Anda di halaman 1dari 19

OBAT ADRENERGIK

Apt, Nurliyasman, MPH


Adrenergika/
simpatomimetika

Obat golongan ini disebut obat adrenergik karena efek


yang ditimbulkannya mirip perangsangan saraf
adrenergik, atau mirip efek neurotransmiter
norepinefrin dan epinefrin.

Susunan simpatis (SS) berfungsi :


-meningkatkan penggunaan zat oleh tubuh
 cepat menghasilkan banyak energi
“ready to fight, fright or flight”
ADRENERGIK
 Obat-obat yang merangsang sistem syaraf
simpatis, karena obat-obat ini menyerupai
neurotransmitter (norepinafrin dan epinephrine).

Obat-obat ini bekerja pada suatu reseptor


adrenergik yang terdapat pada sel-sel otot polos,
seperti pada jantung, dinding bronkiolus, saluran
gastrointestinal, kandung kemih dan otot siliaris
pada mata.

Reseptor adrenergik meliputi alfa1, alfa2, beta1


dan beta2
Efek obat-obat
yang bekerja
pada sistem
saraf simpatik

Lullmann, Color Atlas of Pharmacology


Penggolongan Adrenergik
• Katekolamin
Endogen : epineprin, norepineprin dan
dopamine;
Sintetik : isoprotenol hidroklorida dan
dobutamine)
• Non katekolamin
fenileprin, meteprotenol dan albuterol
Mekanisme Kerja obat adrenergik
• Perangsang perifer terhadap otot polos pembuluh darah kulit dan
mukosa, dan terhadap kelenjar liur dan keringat.
• Penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus, dan
pembuluh darah otot rangka.
• Perangsangan jantung, dengan akibat peningkatan denyut jantung
dan kekuatan kontraksi.
• Perangsangan SSP, misalnya perangsangan pernapasan,
peningkatan kewaspadaan, aktivitas psikomotor dan pengurangan
nafsu makan.
• Efek metabolik, misalnya peningkatan glikogenesis di hati dan otot,
lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak.
• Efek endokrin, misalnya mempengaruhi efek insulin, renin dan
hormone hipofisis.
• Efek prasinaptik, dengan akibat hambatan atau peningkatan
penglepasan neurotransmitter NE dan Ach.
Reseptor Adrenergik
Penggolongan reseptor berdasarkan kepekaan terhadap :
• Adrenalin ≥ NA >> isoprenalin  reseptor alfa
• Isoprenalin > adrenalin ≥ NA  reseptor beta

Lullmann, Color Atlas of Pharmacology


Keselektifan relatif
terhadap reseptor dari
agonis dan antagonis
adrenoseptor

Back
E.Mutschler, DO
2 1 1 2
Hambat Vasokonstriksi -Frek & kontr jantung  Bronkhodilatasi &
-pelepasan NA  TD -otot polos  (nodus SA & AV, otot, stimulasi
-pelepasan Ach usus  contoh refleks sist. Konduksi) metabolisme
peristaltik , insulin  bradikardia -Renin , glikogen & lemak
-mukosa -Sekresi ADH 
SINTESIS Adrenalin & NA
sitoplasma

Fenilalanin tirosin DOPA

Hidroksilase hidroksilase dekarboksilase

Epinefrin norepinefrin dopamine

N-metiltransferase -hidroksilase
(Sitoplasma med adr) (vesikel)

transport aktif
penghambatan
Farmakodinamik Adrenergik

• Bersifat inotropik
• Bronkodilator
• Hipertensi
• Tremor dan gelisah
Penggolongan Obat adrenergik
Menurut kerjanya :
1. Kerja langsung terhadap reseptor adrenergik
(α dan β)
c: adrenalin, noradrenalin dan isoproterenol
2. Kerja tidak langsung
• merangsang pembebasan NA endogen dari
vesikel di ujung saraf) : efedrin, amfetamin,
guanetidin & reserpin
• Menghambat ambilan kembali NA : Kokain,
• Menghambat enzim MAO : moclobemide,
selegiline
Amfetamin dan metamfetamin menghambat ketiga
proses diatas
Obat
Adrenergik
Kerja Tidak
Langsung
Penggunaan
• Syok : perkuat kerja jantung (1) & melawan hipotensi (1)
• Syok anafilaktik (reaksi hipersensitifitas) : hambat
pelepasan mediator inflamasi, leukotrien & histamin (2
sel mast)
adrenalin & NA
• Hipotensi: vasokonstriksi 1
• Hipertensi : 2 agonis : menghambat pelepasan NA,
blokade reseptor (prazosin, propanolol dan dervnya)
• Claudicatio intermittens : vasodilator perifer (2)
 pentoksifilin
• Perpanjang anestesi : vasokonstriksi lokal (epinefrin)
• Asma : bronchodilatasi (2) : salbutamol, adrenalin, efedrin
Penggunaan Adrenergik
• Pilek : menciutkan mukosa yg bengkak () : efedrin,
imidazolin, adrenalin
• Midriatikum () : fenilefrin, nafazolin
• Nyeri haid : relaksasi otot rahim, sebagai penghambat his
dan nyeri pada haid: ritodrin
• Efek sentral : narkolepsi, parkinson, keracunan depresan SSP,
hiperkinetik anak-anak (d-amfetamin) dan obesitas :
menekan nafsu makan (fenfluramin & mazindol)
• Sebagai vasodilator perifer pd vasokontriksi di betis dan
tungkai
• Sebagai midriatikum (melebarkan pupil) ; fenilefrin dan
nafazolin
• Pada obesitas ; menekan nafsu makan ; fenfluramin,
mazindol
Kontra indikasi
•Tidak boleh di gunakan pada ibu
hamil
•Sesuaikan dosis pada penderita
yang mendapat antidepresi trisiklik
•Tidak boleh digunakan pada
penderita Stenorsis subaorta,
anoreksia, insomnia dan estenia.
Efek samping
•Jantung & SSP : takhikardia,
berdebar, nyeri kepala, gelisah
Hati-hati infark jantung,
hipertensi & hipertirosis
•Takhiphilaksis : efek kerja
adrenergik tak langsung 
efedrin, selingi dengan obat asma
golongan lain
Efek Samping
Efek samping sering kali muncul apabila
dosis ditingkatkan atau obat bekerja non
selektif (bekerja pada beberapa reseptor).

Efek samping yang sering timbul pada obat-


obat adrenergik adalah : hipertensi,
takikardi, palpitasi, aritmia, tremor,
pusing, kesulitan berkemih, mual dan
muntah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai