Anda di halaman 1dari 56

KULIAH 9

PENGAKUAN DAN PENGUKURANM,.

Outline Kuliah:
1. Konsep pengakuan
2. Konsep pengukuran
3. Konsep Perspektif Pengukuran
4. Alasan Perspektif Pengukuran
5. Teori Prospek
6. Beta
7. Anomali Pasar Modal Efisien
8. Kesimpulan tentang Efisiensi Pasar
9. Auditors’ Legal Liability
Pengakuan dalam akuntansi

Proses penetapan terpenuhinya


kriteria pencatatan suatu kejadian
atau peristiwa dalam catatan
akuntansi

Dr. Baldric Siregar, MBA., Ak. 2


Proses pengukuran :

1. Proses penggolongan
2. Proses pengidentifikasian
3. Penyajian informasi yg bersifat non
kuantitatif
Kendala pengukuran :
1. Relevansi dengan peramalan yad
2. Ketidakpastian
3. Objektivitas dan verifiabilitas
4. Bebas dari bias
5. Keterbatasan unit moneter
6. Konservatisme
Tujuan penilaian dalam akuntansi :
1. Penilaian sebagai suatu metode
pengukuran laba
2. Penilaian sebagai langkah dalam
proses penandingan
3. Penilaian sebagai ukuran
pertambahan nilai
Konsep Perspektif Pengukuran

Perspektif pengukuran (measurement perspective)


terhadap pelaporan keuangan adalah suatu
pendekatan yang menuntut akuntan untuk
melaksanakan tanggungjawab memasukkan nilai wajar
terhadap laporan keuangan pokok, dengan reliabilitas
yang masih rasional, yang berarti meningkatnya
tanggungjawab akuntan untuk membantu investor
dalam memprediksi kinerja masa depan perusahaan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi


laporan keuangan, tetapi jangan meninggalkan
reliabilitasnya dalam rangka membantu investor
mengambil keputusan.
Konsep Perspektif Pengukuran

Measurement perspective dapat meningkatkan


earnings quality dengan semakin relevannya
informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi
semakin relevan, maka reaksi investor terhadap
informasi tersebut akan semakin besar.

Namun demikian, measurement perspective juga


dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair value yang
dapat dimasukkan dalam laporan keuangan pokok
adalah metode yang tidak mengakibatkan
menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut.
Pengukuran dalam akuntansi :

1). Nilai keluaran pertukaran


(exchange output value ) :
Nilai yg didasarkan pada jumlah kas
atau pengorbanan lainnya yg akan
diterima jika aktiva atau
jasa meninggalkan perusahaan
Nilai keluaran pertukaran
a.Diskonto penerimaan kas atau
potensi jasa mendatang yang
diharapkan
b. Nilai keluaran berlaku
c. Ekuivalen kas berlaku
d. Nilai likuidasi
Keadaan dapat diterapkan :
Apabila bukti yang terandal atas
nilai keluaran tersedia sebagai
indikasi penerimaan kas yg akan
datang
Pengukuran dalam akuntansi :

2. Nilai masukan pertukaran


(exchange input value ) :
Nilai yg didasarkan pada jumlah kas
atau pengorbanan lainnya yg
diterima jika aktiva atau jasa
Masuk ke perusahaan
2. Nilai masukan pertukaran
a. Harga perolehan historis
b. Harga perolehan masukan yg berlaku
c. Diskonto harga perolehan
mendatang
d. Biaya standar
Keadaan dapat diterapkan :

Apabila bukti yang terandal atas nilai


keluaran tidak tersedia atau sebagai
indikasi kebutuhan kas yang akan
datang
Pengukuran Laba dan Modal

• Historical Cost
• Current Cost (entry value)
• Current selling price (exit
value)

14
Historical Cost Accounting
• Tujuan Akuntansi
– Pemisahan pemilik dengan manajemen
– Pertanggungjawaban dari kontrak pemilik dana pada
manajemen.
• Modal dan Laba
– Laba merupakan selisih modal akhir dengan modal
awal
– Laba merupakan kinerja perusahaan dalam periode
yang ditetapkan
• Teori penandingan biaya
– Historical cost mengakui adanya aliran biaya yang
nantinya akan ditandingkan dengan pendapatan
• Conservatism
– Beban harus segera diakui, sedangkan pendapatan
menunggu sampai tingkat kepastiannya cukup
tinggi.
– Penurunan nilai aset segera diakui sedangkan
peningkatan aset tidak diakui.

15
Dukungan terhadap historical cost

• Relevan
• Didasarkan pada kejadian yang
sesungguhnya
• Berdasarkan pengalaman historical cost
bermanfaat
• Laba merupakan selisih pendapatan dengan
biaya, mudah dipahami
• Dapat dipercaya

16
Kritik terhadap historical cost

• Tujuan Akuntansi
– Lebih memperhatikan yang akan datang
• Informasi untuk pengambilan keputusan
– Kurang memadai untuk dasar evaluasi yang
bermanfaat untuk pengambilan keputusan
• Dasar historical Cost
– Adanya asumsi kontinuitas usaha yang tidak
sesuai
• Penandingan
• Kebutuhan Investor
17
Current Cost Accounting

• Tujuan Current Cost Accounting


– Aset dinilai pada harga beli pada saat ini
– Laba ditentukan berdasarkan harga beli
pada saat ini
– Manajer harus mampu mengalokasikan
sumberdaya untuk memaksimumkan
laba
– Masalah dasar yang harus dilakukan
manajer (Edward & Bell)
• Berapa jumlah aset yang harus
dipertahankan
• Bagaimana bentuk dan komposisi
asetnya
• Bagaimana aset tersebut diperoleh

18
Current Cost Accounting(lanjt)

– Akuntansi harus mampu memberikan


informasi:
• Evaluasi manajer mengenai keputusan
yang lalu untuk keputusan yang terbaik
dimasa yang akan datang
• Evaluasi manajer oleh pihak luar

19
Current cost accounting (lanjt)
• Konsep organisasi bisnis dan modal keuangan
– Keputusan yang harus dilakukan manajer
berkaitan dengan laba
• Keputusan mempertahankan atau melepas aset dan
liabilitas
• Keputusan keuangan mengenai sumber dan
penggunaan dana
– Konsep laba yang diajukan Edward dan Bell:
• Laba operasi saat ini (nilai output – nilai input saat ini)
• Penghematan biaya yang direalisasi (peningkatan nilai
aset yang dimiliki badan usaha)
– Modal merupakan konsep kepemilikan finansial
sehingga laba ditentukan setelah modal
dinyatakan pada harga saat ini.

20
Dukungan & kritikan terhadap
Current Cost Accounting
• Dukungan terhadap Current Cost
Accounting
– Prinsip pengakuan
– Tujuan Current Cost
– Perubahan Tehnologi
• Kritikan terhadap Current Cost Accounting
– Subjektif

21
Financial Capital vs Physical
Capital
• Market value accounting System
– Perhitungan laba dipengaruhi pengukuran modal
(capital)
– Laba merupakan selisih modal awal dan akhir
dan bukan berasal dari hasil alokasi
– Holding gains diakui pada modal finansial dan
tidak diakui pada modal phisik

22
Dukungan physical Capital

• Modal menunjukkan kemampuan


operasional perusahaan
Contoh:
Apabila tadinya mampu membeli 100 unit pada
awal periode maka pada akhir periode hrs
mampu membeli 100 unit. Apabila pada awal
harganya Rp 100 dan kemudian naik menjadi
Rp 120 maka pada akhir periode butuh
tambahan Rp 2000, jadi Rp 2000 bukan holding
gains tetapi penyesuaian untuk capital
maintenance

23
Unsur utama pada physical
capacity system
• Capital maintenance
• Prinsip penilaian
– Elemen moneter: adalah elemen yang
mempunyai klaim moneter dalam jumlah tetap
– Elemen non moneter harus dinilai pada current
cost
– Elemen moneter ditunjukkan sesuai dengan nilai
pada saat pertama kali masuk
– Elemen non moneter di beli dan di jual pada
pasar yang sama

24
Exit Price Accounting
• Modal dan Laba
– Exit Price Accounting merupakan sistem
akuntansi yang menngunakan harga jual
untuk mengukur posisi keuangan dan kinerja
suatu badan usaha
– Dua hal yang perlu diperhatikan:
• Nilai aset non moneter disesuaikan dengan
harga jual pada saat ini yang merupakan
bagian dari laba yang belum terealisasi
• Perubahan daya beli diperhitungkan untuk
mengukur modal finansial dan hasil operasi

25
Tujuan Akuntansi

• Sesuai untuk pengambilan keputusan


– Perusahaan melakukan kegiatan pembelian dan
penjualan barang dan jasa
– Perusahaanberusaha meningkatkan kemakmuran
– Melakukan kemampuan bersaing secara terus
menerus
– Berkentingan dengan kas yang diterima dari
kegiatan yang dilakukan

26
Tujuan Akuntansi

• Sesuai untuk pengambilan keputusan


– Perusahaan melakukan kegiatan pembelian dan
penjualan barang dan jasa
– Perusahaanberusaha meningkatkan kemakmuran
– Melakukan kemampuan bersaing secara terus
menerus
– Berkentingan dengan kas yang diterima dari
kegiatan yang dilakukan

27
Manfaat Exit Price Accounting

• Memberikan informasi yang bermanfaat


• Informasi yang relevan dan reliable
• Mempunyai sifat additive
• Dapat digunakan sebagai dasar alokasi
• Sesuai dengan kenyataan
• Objective
• Dapat digunakan untuk mengukur risiko
– Apabila harga jual berbeda jauh dengan
harga beli, menunjukkan risiko yang tinggi

28
Kritik terhadap Exit Price
Accounting
• Konsep laba
• Kesulitan untuk melakukan menerapkan
kemampuan additive
• Penilaian Liabilitas

29
Konsep Perspektif Pengukuran

Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan


relevansi informasi akuntansi. Akuntan mengambil
tanggungjawab untuk membantu investor dengan cara
menggunakan pengukuran fair value terhadap laporan keuangan
pokok. Akan tetapi, sesuai dengan SFAC 2 menyatakan bahwa
ada dua kualitas informasi pokok, yaitu relevansi dan
reliabilitas, yang harus dijaga keseimbangannya.

Apabila hanya memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan


berkurang dan menyebabkan laporan keuangan tidak bisa
diaudit. Akuntan publik yang merupakan ujung tombak profesi
akuntansi tidak lagi bisa berjalan karena laporan keuangan tidak
bisa diaudit. Karena itu, batasan measurement perspective
adalah berusaha untuk menggunakan pengukuran yang
berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan pokok
asalkan kualitas reliabilitas laporan keuangan pokok tersebut
tidak berkurang.
Konsep Perspektif Pengukuran

Measurement perspective bukan untuk mengganti historical


cost. Apabila suatu measurement tidak reliabel, maka tetap
menggunakan historical cost.

Namun demikian, tidak mudah menggunakan fair value


tanpa mengurangi reliabilitas. Batasannya adalah, kita
menggunakan fair value untuk meningkatkan relevansi
selama reliabilitas tidak terganggu.

Mengapa? Unsur reliabilitas menjadi dasar untuk


pelaksanaan audit oleh akuntan publik. Akuntan publik
adalah gambaran pokok akuntansi dan menjadi ujung
tombak akuntansi. Akuntan publik jangan ditempatkan
pada posisi yang berisiko karena dituntut.
Current Cost atau Exit Price ?

• Curretnt cost lebih dipilih dari pada exit


price dengan alasan:
– Harga jual perlu evaluasi karena setelah
pembelian biasanya harganya jatuh
– Exit price lebih menekankan kegiatan usaha
jangka pendek (likuidasi)
– Exit price cenderung mengantisipasi laba operasi
sebelum terjadi penjualan

32
Alasan Perspektif Pengukuran

Mengapa measurement perspective


mengusulkan untuk memasukkan informasi
yang bernilai lebih relevan (more value-
relevant information) dalam laporan
keuangan pokok, padahal teori pasar modal
efisien berimplikasi bahwa catatan kaki dan
pengungkapan lain sudah cukup?
Alasan Perspektif Pengukuran

Berdasarkan information perspective :


historical cost digunakan sebagai basis
akuntansi dan mengandalkan pengungkapan
penuh untuk meningkatkan manfaat
informasi akuntansi bagi investor.
Bentuk pengungkapan tidak penting, yang
penting adalah bahwa diasumsikan banyak
rational investor dan informed investor yang
bereaksi cepat terhadap informasi akuntansi.
Riset empiris tentang efisiensi pasar modal
telah mengkonfirmasi bahwa setidaknya
informasi laba bermanfaat bagi pasar.
Alasan Perspektif Pengukuran

Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan


dengan information pespective, seperti :
(1)laba hanya direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%,
(2)pasar modal mungkin tidak seefisien yang diduga,
dan
(3)tuntutan tanggungjawab hukum oleh masyarakat
terhadap akuntan meningkat.
Ketiga alasan tersebut mendasari adanya
kemungkinan bahwa measurement perspective dapat
meningkatkan relevansi informasi akuntansi tanpa
mengabaikan reliabilitas informasi akuntansi
tersebut.
Alasan Perspektif Pengukuran

Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu


menjelaskan sangat kecil tentang harga sekuritas. Lev (1989)
menemukan bahwa respon pasar terhadap berita baik atau
berita buruk tentang earnings sangat kecil. Variabilitas
keuntungan abnormal dalam narrow window hanya 2% sampai
5% yang dijelaskan oleh informasi earnings, sisanya diakibatkan
oleh faktor lain selain perubahan earnings.

Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings


disebabkan oleh earnings quality yang rendah. Collins, Kothari,
Shanken, dan Sloan (1994) menyatakan bahwa rendahnya
reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan oleh
keterlambatan historical cost; yaitu historical cost menunggu
terlalu lama untuk mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal
ini menuntut perlunya perbaikan earnings quality dengan
pengenalan perspektif pengukuran terhadap laporan keuangan.
Alasan Perspektif Pengukuran

Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal


mungkin tidak efisien seperti dalam teori efisiensi
pasar modal. Investor memerlukan bantuan
bagaimana implikasi informasi akuntansi terhadap
prediksi keuntungan masa depan.

Hal ini diperkuat oleh Ohlson’s clean surplus theory


yang menekankan bahwa peran utama laporan
keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan,
bukan perspektif informasi di mana laporan
keuangan sebagai salah satu sumber informasi. Teori
ini menuntut ke arah perspektif pengukuran.
Alasan Perspektif Pengukuran

Dari sisi praktis, dengan meningkatnya tuntutan terhadap


tanggungjawab hukum, auditor dituntut untuk
menggunakan nilai wajar dalam laporan keuangan.
Tuntutan ini muncul karena kenyataan gagalnya
perusahaan-perusahaan besar, khususnya lembaga
keuangan.

Sebagai contoh, Resolution Trust serta Federal Deposit


Insurance menuntut Deloitte and Touche karena
memberikan clean opion terhadap perusahaan pinjaman
dan tabungan yang insolvent. Kasus terbaru adalah kasus
Enron dan World.com. Salah satu cara bagi akuntan untuk
memproteksi diri dari tuntutan hukum adalah dengan
mengadopsi perspektif pengukuran, menggunakan nilai
wajar, dalam laporan keuangan.
Teori Prospek

Expected utility theory (EUT) sudah mendominasi


analisis pengambilan keputusan dalam kondisi
ketidakpastian (berrisiko). Bahkan teori ini sudah
diterima sebagai pedoman normatif dalam pemilihan
yang rasional.

Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti


empiris terjadinya pelanggaran aksioma EUT.
Berdasarkan aksioma EUT, dalam kondisi
ketidakpastian, orang akan memilih pilihan yang
menghasilkan expected utility terbesar. Mereka
menamainya teori prospek (prospect theory).
Teori Prospek

Teori prospek adalah teori yang menjelaskan


bagaimana seseorang mengambil keputusan dalam
kondisi tidak pasti. Substansi teori prospek adalah
proses pembuatan keputusan individual yang
berlawanan dengan pembentukan harga yang biasa
terjadi di ilmu ekonomi.

Aksioma-aksioma dalam teori prospek (PT) meliputi:


• Reference point.
• Utility function.
• Loss aversion.
Teori Prospek

• Reference point:
– PT. Orang menentukan laba atau rugi
berdasarkan reference point, bukan nilai absolut
laba atau rugi tersebut. Utilitas adalah fungsi dari
laba atau rugi relatif terhadap benchmark
(reference point).
– EUT. Orang menentukan laba atau rugi
berdasarkan nilai absolut kekayaan. Utilitas
adalah fungsi dari nilai kekayaan absolut (tidak
ada reference point).
Teori Prospek

• Utility function:
– PT. Dalam domain laba, orang risk averse;
dalam domain rugi, orang risk seeking.
Fungsi utilitas adalah cekung pada domain
laba dan cembung pada domain rugi.
– EUT. Orang diasumsikan selalu bersikap risk
averse. Fungsi utilitas adalah cembung baik
pada domain laba maupun pada domain rugi.
Teori Prospek

• Loss aversion:
– PT. Loss aversion adalah tendensi orang lebih
mengutamakan menghindari rugi daripada
memperoleh laba. Rugi memiliki kekuatan
(power) psikologis sebanyak dua kali lipat
daripada laba. Overweight terhadap rugi dan
underweight terhadap laba. Berubah 1% dari 2%
ke 3% lebih bernilai besar daripada berubah 1%
dari 30% ke 31% (diminishing sensitivity).
– EUT. Laba atau rugi tidak dapat didefinisikan
karena teori ini tidak memiliki reference point
untuk mengukur laba atau rugi tersebut.
Beta

Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas


terhadap return pasar. Beta menggambarkan besarnya
perubahan harga suatu saham tertentu dibandingkan
dengan perubahan harga pasar.

Beta pasar diestimasi dengan menggunakan return


historis sekuritas dan pasar, misalnya 200 hari untuk
return harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM.

Beta merupakan konsep yang penting dalam akuntansi


keuangan karena beta merupakan pengukur risiko
sistematis suatu sekuritas terhadap risiko pasar
Beta

Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat


didiversifikasi melalui portofolio. Risiko ini
menggambarkan faktor ekonomi secara keseluruhan
yang mempengaruhi semua sekuritas yang ada.

Apabila fluktuasi return suatu sekuritas mengikuti


fluktuasi return pasar, maka beta sekuritas tersebut
bernilai 1. Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko
sistematis suatu saham sama dengan risiko pasar.
Beta

Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode


1963-1990, menemukan bahwa beta memiliki sedikit
kemampuan untuk menjelaskan keuntungan sekuritas. Mereka
menemukan bahwa book-to-market ratio dan ukuran perusahaan
(firm size) lebih signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas.

Daripada melihat beta, lebih baik melihat book-to-market ratio


dan ukuran perusahaan sebagai ukuran risiko. Risiko akan
meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke ratio dan
menurun dengan semakin besarnya ukuran perusahaan.

Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta “mati.”


Beta

Schiller (1981) yang menyatakan bahwa variabilitas


harga sekuritas sama dengan variabilitas dividen.

Determinan yang menentukan nilai perusahaan adalah


dividen masa depan. Selain itu, asumsi bahwa beta
konstan (stationary) juga kurang tepat. Apabila beta
konstan, satu-satunya yang tidak pasti adalah RMt yang
bersifat random.

Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta


“mati.”
Beta

Beta pasar modal berkembang perlu disesuaikan


karena adanya perdagangan tidak sinkron.
Perdagangan tidak sinkron terjadi karena transaksi di
pasar jarang terjadi. Beberapa sekuritas tidak
mengalami perdagangan beberapa lama.

Jika beta tidak bias, maka beta pasar (atau rata-rata


tertimbang semua beta) adalah 1. Apabila rata-rata
tertimbang beta tidak 1, maka selisihnya
menggambarkan bias dalam beta. Koreksi terhadap
beta yang bias dapat dilakukan dengan tidak metode,
yaitu metode yang diajukan oleh Scholes dan Williams
(1977), Dimson (1979), dan Fowler dan Rorke (1983).
Beta

Selain beta pasar, ada juga beta lain yang


dikenal, yaitu: beta akuntansi dan beta
fundamental.

Beta akuntansi dihitung sama dengan beta pasar


dengan mengganti data return menjadi data laba
(earnings).

Beta fundamentel dihitung dengan berbagai


variabel fundamental seperti: dividend payout,
pertumbuhan aktiva, leverage, likuiditas, asset
size, dan earnings variability.
Anomali Pasar Modal Efisien

Apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap


informasi baru tetapi membutuhkan waktu lebih
lama, maka keuntungan abnormal dapat terjadi.

Berbagai anomali pasar modal efisien:


•Teori prospek
•Post-Announcement Drift
•Rasio Keuangan
•Akrual
Anomali Pasar Modal Efisien

Anomali Pasar Modal Efisien – Post Announcement Drift


Long-Term Pre Announcement Long-Term Post-
Peneliti (Tahun) Event
Event Return Return Event Return
Lakonishok dan Vermaelen (1990) Tender Offer 0 Positif Positif
Agrawal, Jaffee, dan Mandelker (1992) Merger Positif 0 Negatif
Ikenberry dan Lakonishok (1993) Proxy Contest Negatif Positif Negatif (atau 0)
Michaely, Thaler, dan Womack (1995) Dividend Initiation Positif Positif Positif
Dividend Omission Negatif Negatif Negatif
Loghran dan Ritter (1995) IPO NA Positif Negatif
SEO Positif Negatif Negatif
Dharan dan Ikenberry (1995) New Exhange Positif Positif Negatif
Brav dan Gompers (1997) Venture Backed IPO NA NA 0
Nonventure Baked IPO NA NA Negatif
Desai dan Jain (1997) Stock Splits Positif Positif Positif
Reverse Splits Negatif Negatif Negatif
Mitchell dan Stafford (2000) Merger Positif 0 Negatif
SEO Positif Negatif Negatif
Stock Repurchase 0 Positif Positif
Kesimpulan tentang Efisien Pasar

• Apa kesimpulan akhir tentang pasar


modal efisien padahal banyak temuan
menunjukkan adanya anomali?
• Efisiensi pasar modal dinyatakan
sebagai pasar modal efisien dengan
anomali. Hal ini terjadi karena pasar
tidak sepenuhnya efisien karena
dengan informasi yang diumumkan
masih ada abnormal return.
Auditors’ Legal Liability

• Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum


yang lebih besar apabila aktiva tetap
dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan
apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu
rendah. Hal ini sesuai dengan prinsip
konservatisme. Pengungkapan terhadap
risiko (value at risk) juga berorientasi pada
measurement perspective. Dalam hal ini,
perusahaan (bukan investor) menyiapkan
penilaian tentang risiko karena perusahaan
lebih mengerti risiko yang mereka hadapi
daripada investor. Pengungkapan risiko ini
memiliki potensi yang besar dalam decision
usefulness.
Auditors’ Legal Liability

• Akuntan dapat memproteksi diri dengan


penggunaan measurement perspective
dengan mengadopsi fair value seperti mark-
to-market. Akuntan dapat secara eksplisit
menjawab tuntutan hukum masyarakat
dengan mengatakan bahwa laporan keuangan
telah mengantisipasi perubahan nilai
instrumen keuangan apakah akan mengarah
ke kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan.
Dalam hal ini estimasi dan judgment banyak
digunakan. Karena itu, akuntan dapat
mengadopsi fair value hanya apabila dengan
pengukuran tersebut reliabilitas informasi
keuangan tidak berkurang.
Auditors’ Legal Liability

• Apakah ancaman tuntutan hukum, apabila nilai neraca


mengandung kesalahan, mempengaruhi kredibilitas
pelaporan keuangan?
• Ya. Apabila nilai neraca salah, misalnya dinyatakan terlalu
tinggi atau terlalu rendah, maka kredibilitas laporan
keuangan berkurang. Apakah dinyatakan terlalu tinggi atau
terlalu rendah tergantung pada metode pengukuran yang
digunakan. Karena itu, untuk mengurangi tuntutan hukum
dan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan, akuntan
mengambil sebagian tanggungjawab investor dengan
menggunakan fair value terhadap laporan keuangan pokok.
Berkaitan dengan aktiva, ancaman terhadap tututan hukum
lebih besar terhadap akuntan apabila necara dinyatakan
terlalu tinggi dibandingkan dinyatakan terlalu rendah.
Sebaliknya berlalu bagi pasiva.
Kasus

• Apa dampaknya terhadap reliabilitas laporan


keuangan apabila akuntan mengadopsi nilai
wajar?
• Apa yang menjadi alasan mengapa perhatian
terhadap niai wajar meningkat?
• Perusahaan mendapat hibah sebuah
kendaraan keluaran tahun 2015. Harga pasar
saat itu adalah Rp. 165.000.000.
Kondisi kendaraan 80 % baik
Bagaimana sdr mengukur nilai aset tersebut ?
Berapa nilai yang akan sdr cantumkan dalam
laporan keuangan ?

Anda mungkin juga menyukai