YOGYAKARTA Semester GENAP 2017/2018 1 7. Moral Hidup • Kemajuan dalam banyak bidang kehidupan membawa dampak positif dan negative. Dampak negative: pola pikir yg cenderung praktis ekonomis – mengakibatkan pertimbangan moral diabaikan; Semakin diagung-agungkan kebebasan pribadi, arogansi kekuasaan, penindasan, dll. • Yang paling memprihatinkan adl menurunnya penghargaan terhadap martabat manusia (pengguguran, perceraian, euthanasia, dll). 7. Moral Hidup 1. Alasan membahas moral hidup: a. Amanat seluruh agama Allah: sumber kehidupan. b. Nilai dan indahnya kehidupan Hidup – anugerah – bahagia c. Moralitas hidup semakin kabur Salah benar tidak jelas; bahagia yg keliru – menghalalkan segala cara. d. Moralitas: tuntutan hakiki hidup manusia 7. Moral Hidup 2. Dasar Etis Menghormati Hidup Manusia a. Martabat Manusia sebagai pribadi (person): Subyek atas dirinya; mandiri; bebas bertanggungjawab; terbuka pada Yang Ilahi; menuju kepenuhan hidup. b. Martabat Manusia sebagai Makluk Sosial: terlahir dlm kebersamaan; tiap pribadi berperan unik dan tak tergantikan; mesti saling menghormati. c. Nilai hidup jasmani: nilai dasar untuk mengembangkan nilai duniawi lainnya dan pokok: hidup tidak boleh dikorbankan demi nilai duniawi lainnya. d. Iman kepercayaan: manusia dicipta secitra dg Allah (kristiani); meski rusak krn dosa, diangkat mjd anak Allah – maknanya; 7. Moral Hidup 3. Pandangan ttg Awal Hidup manusia. Pro kontra aborsi langsung atau tidak langsung sangat ditentukan oleh pandangan kapan hidup manusia dimulai. Ada banyak pandangan: a. Enam minggu sesudah lahir. Sebelumnya bayi belum punya kesadaran. b. Pada saat kelahiran. c. Sekitar 12 minggu sesudah pembuahan. d. Sekitar 13 hari sesudah pembuahan. e. Sekitar 6 hari sesudah pembuahan. Nidasi mulai pada hari ke-6. f. Sejak saat terjadi pembuahan. Deklarasi Genewa, 1948, hidup manusia dimulai sejak saat pembuahan. 7. Moral Hidup 4. Penilaian Moral ttg Awal Hidup Manusia. a. Sejak saat pembuahan sudah ada hidup manusia, krn dalam telur yg sudah dibuahi terdapat kromozom-patron yang sudah memiliki elemen dasar yaitu RNA (Ribonucleic Acid) dan informasi genetic yaitu DNA (Dioxyribonucleic Acid) untuk perkembangan hidup manusia selanjutnya. Kromozom-patron itu tidak memerlukan tambahan apa-apa dari luar untuk berkembang mjd manusia. b. Sejak saat pembuahan adanya manusia itu masih potensial: belum mempunyai differensiasi, masih mungkin terjadi bayi kembar, hanya hidup dari makanan tubuh ibu. c. Setelah nidasi, potensi itu sungguh menjadi teraktualisasi (dinyatakan): janin mulai menjadi dirinya sendiri, ada interaksi dan relasi dengan ibu. Jadi, hidup manusia secara potensial ada sejak saat pembuahan, dan secara aktual sejak saat nidasi. 7. Moral Hidup 7. Moral Hidup 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan • Seiring dg perkembangan iptek, persoalan pengguguran semakin rumit, baik dari segi jumlah, cara maupun aspek lainnya. • Biotek menjadi penyebab meningkatnya. • Data: Berdasarkan data World Contraception Day Coalition tahun 2017, jumlah kehamilan yang tidak dikehendaki di dunia ternyata cukup fantastis. Tiap tahunnya, ada 80 juta kelahiran dari kehamilan yang tidak dikehendaki. Lebih tragis lagi, separuh di antaranya berakhir dengan aborsi. Cukup mengerikan karena setiap tahunnya terjadi 40 juta kasus aborsi. Jika dirinci lebih jauh lagi, 16 juta kelahiran tersebut berasal dari wanita usia muda antara 15 sampai 19 tahun. Usia yang rentan dan berisiko tinggi untuk melahirkan. (http://www.rimanews.com/ideas/healthcare/read/20170927/327398/Te rjadi-40-juta-kasus-aborsi-tiap-tahun/) 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Pengertian: ‘abortus’ (latin): keguguran sebelum waktunya. Piet Go, 1984, 279, menjelaskan jenis2 abortus: a. Abortus Spontaneus (keguguran): gugurnya janin tanpa disebabkan oleh tindakan manusia, atau keguguran yang tidak disengaja. Dibedakan menjadi 7. ini lepas dari penilaian moral/tidak ada penilaian baik buruk. b. Abortus Provocatus (pengguguran): gugurnya janin karena tindakan manusia yg disengaja. Dibedakan menjadi 4 (karena indikasi medis demi kesehatan/kehidupan ibu; eugenicus: janin menderita cacat berat; kriminologis: kehamilan krn tindak kejahatan; psikologis – social – ekonomis: kehamilan yg menimbulkan aib keluarga/belum siap, dsj). 7. Moral Hidup: pengguguran 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Tinjaun Hukum Kanonik (KHK): Kan. 1398 – “Yang melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena ekskomunikasi latae sententiae.” Yg mendapat hukuman adl siapa saja yg terlibat dalam pengguguran, baik ibu itu sendiri atau pria yang menghamili dan mereka yang terlibat dalam pengguguran itu: dokter, bidan, dukun bayi, dan siapa saja yg terlibat. Implikasi ekskomunikasi: penolakan partisipasi dalam ibadat publik, sakramen-sakramen, baik menerima atau menerimakan. Orang yg terkena ekskomunikasi tak boleh menjalankan jabatan gerejani (KHK 1331). Hukuman tidak berarti tanpa kesempatan untuk bertobat dan menerima pembebasan dari hukuman. Ada absolusi dari ekskomunikasi. 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Penilaian Etis dan Pemecahan thd Aborsi dlm berbagai indikasi: Indikasi sosial-ekonomi: bila kandungan dipertahankan akan menimbulkan kesulitan social (yg mengandung dari keluarga terhormat dan pria yg menghamilinya tidak bertanggungjawab) dan ekonomi (biaya tinggi untuk merawat anak, dsj). Pengguguran dg alasan ini tidak dapat dibenarkan krn hidup terlalu berharga untuk dikorbankan. Perlu dicari solusi lain yg lebih bijak dg tetap mempertahankan bayi. Apa solusinya? 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Indikasi Eugenis: perkembangan ilmu kedokteran dapat mendeteksi bhw bayi yg sedang dikandung cacat. Pertimbangan daripada lahir cacat dan menjadi beban keluarga dan masy shg hidupnya tdk bahagia pengguguran dilakukan. Secara moral tindakan ini tidak dapat dibenarkan krn ramalan dokter tidak selalu benar, banyak pengalaman orang cacat justru lebih bahagia dan menjadi inspirasi bagi yang normal (lih. Nick Vujicic – motivator yg dahsyat meski cacat). Sejak awal kelahiran, dilakukan cek up kesehatan agar bisa mendeteksi penyakit yg mungkin timbul dan dicegah. Bila ternyata lahir cacat, apa solusinya? 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Indikasi Psikososial dan Kriminologi: janin yg tidak dikehendaki karena korban kejahatan (incest, perkosaan, penipuan) tidak boleh digugurkan. Karena ketidakadilan yg satu (perkosaan, penipuan) tidak dapat diperbaiki dengan ketidakadilan yang baru (pembunuhan janin). Juga, yg bersalah adalah ayah atau ibunya, bukan anaknya yang dihukum. Untuk mengantisipasinya, wanita perlu meningkatkan keamanan, perlindungan dan kewaspadaan. Bila anak sudah lahir, apa solusinya? Bagaimana memperlakukan ibunya? 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Indikasi Medis: 1) indikasi medis fatal: segala macam penyakit yg diderita oleh wanita yang hamil yg berdampak timbal balik pada diri dan janinnya, shg penyakit tsb tidak dapat disembuhkan. Jika tidak dapat disembuhkan keduanya akan mati. Dokter melakukan intervensi medis berupa pengguguran janin. Pengguguran bukan tujuan, tetapi dampak/akibat dari upaya medis untuk menyelamatkan kedua-keduanya. Alasan medis fatal oleh para moralis dipandang sbg satu-satunya alasan yg dapat membenarkan dilakukaannya tindakan medis tertentu. 2) indikasi medis tidak fatal: apabila penyakit tsb tidak menyebabkan akibat fatal bagi wanita dan anaknya. Alasan ini secara moral tidak dapat dibenarkan untuk melakukan aborsi. 7. Moral Hidup 5. Pengguguran Kandungan Usaha-usaha mengurangi tindakan aborsi provocatus a. Perlu dibangun komunikasi yg baik dlm keluarga shg tercipta keterbukaan antar anggota keluarga. b. Perlunya pendidikan seks dalam keluarga. Ini bukan hal tabu, tapi penting untuk menumbuhkan sikap bertanggungjawab dalam menghidupi seksualitas. c. Perlu penjelasan metode KB yg aman dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. d. Perlu dikembangkan suasana “pro life” baik di tengah keluarga, gereja, maupun masyarakat. e. Perlu perkembangan IPTEK kedokteran yang dpt mengatasi 4 indikasi di atas. f. Menciptakan kesadaran masyarakat untuk tidak menghakimi dan memandang rendah perempuan yg sudah terlanjur hamil tanpa suami. Masyarakat diajak untuk memahami dan menerima dg rasa kemanusiaan. 7. Moral Hidup 6. Pengadaan Anak secara Buatan. a. Bayi Tabung (in Vitro Fertilization) BT adalh proses reproduksi buatan yg terjadi karena kemajuan teknologi yg ditujukan kepada pasangan yg sudah sekian lama menikah tetapi belum memilik anak. Proses pembuahan ini dilakukan di luar tubuh manusia (di dalam cawan petri) kemudian dimasukkan ke dlm tabung hingga mjd embrio. Kemudian dari 10 tabung diambil 3 embrio yg terbaik untuk dimaskukkan ke Rahim wanita baik yg ada hubungan darah maupun tidak. Masalah moralnya: 1) ketika sperma berasal dari pria yg bukan suaminya atau membeli sperma di bank sperma untuk menjadi single parent krn tidak bersuami. 2) embrio kemudian dimasukkan ke dalam Rahim wanita lain (sewa Rahim). 3) embrio yg tidak dipakai akan dibuang begitu saja – ada unsur abortif. 7. Moral Hidup 6. Pengadaan Anak secara Buatan. a. Bayi Tabung (in Vitro Fertilization) Prinsip-prinsip moral BT: • Tidak mengandung unsur abortif – tidak ada embrio yg dibuang. • Sel sperma dan sel telur homolog – dari suami dan isteri itu sendiri. Bukan dari pendonor. • Tidak sewa Rahim – anak punya hak untuk dikandung oleh ibunya sendiri. Sewa Rahim sering menimbulkan masalah rumit. 7. Moral Hidup 6. Pengadaan Anak secara Buatan. b. Inseminasi Buatan (IB) Pembuahan dilakukan bukan melalui hubungan suami isteri secara alamiah, tetapi digantikan oleh alat yang dimasukkan ke rahim si ibu. Jenisnya: 1) IB homolog: sperma diambil dari suami sendiri. 2) IB heterolog: sperma diambil dari laki-laki donor. Argumen pro: cara yg baik untuk membantu pasangan yang tidak mendapatkan anak, asal secara homolog. Alasan kontra: meski homolog, ada masalah pengambilan sperma dari suami. Bila melalui masturbasi, tidak dapat diterima secara moral. Juga, pembuahan tidak melalui hubungan su-is. Pembuahan melalui sperma donor, pasti ditentang. 7. Moral Hidup 6. Pengadaan Anak secara Buatan. c. Octogenesis Cara pengadaan anak yg sepenuhnya dilakukan di dlm tabung yg telah dilengkapi dg sgl hal yg dibutuhkan oleh janin. Peran suami isteri hanya sbg pendonor bibit saja. Pembuahan dan pertumbuhan embrio sampai mjd bayi sempurna dilakukan oleh alat-alat canggih. Masalah moral: peran ayah dan ibu diganti alat - peran ibu dlm mengandung dikesampingkan; alat menjadi “pabrik manusia”. 7. Moral Hidup 6. Pengadaan Anak secara Buatan. d. Cloning Cara pengadaan anak hanya menggunakan sel telur yg dirangsang secara terus menerus lalu dipertemukan dg sel inti dari orang yg mau diclon. Masalah moral: 1) Melecehkan keluhuran martabat manusia 2) Melanggar hak mutlak Allah dlm mencipta 3) Hasil cloning akan identik dg orang yg dicloning, padahal Allah mencipta manusia secara unik 4) Cloning tidak melibatkan sperma dan peran suami ditiadakan. 5) Hasil cloning terbukti tidak memiliki kekekbalan tubuh yg memadai. 7. Moral Hidup 7. Pencegahan Kehamilan a. Cara Alamiah (KBA) • Pantang total hubungan seksual: selama belum menghendaki lahirnya anak atau setelah punya anak tidak ingin punya anak lagi; harus ada persetujuan dari kedua pihak. Apakah ini mungkin? • Pantang berkala: hanya mengadakan persetubuhan ketika istri tidak subur. Untuk menentukan saat tidak subur dgn 1) kalender, 2) temperature, 3) dr Keefer (meraba atau melihat leher Rahim dg kaca), 4) ovulasi dr Billing, 5) cara symto-termik: kombinasi cara 3 dan 4. Metode alamiah tidak mudah dijalani bagi yg kurang berpendidikan krn membutuhkan ketelitian dan ketekunan. Apalagi bagi wanita, dia merasa “in” di saat subur padahal ia tidak ingin punya anak lagi. Bagaimana tehnis detil dapat konsul ke bidan/tenaga medis. • Coitus interruptus: sanggama terputus – menjelang ejakulasi dicabut. Bahaya kegagalan besar. 7. Moral Hidup 7. Pencegahan Kehamilan b. Cara Buatan • Kontranidatif: 1) IUD telur yg sudah dibuahi tidak berhasil nidasi shg terjadi keguguran. Menggagalkan nidasi tidak dapat disamakan begitu saja dg pengguguran krn sekitar 50% telur yg sudah dibuahi tidak berhasil nidasi. Meski demikian tetap harus menghormati potensi untuk nidasi. 2) MAP (Morning After Pill): pil yg diminum pagi hari setelah malamnya berhubungan badan. Kerjanya, menciptakan hormon untuk menggagalkan nidasi. • Sterilisasi/pemandulan: terhadap laki-laki vasoligature (pengikatan vas deferens), vasectomy (pemotongan vd), penyinaran dg sinar X pada vd. Terhadap perempuan hysterectomia (pengangkatan Rahim), defundatio uteri (pengangkatan Rahim bagian atas dg indung telur), ovariotomia (pengangkatan indung telur), promeroy/tube ligation, penyinaran sinar X thd tuba falopi. • Kontraseptif: mencegah terjadinya pertemuan sel telur dan sperma tidak abortif (kondom, obat pembunuh sperma, pil, hormone, susuk, kondom laki atau perempuan, dsb. 7. Moral Hidup 7. Pencegahan Kehamilan b. Cara Buatan …..gambar…. 7. Moral Hidup 8. Tema-tema seputar Tahap Akhir Kehidupan • Euthanasia (eu: indah, bahagia, bagus, enak; tanatos: mati) mati dengan indah, dsj. Menurut Magnis Suseno (1991, 177), pengertian euthanasia: a. Euthanasia pasif: karena berbagai kondisi, tidak semua kemungkinan tehnik kedokteran yg tersedia di digunakan. b. Euthanasia aktif (mercy killing): proses kematian secara terarah dan langsung. c. Euthanasia tidak langsung: usaha memperingan rasa sakit dan berakibat bhw mungkin pasien meninggal lebih cepat. • Tinjauan: poin b terhadap orang gila, cacat, jompo, dsj, tidak dapat dibenarkan: nilai hidup tidak terletak pada factor kegunaan/ekonomis semata, hidup pada dirinya mempunyai nilai yg tinggi; melanggar hukum Ilahi (mengambil nyawa orang sebelum saatnya). • Poin c bisa diterima bila tidak ada sarana lain yg dapat digunakan untuk memperingan penderitaannya.