Anda di halaman 1dari 9

Bab II

Indonesia pada Awal Kemerdekaan


hingga Masa Demokrasi Liberal

Daftar Isi
Kehidupan Politik pada Awal Kemerdekaan

Perubahan sistem pemerintahan dari presidensial menjadi


parlementer yang ditandai dengan adanya Maklumat KNIP
Nomor 5 tanggal 11 November 1945.

Perubahan fungsi KNIP yang semula sebagai pembantu


presiden dan wakil presiden menjadi majelis legislatif.

Penerapan kebijakan Rekonstruksi dan Rasionalisasi


Angkatan Perang (RERA) untuk menyederhanakan angkatan
perang yang dianggap terlalu rumit.
Kabinet pada Masa Demokrasi Liberal

Kabinet Natsir Kabinet Sukiman Kabinet Wilopo

Kabinet
Kabinet Ali Kabinet Ali
Burhanuddin
Sastroamidjojo II Sastroamidjojo I
Harahap

Kabinet
Djuanda/Karya
Sistem Multipartai

Sistem multipartai didasari adanya Maklumat Wakil Presiden 3 November 1945. Dalam
maklumat tersebut Moh. Hatta memberikan kebebasan pembentukan partai politik.

Menurut Moh. Hatta, sistem multipartai bertujuan untuk memudahkan kekuatan perjuangan
dan memudahkan dalam meminta pertanggung jawaban kepada barisan perjuangan.

Pada perkembangannya, partai politik pada masa Demokorasi Liberal saling bersaing,
mencari kesalahan, dan saling menjatuhkan.
• Setelah itu PM Menteri Ali Sastroamdjoyo
menyarankan untuk diadakannya Konferensi
yang lebih besar . Akhirnya pada tanggal 18
• Oleh karena itu pada tanggal 28 April sampai 2 Mei 1954 April sampai 21 April 1955 diadakannya
KONFERENSI ASIA AFRIKA DI Bandung dan
diselenggarakan Konferensi Kolombo di Srilangka, yang
menjadi cikal bakal lahirnya GERAKAN NON
menjadi pelopor KAA sebagai berikut :
BLOK
1. Ali Sastroamidjojo ( PM Indonesia) • Pada akhir Konferensi ditandatangani sebuah
2. Jawaharlal Nehru ( PM India ) Deklarasi yang dikenal sebagai “ Deklarasi
3. U Nu ( PM Birma/Myanmar ) Bandung atau dikenal Dasasila Bandung
4. Mohammad Ali Jinna ( PM Pakistan )
5. Sir John Kotelawala ( PM Srilangka )
• DASAR HUKUM :
PEMILU 1955
UU No. 7 Tahun 1953 tentang Pemilihan Umum. (1 April 1953)----Kabinet
Wilopo
• Kabinet Ali Sastroamijoyo menyusun Panitia Pemilihan Indonesia (Ketua S.
Hadikusumo)
• Pemilu dilaksanakan pada masa Kabinet Burhanudin Harahap, dalam 2
tahap :
1. Pemilu Parlemen tanggal 29 September 1955
2. Pemilu Konstituante 15 desember 1955
• Peserta Pemilu : 86 0rganisasi dan Perseorangan
• Hasil Pemilu 1955 (Parlemen), di umumkan 1 Maret 1955:
1. PNI (57 kursi)
2. Masyumi (57 kursi)
3. NU (45 Kursi)
4. PKI (39 Kursi)
Tanggal 20 Maret 1956 anggota Parlemen dilantik sebanyak 272 orang
Pemilu 1955
• Pemilu pada 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR) dengan hasil
sebagai berikut.
No. Nama Partai Jumlah Kursi

1. Partai Nasional Indonesia 57 kursi


2. Masyumi 57 kursi
3. Nahdatul Ulama 45 kursi
4. Partai Komunis Indonesia 39 kursi

• Pemilu pada 15 Desember 1955 untuk memilih anggota konstituante dengan hasil sebagai
berikut.
No. Nama Partai Jumlah Kursi

1. Partai Nasional Indonesia 119 kursi


2. Masyumi 112kursi
3. Nahdatul Ulama 91 kursi
4. Partai Komunis Indonesia 60 kursi
Kabinet Setelah Pemilu 1955

Kabinet Ali II Kabinet Djuanda

Koalisi 3 Partai Zaken Kabinet

PM: Ali
Sastroamidjoyo PM: Ir. Djuanda

Program Repelita Program “Panca


Karya”

Program Pokok
Keberhasilan

Keberhasilan
Masalah
Masalah
Kegagalan
Kegagalan
Deklarasi Djuanda
• Kabinet Djuanda
Merupakan awal keberhasilan bangsa Indonesia untuk
berkontribusi di dunia Internasional sekaligus keberhasilan
NKRI untuk melindungi kepentingan Indonesia dalam bidang
maritim
• Konsepsi Archipelago atau wawasan nusantara awalnya
ditentang oleh bangsa-bangsa di dunia, namun atas kelihaian
Ir. Djuanda dan para diplomat dalam melakukan argumentasi
maka pada saat konferensi di Montenegro Bay, Jamaika tahun
1982 tentang hukum laut PBB dengan panjang 12 mil laut dari
garis pantai. Luas NKRI bertambah 0,8 km² menjadi 6,7 km²

Anda mungkin juga menyukai