Anda di halaman 1dari 37

Pertemuan Ke

Pengenaan Pajak Penghasilan –


1. PPh Orang Pribadi,
2. PPh Badan

1
PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK

ORG. PRIBADI BADAN

KARYAWAN Usahawan

Omzet<4,8M Omzet>=4,8M

1.
Menghitung
Penghasilan Gaji Bersih Perkiraan/Norma Pembukuan Pembukuan
Bersih

2.
Menghitung Dikurangi PTKP Tidak Dikurangi
Penghasilan PTKP
Kena Pajak

3.
Tarif PPh Orang Tarif PPh
Pengeanaan
PPh ( Tarif) Pribadi Badan
2
PENGHITUNGAN PENGHASILAN BERSIH

1. Orang Pribadi sbg. Karyawan  Gaji Bersih


2. Orang Pribadi Yang menjalankan
Usaha/Pekerjaan Bebas
- Omzet < 4,8 M setahun Perkiraan /Norma
- Omzet >= 4,8 M setahun Pembukuan
3. Wajib Pajak badan  Pembukuan
Badan adalah : Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi :
PT, CV, perseroan lainnya,BUMN dll

 Bagi Orang Pribadi terdapat batasan


penghasilan yang tidak dikenakan pajak
(PTKP)
3
BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
(PTKP)

STATUS LAMA LAMA (2009- BARU (2013- BARU


KELUARGA (2006-2008) 2012 ) (2016- )
WAJIB PAJAK 13.200.000, 15.840.000, 24.300.000, 54.000.000,
SENDIRI (TK)

WAJIB PAJAK + 1.200.000, + 1.320.000, + 2.025.000, + 4.500.000,


KAWIN (K/-)

ISTERI PUNYA + + 15.840.000,


PENGHSILAN
13.200.000, + 24.300.000, + 54.000.000,
DIGABUNG (K/I/-)

TANGGUNGAN + 1.200.000, + 1.320.000, + 2.025.000, + 4.500.000,


MAKS 3 (Tiga) 3 (Tiga) 3 (Tiga) 3 (Tiga)
TANGGUNGAN Orang Orang Orang Orang

4
TARIF WP ORANG PRIBADI
(Pasal 17 ayat (1) huruf a)
UU PPh Lama
:
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d Rp 25.000.000,- 5%
2. Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,- 10%
T 3. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000 15%
A 4. Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,- 25%
R 5. Di atas Rp200.000.000,- 35%
I UU PPh Baru (Mulai 2009)
F :
No. Lapisan Penghasilan Tarif
1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 15%
3. Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp500.000.000,- 25%
4. Di atas Rp500.000.000,- 30%

6
Wajib Pajak OP Karyawan

• Yang digunakan dasar penghitungan 


sebesar Gaji yang diterima dari pemberi
kerja dikurangi PTKP
• Contoh :
1. Gaji, tunjangan dll.(NETTO)  28.460.000
2. PKP = (-) PTKP (misal TK)  24.300.000
Penghasilan Kena pajak  4.160.000
PKP merupakan dasar untuk menghitung pajak
3. PPh = 5% X 4.160.000 = Rp. 208.000,-
7
Wajib Pajak OP Usahawan

• WP orang Pribadi (WP OP) usahawan/


pekerjaan bebas  penghitungan
penghasilan bersih adalah :
• - Omzet/th < Rp. 4,8 M Perkiraan/norma
- PPh Final 1% dari peredaran usaha 1 bulan.
(Per 46)
• Omzet/th >=Rp. 4,8 M Pembukuan

8
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
• Menghitung penghasilan neto bukan dari penghasilan
dikurangi biaya tetapi menggunakan tarif tertentu dari
bruto
• Penghasilan neto = Ph. Bruto X tarif Norma (KEP-
536/PJ./2000)
Syarat Diperbolehkan Memakai Norma :
1. WP Orang Pribadi,
2. Omzet < 4.800.000.000 per tahun
3. Mengajukan permohonan tertulis
4. Tetap wajib catatan atas peredaran usaha
Apabila semua syarat tidak dipenuhi maka WP Wajib
Pembukuan
Tarif Perkiraan neto/Norma telah ditentukan oleh Dirjen
Pajak menurut bidang usahanya
9
Contoh Penghitungan perkiraan/Norma
• Pak Narto adalah dokter hewan dan seorang montir.
Dalam tahun 2013 mendapat penghasilan sbb :
1. Praktek dokter : Rp. 200.000.000,-
2. Usaha reparasi / service kendaraan dengan omzet
=Rp. 300.000.000,-
Karena total omzet tidak sampai Rp. 4,8 M maka
boleh menghitung penghasilan bersih dengan
norma
Norma/perkiraan penghasilan neto untuk dokter
hewan sebesar 25% dan service sebesar 20%
Berapa penghasilan neto dan penghasilan kena
pajak Pak Narto?
10
Contoh Penghitungan perkiraan/Norma

1. Menghitung Perkiraan Penghasilan Neto :


Penghasilan
Jenis Usaha Omzet Tarif Norma Neto

Dokter hewan 200,000,000 25% 50,000,000


Service
kendaraan 300,000,000 20% 60,000,000

Jumlah 500,000,000   110,000,000


Jumlah Penghasilan Neto/bersih = Rp. 110.000.000
2. Menentukan PKP = Rp. 110.000.000-PTKP
= 110.000.000 – 24.300.000 = 85.700.000
3. Pajak Penghasilan = 7.855.000,- 11
Penghitungan Penghasilan Dengan
menggunakan Pembukuan
• Yang Wajib Menghitung Penghasilan
dengan Pembukuan :
1. O. Pribadi Usahawan omzet >= Rp. 4,8 M
2. Seluruh Wajib Pjk Badan (tidak
memandang omzet)

tidak wajib Pembukuan :


3. O.P. Karyawan
4. O.P. Usahawan omzet s.d. Rp. 4,8 M
12
1. Penghitungan PPh OP 2016 dgn
menggunakan pembukuan
• Diketahui jumlah laba bersih (akuntansi ) usaha Pak Eko (menikah
tahun 2008) dalam tahun 2016 sebesar Rp 484.160.000,- maka
penghitungan Pajak Penghasilan Pak Eko,
• Usaha pak Eko memiliki omzet tahun 2016 sebesar Rp.
39.093.000.000,- karena omzet/penjualan lebih dari Rp. 4,8 m maka
Pak Eko harus menggunakan pembukuan.
• Setelah dilakukaan koreksi fiskal diketahui bahwa laba fiskal
sebesar Rp. 367.160.000,-

13
Hasil Penghitungan PPh OP 2016
1. Penghasilan/laba Bersih (fiskal) = 367.160.000
2. Penghasilan kena pajak (WP OP) = Laba bersih – PTKP (K/0)
= 367.160.000 – 58.500.000
= 308.660.000,-
3. Penghitungan PPh Terutang sbb :

Lapisan PKP Tarif PPh

0-50 juta 50,000,000 5% 2,500,000

50 - 250 Juta 200,000,000 15% 30,000,000

250 - 500 Juta 58,660,000 25% 14.665,000

Jumlah 308,660,000   47.165,000

14
Penghasilan neto dengan Pembukuan
Penghitungan Penghasilan neto dengan Pembukuan
diperuntukkan bagi :
1. Orang Pribadi dgn Omzet >=4,8 M/thn
2. Seluruh Wajib Pajak Badan

Untuk menghitung penghasilan neto bagi WP yang wajib


Pembukuan = Pengh. Bruto - Biaya

Pengh Bruto = penghasilan yang termasuk obyek Pajak


Biaya = biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang
penghasilan

15
Penghasilan yang merupakan
Objek PPh
Jenis Penghasilan Keterangan
Penghasilan dari pekerjaan seperti : gaji, honor, Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh pemberi
tunjangan, bonus, insentif, gratifikasi, komisi, uang kerja. Harus dilaporkan dan dihitung kembali
pensiun besarnya PPh dalam SPT Tahunan

Hadiah (kecuali dari undian) atau pekerjaan atau Umumnya di potong PPh Pasal 21 oleh pemberi
kegiatan dan penghargaan kerja. Harus dilaporkan dan dihitung kembali
besarnya PPh dalam SPT Tahunan

Laba usaha Dapat diperoleh melalui hasil pembukuan dan


pencatatan. Harus dilaporkan dan di hitung
besarnya PPh di SPT Tahunan

Keuntungan karena penjualan harta, misalnya Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan
penjualan perhiasan, kendaraan dsb

Bunga di luar bunga bank Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan

Royalti, keuntungan karena pembebasan utang, Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan
keuntungan selisih kurs

Tambahan kekayaan neto yg berasal dari Dilaporkan dan dihitung PPh nya di SPT Tahunan
penghasilan yg belum dikenakan PPh
Penghasilan yang bukan merupakan
Objek PPh
Jenis Penghasilan Keterangan
Bantuan atau sumbangan bagi pihak yang menerima bukan  Harus dilaporkan dalam SPT
merupakan objek pajak sepanjang diterima tidak dalam rangka Tahunan PPh
hubungan kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan atau  Namun tidak diperhitungkan
hubungan pengusaan antara pihak-pihak yang bersangkutan
dalam penentuan pajak
terutang/pajak yang dibayarkan
Harta hibahan bagi pihak yang menerima bukan merupakan
objek pajak apabila diterima keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu sederajat, dan oleh badan keagamaan
atau badan pendidikan atau badan sosial termasuk yayasan
atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
Menkeu, sepanjang diterima tidak dalam rangka hubungan
kerja, hubungan usaha, hubungan kepemilikan, atau hubungan
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Warisan, klaim asuransi, Beasiswa


2. Wajib Pajak Badan
• Badan adalah
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan
usaha yang meliputi :
PT, CV, perseroan lainnya, BUMN, BUMD, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi
lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap

18
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI
PENGHASILAN BRUTO
• BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH, DAN MEMELIHARA
PENGHASILAN TERMASUK :
- Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha (biaya pembelian bahan, Biaya Gaji,
bunga, sewa, dan royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan
limbah, premi asuransi, biaya promosi dan penjualan , biaya
administrasi , dan pajak kecuali Pajak Penghasilan)
- Biaya penyusutan fiskal dan/atau amortisasi
- Iuran kepada dana pensiun yg pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan (OP)
- Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
- Kerugian dari selisih kurs
- Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang
dilakukan di Indonesia
- Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan
19
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN DARI
PENGHASILAN BRUTO (lanjutan)
- Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang
memenuhi syarat tertentu dgn Kep Dirjen Pajak
- Zakat dan sumbangan wajib keagamaan
- Pembentukan dan pemupukan cadangan piutang tak
tertagih khusus untuk usaha bank, leasing, cadangan
untuk usaha asuransi, Penjamin LPS, cad. Penanaman
kembali hutan, cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan, dan cad. Biaya penutupan limbah.
- Kempensasi kerugian tahun sebelumnya (maksimal 5
tahun sebelumnya)
- Penggantian atau imbalan dlm bentuk natura dan
kenikmatan yang terbatas berupa:
– Biaya makan dan minum untuk seluruh pegawai,
atau
– Natura dan kenikmatan didaerah terpencil, atau
– Natura berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
(baju seragam satpam)
20
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO (lanjutan)

- Sumbangan Khusus untuk :


- Bencana Nasional,
- Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia,
- Pembangunan infrastruktur sosial,
- Fasilitas pendidikan , dan
- Pembinaan olahraga

- Untuk biaya kendaraan sedan,


sejenis boleh dibebankan 50%
- Untuk biaya telepon seluler dapat
dibebankan 50% 21
Zakat
Badan/Lembaga sebagai penerima zakat atau Sumbangan
Keagamaan yang sifatnya wajib yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto
(PER-33/PJ/2011 yang berlaku sejak tanggal 11 November 2011)
1. Badan Amil Zakat Nasional, 1. LAZ Dewan Da’wah Islamiyah
2. LAZ Dompet Dhuafa Republika, Indonesia,
3. LAZ Yayasan Amanah Takaful, 2. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat
4. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat, Indonesia,
5. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat, 3. LAZ Yayasan Baitul Maal wat Tamwil,
6. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah, 4. LAZ Baituzzakah Pertamina,
7. LAZ Baitul Maal Hidayatullah, 5. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut
Tauhiid (DUDT),
8. LAZ Persatuan Islam,
6. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia,
9. LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT
Bank Negara Indonesia, 7. LAZIS Muhammadiyah,
10. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra 8. LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU),
Umat, 9. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji
Indonesia (LAZIS IPHI), dan
10. Lembaga Sumbangan Agama Kristen
Indonesia (LEMSAKTI).
BIAYA YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)

PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN

BIAYA YG DIBEBANKAN UTK KEPENTINGAN PRIBADI


PEMEGANG SAHAM, SEKUTU, ATAU ANGGOTA

PEMBENTUKAN DANA CADANGAN KECUALI CADANGAN UNTUK JENIS


USAHA TERTENTU

PREMI ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWI GUNA, DAN


ASURANSI BEA SISWA YG DIBAYAR OLEH WP ORANG PRIBADI

PENGGANTIAN/ IMBALAN PEKERJAAN/JASA YG DIBERIKAN DALAM


BENTUK NATURA DAN KENIKMATAN KECUALI
- PENYEDIAAN MAKANAN DAN MINUMAN BAGI SELURUH PEGAWAI
- DI DAERAH TERTENTU DAN YANG BERKAITAN DENGAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN YANG DITETAPKAN KEPMENKEU
(KMK No. 466/KMK.04/2000)
23
PPh 38
BIAYA YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1)

JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YG DIBAYARKAN KEPADA


PEMEGANG SAHAM ATAU PIHAK YG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA

HARTA YG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN,


DAN WARISAN kecuali sumbangan tertentu

PAJAK PENGHASILAN

BIAYA YANG DIBEBANKAN/ DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI


WP ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGAN

GAJI ANGGOTA PERSEKUTUAN, FIRMA, ATAU PERSEROAN KOMANDITER


YG MODALNYA TIDAK TERBAGI ATAS SAHAM

SANKSI ADMINISTRASI DAN PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN


24
PPh 39
BIAYA YANG TIDAK BOLEH
DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO
Pasal 9 ayat (1) (Lanjutan)

- Biaya – biaya untuk mendapatkan, menagih dan


memelihara penghasilan yang :
1. Dikenakan PPh bersifat final, atau
2. Bukan obyek pajak, atau
3. Penghasilan netonya dihitung dengan norma
penghitungan

25
Tarif PPh Badan
1. Omzet diatas 50 M
2. Omzet s.d. 50 M
3. Perseroan terbuka (tbk)

26
TARIF WP BADAN – Omzet diatas 50 M
(Pasal 17 ayat (1) huruf b)
Ketentuan Lama :
Lapisan Penghasilan Tarif
s.d Rp 50.000.000,- 10%
Di atas Rp 50.000.000,- s.d. Rp 15%
T 100.000.000,-
A Di atas Rp 100.000.000,- 30%
R
I
F Ketentuan Baru (Mulai tahun 2009) khusus WP Badan dgn
omzet diatas 50 M :

Tahun Tarif Tunggal


Tahun 2009 28 %
Tahun 2010 - 25 %
27
27
Ilustrasi 2.12
(Simulasi Penghitungan Pajak Terutang)

WPOrang Pribadi
Penghasilan Kena Pajak 565.000.750
Pembulatan Penghasilan Kena Pajak 565.000.000
Beban pajak terutang
5%x 50,000,000 2.500.000
15%x 200,000,000 30.000.000
25%x 250,000,000 62.500.000
30%x 65,000,000 19.500.000 Rp 114.500.000,00

WPBadan
Penghasilan Kena Pajak 2.885.750.500
Pembulatan Penghasilan Kena Pajak 2.885.750.000
Beban pajak terutang
25%x 2,885,750,000 Rp 721.437.500,00 28
2 & 3 tarif khusus PPh Badan ( TBK dan
UMKM)
1. Untuk Perseroan Terbuka (minimal 40% publik)
ada pengurangan tarif 5% (pasal 17 (2b))
Tarif pajak 2009 = 23%
Tarif Pajak 2010 - = 20%

2. BAGI UMKM = WP Badan dgn Omzet s.d Rp 50 M)


Pengurangan 50% u. Omzet 4.8 M (psl 31 E)

Bagian Omzet Tahun 2009 Tahun 2010

Bagian omzet s.d. 4,8 M 14 % 12.5%


Bagian Omzet 4,8 s.d. 50 M 28 % 25 %

29
CONTOH PENGHITUNGAN FASILITAS UMKM
Contoh : PT X tahun 2010
Peredaran Usaha = Rp. 30.000.000.000
Penghasilan kena pajak = Rp. 3.000.000.000 (laba
fskal)

Uraian Peredaran Usaha PKP Tarif PPh


Fasilitas s.d. 4,8 M 480.000.000 12,5% 60.000.000

Tarif biasa 4,8 M – 30 M 2.520.000.00 25% 630.000.000


0
Jumlah 30 M 3.000.000.00 690.000.000
0

(4.800.000.000/30.000.000.000) X 3.000.000.000

30
30
Penghitungan Penghasilan Kena
Pajak dari Laba Komersial
Laba bersih Komersial XXXX
Koreksi Fiskal :
(+) Koreksi fiskal positif XXXX
(-) Koreksi fiskal negatif XXXX
Jumlah koreksi fiskal XXXX
Jumlah penghasilan Kena PajakXXXX
(PKP)
Ilustrasi 2.15 (1)
(Fasilitas Perpajakan)

CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka perusahan
perusahan yang
yang bergerak
bergerak didi bidang
bidang pengalengan
pengalengan
ikan
ikan dan
dan melakukan
melakukan kegiatan
kegiatan ekspor.
ekspor. Sepanjang
Sepanjang tahun
tahun 2015,
2015, CV.
CV.
Mandaraka
Mandaraka mencatatkan
mencatatkan penghasilan
penghasilan bruto bruto senilai
senilai Rp Rp
48.000.000.000,00
48.000.000.000,00 dan dan mencatatkan
mencatatkan nilai nilai biaya
biaya yang
yang dapat
dapat
dikurangkan
dikurangkan sesuai
sesuai ketentuan
ketentuan perpajakan
perpajakan sebesar
sebesar Rp Rp
36.000.000.000,00.
36.000.000.000,00.
a.a. Berapakah
Berapakahnilai
nilaipajak
pajakterutang
terutangoleh
olehCV.
CV.Mandaraka
Mandarakadi ditahun
tahun
2015?
2015?
b.b. Bagaimana
Bagaimana jika
jika di
di tahun
tahun 2016
2016 perusahaan
perusahaan memperoleh
memperoleh
penghasilan
penghasilan bruto
bruto yang
yang tetap
tetap namun
namun mencatatkan
mencatatkan biaya
biaya Rp
Rp
10.000.000.000,00
10.000.000.000,00lebih
lebihtinggi?
tinggi?
c.c. Bagaimana
Bagaimana jika
jika didi tahun
tahun 2017
2017 perusahaan
perusahaan mencatatkan
mencatatkan
biaya
biaya yang
yang serupa
serupa dengan
dengan tahun
tahun 2015,
2015, namun
namun dapat
dapat
memperoleh
memperoleh tambahan
tambahan peredaran
peredaran bruto
bruto senilai
senilai Rp32
Rp
Ilustrasi 2.15 (2)
(Fasilitas Perpajakan)

 Jawaban:
 
Jawaban:
a.a. CV.
CV. Mandarakamemperolehfasilitaspengurangantarif,
Mandarakamemperolehfasilitaspengurangantarif,
sebabmemilikinilaiperedaranbrutokurangdariRp50.000.000.000,
sebabmemilikinilaiperedaranbrutokurangdariRp50.000.000.000,
00.
00.
Bagian
Bagian PKPPKPyang
yangmemperolehpengurangantarif
memperolehpengurangantarif
==
==10%
10%xx12.000.000.000
12.000.000.000
==1.200.000.000
1.200.000.000
Bebanpajakterutangtahun
Bebanpajakterutangtahun20102010
== 50%
50% xx 25%
25% xx 1.200.000.000
1.200.000.000 ++ 25%
25% xx (12.000.000.000
(12.000.000.000 ––
1.200.000.000)
1.200.000.000)
==150.000.000
150.000.000 ++2.700.000.000
2.700.000.000
==RpRp2.850.000.000,00
2.850.000.000,00
33
Ilustrasi 2.15 (3)
(Fasilitas Perpajakan)

 Jawaban:
 
Jawaban:
b.b. CV.Mandarakamemperolehfasilitaspengurangantarif,
CV.Mandarakamemperolehfasilitaspengurangantarif,
sebabmemilikinilaiperedaranbrutokurangdariRp50.000.000.000,
sebabmemilikinilaiperedaranbrutokurangdariRp50.000.000.000,
00.
00.
Bagian
Bagian PKP
PKPyang
yangmemperolehpengurangantarif
memperolehpengurangantarif
==
==10%
10%xx2.000.000.000
2.000.000.000
==200.000.000
200.000.000
Bebanpajakterutangtahun
Bebanpajakterutangtahun2011
2011
== 50%
50% xx 25%
25% xx 200.000.000
200.000.000 ++ 25%
25% xx (2.000.000.000
(2.000.000.000 ––
200.000.000)
200.000.000)
==25.000.000
25.000.000 ++450.000.000
450.000.000
==RpRp475.000.000,00
475.000.000,00
34
Ilustrasi 2.15 (4)
(Fasilitas Perpajakan)

Jawaban
Jawaban ::
c.c. Peredaran
Peredaranbruto
bruto2017
2017 ==48.000.000.000
48.000.000.000 ++8.000.000.000
8.000.000.000
==Rp
Rp56.000.000.000,00
56.000.000.000,00
CV.
CV. Mandaraka
Mandaraka tidak
tidak memperoleh
memperoleh fasilitas
fasilitas pengurangan
pengurangan tarif,
tarif,
sebab
sebab memiliki
memiliki nilai
nilai peredaran
peredaran bruto
bruto lebih
lebih dari
dari Rp
Rp
50.000.000.000,00.
50.000.000.000,00.
Beban
Bebanpajak
pajakterutang
terutang
==25%
25%xx(56.000.000.000
(56.000.000.000––36.000.000.000)
36.000.000.000)
==25%
25%xx20.000.000.000
20.000.000.000
==Rp
Rp5.000.000.000,00
5.000.000.000,00

35
Cara Pelunasan Pajak
Pasal 20

Pajak tahun berjalan dapat dilunasi melalui

Pembayaran oleh wajib pajak sendiri. Pemotongan atau pemungutan oleh


(PPh Pasal 25) pihak lain.
(PPh Pasal 21, 22, 23, 24, 26)

Merupakan pelunasan pajak yang


boleh dikreditkan terhadap PPh
yang terutang untuk tahun pajak
berjalan, kecuali untuk pembayaran
PPh yang bersifat final.
36
Ilustrasi 2.14
(Simulasi Penghitungan Kredit Pajak)

WPOrang Pribadi
Beban pajak terutang 115,450,000
Kredit pajak
Pemotongan oleh pemberi kerja (PPh 21) (15,850,000)
Pemungutan oleh pihak lain (PPh 22) (3,250,000)
Pemotongan atas penerimaan penggunaan aset (PPh 23) (5,650,000)
Kredit pajak luar negeri (PPh 24) (16,525,000)
Pembayaran sendiri angsuran pajak (PPh 25) (23,825,000)
Total kredit pajak (65,100,000)
Pajak kurang (lebih)bayar Rp 50,350,000.00

37
Pajak Kurang (Lebih) Bayar
Pasal 28A, dan 29

Status pajak terutang di akhir tahun dapat berupa:

Pajak kurang bayar. Pajak lebih bayar.


Ketika beban pajak terutang melebihi Ketika beban pajak terutang kurang
total kredit pajak. dari total kredit pajak.

Wajib dilunasi selambat – Akan dikembalikan/ direstitusikan,


lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah dilakukan pemeriksaan
setelah tahun pajak berakhir, serta diperhitungkan dengan sanksi
sebelum SPT tahunan disampaikan. dan kewajiban pajak lain.
38

Anda mungkin juga menyukai