Anda di halaman 1dari 62

WEBINAR NASIONAL

PD IBI KALIMANTAN SELATAN

“ Tanggung Jawab Hukum PMB


dan Solusinya dalam Menghadapi
Sengketa dengan Klien di Masa
Pandemi dan New Normal”

Oleh
Nunik Endang Sunarsih, SST., SH., M.Sc
Ketua I PP IBI Bidang Organisasi, Hukum dan
LitBang OP

Sabtu, 11 Juli 2020


Sub Pokok Materi

Praktik Mandiri
1
Bidan

Aspek Legal dalam


2 Pelayanan
Kebidanan

Tanggung Jawab Hukum


3 dan Solusi dalam
Menghadapi Sengketa
1. Praktik Mandiri Bidan
BIDAN
Adalah seorang perempuan yang
telah menyelesaiakan program
pendidikan Kebidanan baik di
dalam negeri maupun di luar
negeri yang diakui secara sah oleh
Pemerintah Pusat dan telah
memenuhi persyaratan untuk
melakukan praktik Kebidanan (UU
no 4 tahun 2019 tentang
kebidanan)
Praktik Kebidanan

Adalah Kegiatan
pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan
dalam bentuk asuhan
kebidanan (UU no 4 tahun
2019 tentang kebidanan)
Pelayanan Kebidanan

suatu bentuk pelayanan


profesional yang
merupakan bagian integral
dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan
oleh bidan secara mandiri,
kolaborasi, dan/atau
rujukan.
PMB
PMB adalah tempat pelaksanan
rangkaian kegiatan pelayanan
kebidanan yang dilakukan oleh Bidan
secara perorangan. (PMK no 28 tahun
2017 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan)
Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh Bidan lulusan pendidikan profesi untuk memberikan
pelayanan langsung kepada klien ( UU no 4 tahun 2019 tentang Kebidanan)
Tugas dan Wewenang
Bidan

1. Pelayanan kesehatan ibu


2. Pelayanan kesehatan anak Dilakukan di:
3. Pelayanan kesehatan reproduksi a. Tempat Praktik Mandiri
perempuan dan KB Bidan dan atau;
b. Fasilitas Pelayanan
4. Pelaksanaan tugas berdasarkan Kesehatan lainnya.
pelimpahan wewenang
harus dilakukan sesuai
5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan dengan kompetensi dan
keterbatasan tertentu kewenangan serta mematuhi
kode etik, standar profesi,
standar pelayanan dan
standar prosedur operasional

UU No 4 tahun 2019 tentang tentang Kebidanan


PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN KIA & KB

MENTERI
REPUBLIK
KESEHATAN
INDONESIA
TEMPAT DAN TENAGA PEMBERI LAYANAN ANC

Persentase tenaga pemberi layanan ANC Persentase tempat pemberi pelayanan ANC

82.4%

40.5%
14.6%

11.3%
8.9%
5.3%

4.8%
3.6%

3.1%
2.9%
2.5%
2.3%
13.4%

0.3%
0.5% 0.5% 3.1%

Polindes/poskesdes
Tidak ANC
bidan

Lainnya
perawat
dokter umum
dokter kandungan

Bidan praktek swasta

Tidak ANC
Poliklinik swasta

Posyandu
Pustu/pusling
Puskesmas

Dok t er prak t ek
RS Pemerint ah

RSI A/ RS bers alin


RS Swas t a
Sebagian besar pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan (82,4%) bertempat di Bidan Praktek Swasta (41%)

SIRKESNAS 2016
Pelayanan Bayi Baru Lahir (KN 1 = 6 – 48
jam setelah lahir)
KN1
TEMPAT MEMPEROLEH
PELAYANAN KB

DI FASYANKES PEMERINTAH
DI FASYANKES SWASTA
60 55.23
40
35.3
50
35

40 30

30 25 21.16 20.6
18.41 20
20
12.92
7.53 15
6.28
10 2.93 2.93
1.26 2.09 1.67 1.67 10
2.56 3.56
0 5 1.45 0.89 0.22 1 0.33
RS M IK N B K ES ES U KB AI
N
PK IN GA TK ES
D D D S -L
KL N LI
N AN PO 0
PA SK O SY IN
LA PO P PO LA RS IK
T ER AN ES
A
TI
K
RS
B RB YN AT AI
N
S IN K D O BG W -L
KL BI ID AP RA
GA D
O D O E IN
TU AN
P LA
PE D
BI

• KONTRIBUSI BIDAN = 55.90%


Sumber data SDKI - 2017
Kode Etik Bidan Indonesia terdiri atas 7 bab,yang dibedakan menjadi 7 bagian yaitu:

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)


2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
5. Kewajiban bidan terhadap dirinya sendiri (2 butir)
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nisa bangsa dan tanah air (2 butir)
7. Penutup (1 butir)
WAJIB PENUHI
ADMINISTRASI
MEMBANGUN MITRA STR , SIPB WAJIB BEKERJA
JEJARING , KOORD SESUAI STANDAR
DINKES , ORG PROFESI DAN MUTU

WAJIB
BEKERJA SESUAI MELAKSANA MEMPUNYAI
KEWENANGANNYA KAN KOMPETENSI
KEWAJIBAN YANG BAIK
NYA DGN
MEMPUNYAI STOCK BAIK UPDATE ILMU
OBAT YANG CUKUP DAN KTRAMPILAN

ANTISIPASI KASUS MEMPUNYAI


RESIKO TINGGI & ASURANSI
I.C PROTEKSI 15
TANGGUNG JAWAB MORAL TENAGA KESEHATAN  BIDAN

• PENGETAHUAN • KETRAMPILAN
• KOMPETENSI TO • SKILL
KNOW TO DO

TO TO BE
• BEKERJASAMA LIVE
• PROFESIONALIS
DAN TOGETHER
ME
BERKOLABORASI

16
2. Aspek Legal dalam Pelayanan
Kebidanan
Peraturan yg Terkait dg
Profesi Bidan

Profesi Bidan di atur dalam :


A.Peraturan Perundang – Undangan
 UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
 UU no 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
 UU no 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
B.Kepmenkes no 7 tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan
C.Permenkes no 28 tahun 2017 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan
a. UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
Pasal 27

1. Tenaga kesehatan berhak 2. Tenaga kesehatan dalam


mendapatkan imbalan dan melaksanakan tugasnya
perlindungan hukum dalam berkewajiban mengembangkan
melaksanakan tugas sesuai dan meningkatkan pengetahuan
dengan profesinya dan keterampilan yang dimiliki
Pasal 29

1. Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan


kelalaian dalam menjalankan profesinya,
kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih
dahulu melalui mediasi
Pasal 33

1. Dalam keadaan darurat fasilitas 2. Dalam keadaan darurat, fasilitas


pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, pemerintah maupun swasta
wajib memberikan pelayanan dilarang menolak pasien dan/atau
kesehatan bagi penyelamatan meminta uang muka
nyawa pasien dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu
1. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi
terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggaraan kesehatan yg
menimbulkan kerugian akibat kesalahan
atau kelalaian dalam pelayanan
Pa kesehatan yang diterimanya

sal
58 2. Tuntutan ganti rugi sebagaimaan
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi tenaga kesehatan yang melakukan
tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam
keadaan darurat
Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan


aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 200

Setiap orang yang dengan sengaja


menghalangi programsk pemberian air susu
ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 128 ayat (2) dipidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratusjuta
rupiah)
b. UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
Pasal 26

Tenaga kesehatan yang telah ditempatkan di


Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib
melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
dan kewenangannya
Pasal 57
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik berhak :
a. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan
Profesi, dan Standar Prosedur Operasional
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari
Penerima Pelayanan Kesehatan atau keluarganya
c. Menerima imbalan jasa
Lanjut

Pasal 57

d. Memperoleh pelindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,


perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral,
kesusilaan, serta nilai agama
e. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesinya
f. Menolak keinginan Penerima Pelayanna Kesehatan atau pihak lain
yang bertentangan dengan Standar Profesi, Kode Edik, Standar
Pelayanan, Standar Prosedur Operasional, atau ketentuan Peraturan
Perundangan – Undangan; dan
g. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundangan - Undangan
Pasal 58

1) Tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik wajib :


a. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika
profesi serta kebutuhan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
b. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan
untuk keluarganya atas tindakan yang akan diberikan
c. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan
d. Membuat dan menyimpan catatan dan/atau dokumentasi tentang
pemeriksaan, asuhan dan tindakan yang berlaku, dan
e. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain
yang mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai
PASAL 61

Dalam menjalankan praktik,


Tenaga Kesehatan yang memberikan
pelayanan langsung kepada Penerima
Pelayanan Kesehatan harus
melaksanakan upaya terbaik untuk
kepentingan Penerima Pelayanan
Kesehatan dengan tidak menjanjikan
hasil
Pasal 75

Tenaga Kesehatan
dalam menjalankan
praktik berhak
mendapatkan
perlindungan hukum
sesuai dengan
ketentuan Peraturan
Perundang –
Undangan
Pasal 77

Setiap Penerima Pelayanan Kesehatan yang dirugikan


akibat kesalahan atau kelalaian Tenaga Kesehatan dapat
meminta ganti rugi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undang
Pasal 84

1) Setiap Tenaga 2) Jika kelalaian berat


Kesehatan yang sebagaimana
melakukan dimaksud pada
kelalaian berat ayat (1)
yang Penerima mengakibatkan
Pelayanan kematian, setiap
Kesehatan luka Tenaga Kesehatan
berat dipidana dipidana dengan
dengan pidana pidana penjara
penjara paling paling lama 5
lama 3 (tiga) tahun. (lima) tahun
Pasal 85

Tenaga Kesehatan yang dengan sengaja


menjalankan praktik tanpa memiliki STR
sebagaimana dimaksud dalam pasal 44
ayat (1) dipidana dengan pidana denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah)
3. Tanggung Jawab Hukum dan Solusi
dalam Menghadapi Sengketa
HUKUM
Pengertian Tujuan

Hukum adalah himpunan peraturan


hidup yang bersifat memaksa, 1. Keadilan
berisikan suatu perintah, larangan atau
perizinan untuk berbuat atau tidak 2. Kepastian
berbuat sesuatu serta dengan maksud
untuk mengatur tata tertib dalam 3. Kemanfaatan
kehidupan bermasyarakat
1.
Hubungan hukum antara bidan dan klien merupakan hubungan yg
sangat pribadi krn didasarkan atas kepercayaan dari klien terhadap bidan
u/ memberikan pelayanan kebidanan.

2.
Hubungan tersebut disebut transaksi terapeutik, yaitu perjanjian antara
bidan sebagai tenaga kesehatan dan klien berupa hubungan hukum yg
melahirkan hak dan kewajiban bagi kedua pihak.

3.
Hubungan hukum terapeutik bersumber pada kepercayaan klien
terhadap bidan sehingga klien bersedia memberikan persetujuan
tindakan medis (informed consent).
Setiap hubungan hukum akan menimbulkan akibat hukum
yaitu hak dan kewajiban.
Hak adl kewenangan yg Kewajiban adl beban yg
diberikan hukum kepada diberikan oleh hukum
subjek hukum kepada subjek hukum

Syarat untuk terjadinya hubungan hukum :


1. Adanya dasar hukum
2. Peristiwa hukum
SENGKETA
 Sengketa adalah suatu pertentangan antara dua pihak atas
tujuan, pemahaman, dan kepentingan yg berbeda satu sama
lain
 Sengketa merupakan perbedaan pendapat dan penafsiran
(dapat) berdampak pada timbulnya kerugian pihak yang
bersangkutan
 Sengketa dapat langsung diselesaikan oleh para pihak sendiri
 Banyak sengketa yg tidak dapat diselesaikan sendiri oleh para
pihak oleh sebab itu diperlukan bantuan pihak lain untuk
membantu menyelesaikan sengketa
PENYEBAB MASALAH SENGKETA

Keselamatan Adanya Peningkatan Penyalahgunaan


Ketidakpuas Mutu Wewennag dlm
Pasien praktik bidan
an Profesional
Pelanggan
Penyelesaian Sengketa
 Non Litigasi (di luar pengadilan )
1. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) : Arbitrase,
Konsiliasi, Negosiasi
2. Fokus penyelesaian Non-Litigasi bagi Tenaga Kesehatan
berdasarkan UU no 36 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan pasal
29 melalui MEDIASI

 Litigasi ( di dalam pengadilan)


1. Peradilan Perdata
2. Peradilan Pidana
3. Peradilan Tata Usaha Negara
Tanggung Jawab
Hukum

ADMINISTRASI PERDATA PIDANA


Tindakan Permintaan ganti Terdiri dari unsur
administrasi rugi atas dasar norma dan
berupa : peringatan perbuatan
sanksi dengan
secara tertulis, melanggar. Seperti
pencabutan izin permintaan agar acaman hukum
sementara dan izin meminta maaf di pidana
tetap media massa
Bentuk – Bentuk Sanksi Administratif

1. UU no 36 Tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan pasal


188, tindakan administrasi berupa :
a. Peringatan secara tertulis
b. Pencabutan izin sementara atau izin tetap.
Contoh Pemberian Sanksi Administrasi

1. Bidan yang menjalankan praktik kebidanan di tempat praktik


yang tidak sesuai dengan SIPB
2. Penyelenggaraan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
mendayagunakan Bidan yang tidak memiliki STR dan SIPB

UU no 4 tahun 2019 tentang kebidanan pasal 44 dan pasal 45


Penyelesaianya tuntutan
perdata

1. Melalui proses
tuntutan pengadilan
2. Di luar pengadilan :
Negosiasi
Mediasi, dll
Mekanisme dan Sistematika
Peradilan Perdata

1. Pemanggilan para pihak 8. Putusan Sela


2. Persidangan pertama 9. Pembuktian
3. Pembacaan Gugatan 10.Pemeriksaan Setempat
4. Jawaban Tergugat 11. Penyitaan
5. Replik Penggugat 12.Kesimpulan
6. Duplik Tergugat 13.Musyawarah Majelis
7. Sidang Insidentil 14.Pembacaan Putusan
15.Upaya Hukum
MEDIASI

adalah cara penyelesaian


sengketa melalui proses Terdapat 2 jenis
perundingan untuk mediasi, yaitu:
memperoleh kesepakatan 1. Mediasi di dalam
Para Pihak dengan dibantu pengadilan
oleh Mediator 2. Mediasi di luar
pengadilan
Mengapa Kita Perlu
Mediasi?

 Perkembangan masyarakat dan bisnis menghendaki efisiensi


dan kerahasian serta lestarinya hubungan kerjasama dan tidak
formalistis serta menghendaki penyelesaian yag lebih
menekankan pada keadilan
 Lembaga litigasi tidak dapat merespon, karena dalam
operasionalya di nilai lamban, mahal, memboroskan energi,
waktu dan uang
 Litigasi tidak dapat memberikan win – win solution
Dasar Hukum Mediasi di
Pengadilan

1. Mediasi diluar pengadilan sudah diatur dalam pasal 6 UU no 30 tahun 1999 tentang Arbitrasi dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa
2. Mediasi di Pengadilan HIR pasal 130 dan Rbg pasal 154 telah mengatur lembaga perdamaian.
Hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum perkaranya
diperiksa
3. SEMA No 1 tahun 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian dalam pasal 130 HIR/154
Rbg
4. PERMA No 22 tahun 2003 tentang Mediasi di Pengadilan
5. PERMA No 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
6. Lembaga APS juga dijumpai secara tersebar dalam undang – undang misalnya dibidang
Lingkungan Hidup, Perlindungan Konsumen Perburuhan dan lain – lain
Kelebihan Mediasi

1. Lebih sederhana dari pada penyelesaian melalui proses hukum


acara perdata
2. Efisien
3. Waktu singkat
4. Rahasia
5. Menjaga hubungan baik para pihak
6. Hasil mediasi merupakan Kesepakatan
7. Berkekuatan hukum tetap
8. Akses yang luas bagi para pihak yg bersengketa untuk memperoleh
rasa keadilan
PIDANA

 Perbuatan pidana dibagi menjadi 2, yaitu kejahatan dan pelanggaran.


 Bentuk sanksi pidana dalam hukum positif Indonesia terbagi atas dua,
yaitu:
1. Pidana Pokok : hukuman mati, penjara, kurungan, denda, dan
tutupan
2. Pidana Tambahan : pencabutan hak tertentu, perampasan barang
dan pengumunan putusan hakim
Penyelesaianya tuntutan
pidana
1. POLISI
a. Penyelidikan e. Penggeledahan
b. Penyidikan f. Penyitaan
c. Penangkapan g. Berakhirnya tugas polisi
dlm penyidikan
d. Penahanan
2. KEJAKSAAN
a. Prapenuntutan
b. Dakwaan dan penuntutan
c. Penghentian penuntutan
d. Pelimpahan perkara oleh kejaksaan ke
pengadilan
3. Pemeriksaan perkara oleh hakim di
pengadilan, pemeriksaan persidangan,
putusan pengadilan, upaya hukum, eksekusi,
dll.
Upaya Pencegahan Sengketa
1. Senantiasa berpedoman pada standar pelayanan kebidanan dan standar prosedur
operasional
2. Bekerjalah secara profesional, berlandaskan etik dan moral yang tinggi
3. Ikuti peraturan perundangan yang berlaku, terutama tentang kesehatan dan praktik
pelayanan
4. Jalin komunikasi yang harmonis dengan pasien dan keluarganya dan jangan pelit
memberikan informasi.
5. Tingkatkan rasa kebersamaan, keakraban dan kekeluargaan sesama sejawat dan
tingkatan kerja sama tim work demi kepentingan pasien
6. Jangan berhenti belajar, selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan dalam bidang yang
ditekuni
7. Memahami konsep Filosofi profesi, antara lain women center care, respec full, Low-
Intervention dan hight touch
Bagaimana sikap bidan dalam
menyikapi permasalahan hukum

Jangan menyiram Melokalisir


api dengan minyak Melakukan tindakan
masalah persuasif
CONTOH KASUS
1. Bidan melakukan pertolongan persalinan dengan distosia bahu dan akhirnya
bayi meninggal
2. Ketidak puasan ( Etika pelayanan )
3. Kesalahan penulisan jenis kelamin (Kelalaian?)
4. Membuat surat kelahiran palsu (Pemalsuan)
5. Dokumentasi Partograph
6. Aborsi
7. ASI Ekslusif
8. Pemberian misoprostol dan pacuan diluar kewenangan dan kompetensi
9. PMB melakukan USG
10.Perdagangan bayi
DAMPAK YANG TERJADI

 Reputasi Bidan terpengaruh


 Kinerja Bidan terganggu
 Ketenangan & konsentrasi kerja bidan terganggu
 Timbul “cost” baru yang tidak pernah di
alokasikan sebelumnya
Peran Praktik Mandiri Bidan pada Masa Pandemi Covid-19 dan
Menghadapi Era New – Normal
Membantu melakukan sosialisasi informasi dan edukasi terkait
01 Kesehatan reproduksi di masa pandemi Covid 19 kepada
masyarakat dengan mengoptimalkan media elektronik

Tetap memberikan pelayanan Kesehatan reproduksi


02 dengan menggunakan APD sesuai standar dan
memperhatikan protokol Kesehatan dan pengaturan
pasien dengan tele registrasi dan triase

Melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan PMB yang

03 lain,
dan termasuk koordinasi
PLKB, supaya denganpelayanan
memberikan Puskesmas, kader
yang optimal
dalam situasi pandemi

04
Mempersiapkan sarana pelayanan PMB sesuai protokol
Kesehatan di masa pandemi Covid 19
PENUTUP

 PMB memiliki peranan yg sangat penting dan posisi yang strategis dalam pemberian
pelayanan ibu & anak dan kespro
 Semua pelayanan yang dilakukan oleh bidan harus berdasar kewenangan,berbasis kompetensi,
didasari suatu evidence based dan etika profesi.
 Untuk mencegah masalah hukum dalam pelayanan kebidanan diperlukan pemahaman tentang
peraturan perundangan yang terkait dengan profesi bidan
 Organisasi profesi (IBI) memiliki peranan yang sangat penting dalam pendampingan dan
pengayoman kasus hukum yang dialami oleh bidan
SUMBER

1. H. Zaeni Asyhadie, SH., M.Hum, “ Aspek – Aspek Hukum Kesehatan di Indonesia” tahun 2017
2. Kadri Husin dkk, “Sistem Peradilan Pidana di Indonesia” tahun 2016
3. Lutfil Ansori, “ Legal Drafting Teori dan Praktik Penyusunan Peraturan Perundang – Undangan” tahun 2019
4. M. Natsir Asnawi, S.HI., MH, “ Hukum Acara Perdata Teori, Praktik dan Permasalahannya di Peradilan Umum
dan Peradilan Agama” tahun 2019
5. M. Syaifudin Syahrir “Alternatif Penyelesaian Sengketa” tahun 2007
6. Perma no 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
7. Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, Sp.OG (K), “ Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan” tahun 2016
8. Siswati, Sri Dra, SH., Apt., M.Kes. 2015. ”Etika dan Hukum Kesehatan dalam Perspektif Undang – Undang Kesehatan”. PT.
Rajawali Pers : Depok
9. Umar Said Sugiarto, SH., MS, “ Pengantar Hukum Indonesia “ tahun 2018
10.UU no 36 tahun 2009 tentang Tenaga Kesehatan
11.UU no 36 tahun 2014 tentang Kesehatan
12.UU no 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
“Hukum adalah jaring
laba-laba yang dilewati
lalat besar dan
merupakan tempat
tinggal bagi lalat kecil”
#Honore de Balzac (1799-1850)
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai