PENGELOLAAN LIMBAH BATIK

SMKN 2 TEGALSARI

KELOMPOK 2 :
1. Arisma Ifatul 101711535023
2. Nadya Reza 101711535026
3. P.S Aji 101711535027
4. Acknes Leonita 101711535028
5. Amira Dhisa 101711535029
6. Nadiyah R. 101711535031
7. Alifatu Rosyida 101711535035
8. Nur Makkatul 101711535038
9. Offa Afrilla 101711535040
 TOPIK BAHASAN
Gambaran Umum SMKN 2 Tegalsari

Parameter pada Baku Mutu Limbah Batik

IPAL pada Industri Batik

Sistem Pengelolaan Limbah Batik di SMKN 2 Tegalsari

Diagram Alir Proses Pembatikan

Baku Mutu Air Limbah Batik

Dampak Limbah Batik Terhadap Kesehatan

Gambaran Umum

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu

upaya mengenalkan Banyuwangi di kancah nasional dan
internasional, dengan adanya Jurusan Desain dan Produk
Kria Tekstil di SMKN 2 Tegalsasri, Banyuwangi yang
salah satu keluarannya adalah produk batik tulis dan
batik yang semua prosesnya dilakukan siswa hingga
adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah yang disediakan
untuk menampung limbah batik.
Parameter pada Baku Mutu Limbah Batik
1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen dalam air yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk kebutuhan dekomposisi bahan organik.

2. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia dalam air yang
digunakan untuk mengoksidasi zat organik di dalam air menjadi CO2 dan H2O
(Metcalf & Eddy, 1991). Semakin tinggi COD maka mengindikasikan semakin
tinggi pula tingkat pencemaran air.

3. Total Suspended Solid (TSS)

Total padatan tersuspensi yang dilakukan pada proses pada IPAL bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan padatan tersuspensi dari air limbah pada proses
sedimentasi, flokkulasi dan filtrasi

4. Derajat Keasaman
Nilai derajat keasaman (pH) menunjukkan tingkat keseimbangan asa, dan basa
yang dihasilkan dari pengukuran aktivitas ion hidrogen pada air.
IPAL pada Industri Batik

IPAL yang digunakan pada sentra industri batik umumnya

menggunakan metode offside yakni pengumpulan limbah pertama
pada saluran tertutup yang kedap air sehingga tidak ada bocoran
yang dapat mencemari air tanah disekitarnya. Setelah itu menuju ke
IPAL komunal dengan cara pengolahan fisik dan biologis.
Sistem Pengolahan Limbah Batik di
SMKN 2 Tegalsari

Pre-
treatment

Primary
Treatment

Secondary
Treatment

Third
Treatment
1.
Sistem Pengolahan Limbah Batik di
SMKN 2 Tegalsari
Pre-
treatment

Pretreatment yang dilakukan dalam bak

penangkap malam ini dilakukan daur-ulang
terhadap malam/lilin batik setelah proses
membatik selesai dengan melakukan perebusan
pada kain batik agar lilin yang menempel pada
kain dapat luruh dan hilang.
Sistem Pengolahan Limbah Batik di
SMKN 2 Tegalsari
Primary
treatment

Tahapan Primary Treatment dilakukan pada bak

pengendapan. Pada bak pengendapan terjadi proses
sedimentasi yang merupakan proses pengolahan limbah
awal. Dimana awal limbah dibuang pada bak ini. Proses
kerja dari pengolahan tersebut dengan melakukan
pengendapan serta stabilisasi terhadap bahan bahan yang
diendapkan. Lalu dilakukan penyaringan partikel untuk
mereduksi beban organik yang terkandung dalam limbah.
Sistem Pengolahan Limbah Batik di
SMKN 2 Tegalsari
Secondary
treatment

Pada tahapan secondary treatment dilakukan dalam bak

anaerob. Dalam bak tersebut terjadi pengolahan limbah
tahap kedua dengan melakukan pengolahan pada bahan
bahan yang belum terlarut. Di dalam bak anaerob terdapat
media perkembangbiakan mikroorganisme berupa bakteri
anaerob. Bakteri tersebut dapat memecahkan warna pada
limbah pewarnaan pada batik. Penggunaan sistem bak
anaerob bergabung dengan anaerobic baffle filter (ABR)
yang merupakan pengolahan air limbah dengan
menggunakan beberapa bak yang memiliki fungsi berbeda
beda.
Sistem Pengolahan Limbah Batik di
SMKN 2 Tegalsari
Third
treatment

Third Treatment merupakan perlakuan terakhir pada kolam

filtrasi yang dibuat dengan ditanami tanaman air eceng
gondok. Hal ini dikarenakan eceng gondok memiliki
kemampuan mengikat bahan bahan organik dari partikel
lumpur sehingga dapat menjernihkan air.