Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 3 :

PATOFISIOLOGI PENYAKIT HEPAR

NELY DIANA 1815471011


SITI YASMIN ZUL AFIFAH 1815471012
EKA PURWANINGSIH 1815471013
SITI JULAIHA 1815471014
NOVIA WINANDA HASANAH 1815471015
FITRI NOVIANI 1815471050
A. Patofisiologi Penyakit Hepar
• Hati yaitu organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang
sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1.500 gram
atau 2,5% dari berat badan orang dewasa normal.

• Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh,


berwarna merah kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam
fungsi, termasuk perannya dalam membantu pencernaan makanan
dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan.

1. Tahapan terjadinya penyakit liver (hati)


• Penyakit liver atau penyakit hati pada tahap ini ditandai dengan
adanya inflamasi (peradangan) pada sel-sel hati.
• Pada tahap ini, liver mulai mengalami fibrosis, yaitu suatu kondisi saat
jaringan parut mulai tumbuh untuk menggantikan jaringan hati yang
rusak.

• Tahap ini ditandai dengan terjadinya sirosis, yaitu kerusakan parah pada
hati akibat penumpukan jaringan parut pada hati. Sirosis disebabkan oleh
penyakit hati yang berlangsung dalam waktu lama.

• Pada tahap ini, kerusakan hati sudah terjadi secara menyeluruh. Kondisi
ini menyebabkan hilangnya fungsi hati secara keseluruhan. Tahap ini
disebut juga dengan gagal hati. Kondisi ini dapat terjadi secara akut atau
kronis.

• Penderita kerusakan hati berat umumnya memerlukan penanganan dan


perawatan khusus. Salah satu pilihan penanganan yang dianjurkan pada
tahap ini adalah dengan melakukan transplantasi hati.
2. Penyebab Penyakit Liver
a. Penyakit liver terkait alkohol
b. Perlemakan hati atau non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD)
c. Hepatitis
d. Hepatitis toksik atau toxic hepatitis
e. Penyakit liver kolestasis atau cholestatic liver disease
f. Penyakit liver yang diturunkan (inherited liver disease)
g. Kanker Hati
3. Faktor Resiko Penyakit Liver

• Mengalami obesitas
• Mengonsumsi alkohol secara berlebihan
• Terpapar racun atau zat kimia tertentu
• Penyalahgunaan NAPZA terutama berbagi jarum suntik
• Terpapar darah dan cairan tubuh orang lain
• Sering berganti pasangan dalam hubungan seksual
• Menjalani prosedur pemasangan tato permanen atau tindik
• Menderita diabetes atau peningkatan kadar trigliserida
• Memiliki riwayat penyakit liver dalam keluarga
4. Gejala Penyakit Liver
 
• Mual dan muntah
• Nafsu makan menurun bahkan menghilang
• Gairah seksual (libido) menurun
• Rasa lelah yang berlebihan
• Warna feses berubah menjadi pucat atau kehitaman
• Warna urine berubah menjadi gelap
• Kulit dan mata menjadi kuning atau penyakit kuning
• Kulit terasa gatal dan mudah memar
• Perut terasa nyeri dan membengkak
• Tungkai dan kaki membengkak
• Jika disebabkan oleh infeksi atau peradangan pada jaringan hati
(hepatitis) mungkin akan muncul keluhan atau gejala, seperti demam
atau nyeri perut kanan atas
B. Hepatitis Infection

• Hepatitis B adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh


virus hepatitis B. Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual
atau berbagi jarum suntik. Selain itu, hepatitis B juga dapat
ditularkan dari wanita yang sedang hamil kepada bayi dalam
kandungannya.
• Infeksi hepatitis B merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam
tubuh penderita dan akan sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus.
hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi hepatitis B

• Gejala Hepatitis B
Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderitanya
tidak menyadari bahwa dia telah terinfeksi. Meski demikian, gejala tetap
dapat muncul setelah 1-5 bulan sejak pertama kali terpapar virus. Gejala
yang dapat muncul adalah demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas,
serta penyakit kuning.

• Pengobatan Hepatitis B
Salah satu langkah pengobatan untuk penderita hepatitis B kronis adalah
dengan mengonsumsi obat antivirus. Pemberian obat antivirus bertujuan
untuk mencegah perkembangan virus, bukan untuk menghilangkan virus
dari tubuh penderitanya secara tuntas.
Pengobatan hepatitis B kronis membutuhkan kepatuhan penderitanya untuk
kontrol secara berkala ke dokter untuk melihat perkembangan penyakit dan
mengevaluasi pengobatan. Hal tersebut karena hepatitis B kronis dapat
menyebabkan kerusakan organ hati. Jika kerusakan hati cukup parah,
dokter mungkin akan menganjurkan prosedur transplantasi hati.

• Komplikasi Hepatitis B
Penderita hepatitis B kronis berisiko menimbulkan sirosis, kanker hati,
dan gagal hati. Meski jarang terjadi, infeksi hepatitis B akut juga dapat
menyebabkan komplikasi berupa hepatitis B fulminan yang dapat
mengancam nyawa.
C. Sirosis Hepatis
• Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai
dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.

• Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan


oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi
seluler, dan selanjutnya aliran darah ke hati.

• Banyak kelainan hati yang terjadi setelah fase indolen dan timbul
dengan gambaran klinis sirosis. Disebut sirosis kompensata bila
keadaan umum pasien (relatif) baik, sedangkan sirosis dekompensata
memiliki gejala dan atau tanda substansial.
• Sirosis hepatis terjadi akibat kerusakan hati dalam jangka waktu
yang lama. Sirosis dapat diakibatkan oleh infeksi, misalnya hepatitis
B dan C atau penyebab noninfeksius, seperti hepatitis autoimun,
sirosis bilier primer, atau penyakit Wilson. Penyebab tersering sirosis
hepatis di seluruh dunia adalah hepatitis B.

Ada tiga jenis sirosis hati, yaitu: 


• Sirosis portal Laennec
• Sirosis poscanekrotik.
• Sirosis bilier
• Proses fibrosis pada sirosis yang disebabkan virus dan konsumsi alkohol
terjadi secara kronis sehingga hepar kontraksi dan mengecil. Walau
demikian, seiring perkembangan fibrosis menjadi sirosis, ukuran hepar
akan kembali membesar.
• Terbentuknya fibrosis pada sel hepar menyebabkan adanya kerusakan
fungsi sintesis, fungsi metabolik, serta drainase bilier pada hepar.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan terjadinya sirosis hepatis:


• Obesitas dan overweight
• Transfusi darah
• Penggunaan narkotika atau zat adiktif lainnya (NAPZA) secara intravena
• Perilaku seksual yang berisiko
• Gagal jantung kongestif
• Riwayat penyakit autoimun pada keluarga
• Riwayat penyakit hepar pada keluarga
• Merokok
D. Patofisiologis Penyakit Pankreas.
• Pankreas adalah sebuah organ yang terletak di belakang lambung.
Pankreas berfungsi melepaskan enzim-enzim yang dapat membantu
pencernaan dan hormon yang mengatur kadar gula dalam darah.
• Kanker pankreas adalah sebuah pertumbuhan massa abnormal yang
terjadi pada daerah pankreas yang memengaruhi kerja dari organ
pankreas itu sendiri.
• Penyebab penyakit pankreas adalah terhalangnya aliran getah pankreas
dan refluks cairan empedu dalam duktus pankreas. Beratnya kerusakan
pada pankreas bervariasi mulai dari peradangan ringan dengan edema
hingga nekrosisi. Pada pankreas kronk, peradangan yang terus
berlangsung menyebabkan fibrosis yang mula-mula terjadi di sekirar
duktus asinus namun kemudian di dalam sel-sel asinar.

• Pankreas akut adalah kondisi yang menimbulkan nyeri dimana enzim


pankreas di aktivitasi secara prematur dan mengakibatkan autodigestif
pankreas.
• Pankreatitis akut terjadi karena proses inflamasi yang terjadi pada
pankreas menyebabkan aktivasi enzim-enzim pankreas di dalam sel
pankreas sehingga terjadi kerusakan jaringan.
• Seacara klinis pankreas akut ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai
kenaikan enzim dalam darah dan urin.
E. Kolelifiasis

• Batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang


membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam
kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu
(koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya.

Pembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap:


• (1) pembentukan empedu yang supersaturasi
• (2) nukleasi atau pembentukan inti batu
• (3) berkembang karena bertambahnya pengendapan
• Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang
meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan
untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi).
Pengangkatan kandung empedu tidak menyebabkan kekurangan zat
gizi dan setelah pembedahan tidak perlu dilakukan pembatasan
makanan

• Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal
kolesterol keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk
suatu pengendapan. Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin
bakteri, fragmen parasit, epitel sel yang lepas, atau partikel debris yang
lain diperlukan untuk dipakai sebagai benih pengkristalan

Anda mungkin juga menyukai