalitas
g. Predikat dapat didahului kata yang
h. Predikat dapat berupa:
1) kata benda/frase nominal(profesi/jabatan/pekerjaan),
2) kata kerja / frase verbal,
3) kata sifat / frase adjektival,
4) kata bilangan / frase numeral,
5) kata depan / frase preposisional.

i. Fungsi predikat menyatakan pernyataan,


perintah, atau pertanyaan.
3. Objek

Objek, adalah konstituen kalimat yang kehadirannya


dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada
kalimat aktif.

Contoh:
Adi mengunjungi. (Membutuhkan kehadiran O)
Ayah memakan. (Membutuhkan kehadiran O)
Adi mengunjungi Pak Rustam.
Ayah memakan mangga.
Adi berkunjung. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
Ayah makan. (Tidak membutuhkan kehadiran O)
4. Pelengkap
Pelengkap, sering dicampuradukkan dengan objek. Ada
perbedaan antara objek dengan pelengkap, yaitu:
NO OBJEK PELENGKAP
1 Berwujud nomina atau klausa. Berwujud nomina, verba, adjektiva,
Contoh: frasa, preposisi, atau klausa.
Ia mempelajari matematika. Contoh:
Ia belajar matematika.

2 Berada langsung di belakang Berada langsung di belakang P jika


predikat. tak ada O dan di belakang O jika ada
Contoh: O.
Ia membaca sebuah cerita. Contoh:
Ia menjadi tentara.
Ia membacakan adik sebuah cerita.
NO OBJEK PELENGKAP
3 Dapat menjadi S akibat pemasifan. Tidak dapat menjadi S akibat
Contoh: pemasifan.
Ayah memakan roti. Contoh:
Roti dimakan ayah Adik belajar matematika.
Matematika diajar adik.
4 Dapat diganti dengan pronomina – Tidak dapat diganti dengan –nya,
nya. kecuali kombinasi preposisi selain
Contoh: di, ke, dari, dan akan.
Ibu menjual baju. Contoh:
Ibu menjualnya. Ibu berjualan baju.
Ibu berjualannya.
Adik bercerita tentang hal itu.
Adik bercerita tentangnya.
5. Keterangan

Keterangan, merupakan fungsi sintaksis yang paling


beragam dan paling mudah berpindah letaknya.

Fungsi keterangan di dalam sebuah kalimat suka


rela atau tidak wajib.

Contoh :
• Dia memotong rambutnya di kamar.
• Di kamar, dia memotong rambutnya.
• Dia di kamar memotong rambutnya.
KLASIFIKASI KALIMAT
Kalimat
Susunan Kelengkapan Maksud Kategori Pengisi
Jumlah klausa Proporsinya
S-P-nya unsurnya penuturnya P-nya

Normal Mayor Deklaratif Tunggal Sederhana Nominal Verbal

Inversi Minor Interogatif Majemuk Luas Aktif pasif

Imperatif Transitif

Eksklamatif Intransitif
POLA KALIMAT
Pola kalimat dasar adalah:
S - P : Suara Tia merdu.
Adikku menangis.

Struktur kalimat dasar


1. KB + KB
2. KB + KK
3. KB + KS
4. KB + K Bilangan
5. KB + K Depan
Pola ini bisa dikembangkan dalam berbagai variasi di
antaranya:
P–S : Habis sudah harapannya.
S-P-O : Badai Tsunami mengguncang
Asia.
S-P-K : Kereta Bima sudah bersiap di
Jalur 4.
S - P - O - Pel : Kus memberi adik sebuah
boneka DORA.
Contoh Pola Kalimat
Fungsi Subyek Predikat Objek Pelengkap Keterangan

Tipe
1. S-P Orang itu sedang tidur - - -
Saya mahasiswa - - -
2. S-P-O Ayahnya membeli mobil baru - -
Rani mendapat hadiah - -
3. S-P-Pel Beliau menjadi - ketua koperasi -
Pancasila merupakan - dasar negara -
kita
4. S-P-Ket Kami tinggal - - di Jakarta
Kecelakaan itu terjadi - - minggu lalu
5. S-P-O-Pel Dia mengirimi ibunya uang -
Dian mengambilkan adiknya air minum -
6. S-P-O-Ket Pak Raden memasukkan uang - ke bank
Beliau memperlakukan kami - dengan baik
CATATAN
 Semua kalimat dasar adalah kalimat tunggal. Akan
tetapi tidak semua kalimat tunggal merupakan
kalimat dasar.

 Kalimat tunggal dapat diperoleh dari beberapa segi:


1. kalimat tunggal adalah kalimat dasar murni
2. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang
diperluas dengan berbagai keterangan
3. kalimat tunggal adalah kalimat dasar yang
berubah susunannya
 S dan P merupakan inti dalam sebuah kalimat.
 Kalimat inti adalah kalimat yang di dalamnya
mengandung inti kalimat yaitu S dan P.
 Kalimat inti sering disebut kalimat sederhana
 Kalimat luas adalah kalimat yang dibangun atas
beberapa unsur inti (mengandung unsur inti (S
dan P) dan unsur tambahan (O, Pel, K)).
FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN
FUNGSI S P O Pel K

KATEGORI N V N N F Adverbia

Tempat/ Waktu/
PERAN Pelaku Pekerjaan Sasaran Keadaan/ Sifat

CONTOH Paman membelikan Rianti buku kemarin sore


KALIMAT EFEKTIF
 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu
dapat dipahami oleh pendengar /pembaca secara tepat pula
(Finoza, 2010:172).

 Menurut Kreaf (1980:36), kalimat efektif adalah kalimat


yang memenuhi dua syarat sebagai berikut.
a. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis.
b. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam
pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan
pembicara atau penulis.
 Menurut Razak (1985:2), kalimat dikatakan efektif bila
mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan
itu berlangsung dengan sempurna, mampu membuat isi
atau maksud yang disampaikannya itu tergambar
lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis
seperti apa yang disampaikan oleh pembicara (penulis).

 Menurut Arifin (1987:111), kalimat efektif adalah


kalimat yang memiliki kemampuan untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau penulis.
Syarat Kalimat Efektif

Ketegasan
Kesepadanan/ Keparalelan
makna Kehematan kata
Kesatuan struktur bentuk
(penekanan)

Kecermatan Kepaduan
Kelogisan
penalaran gagasan
bahasa
(Kecermatan) (koherensi)
Keseimbangan antara pikiran
1 Kesepadanan struktur
dan struktur bahasa
Cirinya:
a) Memiliki subjek dan predikat yang jelas
b) Tidak terdapat subjek ganda
c) Menggunakan kata penghubung yang tepat
d) Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”

Kesamaan bentuk yang


2 Keparalelan bentuk
digunakan dalam kalimat

Perlakuan penonjolan pada


3 Ketegasan makna
pokok ide kalimat
Caranya:
a) Meletakkan kata yang menonjol di depan kalimat
b) Membuat urutan kata yang bertahap
c) Melakukan pengulangan kata
d) Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan
e) Menggunakan partikel penekanan
Tidak menggunakan kata, frasa, atau
4 Kehematan kata bentuk lain yang tidak perlu
Caranya:
a) Menghilangkan pengulangan subjek
b) Menghilangkan pemakaian subordinat pada hiponimi kata
c) Menghilangkan kesinoniman dalam kalimat
d) Tidak menjamakkan kata yang berbentuk jamak

5 Kecermatan penalaran Tidak menimbulkan tafsiran ganda

Memberikan pernyataan padu, sehinga


6 Kepaduan gagasan informasi tidak terpecah
Cirinya:
a) Tidak bertele-tele
b) Menggunakan aspek+agen+verba secara tertib
c) Tidak menyisipkan kata “daripada” atau “tentang” antara predikat
dan objek
Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan
7 Kelogisan bahasa sesuai ejaan yang berlaku
1. Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa
itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. (tidak hemat)
2. Kambing sangat senang bermain hujan. (tidak logis)
3. Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi
sehingga petang. (tidak tepat)
4. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat
katalog, dan buku-buku diberi label. (tidak paralel)
5. Kepada setiap pengemudi mobil harus memiliki surat izin
mengemudi. (tidak padu)
6. Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik.
(tidak sepadan)

Anda mungkin juga menyukai