Kriteria Monitoring Dan Evaluasi Patient Safety
Kriteria Monitoring Dan Evaluasi Patient Safety
“Melaporkan kondisi terkini pasien atas nama Tn. Slamet. Saat ini pasien mengeluh sesak napas mendadak”
3. Background - Apa latar belakang klinis atau riwayat pasien yang ada?
“Pasien sebelumnya memiliki riwayat sakit jantung dan asma. Setelah saya kaji, pasien tidak rutin
mengonsumsi obat jantung dan sakit asmanya kambuh bila keadaan lelah atau suhu dingin, namun sudah
lama tidak muncul sesak. Terkadang pasien juga mengeluh nyeri dada sebelah kiri”
4. Assessment - Bagaimana penilaian terhadap pasien tersebut?
“Saat ini tanda vital pasien TD: 130/90 mmHg, Nadi: 96x/menit, RR: 30x/menit, suhu: 37oC, terdengar suara
napas mengi, ada napas cuping hidung. Tapi pasien tidak ada sianosis perifer dok..”
5. Recommendation - Apa yang harus dilakukan untuk masalah tersebut?
“Saat ini pasien sudah terpasang Oksigen 3 lpm, ada saran tambahan dok?/kira-kira dokter bisa melihat
langsung pasiennya, karena pasien sepertinya kondisi menurun perlu dilihat langsung oleh dokter?”
Metode komunikasi lain yang dapat digunakan adalah
metode call-out. Metode ini biasa digunakan dalam
komunikasi di kondisi kegawatdaruratan dan menentukan
keputusan yang bersifat segera. Contoh komunikasi metode
call-out ini adalah sebagai berikut:
Situasi pasien penurunan kesadaran di IGD
Dokter: cek airway?
Perawat A: airway clear
Dokter: cek breathing? (Sambil memeriksa nadi)
Perawat 2: tidak ada napas
Dokter: Perawat A siapkan alat-alat resusitasi, pasang iv
line bila mungkin. Perawat B siapkan defibrilator dan
pasang monitor. Saya akan lakukan pijat jantung.
Check-back sangat diperlukan terutama pada komunikasi tim multi
profesi. Dengan check-back atau konfirmasi ulang, informasi akan
semakin jelas dan bila terjadi miscommunication dapat diatas saat itu
juga. Secara umum tahap komunikasi check-back dapat dicontohkan
sebagai berikut:
Tahap 1: Informan menyampaikan informasi
P PATIENT “Pasien Tn. A, laki-laki usia 40 tahun, pasien saat ini masih
di IGD dok
CUS
Merupakan rangkaian tiga proses kita
membantu orang dalam kaitannya dengan
penghentian aktivitas.
I am Concerned
I am Uncomfortable
This is a Safety issue
DESC
Suatu proses dalam penyelesaian konflik (dalam konteks
pasien)
Describe: situasi atau kondisi spesifik dan
menyampaikan bukti atau data-data penunjang situasi
tersebut
Express: tanggapan anda dan perhatian terhadap
situasi tersebut
Suggest: saran tentang alternatif solusi
Consequences: konsekuensi yang muncul yang
berkaitan dengan keselamatan pasien.
Hambatan kerjasama tim yang efektif.
1. Perubahan peran
2. Perubahan tempat bekerja
3. Hirarki medis
4. Sifat individualisme
5. Ketidakstabilan tim
PERAN PERAWAT DALAM PATIENT SAFETY
PERAN PERAWAT DALAM PASIEN
SAFETY
PENGERTIAN
PERAWAT SEBAGAI
PENJAMIN
KESELAMATAN PASIEN
Pelayanan keperawatan
merupakan pelayanan 24 jam
dan terus-menerus dengan
jumlah tenaga keperawatan
yang cukup banyak, berada
di berbagai unit kerja
rumah sakit.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien,
perawat melakukan prosedur / tindakan keperawatan yang
banyak dan menimbulkan resiko salah begitu besar.
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain,
Dalam pemberian terapi berpotensi melakukan suatu kesalahan jika
tidak mempunyai tingkat pengetahuan dan kesadaran yang tinggi bahwa
tindakan yang dilakukan akan memberikan efek negatif pada pasien.
Manajemen resiko klinik
merupakan bagian integral
dari proses asuhan
keperawatan.
Saat ini sudah ada pelaporan kejadian di berbagai
rumah sakit, tetapi belum dilakukan analisis untuk
perbaikan sistem (redesign) pelayanan.
PERAN PERAWAT
DALAM
MELAKSANAKAN
PASIEN SAFETY
Upaya keselamatan pasien
merupakan bagian tak
terpisahkan dari proses
asuhan keperawatan.
Area praktek
keperawatan yang
berbasis pada
keselamatan
pasien
Standar Praktik
(Asuhan
keperawatan)
Standars Of Care
Setiap perawat mempunyai tanggung jawab
melakukan :