Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya ingin mencoba,untuk
memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap
lebih berat. Universitas Sumatera Utara 8
Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreational use) : yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-
senang,pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai tetap bertahan pada tahap ini,namun sebagian lagi
meningkat pada tahap yang lebih berat Pemakaian Situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat
mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan, dan sebagainnya, dengan maksud
menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.
Penyalahgunaan (abuse): yaitu penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur
diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergantungan (dependence use) : yaitu keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis,
sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya
dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu
berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya
sehari-hari secara “normal”.
Sumber http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63568/086%20.pdf?sequence=1&isAllowed=y
2. Rentang respon gangguan penggunaan
NAPZA?
Rentang respons ganguan penggunaan NAPZA ini berfluktuasi dari kondisi yang
ringan sampai yang berat, indikator ini berdasarkan perilaku yang ditunjukkan
oleh pengguna NAPZA. Respon adaptif Respon Maladaptif Eksperimental
Situasional Ketergantungan Rekreasional Penyalahgunaan (Sumber: Yosep, 2007)
Sumber : http://eprints.umpo.ac.id/5102/3/BAB%202.pdf
3. Komplikasi penggunaan NAPZA ?
Otak dan susunan saraf pusat :
- gangguan daya ingat
- gangguan perhatian / konsentrasi
- gangguan bertindak rasional
b. Pada saluran napas : dapat terjadi radang paru ( Bronchopnemonia ). pembengkakan
paru ( Oedema Paru )
c. Jantung : peradangan otot jantung, penyempitan pembuluh darah jantung.
d. Hati : terjadi Hepatitis B dan C yang menular melalui jarum suntik, hubungan seksual.
e. Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan HIV / AIDS
f. Sistem Reproduksi : sering terjadi kemandulan.
g. Kulit : terdapat bekas suntikan bagi pengguna yang menggunakan jarum suntik,
sehingga mereka sering menggunakan baju lengan panjang.
h. Komplikasi pada kehamilan
Sumber : epository.ump.ac.id/2258/3/ZICO%20ARFIAN%20BAB%20II.pdf
4. Apakah zat aditif yang terdapat di NAPZA dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi
seseorang ?
Iya dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan dan psikologis karena Pengguanaan
narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang dapat menyebabkan gangguan
mental dan perilaku, sehingga menyebabkan terganggunya sistem neuro-
transmitter pada susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neuro
transmitter akan menyebabkan terganggunya fungsi kognitif (alam pikiran),
afektif (alam perasaan, mood dan emosi), psikomotor (perilaku) dan aspek sosial.
Sumber : https://rs.unud.ac.id/narkoba-napza/
5. Apa saja jenis-jenis NAPZA
1. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika).
NARKOTIKA : adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
menimbulkan ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).
Narkotika Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin, petidin)
Narkotika Golongan III : Universitas Sumatera Utara 3 Narkotika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)
Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I : - Opiat : morfin, herion
(putauw), petidin, candu, dan lain-lain - Ganja atau kanabis, marihuana, hashis - Kokain, yaitu
serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.
2. PSIKOTROPIKA (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika). Yang
dimaksud dengan : PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. PSIKOTROPIKA dibedakan dalam
golongan-golongan sebagai berikut.
PSIKOTROPIKA GOLONGAN I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)
PSIKOTROPIKA GOLONGAN III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).
PSIKOTROPIKA GOLONGAN IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam, Fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG).
Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain : - Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi,
shabu - Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan lain-lain -
Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom
3. ZAT ADIKTIF LAIN Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Minuman berakohol, Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
syaraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
berakohol, yaitu :
- Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir) Universitas Sumatera Utara 4
- Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)
- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson House, Johny Walker,
Kamput.)
Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : Lem, thinner, penghapus cat
kuku, bensin.
Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol terutama
pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering
menjadi pintu masuk penyalahgunaan
6. Terapi medis ?
REHABILITASI NARKOBA
Orang yang langsung mengonkumsi narkoba atau menjadi pecandu narkoba dapat dilakukan pemulihan dengan
dilakukan rehabilitasi, adapun beberapa tahap-tahap rehabilitasi yang umumnya dilakukan, yaitu :
Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan oleh dokter untuk melihat seberapa besar seseorang sudah kecanduan narkoba, efek
samping yang sudah dialami, dan pemeriksaan depresi yang ditimbulkan dari penggunaan narkoba. Sehingga dokter
akan memberikan penanganan terhadap hasil pemeriksaan terebut untuk menghilangkan efek yang ditimbulkan.
Detoksifikasi
Detoksifikasi merupakan upaya pembersihan racun akibat penggunaan narkoba dimana dilakukan dengan cara
pemberhentian penggunaan narkoba. Ketika berhenti menggunakan narkoba maka kemungkinan pecandu akan
mengalami gejala-gejala yang ditimbulkan akibat pemberhentian penggunaan narkoba / akibat pemberhentian
asupan obat yang biasanya menenangkan. Dan pecandu harus bertahan dalam keadaan tidak ada asupan obat
terlarang ini dan dokter akan membantu memberikan obat untuk mengurangi masalah / mengatasi rasa tidak
nyaman yang ditimbulkan oleh efek pemberhentian penggunaan narkoba dan pencandun memerlukan cairan dan
makanan yang cukup untuk membantu memulihkan kondisi tubuh.
Stabilisasi
Merupakan cara ketiga yang dilakukan setelah 2 tahap sudah dilewati. Dokter akan memberikan resep obat untuk
pengobatan jangka panjang untuk. Pemulihan ini juga mencakup rencana-rencana kehidupan anda pada jangka
panjang, serta kesetabilan mental pecandu.
Dukungan orang sekitar
berkomunikasi dengan orang dekat tentang masa pemulihan dari penggunaan narkoba dapat membantu ada dalam
mengalihkan keinginan untuk kembali terjerumus dalam penggunaan narkoba. Pilihlah seseorang yang dapat
dipercaya, seperti : keluarga dan teman dekat yang mungkin dapat membantu anda dalam pemulihan.
Terapi
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya menggunakan detoktifikasi. Detoktifikasi
adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat dengan 2 cara yaitu :
1. Detoktifikasi tanpa substitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang mengalami
gejala putus zat tidak berobat untuk menghilangkan gejala putus zat tsb. Klien hanya
dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut berhenti sendiri.
2. Detoktifikasi dengan substansi
Putau atau heroin dapat disubstitusikan dengan memberikan jenis obat misalnya kodein,
bufremorfin, dan metadon. Pemberian substansi dapat juga diberikan obat yang
menghilangkan gejala simptomatik, misal obat penghulang nyeri, rasa mual, obat tidur,
atau sesuai dengan gejala yang ditimbulkan kibat putus zat tersebut ( Purba,2008)
8 . Bagaimana asuhan keperawatan pada penyalahgunaan napza ?
1. Identitas klien
Nama : tn A
Jenis kelamin : laki-laki
Umur : 15 tahun
Pendidikan : ( Putus Sekolah )
Status perkawinan : belum menikah
Agama : islam
Alamat : Genuk Indah Semarang
Penanggung jawab
Nama: ny C
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Genuk Indah Semarang
Hubungan dengan klien : ibu klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : kejang, keluar busa dari mulut setelah minum obat
b. Riwayat Penyakit sekarang: penyalahgunaan NAPZA
c. Riwayat Penyakit dulu :
d. Riwayat penyakit keluarga :-
3. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :-
b. Kepala dan leher : -
c. Jantung :-
d. Paru-paru:-
e. Abdomen :
f. Ekstremitas :-
g. Sistem persyarafan :-
h. Sistem integumen :-
Pengkajian Pola fungsional
a. Pola metabolik/ nutrisi:-
b. Pola eliminasi :
c. Pola aktivitas latihan : -
d. Pola istirahat:-
e. Kebutuhan higienis:-
f. Pola persepsi-kognitif :-
g. Pola konsep diri-persepsi diri:-
h. Pola reproduksi seksualitas :-
i. Pola toleransi terhadap stress-koping :-
j. Keamanan, keselamatan, dan kenyamanan:-
k. Pola keyakinan/nilai/prinsip hidup:-
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil tes urin positif narkoba
B. ANALISA DATA
Intervensi
Dx. 1
Ketidakefektifan koping individu b.d penyalahgunaan zat
Bantu kontrol marah
Dukungan emosional
Manajemen perilaku : menyakiti diri
Peningkatan peran
Penignkatan tidur
Pencegahan pengunaan zat terlarang
Pemberian obat
Peningkatan harga diri
Relaksasi otot progresif
Fasilitasi meditasi
Dx. 2
Penurunan koping keluarga b.d penyalahgunaan zat, perceraian
Intervensi
Dukungan koping keluarga
Identifikasi respon emosional terhadap kondisi saat ini
Identifikasi beban prognosis secara psikologis
Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan keluarga
Terima nilai-nilai keluarga dengan tidak meghakimi
Informasikan kemajuan pasien secara berkala