Anda di halaman 1dari 85

│ Ikatan Akuntan INDONESIA │

Pajak Penghasilan Badan


Brevet Pajak Terapan A & B
Outline

Subjek
SubjekPajak
Pajak
Objek
ObjekPajak
Pajak
Pembukuan
Pembukuan

Pengurangan
Penguranganyang
yangDiperkenankan
Diperkenankan&&Tdk
TdkDpt
Dpt Dikurangkan
Dikurangkan

Penghitungan
PenghitunganPajak
Pajak
Perhitungan
PerhitunganAngsuran
AngsuranPPh
PPhPasal
Pasal25
25

SPT
SPTPPh
PPhBadan
Badan

Page  2
SUBJEK PAJAK

Page  3
PPh dikenakan terhadap….? (Pasal 1 UU PPh)

Page  4
Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP

Page  5
SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
Pasal 2 ayat (3) UU PPh

YANG DIDIRIKAN ATAU


BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA

Page  6
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Pasal 2 ayat (4)

BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT


KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
MELALUI
BUT DI INDONESIA

Page  7
BENTUK USAHA
TETAP
Pasal 2 ayat (5)

BENTUK USAHA YANG


DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI BADAN


SEBAGAI SEBAGAI
SUBJEK PAJAK LN SUBJEK PAJAK LN

UNTUK MENJALANKAN
USAHA ATAU KEGIATAN
Page  8 DI INDONESIA
Puspenpa 2000
8
Page  9
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SPDN SPLN

BADAN BUT

MULAI : MULAI :
SAAT DIDIRIKAN / SAAT MELAKUKAN
BERKEDUDUKAN USAHA/KEGIATAN
DI INDONESIA MELALUI BUT DI
INDONESIA
BERAKHIR :
SAAT DIBUBARKAN ATAU BERAKHIR :
TIDAK LAGI SAAT TDK LAGI MENJALANKAN
BERKEDUDUKAN DI USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT
INDONESIA. DI INDONESIA.

Page  10 10
Tidak Termasuk Subjek Pajak Badan

Page  11
OBJEK PAJAK

Page  12
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG :

- Diterima atau diperoleh WP


- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
- Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM


BENTUK APAPUN

Page  13
Klasifikasi Penghasilan

1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17 / Psl 4/1

2. Dikenai PPh Bersifat Final / Psl 4/2


3. Dikecualikan dari Objek Pajak / Psl 4/3

Page  14
PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA
DALAM SPT TAHUNAN PPh

Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Objek PPh Final Bukan Objek


Psl. 4 (1) Psl. 4 (2) PPh Psl. 4 (3)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi negatif Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif negatif

Page  15
Dikenai Tarif Umum Pasal 17
Psl 4/1

Page  16
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)

Page  17
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)

Page  18
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)

Page  19
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)

Page  20
Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)

Page  21
Dikenai Pajak Bersifat Final

Page  22
Konsekuensi Pengenaan PPh Final

CASE : SEWA
treatment

Page  23
Dikecualikan dari Objek Pajak

Page  24
Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

Page  25
Contoh
Tuan A ingin menambah modalnya di PT X
dengan menyerahkan sebuah gudang . Nilai sisa
buku fiskal gudang sebelum penyerahaan adalah
Rp. 500 jt. sedangkan harga pasarnya Rp. 1
miliar. Maka PT. X Mencatat setoran modal
berupa gudang dari Tuan A sebesar Rp. 1 Miliar.
Sedangkan Tuan A mengakui keuntungan
pengalihan harta sebesar harga pasar gudang
(Rp. 1 miliar ) dikurangi NSBF-nya (Rp. 500 jt ) =
sebesar Rp.500 juta

Page  26
Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Page  27
Dikecualikan dari Objek Pajak (3)

Page  28
Dikecualikan dari Objek Pajak (4)

Page  29
PEMBUKUAN

Page  30
Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

Page  31
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 26 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA


dan INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI
 Harta
 Kewajiban
 Modal
 Penghasilan dan Biaya
 Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN


(NERACA & LABA RUGI)
pada setiap tahun pajak berakhir
Page  32
Sanksi terkait Pembukuan

Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui


besarnya pajak terutang:
atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan
sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari
pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

• Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


• Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku,
catatan atau dokumen; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling
banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar

Page  33
ALUR PENYUSUNAN SPT TAHUNAN PPh
BADAN

Dokumen Jurnal Buku Besar Neraca saldo


Sumber transaksi

Laporan Rekonsiliasi SPT Tahunan


Keuangan Fiskal PPh Badan
(Laba Rugi)

Koreksi Fiskal

Menambah PPh Terutang Mengurangi PPh Terutang


(koreksi positif) (koreksi negatif)
Page  34
Rekonsiliasi Fiskal Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi


positif negatif positif

Page  35
PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

Page  36
Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?

 Aktiva Tetap:
harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan
penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis)
lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan
untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui
penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan
bruto.

 Harta Tak Berwujud

Page  37
Harga Perolehan (1)

Page  38
Harga Perolehan (2)

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar wajar,


dalam hal:
– tukar menukar ( jika ada penerimaan kas )
– likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri
Keuangan.

Page  39
Contoh :
Tuan A ingin mesin yang dimilikinya ditukar
dengan mobil yang dimiliki Tuan B. Harga pasar
mesin tersebut Rp. 5.000.000 dengan Nilai buku
fiskal (NSBF) Rp. 1.000.000. Mobil Tuan B sendiri
memiliki harga pasar Rp. 6.000.000 dengan NSBF
Rp. 3.000.000. TN A MENAMBAH UANG
SEBESAR 1 JUTA
Berapa keuntungan/kerugian yang didapat dari
transaksi tersebut ?

Page  40
Metode Penyusutan

 Garis Lurus (Straight Line)

– Bangunan dan Bukan Bangunan

 Saldo Menurun (Declining Balance)

– Bukan Bangunan

Page  41
Klasifikasi Aktiva Tetap

Permanen (20 th)

Bangunan
Tidak Permanen (10 th)

Aktiva Tetap
I (4 th)

II (8 th)
Bukan Bangunan
III (16 th)

Page  42 IV (20 th)


MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (6) dan (7)

KELOMPOK HARTA MASA METODE & TARIF PENYUSUTAN


BERWUJUD MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
FAAT ( 2 x Tarif GARIS LURUS)

1. BUKAN
BANGUNAN
- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %
2. BANGUNAN
- PERMANEN 20 THN 5 % -
- TDK PERMANEN 10 THN 10 % -

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD


DITETAPKAN DENGAN KMK.138/KMK.03/2010
Page  43 43
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6)

KELOMPOK MASA TARIF AMORTISASI


HARTA TAK MAN-
GARIS LURUS SALDO MENURUN
BERWUJUD FAAT

- KELOMPOK 1 4 THN 25 % 50 %
- KELOMPOK 2 8 THN 12,5 % 25 %
- KELOMPOK 3 16 THN 6,25 % 12,5 %
- KELOMPOK 4 20 THN 5 % 10 %

Page  44 44
ILUSTRASI PENYUSUTAN DENGAN METODE SALDO MENURUN
 Pada tanggal 5 Juli 2010, PT.ABC membeli sepeda motor untuk operasional
kantor seharga Rp 12.000.000. Menurut akuntansi, estimasi masa maanfaat
menurut manajemen 5 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus. Untuk
perpajakan, WP menyusutan dengan metode saldo menurun.
Harga
Tahun Perolehan Perhitungan Beban Akumulasi Nilai Buku
    Penyusutan Fiskal Penyusutan Penyusutan Akhir Tahun
6/12 x 50% x Rp
2010 12,000,000 12.000.000 3,000,000 3,000,000 9,000,000

2011 12,000,000 50% x Rp 9.000.000 4,500,000 7,500,000 4,500,000

2012 12,000,000 50% x Rp 4.500.000 2,250,000 9,750,000 2,250,000

2013 12,000,000 50% x Rp 2.250.000 1,125,000 10,875,000 1,125,000


-
2014 12,000,000 SEKALIGUS 1,125,000 12,000,000
Page  45
PERHITUNGAN PENYUSUTAN SECARA FISKAL
INVENTORY

Page  46
ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY

 Inventory Valuation: Cost/Market

 Inventory Costing: FIFO, LIFO, AVERAGE

Page  47
Contoh : AVERAGE
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 36 / 2008

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 200 @ 10,50 = 2,100

3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 300 @ 10,75 = 3,225

4 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 200 @ 10,75 = 2,150

5 Penjualan 100 - 100 @ 10,75 = 1,075 100 @ 10,75 = 1,075

Rp 2,150 Rp 1,075
Page  48
9 + 12 = 21/2 = 10,50 9+12+11,25 = 32,25/3 = 10,75
Contoh : FIFO
(Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 36/ 2008

MPKP

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125
Rp 2,100 Rp 1,125

Page  49
Contoh : LIFO
(Tidak Diperkenankan UU 36 / 2008)

MTKP

No Description Quantity Price COGS Ending Inventory


1 Persediaan 100 Rp 9 0 100 @ 9 = 900
Awal
2 Pembelian 100 Rp 12 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
3 Pembelian 100 Rp 11,25 0 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
100 @ 11,25 = 1,125
4 Penjualan 100 - 100 @ 11,25 =1,125 100 @ 9 = 900
100 @ 12 = 1,200
5 Penjualan 100 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 = 900

Rp 2,325 Rp 900

Page  50
Asumsi Diketahui Sales ,Purchase & Tax 10 %
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison

Description FIFO AVERAGE LIFO


Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase 2,325 2,325 2,325
( sama )
Less Ending Inv

Page  51
FIFO, AVERAGE & LIFO
Comparison

Description FIFO AVERAGE LIFO


Sales 4,000 4,000 4,000
Less : Cost of Sales
Beginning Inv. 900 900 900
Purchase 2,325 2,325 2,325
( sama )
Less Ending Inv (1,125) (1,075) (900)
Cost of Sales (2,100) (2,150) (2,325)
Gross Profit 1,900 1,850 1,675
Tax 10 % (190) (185) (168)
Net Income 1,710 1,665 1,507
Page  52
BIAYA BUNGA

Page  53
BIAYA BUNGA
 Apabila terdapat penempatan deposito/
tabungan yang dananya langsung/tidak
langsung berasal dari dana pinjaman yang
dibebani bunga, maka
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito
atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya
– Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar
dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan,
maka bunga atas pinjaman yang boleh
dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga
atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman
dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan.
– Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp
150.000.000,00
Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.000,00
Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00
Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya
= {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.

Page  54
Biaya Entertainment

 Benar-benar dikeluarkan dan ada


hubungannya dengan kegiatan
usaha wajib pajak
 Dibuatkan daftar nominatif dan
dilampirkan dalam SPT Tahunan
PPh, yang memuat:
– nomor urut,
– tanggal dan jenis entertainment,
– nama tempat,
– alamat,
– jumlah,
– nama relasi,
– posisi,
– nama perusahaan,
– jenis usaha.

Page  55
Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan

 PONSEL
– Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50%
– Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%

 KENDARAAN SEDAN

– Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50%


– Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%

Page  56
Sumbangan (PP 93/2010)

Page  57
Syarat Sumbangan (PP 93/2010)

Page  58
Ketentuan terkait Sumbangan (PP 93/2010)

back
Page  59
PENGHITUNGAN PAJAK

Page  60
PERHITUNGAN PPh TERUTANG

11 LABA RUGI KOMERSIAL

22 KOREKSI POSITIF
KOREKSI NEGATIF

33 PENGHASILAN NETO (RUGI) FISKAL

44 KOMPENSASI RUGI FISKAL & ZAKAT PENGHASILAN


Corporate
55 PENGHASILAN KENA PAJAK Tax

66 PPh TERUTANG

77 KREDIT PAJAK – PPh DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN &


DISETOR SENDIRI
88 PPh KURANG / LEBIH BAYAR/ NIHIL
Page  61
Menghitung PPh Terutang

Page  62
Page  63
TARIF PAJAK

WP BADAN
SINGLE RATE TARIF PAJAK

• 2009 28%
• 2010 25%
• Peredaran bruto s/d 50 Milyar 50% lebih rendah

*)syarat dan ketentuan berlaku

Page  64
PPh Terhutang ...................... ?

Page  65
Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

Page  66
Page  67
Kredit Pajak

• Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember
• Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ PPh yg dibayar/


dipungut pihak lain diangsur sendiri
(PPh Psl. 22/23/24) (PPh Psl. 25)
Page  68
PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax -

PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/


dipungut pihak ketiga, dan merupakan
pembayaran pajak dimuka.

dikreditkan berdasarkan
 PPh Psl. 22
bukti pemotongan pajak,
 PPh Psl. 23
(bukan PPh Final)
 PPh Psl. 24
Page  69
PPh Pasal 23

 Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga,


royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;
 PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak
dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan
pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima
penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas
PPh yang bersifat final);
 WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali
dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak
pemotong pajak

Page  70
PPh Pasal 24

Pajak yang dibayar atau terutang di


luar negeri atas penghasilan dari luar
negeri yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-
undang PPh dalam tahun pajak yang
sama

Besarnya kredit pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) adalah
sebesar pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi
penghitungan pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang PPh

Page  71
PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:


 Pajak yang dipotong di luar negeri; atau
 Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN)

Pengh. LN
MKPLN = X PPh Terutang
PKP

Page  72
CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG WP BADAN Th 2016 Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :

a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00


(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL) Rp 5.000.000,00
c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 24)
d. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP Rp 10.000.000,00

(PPh PSL 25)


JUMLAH PPh YGDPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000,00

Page  73 73
PPh Yang Dibayar Sendiri

PPh Pasal 25 ( Angsuran bulanan pembayaran pajak


yang dilaporkan sebagai SPT Masa

STP PPh Pasal 25 ( Hanya atas pokok pajak )

Page  74
Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak …….. 2.000.000 Dapat


dikreditkan
Sanksi Admin……. 80.000
Jumlah …………… 2.080.000

Tdk dpt
Dikreditkan maupun
dibiayakan

Page  75
ANGSURAN PPh PASAL 25

Page  76
ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN
Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN

PPh TERUTANG MENURUT


SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI

PPh YANG PPh YANG


DIPOTONG ATAU TERUTANG ATAU DIBAYAR
DIPUNGUT : DI LUAR NEGERI YANG BOLEH
PPh PSL 21 DIKREDITKAN
PPh PSL 22 (PPh PSL 24)
PPh PSL 23
DIBAGI

Page  77
12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN 77
DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK
CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh 25

PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh 2016 SEBESAR Rp 50.000.000,00


DIKURANGI :
a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 10.000.000,00
(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN Rp 17.500.000,00
(PPh PSL 23)
c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 7.500.000,00
(PPh PSL. 24)
JUMLAH KREDIT PAJAK (Rp 35.000.000,00)
PPh KB /PPh Pasal 29 Rp 15.000.000,00

BERAPA BESARNYA ANGSURAN YG HRS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UTK


THN 2017 ?

Page  78 78
CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG WP BADAN Th 2016 Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :

a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00


(PPh PSL. 22)
b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN PPh PSL 23
(DARI MODAL) Rp 5.000.000,00
c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00
(PPh PSL. 24)
d. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP Rp 10.000.000,00

(PPh PSL 25)


JUMLAH PPh YGDPT DIKREDITKAN (Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000,00

Page  79 79
ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN
BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU
Pasal 25 ayat (6)
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR


SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH
LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN
WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN
ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN
SEBELUM PEMBETULAN
WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN
SPT TAHUNAN PPh
Page  80 80
TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP
Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

 Penghasilan Neto 2016 Rp 120.000.000


 Sisa kerugian yang masih dapat
dikompensasikan di tahun 2013 Rp 20.000.000
 Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2016 adalah:

– Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah


Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00

Page  81
Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan
Tidak Teratur

 Mengingat penghasilan
yang tidak teratur belum
tentu diterima lagi di tahun
berikutnya, maka
penghasilan yang dipakai
sebagai dasar
penghitungan angsuran
PPh Pasal 25 dalam
tahun berikutnya adalah
hanya berdasarkan
penghasilan teratur

Page  82
SPT PPh BADAN
SPT PPh BADAN

Page  83
Setor dan Lapor

Page  84
Format

Page  85

Anda mungkin juga menyukai