Anda di halaman 1dari 44

PROGRAM PENANGGULANGAN

GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL


oleh:
Sri Purwati Rosjid
Kasubdit Gangguan Indera dan Fungsional
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

Disampaikan pada:
TOT Posbindu
Bandung/14-15 September 2016

1
OUTLINE
1. PENDAHULUAN

2. PERMASALAHAN GANGGUAN INDERA DAN


FUNGSIONAL

3. PROGRAM PENANGGULANGAN GANGGUAN


GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL

4. PENUTUP
1. PENDAHULUAN
PERMENKES RI NO. 64 TAHUN 2015
TENTANG ORGANISASI & TATA KERJA KEMENKES

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PTM TERDIRI ATAS:

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT PARU KRONIK DAN GANGGUAN IMUNOLOGI;

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH;

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT KANKER DAN KELAINAN DARAH;

• SUBDIREKTORAT PENYAKIT DM DAN GANGGUAN METABOLIK;

• SUBDIREKTORAT GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL;


Subdirektorat Gangguan Indera dan Fungsional,
berdasarkan Permenkes No 64 tahun 2015 tentang
SOTK Kemenkes

Pasal 371 :
Terdiri Tugas  adalah melaksanakan penyiapan
dari 2 seksi yaitu : perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
Seksi Gangguan penyusunan norma, standar, prosedur,
Indera kriteria dan pemberian bimbingan teknis
dan supervisi serta pemantauan,Evaluasi
Seksi Gangguan
dan pelaporan di bidang pencegahan dan
Fungsional pengendalian gangguan indera dan
fungsional
GANGGUAN INDERA
Penanggulangan Gangguan Indera diprioritaskan
pada Gangguan Indera Penglihatan dan Indera
Pendengaran
Prioritas Penanggulangan Proritas Penanggulangan
Gangguan Penglihatan dan Gangguan Pendengaran dan
Kebutaan ( PGPK ) : Ketulian (PGPKT )

1. Katarak 1. Tuli Kongenital


2. OMSK (Otitis Media
2. Kelainan Refraksi Supuratif Kronis)
3. Serumen Prop
3. Glaukoma 4. NIHL (Noise Induce
Hearing Loss)
5. Presbikusis
2. PERMASALAHAN GANGGUAN
INDERA DAN FUNGSIONAL
A. Gangguan Indera Penglihatan dan Kebutaan
Estimasi Global Gangguan Penglihatan ( WHO,2010
)

Dari 6.697 juta penduduk dunia,


diperkirakan 285 juta (4,25%) • Penyebab Gangguan Penglihatan yang
diantaranya mengalami gangguan dapat dilakukan upaya deteksi dini :
penglihatan. 1.Katarak
Dari 285 juta jiwa diperkirakan 39 juta 2.Gangguan refraksi
(14%) diantaranya mengalami
kebutaan (blindness), 246 juta (86%) • Penyebab Kebutaan yang dapat dicegah:
dengan low vision. 1.Katarak
2.Glaukoma
Prevalensi Katarak Unilateral Per Kab/Kota
Provinsi Jawa Barat
1.4%

1.2%

1.0%

0.8%

0.6%

0.4%

0.2%

0.0%
Prevalensi Katarak Bilateral Per Kab/Kota
Provinsi Jawa Barat
4.5%

4.0%

3.5%

3.0%

2.5%

2.0%

1.5%

1.0%

0.5%

0.0%
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
Sukabumi
Kota Bandung
Ciamis
Kuningan
Indramayu
Kota Cirebon
Majalengka
Sumedang
Cirebon
Cianjur
Subang
JABAR
Karawang
Bandung Barat
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%

Purwakarta
Bandung Bandung
Garut Sumedang
Kota Banjar Majalengka
Kota Sukabumi Kota Bekasi

Provinsi Jawa Barat


Bogor Kota Sukabumi
Kota Bogor Kota Bandung
Kota Depok Ciamis
Kota Tasikmalaya Kota Banjar
Indramayu
Prevalensi Low Vision Per Kab/Kota
Tasikmalaya
Bekasi Subang
Kota Bekasi Kuningan
Kota Cimahi Bandung Barat
Kota Cimahi
Cianjur
Kota Depok
JABAR
Purwakarta
Kota Tasikmalaya

0.0%
0.1%
0.2%
0.3%
0.4%
0.5%
0.6%
0.7%

Kota Bogor
Bogor
Provinsi Jawa Barat

Majalengka Sukabumi
Sukabumi Garut
Indramayu Kota Cirebon
Kota Banjar Cirebon
Kota Cirebon Bekasi
Subang Karawang
Cirebon Tasikmalaya
Cianjur
Prevalensi Gangguan Penglihatan Per Kab/Kota

Kota Depok
Bandung Barat
Ciamis
Sumedang
Bekasi
JABAR
Karawang
Kuningan
Tasikmalaya
Bandung
Provinsi Jawa Barat

Kota Bogor
Purwakarta
Kota Bandung
Kota Tasikmalaya
Garut
Prevalensi Buta Bilateral Per Kab/Kota

Kota Cimahi
Bogor
Kota Bekasi
Kota Sukabumi
B. Gangguan Indera Pendengaran dan Ketulian
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%

0.0%
5.0%
Bogor
Sukabumi
Cianjur
Bandung
Garut
Tasikmalaya
Ciamis
Kuningan
Cirebon
Majalengka
Sumedang
Indramayu
Subang
Purwakarta
Karawang
Bekasi
Bandung Barat
Kota Bogor
Kota Sukabumi
Kota Bandung
per Kab/Kota Prov.Jabar

Kota Cirebon
Kota Bekasi
Kota Depok
Serumen Unilateral

Kota Cimahi
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar
Provinsi
Prevalensi Serumen pada anak usia 6-12 tahun

Serumen Bilateral
ANGKA GPKT
MASALAH KETULIAN INDONESIA
DIDUNIA
• 360 juta (5,3%) penduduk • 42,3 JT (16,8%) GP
dunia • 1.080,000 (0,4%) TULI
–½ nya (180 juta) di Asia BERAT
Tenggara • 5,000-10,000 BAYI
– Indonesia no.4 setelah Sri LAHIR TULI /TAHUN
Lanka, Myanmar, India

 BAGAIMANA MASA DEPAN INDONESIA


???
• KABAR BAIK : 50% dapat DICEGAH!!
??
5
SESUAI ANJURAN WHO
C. GANGGUAN FUNGSIONAL
• Gangguan Fungsional adalah sebuah masalah pada fungsi
tubuh dan atau struktur tubuh yang mengakibatkan
terbatasnya aktifitas dan partisipasi baik dalam jangka
waktu temporer maupun lama-permanen ( disabilitas)

• Penyandang disabilitas ialah orang yang memiliki


keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan
lingkungan dan sikap masyarakat, dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpatisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak( UU No 8 tahun 2016
tentang penyandang disabilitas )

International Classification of Functioning,Disability and Health ( ICF/WHO,2001)


RUANG LINGKUP PENANGGULANGAN
GANGGUAN FUNGSIONAL
Diagnosa Diagnosa
Penyakit Disabilitas
Perjalanan Komplikasi
Perjalanan Penyakit :
Penyakit
- Impairmento
- Functional
n
limitation
Sehat
Kematian

Pelayanan
Kesehatan bagi
Primary Secondary Penyandang
Disability limitation
Prevention Prevention Disabilitas :
Rehabilitation •Promotif
Mis. PHBS,
Kampanye
Mis. •Preventif
CERDIK, Kampanye
Kampanye Tertiary
•Kuratif
Keselamatan
PATUH,
Jalan, Pre-Marital DOTS Prevention •Rehabilitatif
Konseling, dsb.
FAKTA DISABILITAS
• 15 dari 100 orang di dunia merupakan penyandang disabilitas.
• Sekitar 2 – 4 dari 100 orang tersebut termasuk dalam kategori
penyandang disabilitas berat.
• Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka semakin bertambah
kecenderungan penyandang disabilitas disebabkan karena proses
degeneratif.
• Beberapa penyakit dan kondisi kesehatan dapat berimplikasi menjadi
gangguan fungsional/disabilitas, demikian juga kejadian bencana alam,
kecelakaan lalu lintas serta konflik, dll.
• Permasalahan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan masih menjadi
penghalang bagi penyandang disabilitas.

International Classification of Functioning,Disability and Health ( ICF/WHO,2001)


RAGAM DISABILITAS (UU No. 8 Tahun
2016)
• Terganggunya fungsi gerak, • Terganggunya fungsi pikir
antara lain :
karena tingkat kecerdasan
• Amputasi
di bawah rata-rata, antara
• Lumpuh layuh atau kaku
lain :
• Paraplegi
• Cerebral palsy (CP)
• Lambat belajar
• Akibat stroke • Disabilitas grahita
• Akibat kusta • Down syndrom
• Orag kecil Disabilitas Disabilitas
• Disabilitas wicara
Fisik Intelektual

Disabilitas Disabilitas
• Terganggunya fungsi pikir, emosi
Sensorik Mentaldan perilaku, antara lain
• Terganggunya salah • Psiko-sosial, diantaranya
satu fungsi dari Skizofrenia, Bipolar, Deprsi,
panca indera, antara Anxietas dan gangguan
lai : kepribadian
• Disabilitas netra • Disabilitas perkembangan yang
• Disabilitas rungu berpengaruh pada kemampuan
interaksi sosial seperti Autis dan
Hiperaktif
3. PROGRAM PENANGGULANGAN
GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL
Goals Pemerintah (Nawa Cita)
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara
2. Membuat pemerintah tidak absen (hadir) dengan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional
7. Mewujudkan kemandirian eknomi dengan menggerakkan sektor–sektor
strategis ekonomi domestik
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
9. Memperteguh Ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia

25
ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN
(2005-2024)
RPJMN I RPJMN II RPJMN III RPJMN IV
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2024

Derajat
Universal
Coverage kesehatan
Upaya Kuratif masyarakat
yang setinggi-
tingginya

Pendukung/penunjang

Pembangunan Kesehatan diarahkan pada terwujudnya


derajat kesehatan masyarkat yang setinggi-tingginya
dengan mengutamakan upaya promotif-preventif agar
kejadian penyakit berkurang, jumlah orang berobat
PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO GANGGUAN
PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN
DENGAN PERILAKU CERDIK DAN PATUH
P Periksa Kesehatan secara rutin
dan ikuti anjuran dokter
Atasi Penyakit dengan
A
pengobatan yang tepat dan
teratur
T
Tetap diet sehat dengan gizi
U seimbang,

Upayakan beraktivitas fisik


H dengan aman,

Promosi kesehatan untuk berperilaku Program Patuh bagialkohol


Hindari rokok, yang dan
sudah
zat
karsinogenik lainnya
CERDIK dalam mengatasi PTM dan menyandang PTM
mengimplementasikan dalam Posbindu diselenggarakan agar mereka
PTM rajin kontrol dan minum obat

27
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71
TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR
 Penyelenggaraan penanggulangan melalui pencegahan,
pengendalian dan penanganan yang komprehensif, efisien,
efektif, dan berkelanjutan

Prevention/
Detection Response
Protection
POSBINDU PTM

Kegiatan terintegrasi :
• KIE PTM
• Deteksi dini faktor risiko PTM
• Monitoring faktor risiko PTM
• Konseling + Rujukan Kegiatan RBM

• Kegiatan lain: Penyuluhan, senam,


bersepeda, dll

KEGIATAN DI FKTP
1. Promotif  Penyuluhan Faktor Risiko dan Pengenalan Kasus
2. Preventif  Penemuan Dini Kasus Gangguan Indra, baik di dalam gedung
(Pelayanan Kesehatan) maupun luar gedung (Penjaringan Kesehatan)
3. Kuratif  Tatalaksana GIF sesuai Standar Kompetensi
4. Rehabilitatif  Rehabilitasi Medik, Penggunaan alat bantu, Pembinaan
Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM)
DETEKSI DINI GANGGUAN PENGLIHATAN & KEBUTAAN SERTA
GANGGUAN PENDENGARAN & KETULIAN di FKTP

GANGGUAN PENGLIHATAN & GANGGUAN PENDENGARAN &


KEBUTAAN KETULIAN

UKS
(1, 7 dan
10)

DILAKSANAKAN Deteksi Dini


SECARA - Tuli Kongenital
- OMSK (Otitis Media Supuratif
TERINTEGRASI Kronik)
- NIHL (Noise Induce Hearing Loss)
- Serumen Prop & Presbikusis
Gangguan Refraksi
(Myop, Hipermetrop, POSBINDU
astigmatisma, dan Presbiopia)
K/L
Upaya Pelayanan Kesehatan
Penyandang Disabilitas
• Promotif : penyuluhan, media KIE, Kelompok/forum
komunikasi keluarga penyandang disabiltas.
• Preventif : pengendalian faktor risiko, tatalaksana dini
penyakit dan pencegahan komplikasi penyakit dasar
maupun penyerta.
• Kuratif : Pelayanan pengobatan mulai dari tingkat dasar
sampai tingkat rujukan di RSU dan RS Khusus seperti RS
Jiwa, Mata, Kusta, Paru, Stroke dan sebagainya.
• Rehabilitatif : Rehabilitasi medik sesuai kebutuhan (alat
bantu, dll), Rehabilitasi psikososial dan Rehabilitasi
Bersumberdaya Masyarakat (RBM).
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN
INDERA TERINTEGRASI
GPK Faktor Risiko Pop at risk Promotif Deteksi Dini Preventif Penanganan TL
Terintegrasi

Refraksi Lifestyle (pola siswa/anak usia Sosialisasi , Dengan Pengendalian Rujukan kasus
makan, radiasi sekolah penyebar luasan Penjaringan Faktor risiko, ke FKTP, FKRTL,
gadget/elektroni KIE dengan Kesehatan PHBS, cek RS Mata, BKMM
k, kebiasaan melibatkan (Kegiatan UKS), kesehatan
membaca), LP/LS/ Mitra Posbindu PTM,
genetik Kerja :
Komatnas,
Organisasi
ProProfesi,
Akademisi,
Ormas,Yayasan,s
wasta,
masyarakat

Katarak Pajanan sinar Petani, Nelayan, idem Dengan Pos UKK idem idem
UV, infra red , penduduk usia (Dit. Kesja,
usila, merokok, >40 tahun Posbindu PTM,
minum alkohol, Pandu PTM,
kelainan Posyandu Lansia
sistemik (mi.
DM dan
penggunaan
steroid)
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN
INDERA TERINTEGRASI
GPK Faktor Risiko Pop at risk Promotif Deteksi Dini Preventif Penanganan TL
Terintegrasi

Glaucoma Usia, bilik mata Penyandang Sosialisasi , Posbindu PTM, Pengendalian Rujukan kasus ke
dangkal, DM, usia >40 penyebar luasan Pandu PTM, Faktor risiko, FKTP, FKRTL, RS
peradangan/ tahun KIE dengan Posyandu Lansia PHBS, cek Mata, BKMM
infeksi mata, melibatkan LP/LS/ kesehatan
penggunaan Mitra Kerja :
steroid, Penyakit Komatnas,
sistemik seperti Organisasi
Diabetes ProProfesi,
Mellitus, Akademisi,
hipertensi. Ormas,Yayasan,sw
asta, masyarakat

OMSK gizi kurang, usia bayi dan Sosialisasi , dengan idem Rujukan kasus ke
lingkungan yang anak penyebar luasan Penjaringan FKTP, FKRTL, RS
tidak higienis, KIE dengan Kesehatan Khusus THT
gangguan melibatkan LP/LS/ (Kegiatan UKS),
kekebalan tubuh, Mitra Kerja : Posbindu PTM,
dan alergi Komnas PGPKT,
Organisasi
ProProfesi,
Akademisi,
Ormas,Yayasan,
swasta,
masyarakat
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN
INDERA TERINTEGRASI
GPK Faktor Risiko Pop at risk Promotif Deteksi Dini Preventif Penanganan TL
Terintegrasi

Sumbatan Usia, Usia anak Sosialisasi , dengan Pengendalian Rujukan kasus ke


Serumen pekerjaan/aktivit sekolah penyebar luasan Penjaringan Faktor risiko, FKTP, FKRTL, RS
as, riwayat KIE dengan Kesehatan PHBS, cek Khusus THT
membersihkan melibatkan (Kegiatan UKS), kesehatan
telinga, LP/LS/ Mitra Posbindu PTM,
lingkungan, Kerja : Komnas
genetik, liang PGPKT,
lubang telinga Organisasi
sempit, dasar ProProfesi,
liang telinga Akademisi,
lebih datar. Ormas,Yayasan,
swasta,
masyarakat
Presbikusis Penyakit sistemik usila idem Dengan Pos UKK idem idem
(diabetes (Dit. Kesja,
melitus, Posbindu PTM,
hipertensi, Pandu PTM,
kolesterol tinggi) Posyandu Lansia
Riwayat terpajan
bising
Obat ototoksik
Gaya hidup
(konsumsi
alkoholl
perokok)
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN INDERA
TERINTEGRASI
GPK Faktor Risiko Pop at Promotif Deteksi Dini Preventif Penanganan
risk Terintegrasi TL

Tuli Riwayat keluarga Bayi baru Sosialisasi , SDIDTK(Stimul Pengendalian Rujukan kasus
Kongenital dengan gangguan lahir (0 – penyebar asi , Deteksi Faktor risiko, ke FKTP,
pendengaran sejak 28 hari) luasan KIE dan Intervensi PHBS, cek FKRTL, RS
masa anak-anak dengan Dini Tumbuh kesehatan Khusus THT
Riwayat infeksi melibatkan Kembang
TORCHS ( LP/LS/ Mitra Anak)
Toksoplasma, Rubela, Kerja : Komnas
Cytomegalovirus, PGPKT,
Herpes,Sifilis) pada Organisasi
kehamilan ProProfesi,
Berat badan lahir Akademisi,
rendah (< 1500 Ormas,Yayasa
gram) n,swasta,
Hiperbilirubinemia masyarakat
yang memerlukan
transfusi tukar darah
Penggunaan obat
ototoksik pada ibu
hamil
UPAYA PENANGGULANGAN GANGGUAN
INDERA TERINTEGRASI
GPK Faktor Risiko Pop at risk Promotif Deteksi Dini Preventif Penanganan TL
Terintegrasi

Gangguan Pajanan bising bising lingkungan Sosialisasi , UKS, Pos UKK Pengendalian Rujukan kasus ke
Pendengaran yang cukup keras kerja (bandara, penyebar luasan (Dit. Kesja, Faktor risiko, FKTP, FKRTL, RS
Akibat Bising (>85 dB), dalam pelabuhan laut, KIE dengan Posbindu PHBS, cek Khusus THT
(NIHL) jangka waktu pabrik, bengkel, melibatkan LP/LS/ PTM. kesehatan,
cukup lama, dan ruang praktek SMK Mitra Kerja : penggunaan alat
berulang ulang teknik mesin, jalan Komatnas, pelindung diri
raya dan lain-lain), Organisasi
lingkungan bermain, ProProfesi,
gaya hidup Akademisi,
menggunakan gadget Ormas,Yayasan,
yang berlebihan, swasta,
pajanan terhadap masyarakat
volume musik keras
(live show, suara
musik di mobil
angkutan umum, dan
lain-lain).
JEJARING KERJA KEGIATAN PENANGGULANGAN
GANGGUAN INDERA DAN FUNGSIONAL
• Kemkes/Kementrian
Direktorat P2 PTM ( Subdit lain
Gangguan Indera & Fungsional) • NGO
• Profesi
• RSUP , LSM
• Dinkes Prov
• NGO
PROVINSI • Profesi
• RS Prov
•LSM

KAB/KOTA • Dinkes Kab/kota


• RS Kab
•Promosi Kesehatan
PERAWATAN •Deteksi Dini
FKTP/FKRTL •Skrining kasus
•Diagnosa kasus
NON PERAWATAN •Penanganan Kasus
•Habilitasi&Rehabilitasi
•Pencatatan dan Pelaporan

•Promosi Kesehatan
MASYARAKAT KADER •Deteksi Dini
•Rehabilitasi Bersumberdaya
Masyarakat
Kegiatan Subdit Gangguan Indera dan Fungsional

1. Penyusunan NSPK
2. Sosialisasi dan advokasi program kesehatan indera dan
Fungsional ke daerah
3. Koordinasi dengan LP,LS dan LSM dalam menjalin kerjasama
dengan NGO
4. Pembinaan, monitoring dan evaluasi kedaerah
5. Kampanye masal dan deteksi dini dalam mendukung:
- Hari kesehatan telinga dan pendengaran (tanggal 3 Maret)
- Hari bebas bising ( 24 April)
- Hari Glaukoma Sedunia (11 Maret)
- Hari Penglihatan Sedunia (Kamis minggu kedua bulan Oktober)
- Hari Disabilitas Sedunia ( 3 Desember )
6. Workshop Penanggulangan gangguan Indera
dan Fungsional untuk tenaga kesehatan
Puskesmas dan para kader.
7. Road Map Gangguan Indera & Fungsional
serta implementasi RAN PGPK,PGPKT dan
Disabilitas.
8. Sertifikasi Kurikulum Indera & Fungsional.
9. Surveilans
4. PENUTUP
INOVASI PROGRAM
• Integrasi skrining/deteksi dini penanggulangan indera ke
dalam Posbindu PTM  petugas pelaksana posbindu
terlatih deteksi dini gangguan penglihatan dan
pendengaran sederhana (tanpa alat).
• Integrasi penanggulangan indera melalui posbindu di
tempat kerja  Tenaga terlatih deteksi dini gangguan
penglihatan dan pendengaran dengan alat sederhana yang
tersedia di poliklinik (misal: snellen chart, garpu tala, dll)
• Integrasi penanggulangan indera melalui program UKS,
CERDIK di Sekolah, dan Upaya Berhenti Merokok ( UBM ).
• Integrasi penanggulangan indera ke dalam PANDU PTM
PENUTUP
• Upaya pencegahan penyakit bertujuan untuk
mengurangi angka kesakitan, disabilitas, dan
kematian.
• Gangguan indera dan fungsional masih menjadi
permasalahan kesehatan masyarakat baik di
tingkat Global maupun Nasional.
• Gangguan indera dan fungsional apabila tidak
ditangani mempengaruhi kualitas hidup,
produktivitas, dan daya saing manusia
Indonesia.
• Perlunya Peningkatan kerjasama Lintas
Program dan Lintas Sektor terkait
penanggulangan gangguan indera dan
fungsional.
TERIMA
KASIH
Kontak kami :

subditgifu@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai