Anda di halaman 1dari 5

REHABILITASI INSTALASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH (IPAL) KOMUNAL

BERBASIS MASYARAKAT, DI KAMPUNG KANDANG, DESA CONDONGCATUR,


KECAMATAN DEPOK, KABUPATEN SLEMAN, DIY

Nandra Eko Nugroho1, Ayu Utami2, Thamzez Nuur Anom, Salam Via Febriyanti, Ahmad
Muhaimin
1, 2
Prodi Teknik Lingkungan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Abstrak
Pembuangan air limbah tanpa melalui proses pengolahan akan mengakibatkan terjadinya pencemaran
lingkungan, khususnya terjadinya pencemaran pada sumber-sumber air baku untuk air minum, baik air
permukaan maupun air tanah. Dengan demikian, setiap air limbah yang dihasilkan perlu dikelola secara
baik berdasarkan karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas bahan pencemar yang terkandung di
dalamnya sebelum di alirkan ke badan sungai agar tidak mencemari lingkungan. Salah satu solusi efektif
untuk masalah ini adalah pembuatan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Untuk menjaga kualitas
dan fungsi dalam pemanfaatan IPAL serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk
mengetahui apakah IPAL tersebut telah sesuai standar, tepat sasaran serta efektif dalam penggunaannya,
maka diperlukan rehabilitasi dan evaluasi bakumutu. Setelah beroprasi beberapa tahun maka saat ini
sudah perlu diadakan evaluasi untuk perbaikan sistem dan mengantisipasi kendala yang muncul di
lapangan, agar pengolahan dapat berjalan lancar dan terkendali. Dalam proses rehabilitasi terdapat
benambahan kontruksi bak inlet dan pembuatan media filtrasi limbah. Untuk menjaga bangunan IPAL
dari proses erosi dan longsor dibuat talut pengaman penahan erosi.
Kata Kunci: instalasi pengolahan air limbah, rehabilitasi, bak inlet, penahan erosi

1. PENDAHULUAN perilaku hidup bersih dan sehat. Pengertian


sanitasi itu sendiri adalah perilaku yang
Pertumbuhan penduduk di Kota Yogyakarta disengaja dalam pembudayaan hidup bersih
yang begitu cepat terutama di wilayah dengan maksud mencegah manusia bersentuhan
Kabupaten Sleman memberikan dampak yang langsung dengan kotoran dan bahan buangan
sangat serius terhadap penurunan daya dukung berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini
lingkungan. Dampak tersebut harus disikapi akan menjaga dan meningkatkan kesehatan
dengan tepat, khususnya dalam pengelolaan air manusia. Salah satu upaya memperbaiki kondisi
limbah. Pembuangan air limbah tanpa melalui sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah
proses pengolahan akan mengakibatkan perencanaan pembangunan sanitasi yang
terjadinya pencemaran lingkungan, khususnya responsif dan berkelanjutan (Notoatmodjo,
terjadinya pencemaran pada sumber-sumber air 2003).
baku untuk air minum, baik air permukaan
maupun air tanah. Hal tersebut disebabkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, Nomor 112 tahun 2003 tentang baku mutu air
yang ditandai dengan pembangunan sanitasi limbah rumah tangga yang dimaksud dengan air
tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai limbah rumah tangga adalah air limbah yang
kebutuhan, tidak standar, tidak berkelanjutan, berasal dari usaha dan atau kegiatan
serta kurangnya perhatian masyarakat pada permukiman, rumah makan, perkantoran,
perniagaan, apartemen dan asrama. Dengan 3. METODE PENELITIAN
demikian, setiap air limbah yang dihasilkan
perlu dikelola secara baik berdasarkan Metode yang digunakan adalah evaluasi
karakteristiknya agar dapat menurunkan kualitas dengam melakukan observasional dengan
bahan pencemar yang terkandung di dalamnya pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk
sebelum di alirkan ke badan sungai agar tidak mengevaluasi kinerja sistem IPAL komunal dan
mencemari lingkungan. Salah satu solusi efektif untuk mengetahui efektifitas IPAL komunal di
untuk masalah ini adalah pembuatan IPAL Kampung Kandang Desa Condongcatur.
(Instalasi Pengolahan Air Limbah). Untuk Pengambilan sampel air limbah mulai dari pukul
menjaga kualitas dan fungsi dalam pemanfaatan 07.00 – 09 WIB dan 15.00 – 17.00 WIB. Setelah
IPAL serta meningkatkan pelayanan kepada sampel diambil kemudian langsung diantar ke
masyarakat untuk mengetahui apakah IPAL Laboratorium Lingkungan BLH DIY, untuk
tersebut telah sesuai standar, tepat sasaran serta analisa kimia air limbah. Penggambaran peta
efektif dalam penggunaannya, maka diperlukan distribusi pemanfaatan IPAL komunal dan
rehabilitasi dan evaluasi bakumutu. Pengambaran peta instalasi IPAL komunal.
Penggambaran peta menggunakan software
2. TINJAUAN PUSTAKA ArcGIS untuk membuat peta dasar dan
memasukkan data koordinat, kemudian
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) penggambaran peta instalasi IPAL komunal
Komunal. Merupakan sistem pengolahan air dilakukan dengan software AutoCAD dan Corel
limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu Draw.
terdapat bangunan yang digunakan untuk
memproses limbah cair domestik yang
difungsikan secara komunal (digunakan oleh
sekelompok rumah tangga) agar lebih aman
pada saat dibuang ke lingkungan, sesuai dengan
baku mutu lingkungan (Karyadi, 2010). Sistem
ini dilakukan untuk menangani limbah domestik
pada wilayah yang tidak memungkinkan untuk
dilayani secara individual. Penanganan
dilakukan pada sebagian wilayah dari suatu kota,
dimana setiap rumah tangga yang mempunyai
fasilitas MCK pribadi menghubungkan saluran
pembuangan ke dalam sistem perpipaan air
limbah untuk dialirkan menuju instalasi
pengolahan limbah komunal. Untuk sistem yang
lebih kecil dapat melayani 2-5 rumah tangga
sedangkan untuk sistem komunal dapat melayani
10-100 rumah tangga atau bahkan dapat lebih
(Rhomaidhi, 2008 : 32).
Effluent dari instalasi pengolahan dapat
disalurkan menuju sumur resapan atau juga
dapat langsung dibuang ke badan air (sungai).
Fasilitas sistem komunal dibangun untuk
melayani kelompok rumah tangga atau MCK Gambar 3.1. Diagram Alir Tahapan Penelitian
umum. Bangunan pengolahan air limbah ini
dapat diterapkan di perkampungan dimana tidak 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
memungkinkan bagi warga masyarakatnya
Lokasi penelitian secara administratif termasuk
untuk membangun septictank individual di
ke dalam wilayah Desa Condongcatur,
rumahnya masing-masing (Rhomaidhi, 2008).
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY, 3
km dari Kampus UPN “Veteran” Yogyakarta Gambar 4.1. Lumpur yang Terapung Pada Bak
(Gambar 4.1). Biologis 1

Gambar 4.2. Air Buangan yang Baunya Mengganggu


Gambar 4.1 Lokasi penelitian. Kampung Kandang, Warga
Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, DIY. 4.2 Rehabilitasi IPAL
4.1 Kondisi Eksisting IPAL Upaya rehabilitasi IPAL komunal di
dasarkan dari hasil analisa yang telah dilakukan.
IPAL Domestik Komunal yang ada di Pada tabel 4.1 dapat dilihat kondisi awal lokasi
Kampung Kandang, Desa Condongcatur, pengambilan sampel limbah cair domestik.
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DIY IPAL Domestik Komunal pada Kampung
merupakan IPAL domestik yang pengolahannya Kandang memiliki total 14 bak pengolahan yang
menggunakan metode biologis. Proses biologis terdiri dari bak ekualisasi, bak pengolahan
yang digunakan adalah proses anaerob. Kendala bilogis, dan bak penampung akhir yang
yang dirasakan warga sehingga IPAL ini perlu kemuadian akan dibuang ke sungai. Gambar 4.3.
direhabilitasi adalah banyaknya lumpur merupakan gambar teknik kondisi eksisting awal
mengapung pada bak biologis pertama dan dari IPAL komunal tersebut dari atas.
masih tercium bau yang mengganggu. Pada
gambar 4.1 dan 4.2 dapat dilihat permasalahan Tabel 4.1. Tabel Awal Sampel Air Limbah Domestik
yang terjadi pada IPAL Domestik Komunal IPAL Komunal Kampung Kandang
tersebut.
Titik Koordinat Koordinat Elevasi pH Suhu
Sampling X Y (m) (0 C)
S1 433287 9143374 164 7,27 27,4
S2 433291 9143371 164 6,99 27,7
S3 433285 9143368 164 6,97 27,5
S4 433294 9143353 164 6,86 27,9
S5 433288 9143353 160 7,48 26,6
S6 433303 9143369 161 7,54 26,4
Gambar 4.4. Kondisi IPAL Komunal Kampung
Kandang setelah ditambahkan bak linlet sebagai
Gambar 4.3. Kondisi Eksisting IPAL Komunal Desa penampung sedimen dan lemak jenuh.
Kandang

Dari hasil analisa terdapat beberapa bak


yang tidak bekerja secara optimal dalam proses
penguraiannya. Halini di sebabkan salah satu
bak ditutupi oleh endapan material sedimen dan
lemak jenuh sehingga bacterial pengurai tidak
berkembang dengan baik. Maka dilakukan
penambahan dua bak inlet baru sebagai
penampung sedimen dan lemak jenuh.

Gambar 4.5. Bak inlet yang di buat untuk penampung


sedimen dan endapan lemak jenuh.
Kecamatan Umbulharjo, Kota
Yogyakarta. Skripsi.Program
Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ekonomi. Universitas Negeri
Yogyakarta
Gambar 4.6. Sekema instalasi IPAL setelah
dilakukan rehabilitasi. Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 112 tahun 2003, Baku
Mutu Air Limbah Domestik
5. KESIMPULAN DAN SARAN Peraturan Gubernur DIY no. 2 Tahun 2013
1. Permasalahan IPAL komunal yang tentang Pengelolaan Air Limbah
sudah terbangun di Kampung Kandang Domestic
endapan sedimen dan lumpur bercampur
lemak jenuh yang terbentuk cukup Peraturan Gubernur DIY no. 7 Tahun 2016
banyak pada bak awal biologis sehingga tentang Baku Mutu Air Limbah
perlu rutinitas yang cukup singkat untuk Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
menyedot lumpur yang terbentuk. 01/PRT/M/2014, Standar
2. Upaya rehabilitasi berupa penambahan Pelayanan Minimal Bidang
bak inlet untuk penampung sedimen dan Pekerjaan Umum dan Penataan
lemak jenuh Ruang
3. Pembuatan filter penyaring yang
ditempatkan di instalasi paling akhir Rhomaidhi. 2008. Pengelolaan Sanitasi
sebelum dibuang ke badan sungai Secara Terpadu Sungai Widuri:
4. Air limbah dan badan air tempat limbah Studi Kasus Kampung Nitiprayan
dibuang, perlu di cek karakteristiknya Yogyakarta. Tugas Akhir:
agar bisa ditentukan pengolahan Universitas Islam Indonesia.
lanjutannya Yogyakarta

6. REFERENSI Sudjarwo, Hermanto dan Nao Tanaka.


2014. Manual Teknologi Tepat
Karyadi, Lukman. 2010. Partisipasi Guna Pengolahan Air Limbah.
Masyarakat Dalam Program PUSTEKLIM. Yogyakarta.
Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Komunal Di RT 30 RW 07 Sugiharto, 1987. Dasar-Dasar Pengolahan
Kelurahan Warungboto, Air Limbah. Universitas Indonesia
(UI-Press): Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai