Anda di halaman 1dari 9

MAKALAHKEKERASANTERHADAPPEREMPUANDALAM

RUMAHTANGGA(KDRT)

Oleh kelompok v
1. Rizki Amalia.
2. Rizky Amaliah
3. Rizkita Ayuada
4. Seni Wati
5. Sri Hajratul Aswah
6. Sulthia Hair
7. Vendi Riswanda
8. Yuliati Rokmah
A. PENGERTIAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai


tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orangtua,
atau pasangan. KDRT merupakan masalah rumah tangga sehingga
merupakan aib apabila permasalahan rumah tangganya diketahui oleh
lingkungan sekitar.
Martin R. Haskell dan Lewis Yabslonswky sebagaimana dikutip oleh
W. Kusumah membagi kekerasan dalam empat kategori yang
mencakup hampir semua pola-pola kekerasan, yaitu:
1. Kekerasan legal
2. Kekerasan yang secara sosial memperoleh sangsi
3. Kekerasan rasional.
4. Kekerasan yang tidak berperasaan
B. PENYEBAB TERJADINYA KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA
Adapun faktor-faktor terjadinya kekerasan terhadap perempuan
dalam rumah tangga khususnya yang dilakukan oleh suami terhadap
istri telah diungkap dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Diana
Ribka, juga oleh Istiadah yang dapat diringkaskan sebagai berikut:
1. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami
dan istri.
2. Ketergantungan ekonomi
3. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaiakan konflik.
C. DAMPAK KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA

Karena kekerasan sebagaimana tersebut di atas terjadi dalam


rumah tangga, maka penderitaan akibat kekerasan ini tidak hanya
dialami oleh istri saja tetapi juga anak-anaknya. Adapun dampak
kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa istri adalah:
1. Kekerasan fisik
2. Kekerasan seksual
3. Kekerasan psikologis
4. Kekerasan ekonomi
D. BENTUK KEKRASAN DALAM RUMAH TANGGA
1. kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit,
jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6).
2. kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan
ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan
untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat pada seseorang (pasal 7)
3. kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa
pemaksaan hubungan seksual
4. penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang
menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,
E. PERATURANPERUNDANG-UNDANGANTENTANGKEKERASAN(FISIK) TERHADAPISTRIDALAMRUMAHTANGGA

1. Menurut Hukum Pidana


pasal 351 s.d. 355 KUHP menerangkan bahwa penganiayaan
diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Jika
perbuatan mengakibatkan luka berat, yang berbuat dapat diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Dan pada pasal 356 menyebutkan bahwa pidana yang
ditentukan dalam pasal 351, 353, 354, dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap
ibunya, bapaknya yang sah, istri, dan anaknya.16
Walaupun demikian banyak masyarakat menganggap bahwa
persoalan rumah tangga adalah aib untuk diceritakan kepada orang
lain.
2. Menurut UU No. 23 Tahun 2004.
UU No. 23 Tahun 2004 ini terdiri dari sepuluh bab dan lima puluh enam pasal.
Secara garis besar dapat penulis uraikan sebagai berikut:
a. Bab I berisi ketentuan umum yang menerangkan tentang
definisi
b. kekerasan dalam rumah tangga
c.  Bab III berisi larangan kekerasan dalam rumah tangga
d. Bab IV berisi hak-hak korban sebagaimana tercantum dalam
pasal 10
e. Bab V berisi kewajiban pemerintah dan masyarakat dalam
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
f. Bab VI berisi perlindungan yang harus diberikan oleh
kepolisian sebagaimana tercantum dalam pasal 16 sampai 20
g. Bab VII berisi upaya pemulihan korban, bahwa untuk kepentingan
pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari
h. Bab VIII berisi ketentuan pidana yang tercantum dalam pasal 44
sampai 53
i. Bab IX berisi Ketentuan lain-lain yang menerangkan tentang
penyidikan,
F. SANKSI PIDANA BAGI PELAKU KDRT

Sanksi pidana dalam pelanggaran UU No.23 tahun 2004 tentang


PKDRT diatur dalam Bab VIII mulai dari pasal 44 s/d pasal 53. Khusus
untuk kekerasan KDRT di bidang seksual, berlaku pidana minimal 5
tahun penjara dan maksimal 15 tahun penjara atau 20 tahun penjara
atau denda antara 12 juta s/d 300 juta rupiah atau antara 25 juta
sampai dengan 500 juta rupiah. (vide pasal 47 dan 48 UU PKDRT).
Selain pidana pokok yang diatur dalam KUHP, UU PKDRT dalam
Pasal 50 juga mengatur pidana tambahan berupa: pembatasan gerak
pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban
dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak
tertentu dari pelaku; penetapan pelaku mengikuti program konseling
di bawah pengawasan lembaga tertentu.
TERIMAKASI 

Anda mungkin juga menyukai