Anda di halaman 1dari 10

“ISLAM DAN ETOS KERJA”

Berlian Nurul Azizah (07)


Safira Khairina (24)
ETOS KERJA DALAM ISLAM

Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.


Kata kerja berarti usaha,amal, dan apa yang harus dilakukan (diperbuat).
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. 
Kerja dalam arti pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan
manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang
berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.
Ciri-ciri seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah sebagai berikut:
• Mengembangkan prinsip manajemen professional
• Memiliki jiwa kepemimpinan
• Mempertimbangkan keputusan yang diambil
• Menghargai waktu
• Selalu berusaha ke arah yang lebih baik
• Bersikap hemat
• Memiliki semangat berlomba dalam kebaikan
• Memiliki motivasi untuk mandiri
• Berwawasan rahamata lil’alamin
• Haus untuk memiliki sifat ilmu pengetahuan
• Tidak cepat puas, tidak mudah putus asa, penuh kesabaran, ulet, pantang
menyerah
Dalam bekerja, setiap pekerja muslim (muslimah), hendaknya sesuai dengan etika
Islam, yaitu :
- Melandasi setiap kegiatan kerja semata-mata ikhlas karena Allah serta untuk
memperoleh rida-Nya.
- Mencintai pekerjaannya.
- Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
- Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
- Tidak (Haram) melakukan kegiatan kerja yang bersifat mendurhakai Allah.
- Tidak membebani diri, alat-alat produksi, dan hewan pekerja dengan pekerjaan-
pekerjaan di luar batas kemampuan.
- Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka tolong menolong
dalam kebaikan, dan professional dalam kerjanya
- Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam kerjanya.
- Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk kehidupan di dunia
dan yang manfaatnya untuk kehidupan di akhirat.
MOTIVASI KERJA DALAM ISLAM

Kata motivasi berasal dari kata latin, yakni movere yang berarti
menggerakkan ( to move ). Dan kata motivasi tidak lepas dari kata
kebutuhan (needs). Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia
yang perlu di tanggapi atau di respon.
Motivasi berperan penting dalam diri manusia, karena tidak akan ada yang
memenuhi semua kebutuhan kita, dan tidak akan mendapat apa yang kita
inginkan kecuali dengan berusaha untuk meraihnya sendiri.
Motivasi kerja dalam Islam menurut Muwafik Saleh yaitu :
- Niat baik dan benar ( mengharap ridha Allah SWT)
- Takwa dalam bekerja Taat melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya
- Ikhlas dalam bekerja
Sebagai muslim, kita harus mengetahui bentuk perilaku kerja keras. bentuk
perilaku kerja keras sebagai berikut.
1)    Melakukan setiap pekerjaan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan
dengan niat ibadah karena Allah SWT.
2)    Tidak mudah patah semangat dalam melakukan setiap pekerjaan
3)    Melakukan pekerjaan tidak tergesa-gesa
4)    Tidak meremehkan setiap pekerjaan 5)    Mencintai pekerjaan yang
sedang dilakukannya

Jadi, kerja dalam Islam adalah sebagai aplikasi keimanan, keislaman, dan
keikhsanan seseorang, sehingga kerja di dalam ajaran Islam bukan hanya
mengejar hasil, akan tetapi sekaligus mengejar nilai pekerjaan.
TAQDIR DAN USAHA MANUSIA

Berbicara mengenai takdir pasti akan erat kaitannya dengan takdir mubram
dan takdir  muallaq.
Takdir mubram bisa dikatakan sebagai wujud pemikiran kaum jabariyah
sedangkan takdir muallaq sebagai wujud dari pemikiran kaum qadariyah.
Kedua pendapat ini sangat bertentangan antara satu dengan yang lain dan
saling mempengaruhi mainset atau pola pikir manusia sendiri dalam
menjalani hidup baik dalam melakukan usaha, ikhtiar, ataupun pola pikir.
Bagaimana manusia dalam menyikapi takdir mubram dan takdir muallaq
tersebut ?
Manusia dalam menyikapi takdir itu terdiri dari tiga macam, seperti
jabariyah, qadariyah dan moderat (pertengahan).
Jadi ada waktu dimana manusia bersikap seperti jabariyah dan
adakalanya manusia bersikap seperti qadariyah.
Terdapat ayat Al-Qur’an yang artinya :
“sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keaadan mereka sendiri”. 
Jadi ada kalanya manusia bersikap jabariyah dan bersifat qadariyah
dalam menjalani hidup. Karena manusia sendiri juga dianjurkan untuk
bekerja keras apalagi Allah tidak suka manusia yang bermalas-malasan
dan pesimis. Dan antara usaha dengan takdir adalah satu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
Dalam bekerja keras juga harus dengan hati yang teguh dan ingin
merubah hidup setelah itu kita pasrahkan semua kepada Allah yang
maha pemberi rizki. Allah selalu memberi yang terbaik kepada
hambanya.
AKTUALISASI JIHAD
DALAM PEMBANGUNAN
Kata Jihad berasal dari kata Al Jahd (ُ‫د‬F‫ل َج ْه‬FF‫ )ا‬yang bermakna
kelelahan dan kesusahan atau dari Al Juhd (‫ ُد‬F‫ل ُج ْه‬FF‫ )ا‬yang
bermakna kemampuan. Kalimat (ُF‫ َده‬F‫ ُج ْه‬F‫لَ َغ‬FFF‫)ب‬
َ bermakna
mengeluarkan kemampuannya.
Sehingga orang yang berjihad dijalan Allah adalah orang yang
mencapai kelelahan karena Allah dan meninggikan kalimatNya
yang menjadikannya sebagai cara dan jalan menuju surga.
Jihad dalam kontek pembangunan adalah adanya kesungguhan dalam
membangun, memiliki planning yang matang dalam setiap aktivitas
pembangunan, menghilangkan segala bentuk hambatan yang
merintangi, maju terus untuk mencapai tujuan yang diinginkan, etos
kerja ditegakkan dan menjunjung nilai-nilai kebenaran, keadilan,
kemaslahatan, serta menghindari adanya kerusakan dan kemadharatan
umat.

Wujud jihad dalam pembangunan meliputi berbagai aspek berikut :


1. Jihad An-nafs
2. Jihad bil-lisan dan bil Qalam
3. Jihad bil mal

Anda mungkin juga menyukai