NIM : 30901800169 1. Faktor yang mempengaruhi sirosis hepatis Faktor Kekurangan Nutrisi, Menurut Spellberg, Shiff (1998) bahwa di negara Asia faktorgangguan nutrisi memegang penting untuk timbulnya sirosis hepatis Hepatitis virus terutama tipe B, Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab sirosis hepatis, secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyakmempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejalasisa serta menunjukan perjalan an yang kronis, bila dibandingkan denganhepatitis virus A Zat Hepatotoksik , beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis Penyakit Wilson, suatu penyakit yang jarang ditemukan , biasanya terdapat pada orang orang muda dengan ditandai sirosis hati, degenerasi basal ganglia dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleischer Ring Hemokromatosis Ada dua kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu: - Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe. - Kemungkinan didapat setelah lahir, misalnya dijumpai pada penderita Sebab-Sebab Lain - Kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap reaksi dan nekrosis sentrilobuler http://eprints.undip.ac.id/44847/3/BAB_2.pdf 2. Klasifikasi sirosis hepatis • Mikronodular Yaitu sirosis hepatis dimana nodul-nodul yang terbentuk berukuran < 3 mm. • Makronodular Yaitu sirosis hepatis dimana nodul-nodul yang terbentuk berukuran > 3 mm. • Campuran Yaitu gabungan dari mikronodular dan makronodular. Nodul-nodul yang terbentuk ada yang berukuran < 3 mm dan ada yang berukuran > 3 mm. Secara fungsional, sirosis hepatis terbagi atas : 1,4
1. Sirosis Hepatis Kompensata
Sering disebut dengan latent cirrhosis hepar. Pada stadium
kompensata ini belum terlihat gejala-gejala yang nyata. Biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan screening.
2. Sirosis Hepatis Dekompensata
Dikenal dengan active cirrhosis hepar, dan stadium ini biasanya
gejala-gejala sudah jelas, misalnya ; asites, edema dan ikterus 3. Bagaimana pengkajian sirosis hepatis Pengakjian - Nama :
Identitas - Umur :
Identitas pasien - Alamat :
Nama : Tn. U - Pendidikan:
Umur : 55 tahun - Pekerjaan:
Alamat : - - Hubungan dengan klien :
Pekerjaan:- Keluhan utama : klien mengatakan
perut terasa sesak semakin membesar Pendidikan : - disertai mual mual, keluhan dirasakn perlahan lahan sejak 2 bulan yang lalu Dx medis : hati kronik Riwayat penaykit sekarang : seorang No CM; - laki-laki usia 55 dating ke poliklinik RS dengan keluahan perut terasa sesak Agama : - semakin membesar disertai mual mual, Pemeriksaan fisik : - Pola metabolic/nutrisi
-Kepala dan leher - Pola eleminasi: 3 hari yng lalu pasien
pernah BAB hitam - Mata : konjungtiva pucat (+), skelra ikerik (+) - Pola istirahat: pasien sulit tidur
- Payudara = pembesaran payudara (+) - Pola kebutuhan higienis
-Jantung - Pola persepsi-kognitif: pasien marah
ke keluaga, kadang bicara melantur -Paru-paru dan sulit tidur -Abdomen : perut tampak besar (+), - Pola konsep diri-persepsi diri pekak alih (+), pekak sisi (+) - Pola reproduksi seksualitas -Ekstermitas - Pola toleransi terhadap stress-koping -Sistem persyarafan - Keamanan, keselamtan dan -Sistem integument kenyamanan Pengkajian pola fungsional - Pola keyakinan /nilai/prinsip hidup • Hasil pemriksaan penunjang - Tes fungsi hati AST 115 IU/AL, ALT 160 IU/L, bilirubin total 3,5 mg/dl, bilirubin direct 2,5 mg/dl, bilirubin indirect 1.0 IU/L, nilai INR;2, Albumin 2,5 g/dl. Hasil serilogi hepatitis HbsAg (+), anti HCV (-). Dokter mengedukasi keluarga prognosis pasien buruk beradaskan nilai Chilid Turcotte Pugh Score yang tinggi. 4. Apa saja pemeriksaan penunjang sirosis hepatis Darah lengkap : pada darah sirosis hepatis bias di jumpai Hb rendah, anemia noemokrom normositer, hipokom mikositer. Anemia bias akibatdari hiperplenisme (lien membesar) dengan leukopenia dan trombositopenia (jumlah trombosit dan leukosit kurang dari normal) Pemriksaan CHE (kolinesterasi) penting dalam menilai kemampuan sel hati. Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHF akan turun. Pada pemriksaan sel hepar, terjadi kenaikan CHFmenunjukan nilai normal. Nilai CHF yang bertahan dibawah nilai normal, mempunyai prognosis yang buruk USG (ultrasonografi) Pemeriksaan radiologi 5. Patofisiologi dan pathway Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta Sumber Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). 6. Diagnosa keperawatan pada kasus Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake inadekuat - Mekanisme diet harian dengan memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan - Berikan makan sedkit tapi sering - Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makn - Timbang BB sesuai indikasi - Awasi pemeriksaan laboratorium, misaal glukosa serum, albumin,total protein, dan ammonia
Kelebihan volume cairan b.d asites, edema
- Ukur masukan dan pengluaran, catat keseimbangan positif (menunjukakan status volume sirkulasi) - Auskultasi paru, catat penurun/tidak, adanya bunyi dan terjadinya bunyi tambahan - Dorong untuk tirah baring bila ada asites - Monitor TTV - Awasi albumin serum dan elektrolit
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
- Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKP) - Berikan suplemen vitamin (vitamin A,B KOMPLEKS, C, dan K) - Mnitor klien untuk melakukan latihan yang diselangi istirahat - Motivasi dan bantu klien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap Resiko perubahan proses piker b.d peningkatan ammonia dalam darah - Observasi perubahan perilaku dan mental - Konsul pada orang terdekat tentangperilaku umum dan mental klien - Pertahankan tirah baring, bantuk aktivitas perawatan diet - Awasi pemeriksaan laboratorium missal ammonia, elektrolit ,PH, glukosa dan darah lengkap 7. Penatalaksanaan pada sirosis hati Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis hepatis. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi progresifitas dari penyakit. Menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakaan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi merupakan prinsip dasar penanganan kasus sirosis Pada kasus ini, pasien diberikan diet rendah garam, serta pembatasan jumlah cairan kurang lebih 1 liter per hari. Jumlah kalori harian dapat diberikan sebanyak 2000-3000 kkal/hari. Pembatasan pemberian garam juga dilakukan agar gejala ascites yang dialami pasein tidak memberat. Pemberian obat-obatan Simptomatis Supprortif yaitu istirahat yang cukup, pengaturan makanan yang cukup dan seimbang Prinsip diit meliputi jumlah sesuai kebutuhan, jadwal diit ketat Latihan ( mencegah kekakuan pada otot dan sendi, mengurangi tingkat edema maupun asites, mencegah terjadinya decubitus) Terapi konservatif meliputi diit rendah garam, diuretik, Pengobatan SBP (spontsneus bacterial peritonitis) dengan memberikan cephaloparins generasi III (cefotaxime), secara parental selama lima belas hari atau qinolon secara oral. Untuk perdarahan varises esofagus sekunder terhadap hipertensi portal: transfusi darah, lavase salin es,infus IV dari vasopresin atau propranolol, sklerosis endoskopik atau pembedahan (pirau protokaval atau splenorenal) Untuk sindrom hepatorenal: penggantian cairan bila disebabkan oleh dehidrasi