Anda di halaman 1dari 101

Konsep Pajak Penghasilan

Sistematika

1. Subjek Pajak

2. Objek Pajak

3. Cara Menghitung Pajak

4. Pelunasan Pajak

5. Fasilitas Perpajakan

2
Subyek dan Obyek Pajak

Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap s


atas penghasilan yang diterima atau diper
dalam tahun pajak.
• PPh dapat dikenakan atas bagian
tahun pajak jika kewajiban subjektif
mulai dari bagian tahun.
• Tahun pajak adalah tahun takwim.
Jika tahun buku tidak sama, dapat
menggunakan tahun buku asalkan
berdurasi 12 bulan.
3
Dasar Hukum
Undang – Undang (UU) No. 36 Tahun
2008
Tentang
Perubahan Keempat atas
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan

• Peraturan Pemerintah (PP)


• Keputusan Presiden (Keppres)
• Peraturan & Keputusan Menkeu (PMK & K
• Peraturan, Keputusan, dan Surat Edaran
(PER, KEP, dan SE DJP)
4
Subjek Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 2 s/ d Pasal 3
UU Pajak Penghasilan

5
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (1 dan 1a)

Orang Pribadi (OP)


Warisan yang belum terbagi sebagai
satu kesatuan, bersifat
menggantikan yang berhak.
Badan
Bentuk usaha tetap (BUT),
merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan
dengan subyek pajak badan. 6
Subjek Pajak
Pasal 2 Ayat (2)

Dalam Negeri Luar Negeri

7
Subjek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 Ayat (3)

Orang Pribadi :
Bertempat tinggal/ berada di Indonesia lebih dari 183
hari dalam 12 bulan; atau
Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
Badan:
Didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu badan pemerintah yang
memenuhi kriteria:
Pembentukannya berdasarkan peraturan
perundangan.
Pembiayaan bersumber APBN/ APBD.
Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
Pembukuannya
Warisan diperiksa oleh aparat
yang belum pengawasan
terbagi:
fungsional negara.
Menggantikan yang berhak. 8
Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 Ayat (4)

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia/ berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam 12 bulan.
Badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia.

Menjalankan usaha Menerima atau


atau kegiatan melalui memperoleh
BUT di Indonesia. penghasilan dari
Indonesia bukan dari
menjalankan usaha
9
atau kegiatan melalui
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)

Bentuk usaha yang dipergunakan oleh:

Orang pribadi sebagai Badan sebagai


subjek pajak LN subjek pajak LN

Untuk menjalankan usaha


atau kegiatan di Indonesia.
10
Bentuk Usaha Tetap (1)
Pasal 2 Ayat (5)

a. Tempat kedudukan m.Pemberian jasa, sepanjang


manajemen; dilakukan lebih dari 60
b. Cabang perusahaan; (enam puluh) hari dalam
c. Kantor perwakilan; jangka waktu 12 (dua
d. Gedung kantor; belas) bulan;
e. Pabrik; n. Orang atau badan selaku
f. Bengkel; agen yang kedudukannya
g. Gudang; tidak bebas;
h. Ruang untuk promosi dan o. Agen atau pegawai dari
penjualan; perusahan asuransi yang
i. Pertambangan dan tidak didirikan dan
penggalian sumber alam; berkedudukan di Indonesia
j. Wilayah kerja yang menerima premi
pertambangan minyak asuransi atau menanggung
dan gas bumi; risiko di Indonesia; dan
11
k. Perikanan, peternakan, p. Komputer, agen elektronik,
Ilustrasi Indentifikasi Subjek Pajak

Peraturan
Peraturan perpajakan
perpajakan membedakan
membedakan Subjek Subjek Pajak
Pajak
Dalam
Dalam Negeri
Negeri (SPDN),
(SPDN), Subjek
Subjek Pajak
Pajak Luar
Luar Negeri
Negeri
(SPLN),
(SPLN), dan
dan bukan
bukan subjek
subjek pajak.
pajak. Berikut
Berikut informasi
informasi
identitas
Noidentitas
Nama
orang
orang
Tempat
pribadi
pribadi dan
dan badan.
badan. Bagaimanakah
Keterangan Bagaimanakah
Status
status
.status pajaknya?
pajaknya?
Tinggal /
Kedudukan
1. Andi Palembang Tinggal dan bekerja di kota kelahiran. SPDN Orang
Pribadi
2. Amir Makassar Sejak 1 April 2012 pindah ke New York, Bukan Subjek
berencana menetap dan bekerja di kota Pajak
tersebut.
3. Ari Medan Berada di Indonesia antara 2 Februari SPDN Orang
2012 – 11 November 2012. Pribadi
4, Alfi Bandung Bekerja selama 1 bulan dan berencana SPDN Orang
menetap. Pribadi
5. Ajeng Washington Pemilik saham satu perusahaan yang SPLN
beroperasi di Indonesia.
12
Ilustrasi 2.1 (2) (Subjek Pajak)

No. Nama Tempat Keterangan Status


Tinggal /
Kedudukan
6. PT. Nusa Jakarta Didirikan di Indonesia oleh WNA. SPDN BUT
7. PT. Buana Medan Berkedudukan di Indonesia, namun SPDN Badan
seluruh penghasilannya bersumber dari
investasi di luar negeri.
8. PT. Kiara Lombok Didirikan di Indonesia, namun SPDN Badan
berencana untuk memindahkan
kedudukan dan operasinya ke luar
negeri.
9. Leipz & Berlin Berkedudukan di luar negeri, namun SPLN
Co. memiliki investasi saham atas satu
perusahaan di Indonesia.
10. Hush & Co London Berkedudukan di luar negeri, dan SPLN
memiliki showroom di Indonesia.

13
Tempat Tinggal / Kedudukan WP
Pasal 2 Ayat (6)

Tempat Tinggal Tempat Kedudukan


Orang Pribadi Badan

Ditetapkan oleh Dirjen


Pajak

Menurut keadaan yang sebenarnya.

14
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (1)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Badan Warisan yang


Pribadi belum terbagi
Mulai: Mulai:
Mulai:
Saat didirikan/ Saat timbulnya
- Saat
berkedudukan warisan.
dilahirkan.
- Saat berada di Indonesia.
atau
berniat Berakhir:
tinggal di Saat dibubarkan Berakhir:
Indonesia. atau tidak lagi Saat warisan
berkedudukan selesai
Berakhir: di Indonesia. dibagikan. 15
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban Subjektif (2)
Pasal 2A Ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Luar Negeri


Orang Pribadi Badan

Mulai:
Mulai:
Saat
Saat melakukan usaha/
menerima/memperoleh
kegiatan melalui BUT di
penghasilan dari
Indonesia.
Indonesia.

Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ Saat tidak lagi
memperoleh penghasilan menjalankan usaha
dari Indonesia. melalui BUT di Indonesia.
16
Kewajiban Pajak Subjektif
Pasal 2A Ayat (6)

Kewajiban pajak subjektif


orang pribadi yang
berada atau bertempat
tinggal di Indonesia
Hanya meliputi sebagian
dari tahun pajak

gian tahun pajak tersebut menggantikan tahun paja

17
Tidak Termasuk Subjek Pajak
Pasal 3

a. Kantor perwakilan negara asing;


b. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat
lain dari negara asing dan orang yang diperbantukan/ yang
bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka dengan
syarat :
Bukan warga negara Indonesia; dan
Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh
penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut;
serta
Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik;
c. Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan
Menkeu, dengan syarat:
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
18
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
Objek Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 4 s/ d Pasal 15
UU Pajak Penghasilan

19
Definisi Penghasilan
Pasal 4 Ayat (1)

Merupakan setiap tambahan


kemampuan ekonomis yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib
pajak.
Dengan nama dan dalam bentuk
apapun

20
Klasifikasi Umum Penghasilan
Penghasilan dari modal berupa
Penghasilan
Penghasilan
Pengha silan dataupun
harga gerak lain-
dari
ari pekerjaan
tidak
d an lain,
gerak, hubu ngan
sepertisepertikerja
bunga, dan
dividen,
usaha
p ekerjaan
royalti,
pembebasan
penjualan harga
gaji, hon
dan dan
sewa beba
ora atau
s sep erti
keuntungan
utang
rium,hak
danyang
tidakkegiatan.
dipergunakan untuk
danse hadiah.
bagainya.
usaha.

21
Ketentuan Khusus atas Penghasilan

 Semua penghasilan digabungkan dalam satu tahun


pajak.
 Jika menderita kerugian dikompensasikan dengan
penghasilan lain kecuali kerugian dari luar negeri.
 Untuk penghasilan dikenakan final atau dikecualikan
dari objek pajak tidak boleh digabungkan.

22
Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan


dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan
dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam UU Pajak Penghasilan;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau
kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
23
Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (1)

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan


harta termasuk:
i. Keuntungan karena pengalihan harta sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal;
ii. Keuntungan karena pengalihan harta kepada
pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
iii.Keuntungan karena likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan
nama dan dalam bentuk apa pun;
iv. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan
kepada keluarga sedarah garis keturunan lurus satu
24
derajat dan badan keagamaan, pendidikan, sosial
Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang


telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan
karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk
apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran
berkala; 25
Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan
dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam
Undang - Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia.
26
Definisi

Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan


diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh
pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan.

Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir


tahun, penghasilan yang dikenakan pajak final bukan
sebagai penambah penghasilan dan pajak final tidak
dapat menjadi kredit pajak.
Pajak Final = pajak selesai dengan pembayaran tersebut

27
Pertimbangan Pengenaan

Kesederhanaan
Pemotongan
Pengurangan Beban
Administratif
Pemerataan
Pengenaan Pajak
Dorongan Pengembangan
Investasi dan Tabungan
Perkembangan
Ekonomi dan Moneter

28
Objek Pajak Dikenai Pajak Final
Pasal 4 Ayat (2)

a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. Penghasilan berupa hadiah undian;
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya
yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.

29
Peraturan Pelaksana Pajak Final
Penghasilan dari transaksi penjualan saham di
bursa efek.
Penghasilan PP
dariNo. 14 Tahun
bunga 1997
deposito dan tabungan
serta diskonto SBI.
PPdari
Penghasilan No. hadiah
131 Tahun 2000PP No. 132
undian.
Tahun 2000
Penghasilan dari persewaan tanah dan/ atau
bangunan.
Penghasilan PP No. 5 Tahun
dari pengalihan 2002
hak atas tanah
dan/ atau bangunan.
PenghasilanPP No. 71bunga/
berupa Tahun diskonto
2008 obligasi
yang dijual di bursa efek.
Penghasilan PP No.
dari 16 tahun
usaha 2009
jasa konstruksi. PP No.
40 Tahun 2009
Penghasilan dari UMKM. PP No. 46 Tahun 2013
30
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (1)
Pasal 4 Ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima


oleh badan/ lembaga amil zakat yang disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah;
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga
sedarah garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, sosial 31
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (2)
Pasal 4 Ayat (3)

c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang
diberikan oleh bukan WP, WP yang dikenakan
pajak secara final atau WP dengan Norma
Penghitungan Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada
orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, 32
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (3)
Pasal 4 Ayat (3)

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau


diperoleh PT sebagai WP dalam negeri, koperasi,
badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia dengan syarat:
Dividen berasal dari cadangan laba yang
ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik
negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang
disetor; 33
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (4)
Pasal 4 Ayat (3)

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh


dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh
anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi,
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh
perusahaan modal ventura berupa bagian laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat
34
Dikecualikan Sebagai Objek Pajak (5)
Pasal 4 Ayat (3)

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu


yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan
atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/ atau bidang penelitian
dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/ atau penelitian dan
pengembangan, dalam jangka waktu paling
lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa
lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan 35
Ilustrasi 2.2 - (Objek Pajak)

Firma
Firma Tiara
Tiara menjual
menjual mobil
mobil yang
yang digunakan
digunakan untuk
untuk
kegiatan
kegiatan usaha.
usaha. Nilai
Nilai buku
buku menurut
menurut fiskal
fiskal Rp
Rp
200.000.000,00.
200.000.000,00. Mobil
Mobil tersebut
tersebut dijual
dijual dengan
dengan harga
harga
Rp
Rp 300.000.000,00.
300.000.000,00.
a.
a. Bagaimanakah
Bagaimanakah pengakuan
pengakuan penghasilan
penghasilan oleh
oleh
Firma
Firma Tiara?
Tiara?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika mobil
mobil tersebut
tersebut dijual
dijual kepada
kepada
seorang
seorang sekutu
sekutu dengan
dengan harga
harga Rp
Rp
260.000.000,00?
260.000.000,00?

Jawaban:
Jawaban:
c.
c. Keuntungan
Keuntungan yang
yang diperoleh
diperoleh dari
dari penjualan
penjualan
mobil
mobil sebesar
sebesar Rp
Rp 100.000.000,00
100.000.000,00 diakui
diakui
sebagai
sebagai penghasilan
penghasilan oleh
oleh Firma
Firma Kelana
Kelana dan
dan
36
Objek Pajak BUT
Pasal 5 Ayat (1)

- Usaha/ kegiatan BUT.


Penghasilan dari: - Harta yang dimiliki/ dikuasai

- Usaha atau kegiatan.


- Penjualan barang-barang.
Penghasilan kantor pusat dari:
- Pemberian jasa.

Dilakukan di Indonesia dan sej


dengan yang dilakukan BUT

Penghasilan sebagaimana tersebut


Sepanjang ada hubungan
dalam Pasal 26, yang diterima atau
antara BUT dengan harta/ keg
diperoleh kantor pusat: memberikan penghasil

37
Ilustrasi 2.3 - (Objek Pajak BUT)

Arctic
Arctic Co.
Co. didirikan
didirikan dan
dan berkedudukan
berkedudukan di di luar
luar negeri,
negeri,
serta
serta memiliki
memiliki BUT
BUT didi Indonesia.
Indonesia. Arctic
Arctic Co.Co. Dan
Dan
BUTnya
BUTnya melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan penjualan
penjualan chassis
chassis busbus di
di
Indonesia.
Indonesia. Selama
Selama 2012,
2012, penjualan
penjualan yang
yang dilakukan
dilakukan
sendiri
sendiri oleh
oleh Arctic
Arctic Co.
Co. Rp Rp 3.500.000.000,00,
3.500.000.000,00,
penjualan
penjualan BUTnya
BUTnya Rp Rp 8.250.000.000,00.
8.250.000.000,00. ArcticArctic Co.
Co.
Juga
Juga melakukan
melakukan transaksi
transaksi penjualan
penjualan mesin
mesin bis
bis senilai
senilai
Rp
Rp 1.525.000.000,00.
1.525.000.000,00. BUTnya
BUTnya tidak
tidak menyediakan
menyediakan
produk
produk tersebut.
tersebut. Berapakah
Berapakah nilainilai objek
objek pajakpajak
penghasilan
penghasilan atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?

Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh
BUT
BUT sendiri
sendiri dan
dan penghasilan
penghasilan kantor
kantor pusat
pusat atas
38
atas
Ilustrasi 2.4 - (Objek Pajak BUT)

Baltic
Baltic Inc.
Inc. berkedudukan
berkedudukan di di luar
luar negeri
negeri danmemiliki
danmemiliki
Bentuk
Bentuk Usaha
Usaha Tetap
Tetap didi Indonesia.
Indonesia. Kemenkes
Kemenkes RI RI
mengadakan
mengadakan perjanjian
perjanjian langsung
langsung dengan
dengan Baltic
Baltic Inc.
Inc.
untuk
untuk membayar
membayar royalti
royalti atas
atas paten
paten vaksin
vaksin H1N1
H1N1
senilai
senilai Rp Rp 2.750.000.000,00
2.750.000.000,00 agar agar vaksin
vaksin tersebut
tersebut
dapat
dapat diproduksi
diproduksi oleh
oleh BUMN
BUMN Farmasi.
Farmasi. Dalam
Dalam kontrak
kontrak
dipersyaratkan
dipersyaratkan bahwa
bahwa Kemenkes
Kemenkes wajibwajib menggunakan
menggunakan
jasa
jasa konsultansi
konsultansi teknis
teknis dari
dari BUT
BUT dengan
dengan kontrak
kontrak
terpisah
terpisah senilai
senilai Rp
Rp 325.000.000,00.
325.000.000,00. Berapakah
Berapakah nilai
nilai
objek
objek pajak
pajak penghasilan
penghasilan atas
atas BUT
BUT milik
milik Arctic
Arctic Co.?
Co.?

Jawaban:
Jawaban:
Objek
Objek pajak
pajak bagi
bagi BUT
BUT meliputi
meliputi penghasilan
penghasilan oleh
oleh BUT
BUT
sendiri
sendiri dan
dan penghasilan
penghasilan kantor
kantor pusat
pusat atas
atas atas
atas harta
harta
39
Deductible Expenses atas Penghasilan BUT
Pasal 5 Ayat (2)

liputi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pus

Sehubungan dengan:
- usaha atau kegiatan; Penghasilan sebagaimana t
- penjualan barang; Pasal 26, selama terdapa
- pemberian jasa; efektif antara BUT dengan h
yang sejenis dengan yang dijalankan
yang
BUTmemberikan pen
di Indonesia.

40
Penentuan Laba BUT
Pasal 5 Ayat (3)

Biaya administrasi kantor pusat yang boleh


dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan
usaha atau kegiatan BUT, berdasar besaran yang
ditentukan oleh Dirjen Pajak.
Pembayaran kepada kantor pusat yang tidak boleh
dibebankan sebagai biaya meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, dan hak lainnya.
Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan
jasa lainnya.
Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan
Pembayaran dari kantor pusat yang bukan sebagai
usaha perbankan.
penghasilan BUT meliputi:
Royalti/ imbalan sehubungan dengan penggunaan
harta, paten, dan hak lainnya. 41
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan
Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

Biaya 3M bersifat dapat dikurangkan (deductible)


atas penghasilan bruto :
a. Biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha,
meliputi:
i. Biaya pembelian bahan baku;
ii. Biaya tenaga kerja;
iii. Bunga, sewa, dan royalti;
iv. Biaya perjalanan;
v. Biaya pengolahan limbah;
vi. Premi asuransi;
vii. Biaya promosi, sesuai ketentuan PMK;
viii.Biaya administrasi
ix. Pajak selain PPh.
b. Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi; 42
Biaya untuk Mendapatkan, Menagih, dan
Memelihara (3M) Penghasilan (1)
Pasal 6 Ayat (1)

e. Kerugian dari selisih kurs;


f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
yang dilakukan di Indonesia;
g. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. Piutang yang nyata – nyata tak dapat ditagih,
dengan syarat:
Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan
laba rugi komersial;
Daftar piutang yang tidak dapat ditagih telah
diserahkan kepada Ditjen Pajak;
Telah diserahkan perkara penagihannya kepada
PN atau BUPLN;
Ada perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/ pembebasan utang antara kreditur dan 43
Ketentuan Khusus Atas Biaya 3M

 Biaya 3M yang dapat dibebankan hanyalah biaya – biaya yang


dikeluarkan terkait penghasilan yang ditetapkan sebagai objek
pajak.
 Biaya 3M yang dikeluarkan terkait penghasilan yang dikenai
pajak final atau penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,
tidak dapat dibebankan.
 Jika diketahui nilai biaya secara total, penghitungan biaya 3M
yang dapat dibebankan atau tidak, dapat ditetapkan berdasar
metode pro rata berdasar proporsi penghasilan

44
Ilustrasi 2.5 - (Deductible Expenses)

PT. Mulia memiliki total penghasilan 600 milyar dan beban yang dapat
dikurangkan sebesar 450 milyar. Beban tersebut dikeluarkan untuk
memperoleh semua penghasilan yang diterimanya. Dari penghasilan
tersebut 100 milyar merupakan penghasilan final. Perusahaan tidak dapat
mengindentifikasi secara spesifik beban yang terkait dengan penghasilan
final tersebut. Berapakah penghasilan kena pajak perusahaan?

Jawab:
Penghasilan dikenakan pajak final sebesar 100 milyar dikeluarkan dari
perhitungan penghasilan.
Beban yang akan menjadi pengurang dari penghasilan yang tidak final
sebesar 500/600 x 450 = 375.
Penghasilan kena pajak
Penghasilan 500
Beban yang boleh dikurangkan 375
Penghasilan kena pajak 125

45
Kompensasi Kerugian
Pasal 6 Ayat (2)

Kerugian dapat dikompensasikan dengan penghasilan


mulai tahun pajak berikutnya, berturut-turut sampai
dengan 5 tahun.

Atas penanaman modal di bidang – bidang usaha


tertentu atau di daerah – daerah tertentu,
kompensasi kerugian dapat diberikan hingga paling
lama 10 tahun.

46
Ilustrasi 2.6 (1) - (Kompensasi Kerugian)

CV.
CV. Kandawa
Kandawa perusahaan
perusahaan yangyang didirikan
didirikan didi tahun
tahun
2006.
2006. Pada
Pada awal
awal operasinya
operasinya menghadapi
menghadapi pasang
pasang
surut
surut usaha.
usaha. Berikut
Berikut laba
laba dan
dan rugi
rugi fiskal
fiskal semenjak
semenjak
pertama
pertama kali
kali berdiri.
berdiri.
Tahun2006
Tahun2006 Rugi
Rugi RpRp 1.750.000.000,00
1.750.000.000,00
2007
2007 Rugi
Rugi Rp Rp 825.000.000,00
825.000.000,00
2008
2008 Laba
Laba Rp Rp 215.000.000,00
215.000.000,00
2009
2009 Rugi
Rugi Rp Rp 65.000.000,00
65.000.000,00
2010
2010 Laba
Laba Rp Rp 765.000.000,00
765.000.000,00
2011
2011 Rugi
Rugi Rp Rp 12.500.000,00
12.500.000,00
Jika
Jika perusahaan
perusahaan memperoleh
memperoleh laba laba senilai
senilai RpRp
1.975.000.000,00
1.975.000.000,00 di di tahun
tahun 2012,
2012, berapakah
berapakah
Penghasilan
Penghasilan KenaKena Pajak
Pajak CV.
CV. Kandawa
Kandawa pada
pada tahun
tahun
2012?
2012? 47
Ilustrasi 2.6 (2) - (Kompensasi Kerugian)

Jawaban
Jawaban::
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2008
2008= = 215.000.000,00
215.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2010
2010= = 765.000.000,00
765.000.000,00
(Berasal
(Berasal dari
dari rugi
rugi fiskal
fiskal 2007)
2007)
Kompensasi
Kompensasi kerugian
kerugian di di 2012
2012= = Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2007
2007 + +
Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2009
2009 + + Rugi
Rugi fiskal
fiskal 2011
2011
== 825.000.000
825.000.000 + + 65.000.000
65.000.000 + +
12.500.000
12.500.000
== Rp
Rp 902.500.000,00
902.500.000,00
Adapun
Adapun rugi
rugi fiskal
fiskal 2006
2006 yang
yang belum
belum
dikompensasikan,
dikompensasikan, yaitu yaitu senilai
senilai Rp
Rp 770.000.000,00
770.000.000,00
(1.750.000.000
(1.750.000.000 -- 215.000.000
215.000.000 -- 765.000.000),
765.000.000), tidak
tidak
dapat
dapat dikompensasikan
dikompensasikan di di 2012,
2012, sebab
sebab telah
telah
48
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pasal 7 Ayat (1), (2), dan (3)

No. Elemen PTKP


1 WP Sendiri Rp 24.300.000,00
2 Status Kawin Rp 2.025.000,00
3 Tanggungan, per orang, dengan jumlah Rp 2.025.000,00
maksimal tiga orang tanggungan.
4 PTKP bagi istri yang penghasilannnya Rp 24.300.000,00
digabung.

Tanggungan meliputi anggota keluarga sedarah atau se


garis keturunan lurus (orang tua, mertua, anak kandu
atau anak angkat.
Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal ta
atau awal bagian tahun pajak
49
Penghasilan Wanita Bersuami
Pasal 8 Ayat (1)

Penghasilan atau kerugian bagi wanita yang


telah kawin dianggap sebagai penghasilan
atau kerugian suaminya.
Ketentuan di atas berlaku, kecuali jika:
1. Penghasilan tersebut semata – mata
berasal dari satu pemberi kerja dan telah
dipotong PPh Pasal 21; dan
2. Pekerjaan istri tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suami atau anggota
keluarga lainnya. 50
Ilustrasi 2.7 (1) -(PTKP)

Karna
Karna merupakan
merupakan seorang
seorang pegawai
pegawai yang yang bekerja
bekerja
untuk
untuk sebuah
sebuah perusahaan
perusahaan perbankan.
perbankan. Ia Ia telah
telah
menikah
menikah dan dan bertempat
bertempat tinggaltinggal di di satu
satu kavling
kavling
apartemen
apartemen milik sendri. Berikut
Berikut merupakan susunan
Nama milik sendri.
Tanggal Lahir merupakan
Status susunan
Pekerjaan
anggota keluarga
keluarga Karna.
anggotaDewi Karna.
3 Oktober 1962 Istri Ibu Rumah Tangga
Darsi 6 Mei 1987 Anak Kandung Mahasiswa S2
Hani 17 Agustus1995 Anak Kandung Pelajar
Indra 4 Juni 1998 Anak Angkat Pelajar
Guna 15 Meil 2000 Anak Asuh Pelajar
Batara 1 Juli 1985 Menantu PNS
Istri Darsi
Kunthi 2 Februari 1945 Ibu Kandung -
Arya 8 Maret 1950 Paman Pensiunan

51
Ilustrasi 2.7 (2) - (PTKP)

Berapakah
Berapakah PTKP
PTKP atas
atas penghasilan
penghasilan Karna
Karna di
di tahun
tahun
2012,
2012, jika:
jika:
a.
a. Tidak
Tidak terdapat
terdapat keterangan
keterangan tambahan.
tambahan.
b.
b. Dewi
Dewi bekerja
bekerja semata
semata –– mata
mata sebagai
sebagai pegawai
pegawai
pemerintah.
pemerintah.
c.
c. Dewi
Dewi memiliki
memiliki usaha
usaha laundry
laundry di di blok
blok
apartemen.
apartemen.
d.
d. Darsi
Darsi menikah
menikah di
di tanggal
tanggal 33 Januari
Januari 2012?
2012?
e.
e. Kunthi
Kunthi masih
masih menerima
menerima pembayaran
pembayaran pensiun
pensiun
mendiang
mendiang suaminya.
suaminya.

52
Ilustrasi 2.7 (3) - (PTKP)

Jawaban
Jawaban ::
a.
a. PTKP
PTKP = = WP
WP Sendiri+
Sendiri+ Status
Status Kawin
Kawin + + 33 Tanggungan
Tanggungan
=
= 24.300.000
24.300.000 + + 2.025.000
2.025.000 + + 33 xx 2.025.000
2.025.000
=
= Rp
Rp 32.400.000,00
32.400.000,00
Tanggungan
Tanggungan adalah
adalah Hani,
Hani, Indra,
Indra, dan
dan Kunthi.
Kunthi.
b.
b. PTKP
PTKP tidak
tidak berubah
berubah sesuai
sesuai poin
poin (a).
(a).
c.
c. PTKP
PTKP bertambah
bertambah sebesarsebesar Rp Rp 24.300.000,00
24.300.000,00
dibanding
dibanding poin
poin (a)
(a) untuk
untuk penghasilan
penghasilan istri istri yang
yang
digabungkan.
digabungkan.
d.
d. Awal
Awal tahun,
tahun, Darsi
Darsi masih
masih diakui
diakui sebagai
sebagai tanggungan.
tanggungan.
Akan
Akan tetapi
tetapi PTKP
PTKP tidak
tidak berubah
berubah sesuai
sesuai poinpoin (a),
(a),
sebab
sebab maksimal
maksimal tanggungan
tanggungan adalah
adalah 33 orang.
orang.
e.
e. Kunthi
Kunthi tidak
tidak termasuk
termasuk tanggungan.
tanggungan. PTKP PTKP berkurang
berkurang
sebesar
sebesar RpRp 2.025.000,00
2.025.000,00 dibanding
dibanding poinpoin (a).
(a).
53
Pemisahan Pajak Suami - Istri
Pasal 8 Ayat (2), dan (3)

Jika suami – istri Penghitungan PKP dan


hidup berpisah: pengenaan pajaknya
dilakukan sendiri –
sendiri.
Jika suami – istri
mengadakan
perjanjian
pemisahan harta Penghitungan pajaknya
dan penghasilan berdasar kepada
secara pembagian prorata atas
Jika tertulis.
istri
penghasilan netto suami
menghendaki
– istri yang digabung.
memenuhi
kewajiban
perpajakannya 54
Ilustrasi 2.8 (1)
(Penghasilan Suami – Istri)

Permadi
Permadi seorang
seorang notaris
notaris yang
yang memiliki
memiliki kantor
kantor sendiri
sendiri
dengan
dengan penghasilan
penghasilan nettonetto didi tahun
tahun 2012
2012 sebesar
sebesar Rp
Rp
135.000.000,00.
135.000.000,00. Istri Istri Permadi
Permadi seorang
seorang sekretaris
sekretaris yang
yang
bekerja
bekerja di di kantor
kantor Permadi.
Permadi. AtasAtas asas
asas profesionalitas,
profesionalitas,
Permadi
Permadi memperlakukan
memperlakukan istrinya istrinya sebagaimana
sebagaimana
pegawai
pegawai lain lain dengan
dengan gajigaji sebesar
sebesar Rp Rp 6.750.000,00
6.750.000,00
per
per bulan.
bulan. Permadi
Permadi dandan istrinya
istrinya memiliki
memiliki dua
dua orang
orang
anak
anak dandan menanggung
menanggung ayah ayah dandan ibunya
ibunya pensiunan
pensiunan
PNS
PNS untuk
untuk hidup
hidup bersama
bersama dalam
dalam keluarganya.
keluarganya.
a.
a. Berapakah
Berapakah pajak pajak penghasilan
penghasilan yang yang harus
harus
dibayar
dibayar di di tahun
tahun 20122012 oleh oleh Permadi
Permadi dandan
istrinya?
istrinya?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jika jika kemudian
kemudian di di tahun
tahun 2012
2012
Permadi
Permadi dan dan istrinya
istrinya hidup
hidup berpisah
berpisah dengan
dengan
55
penghasilan yang tetap?
Ilustrasi 2.8 (2)
(Penghasilan Suami – Istri)

Jawaban
Jawaban ::
a.
a. Penghitungan
Penghitungan dilakukan dilakukan dengan
dengan menggabungkan
menggabungkan
penghasilan
penghasilan
PenghasilannettoPermadi dan
Permadi
Permadi dan istri.
istri. 135.000.000
Penghasilannettoistri 81.000.000
Penghasilannettosuami- istri digabungkan 216.000.000
(PTKP)
WPsendiri (24.300.000)
Statuskawin (2.025.000)
Tanggunganduaanak (4.050.000)
Penggabunganpenghasilanistri (24.300.000) (54.675.000)
PenghasilanKenaPajak 161.325.000
Pajakterutangsetahun
5%x50,000,000 2.500.000
15%x101,325,000 16.698.750 Rp19.198.750

Penghasilan
Penghasilan istri Permadi tidak
istri Permadi tidak bersifat
bersifat final
final dan
dan
pemotongan
pemotongan PPh
PPh 21nya
21nya dapat
dapat dikreditkan
dikreditkan dalam
56
dalam
Ilustrasi 2.8 (3)
(Penghasilan Suami – Istri)

Jawaban
Jawaban ::
b.
b. Penghitungan
Penghitungan dilakukan dilakukan secara
secara sendiri
sendiri –– sendiri
sendiri
antara
antara Permadi
Permadi dan dan istri
istri (Misalkan
(Misalkan diasumsikan
diasumsikan
bahwa
bahwaPanak
nghasilann–
eanak ttoanak
e– alasara tinggal
anak
P tinggal bersama135.00Permadi).
bersama 0Permadi).
.000
(PTKP)
WPsendiri (24.300.000)
Tanggunganduaanak (4.050.000) (28.350.000)
PenghasilanKenaPajak 106.650.000
PajakterutangPalasarasetahun
5%x50,000,000 2.500.000
15%x56,650,000 8.497.500 Rp10.997.500

Penghasilannettoistri 81.000.000
(PTKP)
WPsendiri (24.300.000) (24.300.000)
PenghasilanKenaPajak 56.700.000
Pajakterutangistri setahun
5%x50,000,000 2.500.000
15%x6,700,000 1.005.000 Rp3.505.000
57
Ilustrasi 2.8 (4)
(Penghasilan Suami – Istri)

 Jawaban
Jawaban ::
 
c.
c. Penghitungandilakukansecaraprorataberdasarkanpe
Penghitungandilakukansecaraprorataberdasarkanpe
rbandinganpenghasilannettoantaraPalasaradanistri.
rbandinganpenghasilannettoantaraPalasaradanistri.
PajakditanggungPalasara
PajakditanggungPalasara =
=
=
=
=
= Rp
Rp 11.999.200
11.999.200
Pajak
Pajak ditanggungistri
ditanggungistri =
= =
=
=
= Rp
Rp 7.199.500
7.199.500

58
Penghasilan Anak yang belum Dewasa
Pasal 8 Ayat (4)

Penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang


belum dewasa digabungkan dengan penghasilan
orang tuanya.

Mekanisme penggabungan berlaku umum tanpa


mempertimbangkan dari manapun sumber
penghasilan anak tersebut.

Batasan usia dan syarat anak yang belum dewasa


adalah anak berusia 18 tahun dan belum pernah
menikah
59
Non Deductible Expenses (1)
Pasal 9 Ayat (1)

Biaya yang tidak dapat dikurangkan (non


deductible) atas penghasilan bruto, meliputi:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apapun;
b. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, anggota atau
anggota;
c. Pembentukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan untuk jenis usaha tertentu yang
ditetapkan KMK;
Cadangan untuk usaha asuransi;
Cadangan jaminan sosial dibentuk BPJS;
Cadangan penjaminan yang dibentuk LPS;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha
60
Non Deductible Expenses (2)
Pasal 9 Ayat (1)

d. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa,


dwiguna, dan asuransi beasiswa yang dibayar
oleh WP orang pribadi;
e. Penggantian/ imbalan atas pekerjaan/jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan,
kecuali:
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai ;
Diberikan di daerah tertentu atau diberikan
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana ditetapkan KMK;
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak
yang mempunyai hubungan istimewa; 61
Non Deductible Expenses (3)
Pasal 9 Ayat (1)

i. Biaya yang dibebankan/ dikeluarkan untuk


kepentingan pribadi WP atau orang yang
menjadi tanggungan;
j. Gaji anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham;
k. Sanksi administrasi dan pidana di bidang
perpajakan.

62
Ketentuan Khusus Atas Natura

Natura yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah


tertentu adalah imbalan yang terkait dengan:
 Tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya.
 Pelayanan kesehatan.
 Pendidikan.
 Peribadatan.
 Pengangkutan.
 Olahraga, selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terbang layang.
Natura yang diberikan akibat keharusan suatu pekerjaan di antaranya dapat
berupa seragam bagi petugas pengamanan, atau penginapan bagi kru
pelayaran atau penerbangan.

63
Dialektika Pajak: Asas Resiprokalitas

Atas penghasilan – penghasilan yang dikategorikan sebagai


bukan objek pajak bagi pihak yang menerima penghasilan
bersangkutan, maka pada umumnya biaya – biaya dari pihak
yang melakukan pengeluaran terkait penghasilan tersebut,
akan ditetapkan sebagai biaya yang tidak dapat dikurangkan
(non deductible).

Non Bukan
Deductible Objek
Expense Pajak

Pihak
Melakukan Pihak Menerima
Pengeluaran Penghasilan
64
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (1)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Imbalan
Bantuandalam
atau sumbangan,
bentuk natura
selain
atau

Warisan
kenikmatan,
sumbangan selain
keagamaan
yang diberikan
yang bersifat
oleh
wajib, serta
bukan WP, WPsumbangan
dikenai pajak
bencana
final,alam,
atau
litbang,WP
sosial,
menggunakan
pendidikan,Norma
dan olahraga
Penghitungan
yang ditetapkan
Khusus.
PP.

65
Penghasilan dan Biaya sesuai Asas Resiprokalitas (2)
Pasal 4 Ayat (3) dan Pasal 9 Ayat (1)

Iurandan
Premi
Bagian dana
laba
polis
yang
asuransi kesehatan,
pensiun yang
diterima anggota
kecelakaan, jiwa,
persekutuan
dibayarkan yang tidak
oleh
dwiguna, dan beasiswa
terdiri atas saham.
bagiperusahaan.
WP orang pribadi.

66
Pengukuran Aset

1.
Pengukuran Aset (Slide 5)

67
Penghitungan Penghasilan Netto
Pasal 14, dan 15

Subjek pajak melakukan


Ketentuan Umum pembukuan dan
menghitung penghasilan
netto berdasar hasil
Wajib Pajak yang
memiliki peredaran Subjekpembukuan.
pajak melakukan
bruto kurang dari Rp pencatatan dan
4.800.000.000,00 per menghitung penghasilan
tahun dan netto berdasar
memberitahukan persentase Norma
kepada Dirjen Pajak di Penghitungan
Wajib Pajak yang tidak Subjek pajak melakukan
3dapat
bulandihitung
pertama Penghasilan Netto
pembukuan dan
periode pajak. (NPPN).
penghasilan nettonya menghitung penghasilan
berdasar ketentuan netto berdasar 68
Pasal 16 Ayat (1) dan persentase Norma
Penerapan NPPN di Luar Ketentuan
Pasal 14 Ayat (5)

WP wajib pembukuan
atau pencatatan
namun tidak bersedia
memperlihatkan Peredaran bruto
pencatatan atau bukti ditentukan berdasar cara
pendukungnya. yang ditetapkan PMK dan
penghasilan netto
WP tidak atau tidak dihitung berdasar NPPN.
sepenuhnya
menyelenggarakan
pembukuan atau
pencatatan.

69
Peraturan Pelaksana
Norma Penghitungan Khusus
Perusahaan pengeboran minyak dan gas bumi.
KMK No. 628/ KMK.04/ 1991
Kantor perwakilan dagang WP luar negeri.
KMK No. 433/ KMK.04/ 1994
Perusahaan berinvestasi dengan pola Bangun,
Guna, Serah (BOT).
KMK No. 248/ KMK.04/ 1995
Perusahaan pelayaran dalam negeri.
KMK No. 416/ KMK.04/ 1996
Perusahaan pelayaran dan/ atau penerbangan
luar negeri.
KMK No. 417/ KMK.04/ 1996
Perusahaan penerbangan dalam negeri.
KMK No. 475/ KMK.04/ 1996
Perusahaan maklon mainan anak – anak.
KMK No. 543/ KMK.03/ 2002
70
Ilustrasi 2.9 (1) - (NPPN)

Sasrabahu
Sasrabahu pengusaha
pengusaha perseorangan
perseorangan yang yang merintis
merintis
usaha
usaha di di bidang
bidang perhotelan.
perhotelan. Berhubung
Berhubung belum
belum
memiliki
memiliki sumber
sumber daya daya memadai
memadai untuk
untuk menjalankan
menjalankan
fungsi
fungsi akuntansi,
akuntansi, Sasrabahu
Sasrabahu mengajukan
mengajukan
pemberitahuan
pemberitahuan kepada
kepada Dirjen
Dirjen Pajak
Pajak untuk
untuk
menggunakan
menggunakan Norma Norma Penghitungan
Penghitungan Penghasilan
Penghasilan
Netto
Netto (NPPN)
(NPPN) terkait
terkait kewajiban
kewajiban perpajakannya.
perpajakannya.
Mengacu
Mengacu kepada
kepada ketentuan
ketentuan Keputusan
Keputusan Dirjen
Dirjen Pajak
Pajak
No.
No. KEP/
KEP/ 536/
536/ Pj./
Pj./ 2000,
2000, usaha
usaha Sasrabahu
Sasrabahu tergolong
tergolong
ke
ke dalam
dalam industri
industri berkode
berkode 64100
64100 dengan
dengan besaran
besaran
norma
norma 25%
25% jikajika berkedudukan
berkedudukan di di ibukota
ibukota provinsi,
provinsi,
20%
20% untuk
untuk kota
kota provinsi
provinsi lainnya,
lainnya, dan
dan 20% 20% untuk
untuk
daerah
daerah lain.
lain.
71
Hotel Sasrabahu memiliki 25 kamar berkelas Deluxe
Ilustrasi 2.9 (2)
(NPPN)
Jawaban
Jawaban::
Penghasilan
Penghasilan bruto
bruto
=
= (25
(25 xx 90%
90% xx 275.000
275.000 + + 10
10 xx 85%
85% xx 425.000
425.000 ++ 55
xx 80%
80% xx 650.000)
650.000) xx 365
365
=
= (6.187.500
(6.187.500 ++ 3.612.500
3.612.500 ++ 2.600.000)
2.600.000) xx
365
365
=
= 12.400.000
12.400.000 xx 365
365
=
= Rp
Rp 4.526.000.000,00
4.526.000.000,00
Penghasilan
Penghasilan netto
netto
=
= Penghasilan
Penghasilan bruto
bruto xx Norma
Norma
=
= 4.526.000.000
4.526.000.000 xx 25%25%
=
= Rp
Rp 1.131.500.000,0
1.131.500.000,0
Penghasilan
Penghasilan netto
netto tersebut
tersebut diperlakukan
diperlakukan sebagai
sebagai
Penghasilan
Penghasilan KenaKena Pajak
Pajak yang
yang menjadi
menjadi acuan
acuan
72
pengenaan pajak penghasilan.
Cara Menghitung
Pajak
Landasan Hukum:
Pasal 16 s/ d Pasal 19
UU Pajak Penghasilan

73
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak
Pasal 16

Wajib pajak orang Penghasilan, dikurangi


pribadi dalam negeri. biaya yang dapat
dikurangkan, dikurangi
Wajib pajak badan Penghasilan,
PTKP.dikurangi
dalam negeri, serta biaya yang dapat
WP BUT. dikurangkan, dikurangi
kompensasi kerugian.
Penghasilan dikalikan
Wajib Pajak yang
dengan NPPN, dikurangi
menggunakan NPPN.
PTKP untuk WP orang
Wajib Pajak yang pribadi.netto
Penghasilan
terutang pajak dalam
disetahunkan
bagian tahun pajak.

74
Ilustrasi 2.10
(Simulasi Penghitungan PKP)

Peredaranbruto 425.000.000
Biaya(3M)penghasilan (315.000.000)
Penghasilannettousaha 110.000.000
Penghasilanlain 17.500.000
Biaya(3M)penghasilanlain (13.000.000)
Penghasilannettolain 4.500.000
Total penghasilannetto 114.500.000
Kom pensasi kerugian (11.000.000)
PKPbagi W PbadanDN Rp103.500.000,00

*PTKPbagi WPorangpribadi (K/ 3) (32.400.000)


PKPbagi WPorangpribadi DN Rp71.100.000,00

75
Ilustrasi 2.11
(Simulasi Penghitungan PKP BUT)

Peredaranbruto 320,000,000
Biaya(3M)penghasilan (285,000,000)
Penghasilannettousaha 35,000,000
Penghasilanbunga 7,500,000
Penjualanbarangsejenisolehkantor pusat 225,000,000
Biaya(3M)penghasilanlain (195,000,000)
Penghasilannettolain 37,500,000
Penghasilannettousahadanluar usaha 72,500,000
Dividenyangditerimakantor pusatyang
17,500,000
memiliki hubunganefektif
Total Penghasilannetto 90,000,000
BiayamenurutPasal (5)Ayat(3) (3,500,000)
PenghasilanKenaPajak Rp86,500,000.00
76
Tarif Pajak
Pasal 17 Ayat (1)

No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak


1 0 s/d Rp 50.000.00,00 5%
2 Di atas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 15%
250.000.000,00
3 Di atas Rp 250.000.000,00 s/d Rp 25%
500.000.000,00
4 Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Tarif pajak progresif berlaku bagi WP oran


Tarif pajak bagi WP badan adalah 28% untuk penghasil
dan 25% untuk penghasilan setelah tah

77
Ketentuan Khusus Atas Tarif Pajak
 Tarifpajaktertinggidapatditurunkanmenjadi 25%,
diaturdengan PP.
 Tarifbagi WP badandapatberlaku 5%
 
lebihrendah, jikamemenuhipersyaratan minimal
40% sahamnyadiperdagangkan di bursa efek di
Indonesia danpersyaratanlain sesuaiketentuan
PP.
 NilaiPenghasilanKenaPajakdibulatkankebawahm
enujuribuanterdekat.
 Bagianpajakterutangbagi WP yang
terutangdalambagiantahunpajakadalah:

Ataskurunwaktusatubulanpenuhdiasumsikansetara
dengan 30 hari.

78
Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak Terutang)

WPOrangPribadi
PenghasilanKenaPajak 565,000,750
PembulatanPenghasilanKenaPajak 565,000,000
Bebanpajakterutang
5%x50,000,000 2,500,000
15%x200,000,000 30,000,000
25%x250,000,000 62,500,000
30%x19,500,000 19,500,000 Rp114,500,000.00

WPBadan
PenghasilanKenaPajak 2,885,750,500
PembulatanPenghasilanKenaPajak 2,885,750,000
Bebanpajakterutang
25%x2,885,750,000 Rp721,437,500.00 79
Perbandingan Utang dan Modal;
Serta Saat Diperolehnya Dividen
Pasal 18 Ayat (1), dn (2)

Menkeu berwenang menetapkan:

Besarnya perbandingan antara utang Saat diperolehnya dividen oleh


dan modal untuk keperluan WP DN atas penyertaan modal pada
penghitungan pajak badan usaha di luar negeri yang tidak
menjual sahamnya di bursa efek.

Syarat:
Besarnya penyertaan modal WP
DN, secara sendiri atau bersama –
sama dengan WP DN lain, paling
rendah 50 % dari jumlah saham
yang disetor.
80
Pengertian Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (4)
Hubungan penyertaan modal
Hubungan
Hubungan
langsung ataupenguasaan
keluarga
tidak langsung
sedarah
satu WP
paling semenda
pada
rendah 25 % satu dalam
ata
oleh u
satu
garis
WP keturunan
pada
lebih WPsatu atau
lain; lurus
lebihdan/
termasu WP
k
lain; termasuk
huatau
bunga anhubungan
kensamping
ta r WPsatuantar
yang
WP yangdikuasai.
modalnya menjadi
derajat.
objek penyertaan.

81
Ketentuan Khusus Atas Hubungan Istimewa
Pasal 18 Ayat (3), dan (3a)

 Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali


besarnya penghasilan dan pengurangan
penghasilan, serta menentukan utang sebagai
modal untuk menghitung PKP atas pihak yang
memiliki hubungan istimewa.
 Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian
dengan wajib pajak dan bekerjasama dengan
pihak otoritas pajak negara lain untuk
menentukan harga harga transaksi antara pihak
– pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

82
Ilustrasi 2.13 (1)
(Hubungan Istimewa)

Sebagian
Sebagian perusahaan
perusahaan farmasifarmasi di di Indonesia
Indonesia
membentuk
membentuk suatu suatu aliansi
aliansi operasi
operasi yang
yang bertujuan
bertujuan
mempermudah
mempermudah proses proses pelaksanaan
pelaksanaan riset riset dan
dan
pengembangan
pengembangan bersama.
bersama. Berikut
Berikut merupakan
merupakan profil
profil
No. Nama
perusahaan Direktur
yang Utama
terdaftar sebagaiPemegang Saham
anggota aliansi.
perusahaan
1.
yang terdaftar
PT. CIS Sarpakenaka
sebagai
100% Publik
anggota aliansi.
2. PT. PBA Adirata 35% PT. CIS, 15% PT. KNA, 50% Publik
3. PT. KNA Sarpakenaka 30% PT. CIS, 70% Publik
4. PT. PRE Barbarika 80% PT. PBA, 5% PT. HTE, 15% Publik
5. PT. HTE Durna 15% PT. KNA, 85% Publik.
Seluruh obat diproduksi atas lisensi yang
dimiliki PT. PBA.

83
Ilustrasi 2.13 (2)
(Hubungan Istimewa)

Jawaban
Jawaban::
Hubungan
Hubungan istimewa
istimewa yang
yang terbentuk
terbentuk oleh
oleh kelima
kelima
perusahaan
perusahaan meliputi:
meliputi:
a.
a. Hubungan
Hubungan PT. PT. CIS
CIS ke ke PT.
PT. PBA,
PBA, akibat
akibat
kepemilikan
kepemilikan langsung
langsung didi atas
atas 25%
25% (35%).
(35%).
b.
b. Hubungan
Hubungan PT. PT. PBA
PBA ke ke PT.
PT. PRE,
PRE, akibat
akibat
kepemilikan
kepemilikan langsung
langsung didi atas
atas 25%
25% (80%).
(80%).
c.
c. Hubungan
Hubungan PT. PT. CIS
CIS ke ke PT.
PT. PRE,
PRE, akibat
akibat
kepemilikan
kepemilikan tidak
tidak langsung
langsung didi atas
atas 25%
25% (28%
(28%
melalui
melalui PT.
PT. PBA).
PBA).
d.
d. Hubungan
Hubungan PT. PT. CIS
CIS ke ke PT.
PT. KNA,
KNA, akibat
akibat
kepemilikan
kepemilikan langsung
langsung didi atas
atas 25%
25% (30%),
(30%), serta
serta
akibat
akibat kesamaan
kesamaan pemangku
pemangku jabatan
jabatan Direktur
Direktur
Utama.
Utama. 84
Pelunasan Pajak

Landasan Hukum:
Pasal 20 s/ d Pasal 29
UU Pajak Penghasilan

85
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20

Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui

Pembayaran oleh wajib pajak sendiri. Pemotongan atau pemungutan oleh


(PPh Pasal 25) pihak lain.
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)

Merupakan pelunasan pajak yang


boleh dikreditkan terhadap PPh
yang terutang untuk tahun pajak
berjalan, kecuali untuk pembayaran
PPh yang bersifat final.
86
Hyperlink

1. Pasal 21 dan 26 (Slide 3A)


PPh

2. 22, 23, 24, 26, dan Final (Slide 3B)


PPh Pasal

87
Kredit Pajak WP dalam Negeri dan BUT
Pasal 28 Ayat (1), dan (2)

Kredit PPh 21
Pemotongan PPh dari pekerjaan, jasa atau
kegiatan.
Kredit PPh 22
Pemungutan PPh dari kegiatan di bidang impor
atau kegiatan
Kreditusaha di bidang lain.
PPh 23
Pemotongan PPh dari dividen, bunga, royalti,
sewa, hadiah
Kredit dan
PPh penghargaan.
24
Pajak yang atas penghasilan dari luar negeri
yang boleh
Kredit dikreditkan.
PPh 25
Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak
sendiri.
Kredit PPh 26 Ayat (5)
Pemotongan pajak atas penghasilan WP LN yang
beralih berupa
Sanksi administrasi menjadibunga,
WP DN.denda dan
kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda
tidak boleh dikreditkan. 88
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)

WPOrangPribadi
Bebanpajakterutang 115,450,000
Kreditpajak
Pemotonganolehpemberi kerja(PPh21) (15,850,000)
Pemungutanolehpihaklain(PPh22) (3,250,000)
Pemotonganataspenerimaanpenggunaanaset(PPh23) (5,650,000)
Kreditpajakluar negeri (PPh24) (16,525,000)
Pembayaransendiri angsuranpajak(PPh25) (23,825,000)
Total kreditpajak (65,100,000)
Pajakkurang(lebih)bayar Rp 50,350,000.00

89
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29

Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:

Pajak kurang bayar. Pajak lebih bayar.


Ketika beban pajak terutang melebihi Ketika beban pajak terutang kurang
total kredit pajak. dari total kredit pajak.

Wajib dilunasi selambat – Akan dikembalikan/ direstitusikan,


lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah dilakukan pemeriksaan
setelah tahun pajak berakhir, serta diperhitungkan dengan sanksi
sebelum SPT tahunan disampaikan. dan kewajiban pajak lain.
90
Fasilitas
Perpajakan
Landasan Hukum:
Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU Pajak Penghasilan

91
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A

Wajib pajak yang Berdasar penetapan PP


melakukan dapat memperoleh
penanaman modal di fasilitas berupa:
bidang – bidang usaha a. Pengurangan
tertentu. penghasilan paling
tinggi 30% dari jumlah
penanaman modal
yang dilakukan.
b. Penyusutan dan
amortisasi yang
Wajib pajak yang dipercepat (tarif dua
melakukan kali lebih tinggi).
penanaman modal di c. Kompensasi kerugian
daerah – daerah yang lebih lama,
92
Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan
PP No. 52 Tahun 2011

 Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari


penanaman modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun,
dengan besaran pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.
 Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan
jika kegiatan memenuhi persyaratan berikut:
 Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan
berikat.
 Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun
berturut - turut.
 Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi
dan sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.
 Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi
dalam jangka 5 tahun.
 Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi
dalam negeri sejak tahun ke – 4.
Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas
satu tahun perpanjangan masa kompensasi.
93
Perimbangan Penerimaan Pajak
Pasal 31C

Penerimaan atas PPh orang pribadi dan


PPh 21 yang dipotong oleh pemberi kerj

80% 20%
Untuk Pemerintah Pusat
Untuk Pemerintah Da

94
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E

Memperoleh
pengurangan tarif
sebesar 50% dari tarif
Wajib pajak badan Pasal 17 (tarif flat 25%).
yang memiliki nilai untuk bagian Penghasilan
peredaran bruto Kena Pajak dari
kurang dari Rp Berlaku untuk bagian
50.000.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak
dari bagian penghasilan
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.
95
Ilustrasi 2.15 (1)
(Fasilitas Perpajakan)

CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka perusahan
perusahan yangyang bergerak
bergerak didi bidang
bidang
pengalengan
pengalengan ikan
ikan dan
dan melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan ekspor.
ekspor.
Sepanjang
Sepanjang tahun
tahun 2010,
2010, CV.CV. Mandaraka
Mandaraka mencatatkan
mencatatkan
penghasilan
penghasilan bruto
bruto senilai
senilai Rp
Rp 48.000.000.000,00
48.000.000.000,00 dan dan
mencatatkan
mencatatkan nilai
nilai biaya
biaya yang
yang dapat
dapat dikurangkan
dikurangkan
sesuai
sesuai ketentuan
ketentuan perpajakan
perpajakan sebesar
sebesar Rp
Rp
36.000.000.000,00.
36.000.000.000,00.
a.
a. Berapakah
Berapakah nilai
nilai pajak
pajak terutang
terutang oleh
oleh CV.
CV.
Mandaraka
Mandaraka didi tahun
tahun 2010?
2010?
b.
b. Bagaimana
Bagaimana jikajika didi tahun
tahun 2011
2011 perusahaan
perusahaan
memperoleh
memperoleh penghasilan
penghasilan bruto
bruto yang
yang tetap
tetap
namun
namun mencatatkan
mencatatkan biaya
biaya Rp
Rp
10.000.000.000,00
10.000.000.000,00 lebih
lebih tinggi?
tinggi?
c.
c. Bagaimana
Bagaimana jikajika didi tahun
tahun 2012
2012 perusahaan
perusahaan 96
Ilustrasi 2.15 (2)
(Fasilitas Perpajakan)

 Jawaban:
 
Jawaban:
a.
a. CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas pengurangan
pengurangan
tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran bruto
bruto kurang
kurang
dari
dari Rp50.000.000.000,00.
Rp50.000.000.000,00.
Bagian
Bagian PKPPKP yang
yang memperoleh
memperoleh pengurangan
pengurangan tariftarif
==
== 10%
10% xx 12.000.000.000
12.000.000.000
== 1.200.000.000
1.200.000.000
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang tahun
tahun 2010
2010
== 50%50% xx 25%25% xx 1.200.000.000
1.200.000.000 + + 25%
25% xx
(12.000.000.000
(12.000.000.000 –– 1.200.000.000)
1.200.000.000)
== 150.000.000
150.000.000 +
+ 2.700.000.000
2.700.000.000
== Rp
Rp 2.850.000.000,00
2.850.000.000,00
97
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan)

 Jawaban:
 
Jawaban:
b.
b. CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas pengurangan
pengurangan
tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran bruto
bruto kurang
kurang
dari
dari Rp50.000.000.000,00.
Rp50.000.000.000,00.
Bagian
Bagian PKPPKP yang
yang memperoleh
memperoleh pengurangan
pengurangan tarif
tarif
==
== 10%
10% xx 2.000.000.000
2.000.000.000
== 200.000.000
200.000.000
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang tahun
tahun 2011
2011
== 50%50% xx 25% 25% xx 200.000.000
200.000.000 + + 25%
25% xx
(2.000.000.000
(2.000.000.000 –– 200.000.000)
200.000.000)
== 25.000.000
25.000.000 ++ 450.000.000
450.000.000
== Rp
Rp 475.000.000,00
475.000.000,00
98
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan)

Jawaban
Jawaban::
c.
c. Peredaran
Peredaran bruto
bruto 20122012 == 48.000.000.000
48.000.000.000 + +
8.000.000.000
8.000.000.000
=
= Rp
Rp 56.000.000.000,00
56.000.000.000,00
CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka tidak tidak memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas
pengurangan
pengurangan tarif,
tarif, sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran
bruto
bruto lebih
lebih dari
dari Rp
Rp 50.000.000.000,00.
50.000.000.000,00.
Beban
Beban pajak
pajak terutang
terutang
== 25%
25% xx (56.000.000.000
(56.000.000.000 –– 36.000.000.000)
36.000.000.000)
== 25%
25% xx 20.000.000.000
20.000.000.000
== Rp
Rp 5.000.000.000,00
5.000.000.000,00

99
Referensi

Fitriandi, Primandita dkk. 2011. “Kompilasi Undang – Undang


Perpajakan Terlengkap” . Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.

100
Terima Kasih

Jayu Pramudya, Nia Paramita


Dr. Dwi Martani
Departemen Akuntansi FEUI
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
081318227080/ 08161932935
http:/staff.blog.ac.id/martani/

101

Anda mungkin juga menyukai