Anda di halaman 1dari 50

ANALISA BANGUNAN

LAWANG SEWU SEMARANG


BANGUNAN KOLONIAL di-INDONESIA
Anggota Kelompok :
Abdul Rokhim 1441800008
Dwi Sasmito 1441800012
Candra Pormana 1441800023
Mochammad Bachrul Ilham 1441800040
Dedi Rizalidy 1441800053

Oleh :
Mochammad Bachrul Ilham 1441800040

MATKUL : FISIKA BANGUNAN


DOSEN : MUFIDAH, ST, MT.
LAWANG
SEWU SEMARANG
BANGUNAN KOLONIAL
di-INDONESIA
NAMA : MOCHAMMAD BACHRUL ILHAM
NBI : 1441 8000 40
MATKUL : FISIKA BANGUNAN
DOSEN : MUFIDAH, ST, MT.
DESKRIPSI
ARSITEKTUR
OBYEK STUDI A POLA TATANAN MASSA DAN ORIENTASI BANGUNAN
Mengorientasi bangunan lawang sewu dan mengenal tatan massa-nya

B BENTUK BANGUNAN
Mengenal bentuk bangunan dan arsitektur bangunan lawang sewu

C MATERIAL BANGUNAN
Melihat material bangunan yang digunakan di bangunan lawang sewu.

D SELUBUNG BANGUNAN
Membahas selubung bangunan lawang sewu
POLA TATANAN MASSA DAN
A ORIENTASI BANGUNAN
Mengorientasi bangunan lawang sewu dan mengenal tatan massa-nya
ORIENTASIDAN POLA TATANAN

Simple PowerPoint Presentation

Simple PowerPoint Presentation


Kompleks gedung Lawang Sewu terdiri atas dua
Simple PowerPoint Presentation
LAWANG SEWU

massa bangunan utama. Yang di sebelah barat


berbentuk “I” dengan pertemuan kakinya
Simple PowerPoint Presentation
menghadap Tugu Muda, dan di sebelah timur
merupakan massa linier membujur dari barat ke
timur. Semua bangunan pada Lawang Sewu
berlantai dua.

Gedung Lawang Sewu terletak pada tanah relatif


datar dengan view utama bundaran Simpang Lima
pada sisi luarnya dan lapangan upacara di bagian
dalamnya

You can simply impress your audience and


add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos
and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal
to your Presentations.
Mengingat keberadaannya yang
terletak di tengah Kota Semarang maka
faktor kebisingan, debu dan polusi yang
diakibatkan oleh aktivitas jalan raya sangat
potensial mengganggu. Penggunaan
vegetasi-vegetasi yang ada berfungsi untuk
mereduksi beberapa gangguan tersebut.
Dari pola tata massa yang ada dapat dilihat
bahwa orientasi terhadap ruang luar
diarahkan ke lapangan di bagian dalam site.
Hal ini ditandai dengan dimensi yang
diberikan pada lapangan memiliki porsi yang
jauh lebih besar daripada ruang luar di
bagian depan.

keberadaan dari gedung Lawang Sewu


yang dahulu difungsikan sebagai kantor
maka aktivitas pada ruang luar bukan
merupakan sesuatu yang dominan dimana
ruang luar tampaknya hanya difungsikan
sebagai lapangan upacara terbukti dengan
masih adanya tiang bendera yang masih
kokoh.
B BENTUK BANGUNAN
Mengorientasi bangunan lawang sewu dan mengenal tatan massa-nya
BENTUK
BANGUNAN
Bentuk bangunan oleh arsitek, gedung Lawang
Sewu mengadakan pendekatan terhadap iklim
setempat, baik dari pemakaian bahan maupun
juga rancang bangun yang kontekstual terhadap
lingkungan

Tersebut maka bentuk atap yang digunakan adalah


atap perisai dengan sudut kemiringan atap 45°
sehingga air hujan dengan cepat jatuh kebawah.
Penggunaan tritisan (over stack) terlihat pula pada
gedung ini untuk menghindari percikan air masuk ke
ruangan.

Jalur pedestrian pada ruang luar gedung ini tampak


kurang dominan. Hal ini
disebabkan ruang-ruang yang ada telah dihubungkan
melalui koridor-koridor yang ada yang juga berfungsi
sebagai teras pada bagian dalam atau sisi dalam
gedung ini
C MATERIAL BANGUNAN
Melihat material bangunan yang digunakan di bangunan lawang sewu.
MATERIAL
BANGUNAN
Pondasi menggunakan lajur batu kali beyentilasi yang
membentuk sebuah ruang dimana bidang lantai bangunan tidak
menempel dengan tanah. Pondasi menggunakan lajur batu kali
beyentilasi yang membentuk sebuah ruang dimana bidang lantai
bangunan tidak menempel dengan tanah. Kontruksi pemikul lantainya
terbuat dari batu bata dengan kontruksii lengkung rolag dan besi profil
P. sebagai pengunci lengkung system

konstruksi lantai yang juga terdiri dari susunan batu


bata berperekat dengan penutup lantai ubin warna. Pada
pertemuan antara konstruksi pondasi dengan dinding
diatasnya dipasang batu andesit yang fungsinya mirip
dengan konstruksi slope beton bertulang. Batu-batu ini
disusun dengan rapi, mengikuti alur dan besaran dinding,
 diberi bentuk dan lekukan yang menarik, namun tetap
fungsional. Menilik jenis batuannya kemungkinan bahan
bangunan ini khusus dirancang dan didatangkan dari
Eropa untuk bangunan ini
MATERIAL
BANGUNAN
Bangunan direncanakan dengan menggunakan sistem struktur
masif, dimana ketebalan dindingnya diatas normal dan dinding di
bawah memiliki ketebalan yang lebih besar dibanding dinding
diatasnya. Pada bangunan L, dinding lantai bawah (lantai 1) memiliki
ketebalan = 56 cm, bagian atas (lantai 2) = 42 cm dan lantai atap
(attic / lantai 3) = 28 cm. Pada dinding yang menahan gaga vertikal
dari beban kuda-kuda diatasnya, diberi penebalan sehingga
membentuk tonjolan yang menyerupai kolom (pilaster) yang terbuat
dari bahan yang sama (batu bata).
Batu bata yang digunakan berukuran 12x26x6 cm, untuk bagian
khusus seperti pertemuan sudut pilaster, konstruksi balustrade,
ukuran dan bentuk bata yang digunakan berbeda. Di bagian ini, batu
bata bagian luar dilapis dengan lapisan glassur berwarna, sehingga
memberi kesan kontras terhadap bidang bangunan. Karena struktur
yang digunakan adalah struktur masif, maka bentuk denah lantai satu
sama persis dengan lantai kedua yang mendominasi bangunan ini
bergaya Romanesque.
Konstruksi dasar lantai dua sama seperti konstruksi plat lantai
satu, terbuat dari pasangan rollag batu bata yang diperkuat dengan
besi profil. Di bagian ini konstruksi dibiarkan terbuka sehingga
berfungsi sebagai ornamen plafon yang artistik.
D SELUBUNG BANGUNAN
Melihat material bangunan yang digunakan di bangunan lawang sewu.
PONDASI

01 Pondasi yang digunakan pada gedung ini adalah pondasi


setempat yang terbuat dari beton yang ditanam sedalam 125
cm dari muka tanah asli. Sedangkan di sekeliling bangunan
diberi pondasi batu kali.

02
KOLOM
Dilihat dari dimensi kolom yang digunakan pada gedung ini yang relatif
tebal, maka dapat diprediksikan masih belum menggunakan tulangan
melainkan hanya terbuat dari batu bata yang disusun dalam sistem
pasangan dua bata dengan ukuran 60x80 cm.

Balok

03 Menggunakan baja profil tipe “I” yang dipasang


melintang, sedangkan pada arah memanjang terdapat
pula balok yang terbuat dari kayu.
Candra Pormana
1441800023
Selubung
DINDING
Bangunan
Ada 2 jenis dinding yang digunakan yaitu dinding pemikul dan

04 dinding masif. Pada dinding bagian luar yang berhubungan


langsung dengan beban kudakuda dimensinya lebih besar
daripada dinding yang ada di bagian dalam yang hanya
berfungsi sebagai dinding pemisah antar ruangan

KUDA-KUDA
Kudakuda yang digunakan terbagi menjadi 2 jenis yaitu kuda-kuda baja

05
dan kudakuda kayu. Secara garis besar gedung ini terbagi atas dua
bentuk massa bangunan yaitu massa bangunan yang berbentuk “L” dan
massa bangunan yang berbentuk “I”. Pada massa bangunan yang
berbentuk “L” sudah menggunakan kuda-kuda dari baja. Sedangkan
pada massa bangunan yang berbentuk ‘I” masih menggunakan kuda-
kuda dari kayu model kuda-kuda gantung, tipe kudakuda Belanda. Atap
yang digunakan adalah limasan dengan majemuk yang ditutup dengan
genteng, dengan sudut kemiringan atap kurang lebih 45º.
DESKRIPSI
LOKASI DAN A PETA

IKLIM
B TIPOGRAFI

C PERBANDINGAN DARATAN DAN LAUTAN

D KETINGGIAN DARI PERMUKAAN LAUT

E KONDISI IKLIM MIKRO DAN MAKRO


A PETA LOKASI LAWANG SEWU
PETA KAWASANLAWANG SEWU
B TIPOGRAFI
TIPOGRAFI
Kota Semarang terdiri dari perbukitan, dataran
rendah dan pantai. Topografi Kota Semarang
berbentuk kemiringan. 65,22% wilayah kota
Semarang berupa pantai dengan kemiringan 25%,
dan 37,78 %, merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan 15-40%.

Topografi kota Semarang yang terdiri dari


daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan,
memiliki berbagai variasi potensi investasi. Kota
Semarang bagian atas berotensi untuk investasi
sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan
pariwisata. Sedangkan bagian bawah berpotensi
Modern Portfolio untuk investasi sektor perdagangan, jasa, industri
pengolahan, kelautan dan perikanan.
Designed
C PERBANDINGAN DARATAN DAN LAUTAN
PERBANDINGAN DARATAN DAN
LAUTAN
Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis
kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk,
Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu,
serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen.

Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang


Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan.

Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali


Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen
(daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik,
serta Kecamatan Candisari.

Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan


Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan
Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Wilayah
Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00
meter di atas permukaan air laut (dpl).
D KETINGGIAN DARI PERMUKAAN LAUT
KETINGGIAN DARI AIR
LAUT

Pada daerah perbukitan


mempunyai ketinggian 90,56
– 348 meter dpl yang
diwakili oleh titik tinggi yang
berlokasi di Jatingaleh,
Gombel, Tugu, Mijen, dan
Gunungpati. Letak wilayah
dataran tinggi berada di
bagian selatan dengan
kemiringan bervariasi antara
5%-40%. Sedangkan di
dataran rendah mempunyai
ketinggian 0,75 meter dpl,
berupa pantai dan dataran
rendah yang memiliki
kemiringan antara 0% sampai
5%.
E KONDISI IKLIM MIKRO DAN MAKRO
KONDISI IKLIM MIKRO DAN MAKRO
Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang
bangunan. Sedangkan iklim makro adalah kondisi iklim pada suatu daerah tertentu yang meliputi area yang lebih besar dan mempengaruhi iklim mikro.

Iklim makro dipengaruhi oleh lintasan matahari, posisi dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya matahari dan pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan
tersebut, misalnya radiasi panas, pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur udara.

 Cara mengelola/memanfaatkan iklim makro

-      Membuka jendela pada utara–selatan

-      Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika menanam pohon di barat, sebaiknya
dipertinggi agar tidak membawa uap air masuk ke ruangan

-      Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk

-      Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat saja agar cepat kering (tidak lembab)

-      Angin yang baik adalah yang lewat depan/samping (posisi bangunan tidak membelakangi angin). Angin dari bawah dan atas tidak baik.

 Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor:

-       Orientasi bangunan

-       Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan)

-       Sun shading (penghalang cahaya matahari)

-       Pengendalian kelembaban udara

-       Penggunaan bahan-bahan bangunan

-       Bentuk dan ukuran ruang

-       Pengaturan vegetasi
KAJIAN TEORI
ADAPTASI
BANGUNAN A POLA TATANAN MASSA DAN ORIENTASI BANGUNAN

TERHADAP IKLIM Orientasi bangunan lawang sewu dan mengenal tatanan


massa bangunannya

B BENTUK BANGUNAN
Mengenal bentuk bangunan dan arsitektur bangunan lawang
sewu

C MATERIAL BANGUNAN
mebahas penggunaan material bangunan yang mempengaruhi
pencahayaan.

D SELUBUNG BANGUNAN
Membahas selubung bangunan yang mempengaruhi pencahayaan
POLA TATANAN MASSA DAN
A ORIENTASI BANGUNAN
Orientasi bangunan lawang sewu dan mengenal tatanan massa bangunannya
TATANAN MASSA BANGUNAN

Simple PowerPoint Presentation

Simple PowerPoint Presentation


Kompleks gedung Lawang Sewu terdiri atas dua
Simple PowerPoint Presentation
LAWANG SEWU

massa bangunan utama. Yang di sebelah barat


berbentuk “I” dengan pertemuan kakinya
Simple PowerPoint Presentation
menghadap Tugu Muda, dan di sebelah timur
merupakan massa linier membujur dari barat ke
timur..

Semua bangunan pada Lawang Sewu berlantai


dua. Sehingga memungkinkan sirkulasi angin
dengan mudah melewati setiap sisi bangunan.

You can simply impress your audience and


add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos
and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal
to your Presentations.
ORIENTASI BANGUNAN
Gedung Lawang Sewu terletak pada
tanah relatif datar dengan view utama
bundaran Simpang Lima pada sisi luarnya
dan lapangan upacara di bagian dalamnya.

Mengingat keberadaannya yang


terletak di tengah Kota Semarang maka
faktor kebisingan, debu dan polusi yang
diakibatkan oleh aktivitas jalan raya sangat
potensial mengganggu. Penggunaan
vegetasi-vegetasi yang ada berfungsi
untuk mereduksi beberapa gangguan
tersebut. Dari pola tata massa yang ada
dapat dilihat bahwa orientasi terhadap
ruang luar diarahkan ke lapangan di bagian
dalam site. Hal ini ditandai dengan dimensi
yang diberikan pada lapangan memiliki
porsi yang jauh lebih besar daripada ruang
luar di bagian depan.
B BENTUK BANGUNAN
Mengenal bentuk bangunan dan arsitektur bangunan lawang sewu serta penedekatannya
terhadap iklim
Bentuk
Bangunan
Dalam proses perancangan bentuk bangunan oleh
arsitek, gedung Lawang Sewu mengadakan
pendekatan terhadap iklim setempat, baik dari
pemakaian bahan maupun juga rancang bangun yang
kontekstual terhadap lingkungan. Hingga sampai saat
ini pun kehadirannya masih relevan dan layak untuk
daerah yang memiliki iklim tropis dengan dua musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Seperti di saat musim hujan tersebut maka bentuk atap yang digunakan
adalah atap perisai dengan sudut kemiringan atap 45° sehingga air hujan
dengan cepat jatuh kebawah.
Penggunaan tritisan (over stack) terlihat pula pada gedung ini untuk
menghindari percikan air masuk ke ruangan.Pola sirkulasi di dalam
ruangan adalah sirkulasi linier serta hubungan antar ruang adalah
langsung yaitu dihubungkan dengan pintu-pintu berdimensi lebar.
Sedangkan pola sirkulasi antara ruang satu dengan ruang lain
dihubungkan dengan pintu berukuran sedang dengan tinggi 2 meter dan
lebar 1 meter dengan penataan ruang berpola grid. Besaran ruang yang
ada pada bangunan Lawang Sewu berkisar antara 12m² sampai 30 m².

Pemanfaatan pencahayaan alami pada gedung ini sangat maksimal terbukti dengan banyaknya
terdapat bukaan-bukaan (pintu, jendela, dan ventilasi) yang berukuran luas.
ATAP
Atap lawang sewu
berbentuk pelana dengan
ciri pertama bangunan
tropis yaitu  didesain
mempunyai  atap  tinggi
dengan kemiringan di atas
30 derajat, ruang yang
kemudian tercipta di
bawah kuda-kuda atap
berfungsi untuk meredam
panas. Ruang bawah atap
ini sedemikian tinggi
hingga bisa dipakai
sebagai lapangan volley.
Serta mempunyai teritisan
cukup lebar supaya tak
terkena tampias air hujan
dan menahan sinar
matahari.
/
MATERIAL BANGUNAN
C
mebahas penggunaan material bangunan yang mempengaruhi pencahayaan.

BENTUK BANGUNAN

ATAP BANGUNAN

KAKI BANGUNAN
MATERIAL BANGUNAN

Simple PowerPoint Presentation


Dengan material bangunan yang tidak
mampu ditembus oleh cahaya namun dengan
Simple PowerPoint bentuk
Presentation
BENTUK BANGUNAN

bangunan sedemikian rupa cahaya


alami dari sinar matahari dapat memasuki
Simple PowerPoint Presentation
ruangan dengan mudah. Terlebih didukung
Simple PowerPoint dengan arah bangunan yang sedikit menyerong
Presentation
menuju arah terbitnya matahari.

Slain menggunakan cahaya alami juga


menerapkan cahaya buatan sebagai
pendukung pada saat malam hari. Untuk
pencahayaan buatan digunakan lampu bohlam
dan lampu neon dengan warna cahaya putih
You can simply impress yourseperti
audiencehalnya
and dominan dari warna bangunan.
add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos
and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal
to your Presentations.
ATAP BANGUNAN

Simple PowerPoint Presentation

Simple PowerPoint Presentation

ATA P B AN G UN A N
Simple PowerPoint Presentation
Atap Presentation
Simple PowerPoint Bangunan Lawang Sewu
menggunakan bentuk perisai dengan
material genteng berbahan padat sehingga
cahaya matahari tidak mampu memasuki
bangunan. Namun adanya modifikasi bentuk
atap dengan penambahan jendela dan
angin-angin dapat membantu cahaya masuk
ke dalam bangunan dengan kapasitas
cukup.

You can simply impress your audience and


add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos
and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal
to your Presentations.
KAKI BANGUNAN

Simple PowerPoint Presentation

Simple PowerPoint Presentation


Kaki bangunan lawang sewu seperti
KAKI BANGUNAN

Simple PowerPoint Presentation


pondasi setempat yang ditanam dalam
tanah
Simple PowerPoint tidak dapat terakses oleh cahaya
Presentation
matahari sehingga tidak mempengaruhi
tingkat intensitas cahaya pada bangunan.
Terkecuali seperti kolom yang terpasang
pada lantai 1 dengan penambahan bentuk
dinding bagian atas mampu membantu
mengurangi intensitas cahaya yang masuk
pada bangunan sehingga bangunan tidak
terkena cahaya matahari secara berlebihan.

You can simply impress your audience and


add a unique zing and appeal to your
Presentations. Easy to change colors, photos
and Text. You can simply impress your
audience and add a unique zing and appeal
to your Presentations.
D SELUBUNG BANGUNAN
Membahas selubung bangunan yang mempengaruhi pencahayaan

BENTUK BUKAAN

LUAS BUKAAN

POSISI BUKAAN
Bentuk
Bukaan
1. Bukaan pintu berdaun ganda membentuk
persegi panjang dengan panel tebal dan kedap
yang terbuat dari kayu. Pintu jenis ini tidak
dapat ditembus oleh cahaya namun dengan
pintu dibuka maka dapat memaksimalkan
penerangan dalam ruangan.
2. Bukaan pintu berdaun ganda membentuk
persegi panjang dengan penambahan kaca
patri. Dengan adanya kaca patri pada pintu
selain menambah estetika juga menambah
penggunaan cahaya alami terhadap ruangan
meskipun pintu dalam keadaan tertutup.
3. Bukan Boventlicht. Penggunaan cahaya alami
sebagai pendukung dari bukaan pintu sehingga
cukup menerangi ruangan yang luas.
Bentuk
Bukaan
4. Bukaan jendela berkaca patri.
Terpakainya cahaya alami dari
jendela ini disamping estetika dari
hiasan kaca terhadap bangunan.
5. Bukaan jendela dengan ambang atas
berbentuk lengkung dan ambang
bawahnya tidak disangga. Jendela ini
dilengkapi dengan kaca sehingga
menambah penggunaan cahaya
alami.
6. Bukaan pintu dengan bentuk persegi
panjang.

BENTUK BUKAAN
PINTU
Bukaan pintu berdaun ganda dengan panel

01
dan kedap dari kayu memiliki dimensi lebar
± 2 meter dan ketinggian ± 3 meter.
Sehingga dapat terhitung luasan bukaan
pintu ±6 m2 .

PINTU
Bukaan pintu berdaun ganda dengan kaca
patri memiliki dimensi lebar ± 2 meter dan
LUAS
02 ketinggian ± 3 meter. Sehingga dapat
terhitung luasan bukaan pintu ±6 m2. B U KAAN
Sedangkan luasan bagian yang dapat
dilalui cahaya kurang lebih ½ dari luasan
pintu.

BOVENTLICHT

03 Bukaan Boventlicht dengan ukuran ± 1 x 2


meter. Sehingga dapat terhitung luasan
bukaan boventlicht ini ±2 m2.

LUAS BUKAAN
JENDELA
Bukaan jendela berkaca patri dengan
04 ukuran ± 2 x 3 meter. Sehingga dapat
terhitung luasan bukaan jendela ini ±6 m2.

JENDELA
Bukaan jendela dengan ambang atas
berbentuk lengkung memiliki dimensi lebar LUAS
05 ± 2 meter dan ketinggian ± 2 meter.
Sehingga dapat terhitung luasan bukaan
B U KAAN
jendela ini adalah (1 x 2) + (½ x 3,14 x 12)
= 2 + 1,57 = ±3,57 m2 .

PINTU

06 Bukaan pintu dengan bentuk persegi


panjang memiliki dimensi lebar 1 meter
dan ketinggian 2 meter. Sehingga dapat
terhitung luasan bukaan pintu 2 m2 .
LUAS BUKAAN
POSISI BUKAAN
Terdapat banyak sekali bukaan di gedung lawang sewu sehingga Letak bukaannya pun
juga beragam.

Bukaan pintu berdaun ganda dengan


kaca patri terletak pada sudut pertemuan
kedua sayap. Dengan posisi ini cukup
membantu penerangan secara alami
ruangan tersebut.
PINTU

2
1 3
PINTU BOVENTLICHT
Bukaan pintu berdaun ganda dengan Bukaan Boventlicht terletak pada bagian
panel dan kedap dari kayu terletak di sisi atas setiap pintu ganda dengan panel dan
depan dari bangunan gedung Lawang Sewu kedap dari kayu. Dengan adanya bukaan ini
dengan masa utama berbentuk L dan I. membantu pintu untuk menerangi setiap
Dengan posisi dan jumlah bukaan sedemikian ruangan.
rupa membantu sirkulasi udara dan
penggunaan cahaya alami secara maksimal.
POSISI BUKAAN
Terdapat banyak sekali bukaan di gedung lawang sewu sehingga Letak bukaannya pun
juga beragam.

Bukaan jendela berkaca patri terletak pada Bukaan pintu dengan bentuk persegi
bagian bordes tangga naik menuju lantai 2.
panjang terletak pada setiap antar ruangan
Dimana tangga tersebut berada di ruangan yang tersusun secara grid. Dengan adanya
tengah (lobby).Dengan ukuran jendela yang
bukaan ini menambah tingkat sirkulasi udara
cukup besar sehingga sangat membantu dan pencahayaan antar ruangan.
penerangan ruangan tengah dan tangga menuju
lantai 2.
PINTU
JENDELA
4 6
5

JENDELA
Bukaan jendela dengan ambang atas
berbentuk lengkung terletak pada sudut
pertemuan kedua sayap bersama dengan
pintu pada poin b. Dengan adanya bukaan
ini memaksimalkan penerangan tersebut
yang cukup luas.
CONCLUSION PENCAHAYAAN

OF LIGHTING Bangunan lawang sewu menggunakan secara maksimal


pencahayaan alami dengan dibuktikan adanya banyak
bukaan namun material dan posisi bukaan diatur
sedemikian rupa sehingga pencahayaan tidak berlebihan
dan tidak menjadikan ruangan panas.
Disisi lain adanya pencahayaan buatan untuk menerangi
bangunan pada malam hari dengan menggunakan lampu
bohlam dan neon bewarna putih.
BANGUNAN
WILAYAH TROPIS
TATA MASSA
Orientasi bangunan iklim Tropis

Orientasi merupakan pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan

Orientasi bangunan merupakan arah hadap bangunan

Tropis merupakan suatu iklim pada suatu daerah yang pada umumnya mencakup mengenai radiasi matahari ,
arah dan kekuatan angin, dan topografi dibagi menjadi dua yaitu tropis basah dan tropis kering .
Indonesia termasuk ke dalam tropis basah dimana :
•kelembaban udara relatife tinggi
•curah hujan tinggi
•temperatur tahunan diatas 10 c ( dan dapat mencapai 38 c pada musim kemarau)

orientasi bangunan tropis merupakan arah hadap bangunan yang menyikapi karakteristik dari iklim tropis
dimana ia menitik beratkan tindakan untuk menyikapi radiasi matahari arah dan kekuatan angin serta topografi
pada suatu daerah.
Bangunan Tropis

Kondisi iklim tropis yang lembab menuntut


perlunya syarat-syarat khusus dalam
perancangan bangunan dan lingkungan
binaan, mengingat adanya beberapa faktor
spesifik
yang hanya dijumpai secara khusus pada
iklim tropis. Sehingga teori-teori arsitektur,
seperti komposisi, bentuk, fungsi bangunan,
citra bangunan, dan nilai-nilai estetika
bangunan yang terbentuk di daerah beriklim
tropis akan sangat berbeda dengan kondisi
bangunan yang ada di wilayah lain yang
berbeda iklimnya.
Tata Massa Bangunan
Pengudaraan / Penghawaan Alami

•Memiliki bukaan yang cukup untuk


• Memiliki bukaan yang cukup masuknya udara
untuk masuknya udara
•Penempatan bukaan secara horizontal
•Penempatan bukaan secara maupun vertikal
horizontal maupun vertikal
•Penempatan ruangan yang lebih besar ke
•Penempatan ruangan yang lebih arah aliran angin
besar ke arah aliran angin
•Hindari penempatan bukaan dengan jarak
•Hindari penempatan bukaan dengan yang terlalu dekat, hal ini menyebabkan
jarak yang terlalu dekat, hal ini perputaran angin telalu cepat
menyebabkan perputaran angin
telalu cepat •Hindari penempatan bukaan yang benar-
benar berseberangan, hal ini menyebabkan
•Hindari penempatan bukaan yang angin yang masuk langsung keluar begitu
benar-benar berseberangan, hal ini saja
menyebabkan angin yang masuk
langsung keluar begitu saja •Memperhatikan orientasi jendela terhadap
matahari, misalnya ruang tidur tidak boleh
menghadap ke barat
KESIMPULAN ANALISA BANGUNAN LAWANG SEWU TERHADAP
ARSITEKTUR TROPIS

Dari hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa bangunan Lawang Sewu sangat memperhatikan kondisi
lingkungan di sekitarnya ketika dibangun. Seperti aspek cahaya, suhu udara, angin, hujan, serta kelembaban. Sehingga
penggunaan material bangunan, bentuk bangunan, dan tata masa sangat diperhatikan agar kenyamanan dapat tercapai.
Selain itu, aspek-aspek desain tersebut selain tanggap terhadap lingkungan, desain tersebut juga menambahkan kesan
kuno namun megah.

- Mochammad Bachrul Ilham


POSTER

Anda mungkin juga menyukai