Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

Oleh:
Dr. Dodi Iskandar

PPDS ANESTESIOLOGI & TERAPI INTENSIF


FK USU – RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
 Ku : Nyeri tenggorokan
 T : Nyeri tenggorokan disertai dengan nyeri telan

dan demam sejak 6 hari yang lalu. Tidak ada batuk


maupun pilek. pasien belum pernah memeriksakan
diri ke tenaga kesehatan sebelumnya. Oleh dokter
THT, pasien diberitahukan bahwa amandelnya
membesar dan disarankan untuk menjalani operasi
 RPO : -
 RPT : tidak memiliki riwayat asma, alergi
maupun penyakit lainnya.
 B1 : Airway: clear, snoring(-) gurgling(-) crowing (-), RR 20
x/I, SP vesikuler , ST -/- ,Riwayat sesak (-)/
asma/batuk/alergi (-), Malampati I, JMH > 6 cm, Gerak Leher
: bebas. Tonsil T3-T4
 B2 : Akral : H/M/K, TD: 120/80mmHg, HR: 90 x/menit, reg
t/v cukup/kuat.
 B3 : Sens CM, pupil isokor, ka=ki, Ø : 3mm /3mm RC +/+,
 B4 : UOP (+) vol sdn, kateter (-)
 B5 : Abdomen soepel, peristaltik (+). MMT: pkl. 08.00 (20-4-
2011)
 B6 : oedem -
 Pemeriksaan kepala-leher, pada mulut tidak
ada gigi palsu, gigi terpasang kawat,
 tonsil T3-T3, hiperemis, detritus, kripta

melebar, adenoid tidak membesar, Malampati


1, limfonodi tidak teraba membesar.
Pemeriksaan thorak, abdomen, dan
ekstremitas tidak didapatkan kelainan.
- Hb : 13,5 gr/dl
- Ht : 40.4 %
- Leuko : 10250
- Trombo : 283.000 /ul
 PT/aPTT/TT: 14,0” (14,6”)/33,0”

(33,4”)/13,0” (13,3”)
 Na/K/Cl : 140/3.1/105
 Ur/Cr : 48/1
 SGOT/SGPT : 15/13
 KGD adr : 110
Diagnosa :
Tonsilitis kronis hipertrofi bilateral

Tindakan : Tonsilectomy
Anestesi : GA-ETT
Posisi : supine
PS ASA : 1 E
PREOPERATIVE

          Preoperative: Premedikasi:


Informed consent Sebelum obat anestesi diberikan,
Pasien dipuasakan 6 – 8 jam pasien diberi premedikasi
sebelum operasi midazolam 2.5mg iv

DURANTE OPERATIVE

Induksi • Siapkan peralatan emergency


propofol 50 mg, Succinlyl kholin untuk tetap menjaga airway
20 mg, sedacum 2,5 mg
Instruksi Pasca Operasi
Pasien ditidurkan sampai sadar
Obat – obatan perioperatif penuh, Awasi tanda-tanda vital
Tramadol 50 mg tiap setengah jam, awasi
transamin 250 mg perdarahan, jika pasien sudah
Dexamethason 5 mg sadar penuh pasien boleh
makan/minum bebas.
 Pada pasien diatas dari pre operasi
(anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang) didapatkan status fisik pasien
diklasifikasikan sebagai ASA I sehingga
pasien sehat baik secara organik, fisiologik,
psikiatrik, maupun biokimia
Pemilihan jenis anestesi untuk tonsilektomi
ditentukan berdasarkan usia pasien, kondisi
kesehatan dan keadaan umum, sarana
prasarana serta keterampilan dokter bedah,
dokter anestesi dan perawat anestesi. Di
Indonesia, tonsilektomi masih dilakukan di
bawah anestesi umum, teknik anestesi lokal
tidak digunakan lagi kecuali di rumah sakit
pendidikan dengan tujuan untuk pendidikan.
Tujuan tindakan anestesi pada operasi tonsilektomi dan
adenoidektomi

 1.  Melakukan induksi dengan lancar dan


atraumatik.
 2.  Menciptakan kondisi yang optimal

untuk pelaksanaan operasi.


 3.   Menyediakan akses intravena yang

digunakan untuk masuknya cairan atau


obat-obatan yang dibutuhkan.
 4.   Menyediakan rapid emergence.
 Anestesi umum adalah pilihan anestesi untuk
tonsilektomi. Status fisik pasien termasuk
dalam ASA I sehingga secara keseluruhan,
tidak didapatkan aspek-aspek yang dapat
memperberat proses anestesi maupun
pembedahan. Tindakan premedikasi sendiri,
yaitu  pemberian obat 1-2 jam sebelum
induksi anestesia bertujuan untuk
melancarkan induksi, rumatan dan bangun
dari anestesia.

Anda mungkin juga menyukai