Anda di halaman 1dari 20

TONSILITIS

DIFTERI
Achmad Nakib Bahsin
Afifatul Kamilah Sujinda
Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan
limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan
kriptus di dalamnya
Terdapat tiga macam tonsil
• Tonsil palatina
• Tonsil lingual
• Tonsil faringeal (Adenoid)
Ketiga tonsil tersebut membentuk linkaran yang
disebut cincin Waldeyer.
Anatomi Tonsil
Cincin Waldeyer
 Cincin Waldeyer merupakan
jaringan limfoid yang
mengelilingi faring.

 Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di


dalam rongga mulut yaitu tonsila palatina (faucial tonsil), tonsila
faringeal (adenoid), tonsila lingual, pita lateral faring dan jaringan
limfoid di tepi fosa Rosenmuller yang tersebar hingga kedalam
tuba Eustachius.
Tonsila palatina
• Dibatasi oleh:
• Lateral  Muskulus konstriktor faring superior
• Anterior  Muskulus palatoglosus
• Posterior  Muskulus palatofaringeus
• Superior  Palatum mole
• Inferior  Tonsil lingual
Tonsil Lingual
• Tonsil lingual terletak di dasar lidah
dan dibagi menjadi dua oleh
ligamentum glosoepiglotika.
• Di garis tengah, di sebelah anterior
massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang
terbentuk oleh papilla sirkumvalata.
Tonsil Faringeal (Adenoid)

• Adenoid merupakan masa limfoid


yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang
terdapat pada tonsil.
• Adenoid terletak di dinding belakang
nasofaring Pada umumnya adenoid
akan mencapai ukuran maksimal
antara usia 3-7 tahun kemudian akan
mengalami regresi
Vaskularisasi
Aliran Getah Bening

•Aliran getah bening dari daerah


tonsil akan menuju rangkaian
getah bening servikal profunda
(deep cervical) bagian superior di
bawah muskulus
sternokleidomastoideus,
selanjutnya ke kelenjar toraks dan
akhirnya menuju duktus torasikus.

•Tonsil hanya mempunyai


pembuluh getah bening eferen
sedangkan pembuluh getah bening
aferen tidak ada.
Persarafan

Tonsil bagian bawah


mendapat sensasi
dari cabang serabut
saraf ke IX (nervus
glosofaringeal).
Tonsilitis Difteri
 Etiologi => Corynebakterium diphteriae (gram positif)

 Insiden : Sudah menurun => Imunisasi

 Sering ditemukan pada anak-anak usia < 10 tahun


 Frekuensi tertinggi pada anak-anak usia 2-5 tahun,
walaupun pada dewasa masih mungkin menderita
penyakit ini.
Gambaran Corynebakterium diphteriae
Gejala Klinis
Gambaran klinik dibagi 3 golongan
Gejala umum => seperti gejala infeksi

 Suhu tubuh naik (biasanya subfebris)


 Nyeri kepala
 Tidak nafsu makan
 Badan lemah
 Nadi lambat
 Nyeri saat menelan
Gejala lokal

• Tonsil membengkak dengan bercak putih kotor makin


lama semakin meluas
=> Pseudomembran :
o Meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, laring
trakhea, bronkhus, sal. Nafas
o Melekat erat pada dasarnya > Mudah berdarah

• Kel. Lymph leher akan membengkak menyerupai leher


sapi (Bull neck)
Pseudomembran

Bull neck
Gejala akibat eksotoksin

• Kerusakan jaringan tubuh (miokarditis


sampai decompensatio cordis)

• Mengenai saraf kranial => kelumpuhan


otot palatum dan otot pernafasan

• Pada ginjal => Albuminuria


Diagnosis
Gambaran klinis

Pemeriksaan preparat langsung kuman (Swab)


diambil dari Pseudomembran
(+) Corynebacterium diphteriae
Terapi
• Anti Difteri Serum (ADS) diberikan segera tanpa menunggu
hasil swab (kultur) => dosis 20.000-100.000 UI
Tergantung umur, berat dan lama penyakit
• Antibiotik : Penicilin / eritromisin => 25-50 mg/kg BB
dibagi dalam 3 dosis selama 14 hari
• Kortikosteroid 1,2 mg/kg BB/hari
• Simptomatis : Antipiretik
• Karena menular : harus isolasi
• Bed Rest 2-3 minggu
Komplikasi
• Penyakit ini berjalan cepat => Laring
(Laringitis difteri) => Sumbatan jalan
napas => Dilakukan trakeostomi
• Miokarditis
• Kelumpuhan otot palatum / otot
pernapasan
• Albuminuria

Anda mungkin juga menyukai