Anda di halaman 1dari 41

PEMANFAATAN DATA CUACA/IKLIM

UNTUK KEGIATAN
PERTANIAN/PERKEBUNAN

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
I. PENDAHULUAN

 KEGIATAN BUDIDAYA PERTANIAN/PERKEBUNAN, TERUTAMA


PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN PRODUKSI TANAMAN SANGAT
DIPENGARUHI OLEH KONDISI IKLIM.

 SECARA TEKNIS DALAM BUDIDAYA TANAMAN, HAMPIR SEMUA UNSUR IKLIM


BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN DAN
PRODUKSI, BAIK IKLIM MIKRO MAUPUN MAKRO/GLOBAL, BAIK IKLIM
NORMAL MAUPUN PERUBAHAN IKLIM/IKLIM EKSTREM, BAIK LANGSUNG
MAUPUN TIDAK LANGSUNG .

 UNSUR CUACA/IKLIM YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN


PERTANIAN/PERKEBUNAN ANTARA LAIN : CURAH HUJAN, RADIASI SURYA,
LAMA PENYINARAN, SUHU UDARA, ANGIN, KELEMBABAN, SINAR MATAHARI,
DLL.

 VARIABILITAS DAN KETIDAKPASTIAN IKLIM MERUPAKAN ANCAMAN DALAM


KEGIATAN PERTANIAN / PERKEBUNAN
II. UNSUR DATA CUACA/IKLIM YANG
MEMPENGARUHI
KEGIATAN PERTANIAN/PERKEBUNAN
1. CURAH HUJAN meliputi : a. Volume curah hujan.
b. Intensitas hujan.
c. Jumlah hari hujan.
d. Pola curah hujan.
e. Awal/akhir musim.

2. PENYINARAN MATAHARI : a. Intensitas/radiasi


penyinaran.
b. Lamanya penyinaran.
3. SUHU UDARA
4. KELEMBABAN NISBI
5. ANGIN
6. CO 2
III. PERANAN FAKTOR IKLIM DALAM BUDIDAYA
PERTANIAN/PERKEBUNAN
Faktor Iklim dan Non-Iklim Sebagai Penentu Produksi Pertanian/Perkebunan
PERANAN UNSUR-UNSUR IKLIM BAGI TANAMAN

No UNSUR IKLIM X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7
1. HUJAN *** * *** *** ** ** ***
2. RADIASI SURYA *** * *** *** ** *** ***
3. LAMA * * * * *** ** **
PENYINARAN
4. SUHU ** *** * *** *** *** ***
5. RH * * ** * ** ** **
6. ETP ** ** *** *** * * **
7. CO2 *** * * ** * * **
8. ANGIN ** ** ** * ** * *

Sumber : Irianto, Las dan Sumarini, 2000 dalam Fahrizal


X1 = fotositesis, X2 = Respirasi, X3 = Evapotranspirasi, X4 = Pertumbuhan,
X5 = Perkembangan dan Pembungaan, X6 = Pemasakan dan Umur, X7 = Produksi
PENGARUH IKLIM EKSTREM PADA
PERTANIAN/PERKEBUNAN
 Kegiatan Pertanian/Perkebunan rentan terhadap perubahan
iklim, oleh sebab itu dalam melakukan budidaya tanaman
perlu untuk menyiapkan diri dalam menghadapi perubahan
iklim ekstrem.

 Secara umum, perubahan iklim yang ekstrim menyebabkan:


(a) Kerusakan sumberdaya lahan pertanian,
(b) Peningkatan frekuensi, luas, dan bobot/intensitas
kekeringan dan banjir,
(c) Peningkatan intensitas gangguan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT)
(d) Kegagalan pertumbuhan tanaman, penurunan Indeks
Pertanaman, penurunan produktivitas, kualitas dan
produksi.
 Terjadinya penyimpangan iklim jauh dari normal yang
sering disebut sebagai kejadian iklim ekstrim, seringkali
mengganggu proses produksi pada budidaya tanaman.

 Kegagalan proses produksi budidaya akibat iklim


ekstrim selalu terjadi berulang-ulang tanpa mampu
diatasi, hal ini perlu dilakukan pemanfaatan informasi
iklim dalam perencanaan budidaya.

 Adanya informasi prakiraan iklim yang andal,


kemungkinan kegagalan dalam proses produksi
seharusnya dapat dihindari dengan cara menyesuaikan
sistem budidaya atau strategi penanaman dengan
informasi prakiraan iklim tersebut.
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA
TANAMAN
• Peningkatan suhu udara:
Pohon menjadi kerdil, buah matang
sebelum waktunya, ukuran buah menjadi
kecil  kualitas buah menjadi rendah
• Peningkatan kejadian iklim ekstrim:
Suhu ekstrim dingin  buah mengkerut
Suhu ekstrim panas  buah pecah
Kering berkepanjangan  produksi dan
kualitas buah menurun
Basah/hujan berkepanjangan  OPT

9
PENGARUH IKLIM TERHADAP PERKEMBANGAN OPT
DIKATEGORIKAN DALAM 3 BENTUK :

1. ESKALASI, DIMANA OPT YANG DULUNYA PENTING


MENJADI MAKIN MERUSAK ATAU TINGKAT
KERUSAKANNYA MENJADI LEBIH BESAR.

2. PERUBAHAN STATUS,

3. DEGRADASI.
PENGARUH CURAH HUJAN
TERHADAP OPT
• Menyebabkan ledakan serangan wereng batang coklat, wereng hijau dan
wereng punggung putih.
• Meningkatkan intensitas serangan tungro
• Meningkatkan penyakit hawar daun bakteri pada berbagai fase
pertumbuhan

Penyakit hawar daun bakteri

11
PENGARUH SUHU UDARA
TERHADAP OPT
PENINGKATAN SUHU UDARA :
- MERANGSANG LEDAKAN SERANGGA VEKTOR.
- MENDORONG AKTIVITAS PATOGEN TERTENTU.

Suhu optimum 32,5º C : untuk pertumbuhan populasi hama kutu kebul


(Bemisia tabaci) (Bonaro et al. 2007).

Suhu optimum pada 30º C Bakteri penyebab penyakit kresek pada padi
Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Webster dan Mikkelsen, 1992).

Suhu optimum 28-30 º C: F. oxysporum pada bawang merah (Tondok, 2003).

Suhu 25-28 ºC : untuk masa inkubasi telur dan nimfa wereng coklat
Suhu 25-27 ºC : optimal untuk hama ganjur.

Penurunan suhu 34-33 ºC meningkatkan perkembangan wereng hijau


12
IV. PEMANFAATAN DATA CUACA/IKLIM UNTUK KEGIATAN
PERTANIAN/PERKEBUNAN

a. PERENCANAAN BUDIDAYA TANAMAN :


- Pemilihan Jenis Tanaman.
- Perencanaan Waktu Tanam/Kalender Tanam.
- Pengaturan Pola Tanam.
- Cara Pengolahan Tanah.
- Pemeliharaan/pemupukan.
- Pengendalian OPT.
- Proses panen dan pasca panen.
b. PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOMODITAS.
c. PERAMALAN DAN ANALISIS SISTEM PERTANIAN.
d. PENGELOLAAN DAN KONSERVASI LAHAN.
e. PENELITIAN KOMODITAS DAN SUMBER DAYA LAHAN.
PEMILIHAN JENIS TANAMAN

Oldeman membuat kriteria umum :


 Curah hujan per bulan > 200 mm cocok
untuk budidaya padi;
 Curah hujan per bulan 100 – 200 mm cocok
untuk budidaya palawija atau padi gogo
 Curah hujan < 100 mm tidak cocok untuk
tanaman semusim (tanaman menunjukkan
cekaman air)
Varietas padi Unggul
Varietas sesuai lingkungan setempat dan
selera pasar yang mempunyai ciri :
 dapat beradaptasi terhadap iklim dan jenis tanah setempat
 citarasa disenangi & memiliki harga yang tinggi di pasaran
 daya hasi tinggi
 tahan terhadap hama dan penyakit
 tahan rebah

Contoh beberapa varietas padi :

1. Varietas unggul baru misalnya : IR64, WAB, Memberamo, Cibogo,


Ciherang, Mekongga, Inpari 1-9, dan Inpara 1-3 dll
2. Padi tipe baru misalnya Fatmawati, dicirikan oleh anakan sedikit
tapi semua produktif, batang kokoh dan perakaraan dalam.
3. Padi hibrida misalnya Maro. Rokan. Hipa 3 dan Hipa 4, Hipa 5
Ceva, Hipa 6 Jete, Hipa 7, dan Hipa 8 Pioneer
KALENDER TANAM TERPADU
Kementan bekerjasama dengan
Badan Meteorologi Geofisika dan
Klimatologi (BMKGB)

Perangkat berbasis
web untuk:
• Rekomendasi jadwal
tanam
• Prediksi serangan
hama dan penyakit
serta ancaman banjir
dan kekeringan
• Rekomendasi
varietas, benih dan
pemupukan
Skema jadwal tanam berdasarkan iklim (curah hujan)
PENGATURAN POLA TANAM

TUJUAN :
 Menekan kerugian hasil tanaman, baik dari
gangguan OPT maupun bencana alam (Banjir
dan kekeringan)
 Langkah pengendalian dengan mempelajari
pola serangan OPT dan kejadian bencana alam
Wilayah dengan awal musim hujan mundur
dengan curah hujan di bawah normal

○ Penggunaan padi varietas unggul yang tahan kekeringan, berumur


sedang (< 120 hari) atau genjah (< 100 hari). Penggunaan varietas unggul
dengan umur pendek dan toleran terhadap kekeringan merupakan salah
satu inovasi yang efektif; Varietas yang sudah dihasilkan oleh Badan
Litbang Pertanian antara lain Memberamo, Maros, Cilosari.
○ Penerapan teknologi “minimum tillage” untuk memperpendek masa tanam;
sistem ini dapat mempercepat waktu tanam 15-20 hari, juga dapat
menghemat penggunaan air sebesar 15 % dibanding olah tanah
sempurna. Untuk memperpendek masa tanam dapat juga ditempuh
dengan menanam bibit yang lebih tuam akan tetapi harus disertai usaha
perbaikan dalam sistem persemaian, sehingga saat dicabut tidak banyak
akar yang rusak.
○ Penerapan teknik irigasi gilir-giring, yaitu sistem pembagian waktu irigasi
dari lahan di bagian hulu kemudian ke bagian hilir; sistem gilir giring
selang waktu 3 hari dapat menghemat air sampai 50 %, sehingga areal
yang dapat ditanami dapat lebih luas.
○ Pada kondisi ini disarankan setelah padi 1 ditanam palawija
Wilayah dengan awal musim hujan mundur
dengan curah hujan normal

○ Optimalisasi pemanfaatan air dan masa tanam MH dan


MK-1 dengan melakukan penanaman benih dengan
teknologi semai kering sambil melakukan persiapan
pengolahan tanah sebelum musim hujan tiba
○ Penerapam teknologi “minimum tillage.” Untuk
memperpendek masa tanam.
○ Penggunaan varietas berumur sedang, agar sisa masa
tanam dapat dipergunakan untuk memaksimalkan MK-
1
○ Pada lahan yang relatif lebih tinggi, disaranakan tanam
palawija setelah padi.
Wilayah dengan awal musim hujan tetap
dengan curah hujan di bawah normal

○ Penanaman varietas unggul tahan


kekeringan yang berumur sedang
atau genjah.
○ Penerapan teknik irigasi gilir giring.
Berikut adalah kemungkinan pola tanam setahun yang dapat
diterapkan, menurut tipe Iklim Oldeman (curah hujan
merupakan sumber air utama)
  Periode  
Tipe iklim Bulan basah Pola tanam Keterangan
A 1 dan A2 >9 Padi – padi - padi Produksi rendah, karena
terlalu banyak hujan,
penyinaran kurang
B1 7–9 Padi – padi - padi Produksi tinggi

B2 – B3 7–9 Padi – padi - palawija -

C1 5–6 Padi – padi – palawija -

C2, C3 dan C4 5 –6 Padi – palawija – palawija Hati-hati palawija kedua


(resiko kekeringan)
D1 3–4 Padi – palawija – bera -

D 2-D3 dan D4 3–4 Padi – palawija – bera Perlu penyiraman

E1 s.d. E5 < 3 Palawija - bera -


Skema jadwal tanam/potensi jumlah hari berdasarkan curah hujan

 A – 45 : hujan sangat awal, yaitu 45 hari lebih cepat dari awal musim hujan
normal
 A – 30 : hujan awal, yaitu 30 hari lebih cepat dari awal musim hujan normal
 A : rata-rata awal musim hujan normal, yaitu saat pada saat curah hujan

 mencapai 5 mm/hari atau 50 mm/10 hari dan terus meningkat atau


 tetap paling sedikit 20 hari atau 2 dasaruian berikutnya
 A + 30 : hujan lambat, yaitu 30 hari lebih lambat daripada awal hujan normal
 B : rata-rata akhir musim hujan, yaitu 20 hari sampai 10 hari hujan
 menurun sampai rata-rata kurang dari 5 mm/hari, sampai musim
 kemarau
 B + 45 : 45 hari sesudah akhir musim hujan, lahan masih mungkin ada
 tanaman padi, apabila ada pengairan dari embung atau sumber lain,
 perkiraan 400 m3 dapat untuk mengairi sekitar seperempat hektar
 B + 75 : 75 hari sesudah akhir musim hujan, masih mungkin ada tanaman
 (jagung, semangka, kedelai dll.), apabila ada pengairan dari embung
 pertanian atau sumber air lainnya, perkiraan 400 m3 dapat
 dipergunakan untuk lahan seperempat hektar.
POLA TANAM UNTUK MENEKAN PERKEMBANGAN OPT

tanam serentak, diselingi bera (olah tanah), membatasi


perkembangan populasi penggerek batang dan wereng
batang coklat
Tanam tidak serentak, menyebabkan makanan bagi OPT
selalu tersedia, meningkatkan perkembangan populasi
penggerek batang dan wereng batang coklat
tanaman umur pendek, membatasi
perkembangan OPT (wereng batang coklat)
Tanaman umur panjang, perkembangan
OPT (wereng batang coklat) lebih tinggi
lahan dengan sekali tanam, hanya terjadi 1 kali
puncak populasi/ puncak reproduksi tikus
Lahan dengan 2 kali tanam setahun, terjadi puncak
populasi/reproduksi tikus 2 kali
V. STRATEGI PENERAPAN PENANGANAN
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
TUJUAN
 Mengurangi risiko kehilangan hasil
akibat dampak perubahan iklim (banjir/
kekeringan)
 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
usahatani melalui pengelolaan budi
daya sesuai iklim setempat/spesifik
lokasi yang optimal
TIGA STRATEGI

1. Antisipasi

2. Mitigasi

3. Adaptasi
CONTOH TEKNOLOGI ANTISIPASI

A. Penggunaan Varietas Unggul


1. Varietas unggul toleran kekeringan (Dodokan,
Silugonggo, S3382, BP 23, dll)
2. Varietas padi unggul toleran OPT (Cisanta,
Ciherang, Tukad Balian, Way Apo Buru)
3. Varietas padi unggul toleran salinitas (Way Apo
Buru, Margasari, Lambur, GH TS-1, GH TS-2)
Lanjutan …….

B. Kalender Tanam
1. Estimasi waktu dan luas tanam padi dan palawija.
2. Wilayah rawan banjir, kekeringan dan terkena
serangan OPT.
3. Rekomendasi dan kebutuhan benih.
4. Rekomendasi dan kebutuhan pupuk.
5. Kalender tanam rawa.
6. Mekanisme pertanian.
7. Info tanam - BPP
Lanjutan ………..

C. Contoh teknologi antisipasi dalam SLI

1. Sistem budidaya SRI : - tanaman hemat air (maks 2 cm).


- kebutuhan benih relatif sedikit (5-8 kg/ha).
- hemat waktu (panen lebih awal)
- peningkatan produksi padi.

2. Sistem Tabela : - pertumbuhan tidak terganggu.


- panen lebih cepat.

3. Teknologi lubang resapan biopori :


- terbentuknya biopori alami oleh aktivitas m.o. tanaman.
- meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
- menjaga keberadaan air di dalam tanah.
- meningkatkan kesuburan tanah.
- sebagai tempat dekomposisi sampah organik.
- menanggulangi banjir pada area lingkungan yang terbatas.
Lanjutan

4. Teknologi percepatan tanam dg sistem “culik”


- Padi dipanen 1 minggu sebelum seluruh pertanaman panen
seluas utk persemaian.
- Segera setelah panen lahan diolah dan persemaian berumur
2 minggu, selanjutnya tanam.
5. Teknologi pengairan berselang (Intermitten) : pengaturan kondisi
lahan kering dan tergenang secara bergantian.
- menghemat air.
- memberi kesempatan akar mendapatkan udara sehingga
berkembang lebih dalam.
- mencegah keracunan besi.
- mencegah penimbunan asam organik dan gas H2S yg
menghambat perkembangan akar.
6. Teknologi padi apung
7. Teknologi semai apung.
8. Intercroping
CONTOH MITIGASI

1. UPAYA MENGURANGI RESIKO


KEKERINGAN :
- MEMBUAT EMBUNG.
- MEMBUAT SUMUR BOR.

2. UPAYA MENGURANGI RESIKO BANJIR :


- NORMALISASI SALURAN-SALURAN.
CONTOH ADAPTASI

 APABILA PRAKIRAAN SIFAT MUSIM MENGINDIKASIKAN BAHWA


TINGGI HUJAN MUSIM HUJAN DIPERKIRAKAN RENDAH DARI
NORMAL TETAPI HARI HUJAN CUKUP BANYAK MAKA POLA TANAM
YANG DISARANKAN TEKNOLOGI GOGO RANCAH.

 KALAU HUJAN PADA PUNCAK MUSIM HUJAN DIPERKIRAKAN DI


ATAS NORMAL, MAKA WAKTU PENANAMAN PADA DAERAH RAWAN
BANJIR DIREKOMENDASIKAN 2,5 BULAN SEBELUM BULAN PUNCAK
MUSIM HUJAN SEHINGGA KALAU BANJIR TERJADI TANAMAN
SUDAH CUKUP TINGGI SEHINGGA TIDAK TENGGELAM PADA SAAT
BANJIR TERJADI.

 KALAU AKHIR MUSIM HUJAN DIPERKIRAKAN LEBIH AWAL DARI


NORMAL, PENANAMAN PADI KEDUA TIDAK DISARANKAN ATAU
KALAU MAU TETAP DITANAM PADI DISARANKAN DIGUNAKAN
SISTEM CULIK.
VI. PENUTUP
1. KEGIATAN PERTANIAN/PERKEBUNAN TIDAK BISA TERLEPAS DARI PENGARUH
CUACA/IKLIM, BAIK IKLIM MIKRO MAUPUN MAKRO/GLOBAL, BAIK IKLIM NORMAL
MAUPUN PERUBAHAN IKLIM/IKLIM EKSTREM.
 UNSUR CUACA/IKLIM YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN PERTANIAN/PERKEBUNAN
ANTARA LAIN : CURAH HUJAN, SUHU UDARA, ANGIN, KELEMBABAN, SINAR
MATAHARI, DLL.

 PEMANFAATAN DATA CUACA/IKLIM UNTUK KEGIATAN PERTANIAN/PERKEBUNAN


MELIPUTI :
a. PERENCANAAN BUDIDAYA TANAMAN :
- Pemilihan Jenis Tanaman.
- Perencanaan Waktu Tanam/Kalender Tanam.
- Pengaturan Pola Tanam.
- Cara Pengolahan Tanah.
- Pemeliharaan/pemupukan.
- Pengendalian OPT.
- Proses panen dan pasca panen.
b. PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOMODITAS.
c. PERAMALAN DAN ANALISIS SISTEM PERTANIAN.
d. PENGELOLAAN DAN KONSERVASI LAHAN.
e. PENELITIAN KOMODITAS DAN SUMBER DAYA LAHAN.
41 41

Anda mungkin juga menyukai