Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah

PENDIDIKAN MORAL

UNIVERSITAS ATMA JAYA


YOGYAKARTA
Semester GENAP 2017/2018
1
3. SUARA HATI
• Setiap orang punya Suara Hati (SH). SH membantunya
untuk menuju hidup lebih baik.
• Penilaian moral adl penilaian baik buruknya tingkah
laku manusia sebagai manusia. Ukuran
moral/pedoman ada 2: 1) suara hati – ukuran dalam
diri manusia (subyektif); 2) norma – ukuran yg dipakai
oleh orang lain untuk mengukur diri kita (obyektif).
Keduanya mengandung ukuran yg benar atas moralitas
manusia.

2
3. SUARA HATI
1. Arti Suara Hati
• Tiga lembaga normatif
1) Masyarakat: keluarga, lingkungan, sekolah,
komunitas, tempat kerja, negara, dsb
2) Superego: perasaan moral spontan. Perasaan malu
atau bersalah yg muncul secara otomatis apabila
seseorang melanggar norma yg sudah dibatinkan.
3) Ideologi: segala macam ajaran ttg makna kehidupan,
nilai-nilai dasar, & ttg bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak.

3
3. SUARA HATI
1. Arti Suara Hati
• Suara hati  kesadaran moral seseorang dalam situasi
konkrit untuk mengetahui apakah perbuatannya baik
atau buruk. Di dalam Hati sbg pusat kepribadian,
seseorang sadar apa yang dituntut darinya.
• Suara hati adalah pusat kemandirian manusia. 3
lembaga normatif di atas mempengaruhi bagaimana
suara hati membuat suatu keputusan. Suara lembaga2
normatif itu wajib ditaati, sejauh sesuai dengan suara
hati. Bila tidak sesuai, tidak harus ditaati. Tuntuntan
suara hati bersifat mutlak.

4
3. SUARA HATI
1. Arti Suara Hati
• Setiap orang dlm hatinya memiliki kesadaran
mengenai apa yg menjadi tanggungjawab dan
kewajibannya. Kesadaran ini perlu terus diasah,
dikembangkan, dan dipertajam agar tidak salah.
• Nilai kita sebagai manusia tergantung pada
ketaatan terhadap suara hati. Orang merasa
bersalah bila mengelak dari suara hati.

5
3. SUARA HATI
1. Arti Suara Hati
• Bagaimana menilai orang lain? Penilaian
bertolak dari kelakukan yg dapat dilihat atau
hasil perbuatannya. Bila orang dinilai berbudi
pekerti luhur, harus dinilai kelakukannya,
karakternya, sikap moralnya, dan motivasinya.
• Orang tidak berhak memvonis orang lain
berdosa. Yg dapat dikatakan hanyalah bhw
kelakukan orang itu menurut hematnya tidak
sesuai dg kehendak Allah. Hanya Tuhanlah yg
dapat menilai.
6
3. SUARA HATI
• Karakteristik suara hati (SH):
1) Pengenalan dan kesadaran: pengenalan adl
kemampuan yg diperoleh melalui panca indera
(bintang juga bisa mengenal). Kesadaran adl
kemampuan yang diperoleh melalui akal budi untuk
mengenali diri. SH adalah kesadaran moral dalam
situasi konkret (nyata dan tertentu) dan aktual (pada
saat itu saja dan tidak bisa diulangi).
2) SH bersifat personal: selalu berkaitan erat dg pribadi
yang bersangkutan, diwarnai oleh kepribadiannya,
dan akan berkembang juga bersama dengan
perkembangan pribadinya. SH memberi penilaian
atas perbuatan saya, bukan perbuatan orang lain.
7
3. SUARA HATI
• Karakteristik suara hati (SH):
3) SH bersifat adipersonal: SH seolah-olah melebihi
pribadi manusia (aspek transenden), seakan-akan
merupakan instansi di atasnya. Terhadap SH,
seseorang seolah-olah sbg pendengar yg membuka
diri terhadapnya.
4) SH sbg norma moral subyektif: SH adalah norma
terakhir untuk perbuatan manusia. Putusan SH
adalah norma moral yg subyektif bagi tingkah laku
subyektif.

8
3. SUARA HATI
• Karakteristik suara hati (SH):
5. SH dan norma-norma: SH memberitahu dg tegas
kebaikan yg harus dikejar dan dilakukan. Norma
memberitahu seseorang mana yang benar-salah, mana
yg baik atau buruk.

9
3. SUARA HATI
2. Fungsi SH
a. Berfungsi Prospektif: SH melihat ke masa depan dan
menilai perbuatan kita yad. SH juga mengingatkan
ttg akibat-akibat baik atu buruk dari perbuatan
tersebut.
b. Berfungsi Introspektif: SH untuk mawas diri/menilai
tindakan yg sudah dilakukan sbg baik atau buruk
atau berfungsi mengadili.

10
3. SUARA HATI
2. Fungsi SH
c. Berfungsi Retrospektif: SH memberikan penilaian ttg
perbuatan2 di masa lalu dan menyatakannya sbg
baik atau buruk. Bila baik, SH ganjaran (damai, puas,
dsj). Bila buruk, SH memberi hukuman (malu,
bersalah, dsj).
d. Fungsi SH terhadap norma: 1) SH merekam,
membatinkan norma2 dan menyuarakannya kembali
dlm situasi konkrit. 2) SH menangkap nilai-nilai di
balik norma dan membuat peringkat terhadapnya.
3) SH mendorong tindakan2 yg mewujudkan nilai2
secara benar. 4) SH membina otonomi moral. Dg SH
tiap orang menentukan dirinya sendiri.
11
3. SUARA HATI
3. Mempertanggungjawabkan SH
• Tidak ada jaminan bahwa SH tidak pernah keliru. SH
bisa keliru meski mutlak harus ditaati. Maka,
keputusan SH harus dipertanggungjawabkan. SH
memberikan penilaian moral terhadap situasi konkret.
Dalam SH ada perasaan, rasionalitas dan obyektivitas
shg dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan
obyektif.

12
3. SUARA HATI
3. Mempertanggungjawabkan SH
• SH mesti terbuka terhadap argumen, sangkalan,
pertanyaan, maupun keraguan dari orang lain atau
dari diri sendiri. SH siap terus mencari orientasi baru.
• Maka, dalam mengelola SH diperlukan sikap terbuka
untuk dipersoalkan, direfleksikan, mencari informasi
yg relevan, sehingga dapat menemukan keputusan yg
tepat. Dkl, SH perlu dididik.

13
3. SUARA HATI
4. Mengembangkan SH
• SH harus dididik – dimensi kognitif dan afektif harus
dipertajam, agar dapat memberikan penilaian dengan
tepat. Mengapa? SH sangat dipengaruhi oleh perasaan
moral yg terbentuk selama dalam pendidikan dan oleh
pandangan moral lingkungan.

14
3. SUARA HATI
4. Mengembangkan SH
• Mendidik SH berarti terus menerus bersikap terbuka,
mau belajar, mau mengerti seluk beluk masalah, mau
memahami pertimbangan2 etis, dan mau
memperbaharui pandangan sendiri.
• Apakah SH sama dengan suara Tuhan? 1) SH dapat
keliru, sedang suara Tuhan tidak dpt keliru. SH
mencerminkan prasangka dan pengertian orang ybs.
2) SH memuat kewajiban yg mutlak harus dilakukan
tanpa syarat padahal bisa salah. Maka, kemutlakan SH
menunjuk pada Allah yang mutlak tidak dapat salah.

15
3. SUARA HATI
4. Mengembangkan SH
• SH perlu dibina terus menerus dengan
a. mawas diri: dapat membedakan mana yg baik
dan buruk; melihat bobot nilainya; melihat pro
kontranya.
b. membuat skala prioritas (mana yang penting dan
mendesak harus dilakukan) pada saat
menghadapi masalah2 moral.
c. membiasakan diri untuk selalu peka
(kebalikannya: pekok) dan menaati SH,
memperkaya diri dg wawasan yg baik, dan mau
belajar hidup dari siapa saja.
16
3. SUARA HATI
5. SH Menyatakan Diri Berhadapan dengan 3 Lembaga
Normatif
• Suara hati  kesadaran moral seseorang dalam situasi
konkrit. Ini memaksanya untuk bersikap: mengikuti
atau menolak 3 lembaga normatif. 3 lembaga normatif
menyediakan pengetahuan dan memberikan
pertimbangan di dalam SH ambil keputusan.

17
3. SUARA HATI
5. SH Menyatakan Diri Berhadapan dengan 3 Lembaga
Normatif
• Tiga lembaga normatif
a. Masyarakat: keluarga, lingkungan, sekolah, komunitas,
tempat kerja, negara dsb
b. Superego: perasaan moral spontan. Perasaan malu atau
bersalah yg muncul secara otomatis apabila seseorang
melanggar norma yg sudah dibatinkan.
c. Ideologi: segala macam ajaran ttg makna kehidupan, nilai-
nilai dasar, & ttg bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak.
• Manusia secara moral hanya berkewajiban menaatinya sejauh
tuntutan itu sesuai dg suara hatinya.
18
3. SUARA HATI
6. Ketekadan Moral
• Dalam segala situasi (netral, bujukan, tekanan,
tawaran menggiurkan), SH menuntun seseorang
untuk bertindak. Hal-hal yang mempengaruhi
seberapa jauh kita bertindak sesuai SH adalah
penguasaan emosi, perasaan, dan dorongan irrasional
yang menghambat tekad orang. Orang panik, bingung,
bimbang, dsj, tidak dapat melihat atau mendengarkan
SH.

19
3. SUARA HATI
6. Ketekadan Moral
• Usaha yg perlu diperjuangkan adl membebaskan diri
dari cengkeraman kekuatan irrasional itu. Manusia
tidak dapat menjadi dirinya sendiri dan menguasai
diri, kecuali ia bebas dari pamrih. Bdk. Sepi ing
pamrih, rame ing gawe (bersemangat dalam karya
meski tanpa imbalan).
• Dalam tradisi rohani, ada 3 upaya yg perlu dilatih terus
menerus: maksud lurus (recta Intentio), pengaturan
emosi (ordinatio affectum), dan pemurnian hati
(purificatio cordis).

20

Anda mungkin juga menyukai