Anda di halaman 1dari 16

SISTEM PENGOLAHAN AIR

SUNGAI

Oleh
1. Abdul Mujib
2. Nia Octaverina
SISTEM PENGOLAHAN AIR SUNGAI

SISTEM SISTEM
SARINGAN PENGOLAHAN
PASIR LAMBAT AIR SUNGAI
"UP FLOW" PDAM
SISTEM SARINGAN PASIR LAMBAT "UP
FLOW"
Sistem Saringan Pasir Lambat "Up Flow"

DIAGRAM KRITERIA
PROSES PEMBUATAN

OPERASI
KELEBIHAN DAN
PERAWATAN
DIAGRAM PROSES
Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah
saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down
flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka
sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian
secara manual dengan cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih
dipasang lagi seperti semula, sehingga memerlukan tenaga yang cukup banyak.
Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow),
jika saringan telah jenuh atau buntu, dapat dilakukan
pencucian balik dengan cara membuka kran penguras.
Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas
lapisan pasir dapat berfungi sebagai air pencuci media
penyaring (back wash).
KRITERIA PEMBUATAN
Untuk merancang saringan pasir lambat "Up Flow", Saringan pasir lambat Up Flow terdiri atas unit proses:
beberapa kriteria perencanaan yang harus dipenuhi 1. Bangunan penyadap
antara lain : 2. Bak Penampung / bak Penenang
1. Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih 3. Saringan Awal dengan sistem "Up Flow“
besar dari 10 NTU perlu dilengkapi dengan bak 4. Saringan Pasir Lambat Utama "Up Flow“
pengendap dengan atau tanpa bahan kimia.
5. Bak Air Bersih
2. Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 M3/M2/Hari.
6. Perpipaan, kran, sambungan dll.
3. Tinggi Lapisan Pasir 70 - 100 cm.
4. Tinggi lapisan kerikil 25 -30 cm.
5. Tinggi muka air di atas media pasir 90 - 120 cm. • Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan
berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan
6. Tinggi ruang bebas antara 25- 40 cm.
yang diperlukan. 
7. Diameter pasir yang digunakan kira-kira 0,2-0,4 mm
8. Jumlah bak penyaring minimal dua buah.
KELEBIHAN
Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan
arah aliran dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain :
1. Tidak memerlukan bahan kimia, sehingga biaya operasinya sangat murah.
2. Dapat menghilangkan zat besi, mangan, dan warna serta kekeruhan.
3. Dapat menghilangkan ammonia dan polutan organik, karena proses
penyaringan berjalan secara fisika dan biokimia.
4. Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat
sederhana.
5. Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir) dilakukan
dengan cara membuka kran penguras, sehingga air hasil saringan yang
berada di atas lapisan pasir berfungsi sebagai air pencuci. Dengan demikian
pencucian pasir dapat dilakukan tanpa pengerukan media pasirnya.
OPERASI DAN PERAWATAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengoperasian saringan pasir lambat
dengan arah aliran dari atas ke bawah antara lain yakni :
1. Kecepatan penyaringan harus diatur sesuai dengan kriteria perencanaan.
2. Jika kekeruhan air baku cukup tinggi sebaiknya kecepatan diatur sesuai dengan
kecepatan disain mimimum (5 M3/M2.Hari).
3. Pencucian media penyaring (pasir) pada saringan awal (pertama) sebaiknya dilakukan
minimal setelah 1 minggu operasi, sedangkan pencucian pasir pada saringan ke dua
dilakukan minimal setelah 3 - 4 minggu operasi.
4. Pencucian media pasir dilakukan dengan cara membuka kran penguras pada tiap-tiap
bak saringan, kemudian lumpur yang ada pada dasar bak dapat dibersihkan dengan cara
mengalirkan air baku sambil dibersihkan dengan sapu sehingga lumpur yang
mengendap dapat dikelurakan. Jika lupur yang ada di dalam lapisan pasir belum bersih
secara sempurna, maka pencucian dapat dilakukan dengan mengalirkan air baku ke bak
saringan pasir tersebut dari bawah ke atas dengan kecepatan yang cukup besar sampai
lapisan pasir terangkat (terfluidisasi), sehingga kotoran yang ada di dalam lapisan pasir
terangkat ke atas. Selanjutnya air yang bercampur lumpur yang ada di atas lapisan pasir
dipompa keluar sampai air yang keluar dari lapisan pasir cukup bersih.
Gambar 6 : Foto pada waktu pencucian pasir dengan pemompaan.
SISTEM PENGOLAHAN AIR SUNGAI PDAM
DIAGRAM PROSES AIR BERSIH
PENGOLAHAN AIR PDAM

PENGOLAHAN
PENGOLAHAN
TIDAK
LENGKAP
LENGKAP
PENGOLAHAN LENGKAP
1. Intake
2. Koagulasi : Proses pemberian koagulan CMA dengan maksud mengurangi gaya tolak menolak antar
partikel koloid sehingga partikel koloid tersebut bisa bergabung menjadi flok-flok kecil.
3. Flokulasi : Proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-flok kecil yang telah
terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga menjadi besar dan mudah untuk
diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami pengadukan lambat memberikan kesempatan flok-
flok kecil menjadi semakin besar dan mencegah pecahnya kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
4. Sedimentasi : Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok- flok yang terbentuk dari
flokulasi akan mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi ‘tube settler’
yang bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan.
5. Filtrasi : Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang belum dapat
terendapkan pada bak sedimentasi. Proses filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan air melalui
media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
6. Chlorinasi Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium Hypochlorit) yang
bertujuan untuk    membunuh bakteri yang mungkin ada, baik di   reservoir, jaringan pipa distribusi
hingga sampai ke pelanggan.
PENGOLAHAN TIDAK LENGKAP
Pengolahan tidak lengkap diberlakukan pada air baku yang hanya
mempunyai beberapa parameter saja yang harus diturunkan kadarnya,
contoh air baku yang berasal dari mata air dan air tanah dalam.  Misal
air baku tersebut mempunyai kadar zat besi (Fe) yang melebihi
ambang batas, maka pengolahan yang perlu dilakukan adalah :
1. Aerasi adalah suatu proses pengolahan yang bertujuan untuk
mengurangi kadar zat besi yang melampaui batas  ambang yang telah
ditetapkan DepKes – RI.
2. Chlorinasi adalah pembubuhan zat disinfeltan (misal gas chlor,
sodium Hypochlorit) yang bertujuan untuk membubuh bakteri yang
mungkin ada, baik di reservoir , jaringan pipa distribusi hingga
sampai ke pelanggan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai