Anda di halaman 1dari 9

Dramaturgi penyandang oligodaktili

DISUSUN OLEH:
1. MAHGRIZA TIARA N (17.0603.0002) 7. NISVI RAMADHANI (17.0603.0021)
2. DESIANA DWI UTAMI (17.0603.0004) 8. KRISMADTYA RYAN (17.0603.0031)
3. ARISKA NUR A (17.0603.0006) 9. IRDA IRIANI (17.0603.0043)
4. SEPTYAN RISKY H (17.0603.0007) 10. SASKIA HANI (17.0603.0046)
5. NADIA ARDIA N (17.0603.0014) 11. DESAN INTI INKA (17.0603.0055)
6. MUHAMMAD TAMAM H (17.0603.0018) 12. IDA MATUSSILMY (17.0603.0090)
 Komunitas oligodaktili yang tinggal di Kampung Ulutaue pada saat penelitian
dilakukan, kampung ini dikaitkan dengan kampung dihuni oleh orang-orang
“Lobster-Claw Syndrome,” meskipun banyak orang-orang normal tinggal di
sekitar lingkungan kampung tersebut.
 Bagi penyandang oligodaktili, konstruksi media televisi dianggap perlakuan
diskriminatif. Media telivisi mengkontruksi kampung semata-mata berorientasi
pada keuntungan tanpa melihat fisik, psikolog, dan kondisi ekonomi penyandang
oligodaktili.
 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
wawancara mendalam. Peneliti melakukan pengamatan di saat melakukan
wawancara dan subjek melakukan aktivitas
 Proses komunikasi dengan sesama penyandang oligodaktili memiliki intensitas
kurang baik, penyandang oligodaktili memiliki pengelolaan kesan diasumsikan
sebagai realitas subjektif. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat dihubungkan
tampilan diri memiliki kelainan fisik, kepribadian diri, kepercayaan, dan nilai-
nilai sosial-budaya.
 Proses komunikasi dengan sesama penyandang oligodaktili memiliki intensitas
kurang baik dari segi frekuensi maupun kualitas. Hubungan sosial interpersonal
tanpa perhatian dan dukungan satu sama lainnya dengan pengelolaan kesan saling
mengacuhkan.
 Proses komunikasi terjadi sesama penyandang oligodaktili, memandang dirinya
mendapatkan penekanan psikologi dan fisik pola interaksi sosial seperti ini akan
melemahkan dirinya lebih tertekan, menyesali diri terus-menerus, tidak memiliki
harapan ketidakpastian masa depan, dan gairah hidup tidak ada untuk bekerja.
 Interaksi sosial dalam proses komunikasi diterima melalui panggung depan
kemudian dalam bentuk yang diterapkannya sebagai panggung belakang dengan
diam, tekun belajar, bermain, hiburan, menanggapi pikiran positif, tinggal
bersama keluarga dari pihak ibu, keinginan bunuh diri, minta maaf, penerimaan
diri, memaklumi, sabar menunggu, dan marah dengan menjauhi. Akumulasi dari
semua ini dapat melemahkan psikologi diri dan sosial penyandang oligodaktili
dari kelainan fisik dialami.
 Penggunaan teori tindakan sosial dan dramaturgi telah bermanfaat dalam meng-
eksplorasi interaksi sosial dalam proses komunikasi tampilan diri penyandang
oligodaktili sebagai upaya untuk memupuk kesan secara verbal dan nonverbal
yang telah digunakan untuk menyesuaikan panggung depan mereka dan untuk
meminimalisasi perasaan malu, rendah diri atau untuk menumbuhkan citra yang
lebih baik di depan orang lain sebagai panggung belakang

Anda mungkin juga menyukai