Anda di halaman 1dari 35

Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan

Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan


Pejalan Kaki

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Outline
• Pentingnya Jalur Pejalan Kaki
• Gambaran Kondisi Jalur Pejalan Kaki di Indonesia
• Peraturan Perundangan terkait Jalur Pejalan Kaki
• Kendala dalam Mewujudkan Peraturan Perundangan Terkait
• Perlunya Pedoman
• Kedudukan Pedoman
• Tujuan Pedoman
• Muatan Pedoman
Pentingnya jalur pejalan kaki

• Jalur pejalan kaki diperlukan sebagai komponen penting yang harus


disediakan untuk meningkatkan keefektifan mobilitas warga di
perkotaan.

• Saat ini ketersediaan jaringan pejalan kaki yang aman, nyaman, dan manusiawi
di kawasan perkotaan belum dapat memenuhi kebutuhan warga baik dari
segi jumlah maupun standar penyediaannya.

• Selain itu keterpaduan antarjalur pejalan kaki dengan tata bangunan,


aksesibilitas antarlingkungan, dan sistem transportasi masih belum terwujud.
Gambaran Kondisi Jalur Pejalan Kaki
di Indonesia (1)

DKI Jakarta

Kota Surabaya

Kota Semarang

Kota Medan
Gambaran Kondisi Jalur Pejalan Kaki
di Indonesia (2)

Dimanfaatkan oleh PKL

Kondisi jalur rusak

Jalur diserobot
pengendara motor

Dimanfaatkan sbg
tempat parkir
Peraturan Perundangan terkait
Jalur Pejalan Kaki*
• Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat;
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
• Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
• Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
• Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota; dan
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota

*) list peraturan lebih lengkap dapat dilihat di bagian akhir


paparan ini.
Peraturan Perundangan terkait Jalur Pejalan Kaki

UU Nomor 26 / 2007 Pasal 28 huruf c


“rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi
bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai
pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah”

Pasal tersebut menunjukkan perlunya Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW) kota  memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan
sarana dan prasarana jaringan pejalan kaki.
Kendala dalam Mewujudkan
Peraturan Perundangan Terkait

• Kesadaran dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap keberadaan


jalur pejalan kaki masih kurang.

• Komitmen seluruh stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat)


terhadap penyediaan sarana prasarana jalur pejalan kaki masih belum
kuat.

• Selain itu, acuan lengkap untuk merencanakan, menyediakan, dan


memanfaatkan sarana prasarana pejalan kaki belum tersedia.
Pentingnya Pedoman

•Berkaitan dengan hal tersebut, maka Ditjen Penataan Ruang Kementerian


PU telah menyusun peraturan baru yaitu Permen PU no. xx Th xxxx tentang
Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan
Sarana Jaringan Pejalan Kaki.
Undang-Undang terkait
UU 26/2007 Spt. UU 38/2004 dan UU 22/2009

Rencana Umum - Peraturan/Kebijakan terkait (PP,


- Standar
Keppres, Permen, Kepmen)
- Literatur Lainnya
RTRW Nasional

RTRW Provinsi
Pedoman Perencanaan Pedoman Perancangan
Penyediaan dan Pemanfaatan (Kementerian Perhubungan,
Prasarana dan Sarana Jaringan Kementerian PU Ditjen
RTRW Kabupaten Pejalan Kaki Binamarga)

RTRW Kota
Perencanaan, Penyediaan dan
Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan
Rencana Rinci Perkotaan
RTR Kawasan Strategis

RDTR Kabupaten/Kota

RTBL/Rencana Teknis Lainnya

DED
(Detailed Engineering Design)
Kedudukan Pedoman
Tujuan Pedoman
mewujudkan jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan yang aman, nyaman,
dan manusiawi sehingga mampu mendorong masyarakat untuk lebih senang berjalan kaki
dan menggunakan transportasi publik.

Fokus Pedoman
• pedoman ini lebih merupakan Pedoman Perencanaan bukan
Pedoman Perancangan (design standard/guideline)

• Akan tetapi, pedoman tidak hanya memuat aspek perencanaan, namun sekaligus juga
aspek penyediaan, dan pemanfaatannya.
Muatan Pedoman
Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana
Jaringan Pejalan Kaki

I.
II.
III.
• Prosedur
IV • Peran masyarakat

.
I
Ketentuan Perencanaan Sarana
Prasarana Jaringan Pejalan Kaki

proses untuk
menentukan
Perencanaan = penyediaan dan
pemanfaatan

• Pertimbangan penentuan
kriteria perencanaan adalah
kepekaan pejalan kaki dengan
berdasar pada aspek-aspek normatif :

• keamanan
• kenyamanan
• keselamatan
Prinsip perencanaan :

1.memudahkan pejalan kaki mencapai tujuan dengan jarak sedekat


mungkin;
2.menghubungkan satu tempat ke tempat lain dengan adanya
konektivitas dan kontinuitas;
3.menjamin keterpaduan, baik dari aspek penataan bangunan dan
lingkungan, aksesilibitas antarlingkungan dan kawasan, maupun
sistem transportasi;
4.mempunyai sarana ruang pejalan kaki untuk seluruh pengguna
termasuk pejalan kaki dengan berbagai keterbatasan fisik;
5.mempunyai kemiringan yang cukup landai dan permukaan jalan rata
tidak naik turun;
6. memberikan kondisi aman, nyaman, ramah
lingkungan, dan mudah untuk digunakan secara
mandiri;

7. mempunyai nilai tambah baik secara ekonomi,


sosial, maupun lingkungan bagi pejalan kaki;

8. mendorong terciptanya ruang publik yang


mendukung aktivitas sosial, seperti olahraga,
interaksi sosial, dan rekreasi; dan

9. menyesuaikan karakter fisik dengan kondisi


sosial dan budaya setempat, seperti kebiasaan
dan gaya hidup, kepadatan penduduk, serta
warisan dan nilai yang dianut terhadap
lingkungan
• Dalam perencanaan prasarana jaringan pejalan kaki perlu memperhatikan
kebutuhan ruang jalur pejalan kaki, antara lain berdasarkan:

- dimensi tubuh manusia

- jarak minimum jalur pejalan kaki dengan bangunan

- ruang bebas jalur pejalan kaki

- kemiringan jalur pejalan kaki, dan

- ruang jalur pejalan kaki berkebutuhan khusus (bagi


pejalan kaki yang mempunyai keterbatasan fisik
(difabel)
Ketentuan Kebutuhan Ruang Gerak
Ketentuan Jalur pada Ruas
Minimum Pejalan Kaki berkebutuhan Pejalan Kaki
Khusus
2.5 m

0.3 m 0.3 m

Trotoar
1m

Ketentuan Ruang Bebas Jalur


Pejalan Kaki

Ketentuan Kebutuhan Ruang


Per Orang secara Individu,
Membawa Barang,
dan Kegiatan Berjalan
Bersama

Ketentuan Kemiringan Jalur


Pejalan Kaki
Dasar pertimbangan perencanaan :

karakteristik pejalan kaki


 fisik, perilaku, psikis

karakteristik lingkungan
kenyamanan, kenikmatan, keselamatan,
keamanan, keekonomisan

keterkaitan antarkegiatan dan moda transportasi lainnya


serta jenis penggunaan lahan atau kegiatan
Teknik perencanaan :
SEGREGASI
pemisahan ruang antara
jaringan pejalan kaki dan
kendaraan 

penggunaan ruang yang


berbeda dan terpisah secara
fisik)

INTEGRASI
pejalan kaki dan pengemudi
kendaraan berbagi ruang 

dapat dilakukan pemisahan


berdasar periode waktu dan
ruang)
II Ketentuan Penyediaan Sarana &
Prasarana Jaringan Pejalan Kaki

Pengadaan dan/atau
penyediaan =
perwujudan

1. Penyediaan PRASARANA berdasarkan karakteristik sistem transportasi dan


pergantian moda serta pusat-pusat kegiatan

• harus memperhatikan pola perjalanan pejalan kaki dan lokasi.


• pengembangan tersebut dapat berupa : kawasan transit atau Transit Oriented
Development (TOD); dan/atau pengembangan kawasan khusus pejalan kaki
(pedestrian mall).
• Pedestrian mall umumnya dilakukan di kawasan yang memiliki tingkat arus pejalan
yang tinggi (kawasan perdagangan)
TOD &
Pedestrian Mall

Jenis PEDESTRIAN MALL:


TOD Enclosed mall, transit mall, semi mall, full mall
• membutuhkan keterhubungan berupa penyediaan penyeberangan,
dengan ketentuan :
- jenis penyeberangan sebidang / tidak sebidang
- marka jalan
- lokasi penyeberangan

2. Penyediaan berdasarkan fungsi jalan dan penggunaan lahan

Perumahan
Komersial
0-3 unit/ha 4– 10 Unit/ ha >10 unit/ha
Arteri ❷ ❷ ❷ ❷
Kolektor ❷ ❷ ❷ ❷
Lokal/Lingkungan ❷ O ① ❷
Keterangan: ❷ = Dibutuhkan pada kedua sisi jalan
① = Dibutuhkan hanya pada satu sisi jalan
O = Diharapkan namun tidak terlalu diperlukan
• Standar besaran ruang untuk jalur pejalan kaki :

dapat disesuaikan dengan kondisi dapat dikembangkan dan dimanfaatkan


lingkungan yang ada sesuai tipologi ruas pejalan kaki dengan
memperhatikan kebiasaan dan jenis aktivitas
setempat

Contoh ketentuan standar


pelayanan jalur pejalan kaki

STANDAR D
para pejalan kaki dapat berjalan dengan arus normal,
namun harus sering berganti posisi dan merubah
kecepatan karena arus berlawanan pejalan kaki
memiliki potensi untuk dapat menimbulkan konflik.
Sistem Jaringan Pejalan Kaki

a) Ruas Pejalan Kaki di Sisi Jalan

Tampak Atas dan Potongan Ruas Pejalan Kaki

b) Ruas Pejalan Kaki di Tepi Air


 
Tampak Atas dan Potongan Ruas Pejalan Kaki di Tepi Air c) Ruas Pejalan Kaki di Sisi Bangunan
3. Penyediaan PRASARANA di bawah tanah dan di atas permukaan tanah

Jalur pejalan kaki di ruang bawah tanah

Jalur pejalan kaki di atas permukaan tanah


4. Penyediaan PRASARANA berdasarkan status
kepemilikan

Lahan PUBLIK Lahan PRIVAT


a. pelebaran di sepanjang jalan yang memanfaatkan sebagian lahan privat
b. penyediaan dan penggunaan akses umum berupa jalan tembus di
dalam lahan privat
c. penyediaan dan penggunaan prasarana pejalan kaki di bawah tanah,
permukaan tanah, atau dalam bangunan privat

• Jalur hijau • Marka, perambuan, dan papan


PENYEDIAAN • Lampu penerangan informasi (signage)
• Tempat duduk • Halte/shelter bus dan lapak tunggu
SARANA • Pagar pengaman • Telepon umum
• Tempat sampah
III Ketentuan Pemanfaatan Sarana
Prasarana Jaringan
Ketentuan Pejalan Kaki
Pemanfaatan

aktivitas
Pemanfaatan =
penggunaan
Prinsip pemanfaatan:
 tidak menggangu fungsi utama prasarana dan sarana
jaringan pejalan kaki
tingkat pelayanan jalur pejalan minimal C
pemanfaatan selain untuk berjalan kaki diperkenankan
selama tidak mengganggu fungsi utama
pemanfaatan harus mempertimbangkan: Keselamatan,
Keamanan, Kenyamanan, Aksesibilitas, Keindahan,
dan Interaksi sosial
pola pemanfaatan mengacu pada kebijakan formal
yang telah dikeluarkan
setiap pemanfaatan ruang pejalan kaki diatur
berdasarkan jenis kegiatan, waktu pemanfaatan,
jumlah pengguna, dan ketentuan teknis yang harus
dipenuhi
Ketentuan Pemanfaatan Prasarana
Jaringan Pejalan Kaki untuk
Bersepeda
Ketentuan Prasarana Jaringan Ketentuan Prasarana Jaringan
Pejalan Kaki untuk KUKF Pejalan Kaki untuk Kegiatan
(Kegiatan Usaha Kecil Formal) Pameran di Ruang Terbuka
Ketentuan Pemanfaatan Prasarana Jaringan
Pejalan Kaki Lainnya

Interaksi Sosial  Tidak mengganggu sirkulasi pejalan kaki.  Jalur pejalan kaki di
 Dilengkapi sarana penunjang terutama atas tanah
pada area yang ditetapkan sebagai tempat  Jalur pejalan kaki di
istirahat bagi pejalan kaki. kawasan
perdagangan/
perkantoran (arcade)
 Jalur pejalan kaki di
RTH
Aktivitas Penyediaan Jalur  Luasan/Lebar jaringan pejalan kaki  Sisi luar atau dalam
Hijau (peneduh) memungkinkan untuk aktivitas ini. prasarana pejalan
 Ditempatkan di ruang bebas jalur pejalan kaki.
kaki.  Di samping maupun di
atas ruang bebas
prasarana pejalan kaki
Aktivitas Penyediaan Sarana  Luasan/Lebar jaringan pejalan kaki  Sisi luar atau dalam
Pejalan Kaki (perabot jalan) memungkinkan untuk aktivitas ini. prasarana pejalan
dan Jaringan Utilitas (tiang  Ditempatkan di ruang bebas jalur pejalan kaki.
listrik, gardu, kabel dll) kaki.  Di bawah maupun di
 Dapat ditempatkan di jalur hijau. atas ruang bebas
prasarana pejalan kaki
TATARAN RTRW

IV
Rencana Struktur Rencana Sistem Jaringan
Ruang Transportasi Darat

TATA CARA Rencana Prasarana dan


Sarana Utama Jaringan

Perencanaan, Penyediaan,
Pejalan Kaki

dan Pemanfaatan Prasarana Rencana Pola Ruang

dan Sarana Jaringan Pejalan TATARAN


RDTR
Identifikasi:
1. Pusat-pusat Kegiatan pada

Kaki setiap jenis guna lahan


2. Titik-titik pergantian moda
transportasi (jenis dan jarak)
3. Sebaran parkir (luas, jarak)
4. Tingkat pelayanan jalan
Identifikasi kebutuhan/
Pedoman
permintaan prasarana dan
Perencanaan
sarana jaringan pejalan kaki
KAWASAN BELUM
TERBANGUN
Perencanaan, penyediaan dan

1) Prosedur
Pedoman Kebutuhan Ruang untuk
pemanfaatan prasarana dan
Desain Pejalan Kaki
sarana jaringan pejalan kaki.

Rencana pengembangan TOD,


kawasan khusus untuk pejalan kaki

2) Peran Masyarakat Rencana pemanfaatan prasarana


jaringan pejalan kaki

KAWASAN
SUDAH TERBANGUN
Kajian sediaan ruang
untuk pejalan kaki:
1. Dimensi ruang milik jalan,
2. Dimensi ruang/jaringan Perencanaan, penyediaan
pejalan kaki yang tersedia Ruang untuk prasarana dan sarana jaringan
3. skala, proporsi pejalan kaki Tidak pejalan kaki baru pada kawasan
cukup? sekitarnya (baik pada lahan publik
maupun privat)
Identifikasi volume pejalan
kaki/permintaan berjalan
kaki berdasarkan Pengembangan kawasan khusus
Ya untuk pejalan kaki
karakteristik kegiatan dan
perilaku pelaku perjalanan
Peningkatan jaringan
pejalan kaki Rencana pengembangan TOD
Identifikasi persoalan pada (pelebaran, kualitas)
jaringan pejalan kaki yang
sudah ada
Rencana pemanfaatan prasarana jaringan pejalan kaki

TATARAN RTBL/RENCANA
TEKNIS LAINNYA

Program Bangunan
dan Lingkungan Rencana Umum dan
Panduan Rancang Kota Ketentuan Pedoman
Rencana
(Pada bagian: Rencana Pengendalian Pengendalian
Investasi
Sistem Pergerakan dan Rencana Pelaksanaan
Aksesibilitas Lingkungan)

DED (DETAILED ENGINEERING DESIGN) untuk Prasaran dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki
Lanjutan......

2) Peran Masyarakat

Perencanaan dan Penyediaan


•Memberi masukan dalam perencanaan
•Penyediaan di dalam kavling/lahan privat untuk akses publik
•Penyediaan di ruang publik atau di luar kavling/lahan yang dimilikinya

Pemanfataan
•Memberi masukan dalam merumuskan ketentuan pemanfaatan
•Pengawasan dan melaporkan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
•Turut serta dalam memanfaatkan ruang sesuai ketentuan
Terima Kasih
Peraturan Perundangan
Terkait
• Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat;
• Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
• Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
• Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
• Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
• Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
• Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
• Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;
• Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak serta
Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota; dan
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.

Anda mungkin juga menyukai