Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PREOPERATIF

Reski Ambarwati
1055 054051 18

Pembimbing :
dr. Zulfikar Djafar, M.Kes, Sp.An
PENDAHULUAN
Preoperatif merupakan fase dimana dimulainya
keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan
dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja
operasi.
Anamnesis
Evaluasi
Preoperatif

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan
penunjang
TINJAUAN PUSTAKA
INFORMED CONSENT ANAMNESA

merupakan proses komunikasi 1. Identifikasi pasien


antara dokter dan pasien tentang 2. Riwayat penyakit yang pernah
kesepakatan tindakan medis yang atau sedang diderita
akan dilakukan dokter terhadap 3. Riwayat obat yang sedang atau
pasien. telah digunakan
4. Alergi dan reaksi obat
5. Riwayat operasi dan anestesi
6. Riwayat keluarga
7. Riwayat sosial
8. Makan minum terakhir
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum 3. Kepala dan leher
2. Tanda-tanda vital a.
a. TB dan BB
b. TD
c. Denyut nadi
d. Respirasi
e. Suhu tubuh
f. VAS (Visual Analog Scale)
b.

c. Gigi : gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol, lapisan tambahan


pada gigi, kelainan ortodontik lainnya.
d. Mulut : lidah pendek/besar, sikatrik, fraktur, trismus
e. f. leher : ukuran
(panjang/pendek),
sikatrik, masa tumor,
pergerakan leher (mobilitas sendi
servical) pada fleksi ektensi
dan ritasi, trakea (deviasi), karotik
bruit, kelenjar getah bening.)
Dalam prediksi kesulitan intubasi sering di pakai
8T (Teet, Tongue, Temporo mandibula joint, Tonsil,
Torticolis, Tiroid notch/TMD, Tumor, Trakea)
h. Abdomen
g. Thoraks

i. Punggung : memar, deformitas,


infeksi.
J. Urogenitalia, anuria (< 20 cc/24
jam), oliguria (25 cc/jam atau 400
cc/24jam), Poliuria (> 2500 cc/24
jam)], kualitas (BJ, sedimen), tanda-
tanda sumbatan saluran kemih
(seperti kolik renal).
I. TES MALLAMPATI

Pada penatalaksanaan preoperasi, salah satu penilaian klinik yang dapat


dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadinya kesulitan intubasi adalah tes
Mallampati. Pasien membuka mulut semaksimal mungkin yang dapat
dilakukan disertai dengan lidah yang dijulurkan, dan pada saat itu kita melihat
daerah faring bagian posterior. Apabila saat tes Mallampati ditemukan bagian
posterior faring tidak dapat terlihat, maka kemungkinan nantinya akan terjadi
kesulitan intubasi.
j. Muskuloskeletal
Edema tungkai, fraktur, gangguan neurologik
/kelemahan otot (parese, paralisis, neuropati perifer,
distropi otot).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hemoglobin

EKG
Ureum dan elektrolit

Foto Rontgen Thoraks


pembekuan

Pemeriksaan lain
PERSIAPAN PUASA
untuk meminimalkan isi perut dan adanya resiko yang berhubungan
dengan regurgitasi dan aspirasi paru setelah induksi anestesi.
Meskipun puasa cukup, beberapa pasien masih beresiko muntah dan
mengalami aspirasi paru

KLASIFIKASI ASA
KEBUTUHAN AKAN TRANSFUSI DARAH

Kebutuhan akan transfusi darah dapat ditentukan dari kadar hemoglobin pasien
sebelum pembedahan dan beratnya tindakan pembedahan yang akan
dilakukan.

PERSIAPAN ALAT
Stetoscope untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Scope Laringo-Scope: pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan usia
pasien. Lampu harus cukup terang.

Pipa trakea, pilih sesuai ukuran pasien, pada kasus ini digunakan
Tubes laryngeal mask airway ukuran 2 ½.

Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-faring


(nasi-tracheal airway). Pipa ini menahan lidah saat pasien tidak sadar
Airways untuk mengelakkan sumbatan jalan napas.

Tapes Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.
Mandarin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan.
Introducer

Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anastesia.


Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
PREMEDIKASI

Golongan Nama Obat Rute


Dosis dewasa (mg)
1. Menghilangkan
kecemasan dan ketakutan. Benzodiazepine Diazepam 5-20 Oral
  Flurazepam 15-30 Oral
2. Mengurangi sekresi
  Lorazépam 2-4 Oral, IM
3. Memperkuat efek hipnotik   Midazolam 2-5 IM/IV
dari agen anestesia umum   Triazolam 0,125-0,250 Oral
(sedasi) Transquilizer Droperidol 0,626-2,5 IM/IV
4. Mengurangi mual dan Antihistamin Difenhidramin 25-75 Oral, IM/IV
muntah pasca operasi   Hidrokzisin 50-100 IM
5. Menimbulkan amnesia Opioid Fentanil 0,05-0,2 IM/IV
6. Mengurangi volume dan   Flidromorfon 1-2 IM/IV
meningkatkan keasaman   Morfin 5-15 IM/IV
lambung   Meperidin 50-100 IM/IV

7. Menghindari terjadinya Antikolinergik Atropin 0,2-0,6 IM/IV


  Glikopirolat IM/IV
vagal refleks 0,2-0,6
  Skopolamin/hyosin 0,2-0,4 IM/IV
8. Membatasi respons Gastrokinetik Metoklopramid Oral, IM/IV
10-20
simptoadrenal H2 antagonis Simetidin 300 Oral, IM/IV
Alfa2-agonis Klonidin 0,2-0,4 Oral
5-HT antagonis Ondansetron 4-8 IM/IV
PREDIKSI MORBIDITAS DAN MORTALITAS
PREOPERATIF
Setelah dilakukan pemeriksaan dan data-data dikumpulkan, ada dua
pertanyaan yang harus dijawab oleh ahli anestesi, yaitu:
* Apakah pasien dalam kondisi fisik yang optimal untuk dilakukan tindakan
anestesi dan pembedahan?
* Apakah tindakan bedah yang dilakukan mempunyai keuntungan lebih
besar dibandingkan resiko yang akan terjadi akibat tindakan anestesi dan
pembedahan itu sendiri?
Pada prinsipnya, apabila ada kondisi medis yang membahayakan
untuk dilakukan operasi elektif (misalnya penyakit pulmoner, hipertensi,
gagal jantung, bronkitis kronis, gagal ginjal), pembedahan sebaiknya
ditunda dan dilakukan perbaikan kondisi fisik pasien dengan terapi atau
tindakan yang diperlukan.
PENUNDAAN OPERASI KARENA ALASAN
KLINIS

• Infeksi saluran pernapasan akut bagian atas


• Penyakit tidak terkontrol yang ada sebelumnya dan terapi obat-
obatan
• Resusitasi yang tidak adekuat pada pembedahan gawat darurat
• Pasien makan/minum beberapa saat sebelum tindakan bedah
• Pasien belum memberikan informed consent
KESIMPULAN

Sebelum dilakukannya anestesi dalam setiap tindakan operasi


sebaiknya dokter  anestesi melakukan evaluasi atau penilaian dan
persiapan pra anestesi pada pasien-pasien yang akan melakukan
tindakan operasi.
Selain itu perlu diperhatikan pertimbangan-pertimbangan
anestesi seperti anamnesa pasien, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang.
Setelah itu baru dilakukan pengklasifikasian status fisik pasien
menggunakan  ASA (American Society of Anaesthesiologist) yang
merupakan klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai status fisik
pasien pra-anestesi.
Thank you 

Anda mungkin juga menyukai